Anda di halaman 1dari 18

ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA


KESATUAN MAHASISWA TARBIYAH ISLAMIYAH
(KMTI)
HASIL MUKTAMAR I
DI JAKARTA, 24 OKTOBER 2022

PENGURUS BESAR
KESATUAN MAHASISWA TARBIYAH ISLAMIYAH (KMTI)
PERIODE 2023-2026
ANGGARAN DASAR
KESATUAN MAHASISWA TARBIYAH ISLAMIYAH

MUQADDIMAH

Bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad


Shallahu ‘Alaihi wa Salam kepada manusia untuk mengajarkan Islam, dan
menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, dengan kewajiban
mengabdikan diri kepada Allah semata.
Berdasarkan iradah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mengabdikan diri hanya kepada-
Nya merupakan fitrah dari manusia. Dan manusia merupakan khalifah Allah di
bumi memiliki kewajiban memakmurkannya sesuai dengan tuntutan fitrah.
Sehingga mewujudkan kemaslahatan dan keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat.
Dengan berkat, rahmat, taufiq, hidayah dan inayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
melalui perantara perjuangan dan pengorbanan tak ternilai para syuhada
pahlawan bangsa termasuk alim ulama, kaum muda dan cendekia, Bangsa
Indonesia berhasil meraih anugerah Allah berupa kemerdekaan yang merupakan
pintu emas menuju masyarakat madani yang diridhai Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur fi Mardhatillah.
Cita-cita dan tujuan Indonesia yang mulia nan luhur hanya bisa terwujud secara
utuh apabila seluruh komponen dan potensi bangsa berperan, komit dan
difungsikan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan rakyat dan negara.
Persatuan Tarbiyah Islamiyah sebagai organisasi massa Islam yang bergerak di
bidang pendidikan, dakwah dan sosial telah melalui sejarah panjang dengan
tahapan dan prosesnya yang diakui atau tidak telah menjadi modal sosial bagi
pembangunan nasional.
Sebagai wadah perjuangan ulama, Persatuan Tarbiyah Islamiyah sejak awal
didirikan hingga hari ini telah memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam
menegakkan agama, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia, serta membangun peradaban bangsa.
Cobaan besar yang mengguncang Persatuan Tarbiyah Islamiyah berupa konflik
internal dan perpecahan pada awal orde baru, telah diselesaikan melalui islah
pada tahun 2016. Dinamika yang terjadi di tubuh Persatuan Tarbiyah Islamiyah
itu sebelumnya melahirkan dua organisasi otonom atau independen di tingkat
mahasiswa yaitu Kesatuan Mahasiswa Islam (KMI) pada 20 Januari 1962 dan
Ikatan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah (IMTI) pada 3 November 2018.
KMI yang merupakan organisasi serumpun PERTI dan IMTI yang awalnya tidak
berafiliasi kemanapun namun berkaitan erat dengan TARBIYAH, dalam Rakernas
Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Jakarta pada 20 Juni 2021 telah sepakat
memutuskan untuk bersatu dan bergabung sebagai organisasi fungsional atau
serumpun Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Muktamar Bersama di Jakarta pada 21-
23 Oktober 2022 memutuskan menamakan organisasi ini dengan nama Kesatuan
Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah.
Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah merupakan wadah perjuangan untuk
menyatukan, menggerakkan dan membina potensi mahasiswa Islam guna
meningkatkan peran dan tanggung jawabnya sebagai kader, penggerak dan
pemimpin masa depan yang beriman, berislam dan berihsan dengan karakter
tarbiyah: takhalli, tahalli dan tajalli.
Dalam bidang pendidikan, Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah harus
berupaya memanusiakan manusia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kesadaran bernegara dan beragama dalam rangka membangun
dan membentuk manusia yang utuh sebagai khalifatullah fil ard dengan
melaksanakan hablumminallah, hablumminannas dan hablumminal-alam.
Dalam bidang dakwah, Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah harus selalu
menumbuh-kembangkan, merawat, menjaga, memelihara dan membentengi
dirinya dalam I'tiqad Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan bingkai: Tauhid sebagai
Ruhnya, Tasawuf Mu'tabar sebagai Tubuhnya, dan Fikih Syafi’iyah sebagai
Pakaiannya.
Dalam bidang sosial, Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah sebagai generasi
muda juga harus menyadari hak dan kewajibannya serta peran dan
tanggungjawabnya untuk senantiasa bersungguh-sungguh memperjuangkan cita-
cita nasional, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia serta membina
dan menjalin ukhuwah Islamiyah.
Dengan keyakinan bahwa tidak ada daya dan upaya melainkan dengan kehendak
Allah, seraya dengan usaha-usaha yang terukur, terencana dan penuh
kebijaksanaan. Maka dengan nama Allah, kami Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah
Islamiyah bergerak dengan berpedoman kepada Anggaran Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT

