Anda di halaman 1dari 2

BELAJAR MANDIRI DI TENGAH PANDEMI

Oleh: Nindya Praja Rozal Nawafil


Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang masih mengepung dunia
nampaknya belum bisa diredam. Virus yang menyebar dengan cepat dan tak
mengenal batas teritorial ini menjalar bak kebakaran dipadang rumput ilalang,
dengan cepat merembet ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Untuk memutus rantai penularan virus corona, orang-orang dihimbau untuk


menerapkan physical distancing. Berbagai kegiatan yang mengumpulkan banyak
orang ditiadakan. Perubahan drastis terjadi di berbagai segi kehidupan masyarakat.
Termasuk juga perubahan yang mendasar dalam proses belajar mengajar di semua
jenjang pendidikan.

Virus itu memang muncul secara tiba-tiba. Ini yang membuat kampus harus
memutuskan secara cerdik dan cepat apa yang bisa dilakukan. Alasannya, salah
satu cara menekan virus Corona (khususnya Covid-19) dengan membatasi
pertemuan, maka kuliah daring menjadi alternatif.

Kelas luring atau tatap muka yang selama ini menjadi media utama beralih di kelas
kelas daring. Kuliah daring atau kuliah online disebut juga e-Learning atau Online
Course adalah proses perkuliahan dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi, dalam hal ini internet. Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia
telah menerapkan perkuliahan daring sebagai bentuk tindakan dalam memutus
rantai penyebaran virus corona. Bahkan, Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir
Semester bahkan bimbingan tugas akhir dilakukan secara daring.

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) sebagai pendidikan tinggi


kepamongprajaan di Indonesia pun memberlakukan kebijakan pendidikan
berdasarkan protokol kesehatan. IPDN telah melakukan sejumlah penataan
pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung berbagai
kegiatan belajar mengajar. Salah satunya dengan membangun Sistem e-Learning
dan melalui media video conference. Dosen dapat memberikan materi melalui
internet (e-learning) di mana materi dapat diberikan melalui internet dan tidak harus
bertemu secara langsung dengan praja. Sementara itu, sistem perkuliahan dengan
menggunakan media video conference, dosen dan praja melakukan proses
pembelajaran secara langsung jarak jauh melalui video conference.

Proses belajar mengajar di IPDN tetap dilaksanakan secara daring dan luring
dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Tak hanya memfasilitasi seluruh
ruangan di Kampus IPDN dengan alat-alat kebersihan, IPDN pun giat melakukan
sterilisasi dan merawat stamina mahasiswa/Praja IPDN dengan asupan makanan
sehat serta vitamin yang cukup agar imunitas mereka tetap terjaga. Selama
pandemi Covid-19, seluruh praja IPDN tidak diijinkan keluar dari kampus, baik
melakukan ijin bermalam ataupun pelaksanaan cuti hari besar. Hal ini dilakukan agar
meminimalisir penularan virus Covid-19 kepada Praja IPDN.