Pasal 1
Nama Organisasi

Organisasi ini bernama Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah yang


selanjutnya disebut KMTI

Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan

KMTI disahkan pada Muktamar pertama penyatuan Ikatan Mahasiswa Tarbiyah


Islamiyah (IMTI) dan Kesatuan Mahasiswa Islam (KMI) di Jakarta pada tanggal
28 Rabiul Awal 1444 H, bertepatan pada tanggal 24 Oktober 2022 M,
berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

BAB II
AZAS

Pasal 3

KMTI Berasaskan Pancasila dan Islam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah (Aqidah Ahl
al-Sunnah wa al-Jam’ah, bermazhab Syafi’I, serta bertasawuf Imam Al-Ghazali
dan Imam Junaid Al-Bagdhadi).

BAB III
TUJUAN

Pasal 4

KMTI mempunyai maksud dan tujuan mewujudkan persatuan mahasiswa Islam

BAB IV
SIFAT DAN FUNGSI

Pasal 5
Sifat

KMTI. Adalah organisasi serumpun dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)


ditingkat mahasiswa yang bersifat independen.

Pasal 6
Fungsi

KMTI berfungsi sebagai berikut:


a. Wadah silaturrahim
b. Wadah koordinasi, konsultasi, dan kaderisasi
c. Wadah pemberdayaan SDM kader KMTI dalam bidang pendidikan, sosial, dan
dakwah.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 7

1. KMTI beranggotakan mahasiswa Islam Tarbiyah yang berada di Perguruan Tinggi


dan/atau lembaga yang setingkat.
2. Anggota KMTI Terdiri dari:
a. Anggota biasa.
b. Anggota kehormatan.
3. Tata cara penerimaan anggota diatur dalam anggaran rumah tangga.
4. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban.
5. Aturan keanggotaan, hak dan kewajiban anggota KMTI diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 8
Struktur Kekuasaan

1. Kekuasaan tertinggi organisasi berada pada Muktamar


2. Kekuasaan wilayah berada pada Musyawarah Wilayah
3. Kekuasaan cabang berada pada Musyawarah Cabang
4. Kekuasaan komisariat berada pada Rapat Anggota Komisariat
5. Aturan mengenai struktur kekuasaan KMTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 9
Struktur Kepemimpinan

1. Kepengurusan KMTI terdiri dari:


a. Pengurus besar untuk tingkat nasional.
b. Pengurus wilayah untuk tingkat provinsi.
c. Pengurus cabang untuk tingkat kabupaten/ kota.
d. Dan komisariat untuk tingkat kampus.
2. Aturan mengenai struktur kepengurusan organisasi diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII
DEWAN PEMBINA

Pasal 10

1. Dalam mengawasi kinerja organisasi dan sebagai wadah konsultasi kepengurusan


KMTI dibentuk Dewan Pembina di setiap tingkatan kepengurusan.
2. Aturan mengenai status, tugas dan wewang, pemilihan, dan persidangan dewan
pembina diatur lebih lanjut dalam anggaran rumah tangga.

BAB VIII
ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 11

KMTI Mempunyai lambang, himne, mars, dan atribut lainnya yang diatur lebih
lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 12

1. Keuangan dan harta benda KMTI dikelola dengan prinsip transparansi, efisien dan
bertanggungjawab.
2. Keuangan dan harta benda KMTI diperoleh dari iuran dan sumbangan anggota,
sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal serta bantuan yang tidak
mengikat.
3. Harta Benda KMTI terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak.
4. Aturan lebih lanjut mengenai keuangan dan harta benda diatur lebih lanjut dalam
anggaran rumah tangga.

BAB X
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 13

1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Muktamar.


2. Perubahan dan pembubaran adalah sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari peserta Muktamar yang hadir.
3. Kekayaan organisasi setelah dibubarkan akan diatur lebih lanjut dalam
Muktamar.
4. Aturan lebih lanjut mengenai perubahan dan pembubaran organisasi akan diatur
dalam anggaran rumah tangga.

BAB XI
PENGESAHAN

Pasal 14

Pengesahan Anggaran Dasar KMTI Ditetapkan pada Muktamar I di Jakarta,


tanggal 24 Oktober 2022.
BAB XII
PENUTUP

Pasal 15

1. Segala sesuati yang belum diatur dalam anggaran dasar ini diatur kemudian dalam
anggaran rumah tangga.
2. Anggaran dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
KESATUAN MAHASISWA ISLAM

BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Anggota Biasa

Anggota Biasa adalah mahasiswa Islam yang telah dinyatakan lulus mengikuti
Latihan Kader KMTI.

Pasal 2
Anggota Kehormatan

1. Adalah orang yang berjasa kepada KMTI.


2. Mekanisme penetapan Anggota Kehormatan diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 3
Syarat-Syarat Keanggotaan

1. Setiap Mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota KMTI harus mengajukan
permohonan serta menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti Anggaran
dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan /peraturan organisasi lainnya.
2. Apabila telah memenuhi syarat pada ayat (1) dan yang bersangkutan telah
dinyatakan sebagai Calon Anggota
3. Mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat (1) dan/atau Calon Anggota dapat
mengikuti Latihan Kader KMTI dan setelah lulus dinyatakan Anggota Biasa.

Pasal 4
Masa Keanggotaan

1. Masa keanggotaan Anggota Biasa adalah sejak dinyatakan lulus Latihan Kader
KMTI hingga 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa studi diploma dan S1, dan
hingga 1 tahun untuk S2 dan S3.
2. Anggota Biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi pengurus
diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa kepengurusannya
(dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan habis masa keanggotaannya dan
tidak dapat menjadi pengurus lagi.
3. Anggota Biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi yang lebih tinggi
atau sama lebih dari dua tahun sejak lulus dari studi sebelumnya dan tidak sedang
diperpanjang masa keanggotaan karena menjadi pengurus (sebagaimana
dimaksud ayat 3) maka masa keanggotaan tidak diperpanjang lagi (berakhir).
4. Masa keanggotaan berakhir apabila:
a. Telah berakhir masa keanggotaannya.
b. Meninggal dunia.
c. Mengundurkan diri.
d. Menjadi anggota Partai Politik.
e. Diberhentikan atau dipecat.
f. Tidak Terdaftar lagi di perguruan tinggi sesuai dengan poin a sampai dengan
d.

Pasal 5
Hak Anggota

1. Anggota Biasa memiliki hak bicara, hak suara, hak partisipasi dan hak untuk
dipilih.
2. Anggota Kehormatan memiliki hak mengajukan saran/usul dan pertanyaan
kepada pengurus secara lisan dan tulisan.

Pasal 6
Kewajiban Anggota

1. Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik organisasi.


2. Setiap anggota berkewajiban menjalankan Misi Organisasi.
3. Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan moralitas
dalam berperilaku dan menjalankan aktifitas organisasi.
4. Setiap anggota berkewajiban tunduk dan patuh kepada AD dan ART serta
berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi yang sesuai dengan AD dan ART.
5. Setiap anggota biasa berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran anggota.
6. Setiap anggota berkewajiban menghormati simbol-simbol organisasi.

Pasal 7
Sanksi Anggota

1. Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang diberikan
organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar ketentuan
organisasi, merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi, dan/atau
melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan hukum lainnya.
2. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau bentuk lain
yang ditentukan oleh pengurus dan diatur dalam ketentuan tersendiri.
3. Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum yang
ditunjuk untuk itu.

BAB II
STRUKTUR KEKUASAAN

Pasal 8
Muktamar

1. Status
a. Muktamar merupakan musyawarah utusan wilayah-wilayah dan cabang-
cabang.
b. Muktamar memegang kekuasaan tertinggi organisasi.
c. Muktamar diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
d. Dalam keadaan luar biasa, Muktamar dapat diadakan menyimpang dari
ketentuan Anggaran Dasar pasal 11 ayat (3).
e. Dalam keadaan luar bisa Muktamar dapat diselenggarakan atas inisiatif satu
cabang dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari
jumlah cabang penuh.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar.
b. Menetapkan AD/ART, pedoman-pedoman pokok dan pedoman kerja
nasional.
c. Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus
merangkap sebagai Formateur dan empat Mide Formateur.
d. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Muktamar berikutnya.
3. Tata Tertib
a. Penanggung jawab Muktamar adalah Pengurus Besar
b. Peserta Muktamar terdiri dari Pengurus Besar (PB), Utusan/Peninjau
Pengurus Wilayah, Cabang, Dewan Pembina Nasional dan Undangan
Pengurus Besar.
c. Pengurus Wilayah dan Cabang adalah peserta utusan.
d. Dewan Pembina Nasional serta undangan merupakan peserta peninjau.
e. Peserta Utusan mempunyai hak suara dan hak bicara, sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara.
f. Banyaknya utusan wilayah dan cabang dalam Muktamar berjumlah 2 orang.
g. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Besar.
h. Pimpinan Sidang dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh peserta utusan
dan berbentuk presidium.
i. Muktamar baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh
jumlah peserta utusan.
j. Apabila poin (i) tidak terpenuhi maka Muktamar diundur selama 1 x 24 jam
dan setelah itu dinyatakan sah.
k. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh
Muktamar maka PB dinyatakan Demisioner.

Pasal 9
Musyawarah Wilayah

1. Status
a. Musyawarah wilayah merupakan musyawarah utusan cabang-cabang di
wilayah yang mengadakan musyawarah.
b. Musyawarah diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
c. Dalam keadaan luar biasa, musyawarah wilayah luar biasa dapat diadakan
menyimpang dari ketentuan pasal 11 ayat (3).
d. Dalam keadaan luar bisa musyawarah wilayah dapat diselenggarakan atas
inisiatif satu cabang di wilayah dengan persetujuan sekurang-kurangnya
melebihi separuh dari jumlah cabang penuh di wilayah.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah.
b. Menetapkan pedoman kerja wilayah.
c. Memilih Pengurus Wilayah dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus
merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
d. Memilih dan menetapkan anggota Dewan Pembina Wilayah.
3. Tata Tertib
a. Penanggung jawab Musyawarah Wilayah adalah Pengurus Wilayah.
b. Peserta Wilayah terdiri dari Pengurus Besar (PB), Utusan/Peninjau Pengurus
Cabang, Dewan Pembina Wilayah dan Undangan Pengurus Wilayah.
c. Pengurus Cabang adalah peserta utusan.
d. Pengurus Besar, Dewan Pembina Wilayah serta undangan merupakan peserta
peninjau.
e. Peserta Utusan mempunyai hak suara dan hak bicara, sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara.
f. Banyaknya utusan cabang dalam Musyarah Wilayah berjumlah 2 orang.
g. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Wilayah.
h. Pimpinan Sidang dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh peserta utusan
dan berbentuk presidium.
i. Musyawarah Wilayah baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih
dari separuh jumlah peserta utusan
j. Apabila poin (i) tidak terpenuhi maka Muswayarah Wilayah diundur selama
1 x 24 jam dan setelah itu dinyatakan sah.
k. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh
Musyawarah Wilayah maka Pengurus Wilayah dinyatakan Demisioner.

Pasal 10
Musyawarah Cabang

1. Status
a. Musyawarah cabang merupakan musyawarah utusan komisariat/anggota
cabang yang mengadakan musyawarah.
b. Musyawarah diadakan 2 (dua) tahun sekali.
c. Dalam keadaan luar biasa, musyawarah cabang luar biasa dapat diadakan
menyimpang dari ketentuan Anggaran Dasar pasal 11 ayat (3).
d. Dalam keadaan luar bisa musyawarah cabang dapat diselenggarakan atas
inisiatif satu cabang di wilayah dengan persetujuan sekurang-kurangnya
melebihi separuh dari jumlah cabang penuh di wilayah.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang.
b. Menetapkan pedoman kerja.
c. Memilih Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus
merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
d. Memilih dan menetapkan Dewan Pembina.
3. Tata Tertib
a. Penanggung jawab Musyawarah Cabang adalah Pengurus Cabang.
b. Peserta Wilayah terdiri dari Pengurus Besar (PB), Pengurus Wilayah,
Utusan/Peninjau, perwakilan Komisariat/anggota cabang, Dewan Pembina
dan Undangan Pengurus Cabang.
c. Perwakilan komisariat/anggota cabang adalah peserta utusan.
d. Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, dan Dewan Pembina serta undangan
merupakan peserta peninjau.
e. Peserta Utusan mempunyai hak suara dan hak bicara, sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara.
f. Banyaknya utusan komisariat berjumlah 2 orang.
g. Jika belum memiliki komisariat, maka anggota yang ada dalam lingkup cabang
merupakan peserta utusan.
h. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
i. Pimpinan Sidang dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh peserta utusan
dan berbentuk presidium.
j. Musyawarah Cabang baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih
dari separuh jumlah peserta utusan
k. Apabila poin (i) tidak terpenuhi maka Muswayarah Cabang diundur selama
1 x 24 jam dan setelah itu dinyatakan sah.
l. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh
Musyawarah Cabang maka Pengurus Cabang dinyatakan Demisioner.

Pasal 11
Rapat Umum Komisariat

1. Status
a. Rapat umum komisariat merupakan rapat komisariat yang mengadakan.
b. Rapat umum komisariat diadakan 1 (satu) tahun sekali.
c. Dalam keadaan luar biasa, rapat umum komisariat biasa dapat diadakan
menyimpang dari ketentuan Anggaran Dasar pasal 11 ayat (3).
d. Dalam keadaan luar bisa musyawarah cabang dapat diselenggarakan atas
inisiatif satu cabang di wilayah dengan persetujuan sekurang-kurangnya
melebihi separuh dari jumlah cabang penuh di wilayah.
2. Kekuasaan dan Wewenang
a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Komisariat.
b. Menetapkan pedoman kerja.
c. Memilih Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus
merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
d. Memilih dan menetapkan anggota Dewan Pembina.
3. Tata Tertib
a. Penanggung jawab rapat umum komisariat adalah Pengurus Komisariat.
b. Peserta terdiri dari anggota komisariat, perwakilan cabang, Dewan Pembina
dan Undangan Pengurus Komisariat.
c. Anggota komisariat adalah peserta penuh.
d. Perwakilan cabang, dan Dewan Pembina serta undangan merupakan peserta
peninjau.
e. Peserta penuh mempunyai hak suara dan hak bicara, sedangkan peninjau
mempunyai hak bicara.
f. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Komisariat.
g. Pimpinan Sidang dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh peserta utusan
dan berbentuk presidium.
h. Rapat umum komisariat baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih
dari separuh jumlah peserta utusan.
i. Apabila poin (h) tidak terpenuhi maka rapat diundur selama 1 x 24 jam dan
setelah itu dinyatakan sah.
j. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh
rapat maka Pengurus Komisariat dinyatakan Demisioner.
BAB III
STRUKTUR KEPENGURUSAN

Pasal 12
Pengurus Besar

1. Status
a. Pengurus Besar (PB) adalah Badan/Insatansi kepemimpinan tertinggi
organisasi.
b. Masa jabatan PB adalah tiga tahun terhitung sejak pelantikan/serah terima
jabatan dari Pengurus Besar demisioner.
2. Personalia Pengurus Besar
a. Formasi Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Besar adalah anggota biasa.
c. Setiap personalia PB tidak diperbolehkan untuk menjabat lebih dari (1)
periode kepengurusan kecuali jabatan Ketua Umum.
d. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno Pengurus Besar.
3. Tugas dan Wewenang
a. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah muktamar, personalia
Pengurus Besar harus sudah dibentuk, dan Pengurus Besar demisioner segera
mengadakan serah terima jabatan dengan Pengurus Besar yang baru.
b. Pengurus Besar baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah terima
jabatan dengan Pengurus Besar demisioner.
c. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan muktamar.
d. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan
KMTI kepada anggota KMTI se-Indonesia.
e. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan, atau setidak-tidaknya 6
(enam) kali selama periode berlangsung.
f. Menyelenggarakan muktamar pada akhir periode.
g. Menyiapkan draft materi muktamar.
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui
muktamar.
i. Mengangkat dan mensahkan wilayah KMTI baru dengan tetap
memperhatikan Musyawarah daerah.
j. Mensahkan Cabang KMTI.
k. Dapat menskorsing, memecat dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus KMTI.

Pasal 13
Pengurus Wilayah

1. Status
a. Pengurus Wilayah adalah Badan/Insatansi kepemimpinan wilayah
organisasi.
b. Masa jabatan Pengurus Wilayah adalah tiga tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Wilayah demisioner.
2. Personalia Pengurus Besar
a. Formasi Pengurus Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Wilayah adalah anggota biasa.
c. Setiap personalia Pengurus Wilayah tidak diperbolehkan untuk menjabat
lebih dari (1) periode kepengurusan kecuali jabatan Ketua Umum.
d. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno Pengurus Wilayah.
3. Tugas dan Wewenang
a. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah musyawarah wilayah,
personalia Pengurus Wilayah harus sudah dibentuk, dan Pengurus Wilayah
demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan Pengurus
Wilayah yang baru.
b. Pengurus Wilayah baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah
terima jabatan dengan Pengurus Wilayah demisioner.
c. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan musyawarah wilayah.
d. Menyampaikan ketetapan penting yang berhubungan dengan wilayah KMTI
kepada Cabang KMTI se-wilayah.
e. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan, atau setidak-tidaknya 6
(enam) kali selama periode berlangsung.
f. Menyelenggarakan musyawarah wilayah pada akhir periode.
g. Menyiapkan draft materi musyawarah wilayah.
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui
musyawarah wilayah.
i. Dapat menskorsing, memecat dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus KMTI.

Pasal 14
Pengurus Cabang

1. Status
a. Pengurus Cabang adalah Badan/Insatansi kepemimpinan cabang organisasi.
b. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah dua tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Cabang demisioner.
2. Personalia Pengurus Cabang
a. Formasi Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Cabang adalah anggota biasa.
c. Setiap personalia Pengurus Cabang tidak diperbolehkan untuk menjabat lebih
dari (1) periode kepengurusan kecuali jabatan Ketua Umum.
d. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno Pengurus Cabang.
3. Tugas dan Wewenang
a. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah musyawarah cabang,
personalia Pengurus Cabang harus sudah dibentuk, dan Pengurus Cabang
demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan Pengurus
Cabang yang baru.
b. Pengurus Cabang baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah
terima jabatan dengan Pengurus Cabang demisioner.
c. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan musyawarah cabang.
d. Menyampaikan ketetapan penting yang berhubungan dengan KMTI cabang
kepada komisariat/anggota cabang KMTI.
e. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan, atau setidak-tidaknya 4
(empat) kali selama periode berlangsung.
f. Menyelenggarakan musyawarah cabang pada akhir periode.
g. Menyiapkan draft materi musyawarah cabang.
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui
musyawarah cabang.
i. Dapat menskorsing, memecat dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus KMTI.

Pasal 15
Pengurus Komisariat

1. Status
a. Pengurus Komisariat adalah Badan/Insatansi kepemimpinan komisariat
organisasi.
b. Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Cabang demisioner.
2. Personalia Pengurus Komisariat
a. Formasi Pengurus Komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi Pengurus Komisariat adalah anggota biasa.
c. Setiap personalia Pengurus Komisariat tidak diperbolehkan untuk menjabat
lebih dari (1) periode kepengurusan kecuali jabatan Ketua Umum.
d. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno Pengurus Cabang.
3. Tugas dan Wewenang
a. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah rapat umum komisariat,
personalia Pengurus Komisariat harus sudah dibentuk, dan Pengurus
Komisariat demisioner segera mengadakan serah terima jabatan dengan
Pengurus Komisariat yang baru.
b. Pengurus Komisariat baru dapat menyelenggarakan tugasnya setelah serah
terima jabatan dengan Pengurus Komisariat demisioner.
c. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan rapat umum komisariat.
d. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan, atau setidak-tidaknya 2
(dua) kali selama periode berlangsung.
e. Menyelenggarakan rapat umum komisariat pada akhir periode.
f. Menyiapkan draft materi rapat umum komisariat.
g. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui rapat
umum komisariat.
h. Dapat menskorsing, memecat dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus KMTI.
BAB IV
DEWAN PEMBINA

Pasal 16

1. Status
a. Dewan Pembina adalah sesuai dengan anggaran dasar pasal 12 yang memiliki
kapasitas intelektual dan pengalaman organisasi, untuk satu periode
kepengurusan, serta dapat dipilih kembali.
b. Dewan Pembina sekurang-kurangnya terdiri dari ketua dan dua anggota
dewan pembina.
c. Masa jabatan Dewan Pembina disesuaikan dengan masa jabatan PB/Pengurus
Wilayah/Pengurus Cabang/Pengurus Komisariat.
2. Tugas dan Wewenang Dewan Pembina
a. Mengawasi pelaksanaan ketentuan-ketentuan muktamar, hasil-hasil
musyawarah wilayah/cabang, dan hasil-hasil rapat umum komisariat yang
dijalankan pengurus Besar/Pengurus Wilayah/Pengurus Cabang/Pengurus
Komisariat.
b. Memberikan usul-usul kepada Pengurus Besar Pengurus Wilayah/Pengurus
Cabang/Pengurus Komisariat untuk melancarkan pelaksanaan ketetapan-
ketetapan muktamar, hasil-hasil musyawarah wilayah/cabang, dan hasil-
hasil rapat umum komisariat baik diminta atau tidak diminta.
c. Menyampaikan hasil pengawasan pelaksanaan ketetapan-ketetapan
muktamar, hasil-hasil musyawarah wilayah/cabang, dan hasil-hasil rapat
umum komisariat baik diminta atau tidak diminta.
3. Pemilihan Dewan Pembina
a. Dewan Pembina dipilih setelah pemilihan formatur dan mide formatur.
b. Personalia Dewan Pembina Nasional dipilih oleh tim formatur
c. Personalia Dewan Pembina Wilayah diusulkan oleh peserta utusan
musyawarah wilayah.
d. Personalia Dewan Pembina cabang/komisariat diusulkan oleh peserta utusan
komisariat/anggota cabang/anggota komisariat.
4. Persidangan Dewan Pembina
a. Pimpinan Dewan Pembina merupakan hasil dari muktamar/musyawarah
wilayah/musyawarah cabang/rapat umum komisariat.
b. Dewan Pembina bersidang sekurang-kurang 4 (empat) kali dalam satu
periode.

BAB V
ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 17
Logo Organisasi

Logo Organisasi KMTI sebagai berikut:


Pasal 18
Hymne/Mars Organisasi

(Masih dalam Pembahasan)

Pasal 19
Atribut Lainnya

(Masih dalam Pembahasan)

BAB VI
KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 20
Pengelolaan Keuangan dan Harta Benda

1. Prinsip halal maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh tidak berasal
dan tidak diperoleh dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
2. Prinsip transparansi maksudnya adalah adanya keterbukaan tentang sumber dan
besar dana yang diperoleh serta kemana dan besar dana yang sudah dialokasikan.
3. Prinsip bertanggungjawab maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan sumber dan keluarannya secara tertulis dan bila
perlu melalui bukti nyata.
4. Prinsip efektif maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan berguna
dalam rangka usaha organisasi mewujudkan tujuan KMTI.
5. Prinsip efisien maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan tidak
melebihi kebutuhannya.
6. Prinsip berkesinambungan maksudnya adalah setiap upaya untuk memperoleh
dan menggunakan dana tidak merusak sumber pendanaan untuk jangka panjang
dan tidak membebani generasi yang akan datang.
7. Uang pangkal dan iuran anggota bersifat wajib yang besaran serta metode
pemungutannya ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
BAB VII
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

Pasal 21

a. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada Muktamar.


b. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Muktamar
yang pada waktu perubahan tersebut akan dilakukan dan disahkan dihadiri oleh
2/3 peserta utusan Muktamar dan disetujui oleh minimal 50%+1 jumlah peserta
utusan yang hadir.

BAB VIII
Aturan Tambahan

Pasal 22

Struktur kepemimpinan Organisasi berkewajiban melakukan sosialisasi Anggaran


Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan ketetapan–ketetapan Muktamar lainnya
kepada seluruh anggota Organisasi.

Pasal 23
a. Pasal-pasal tentang struktur kepemimpinan dalam ART dijabarkan lebih lanjut
Garis Besar Haluan Organisasi
b. Pasal-pasal tentang Keuangan dan Harta Benda dalam ART dijabarkan lebih lanjut
dalam Pedoman Keuangan dan Harta Benda KMTI.

BAB VI
Aturan Peralihan

Pasal 23

Pedoman-pedoman pokok organisasi dibahas pada forum tersendiri dan


disahkan di Pleno PB.

Anda mungkin juga menyukai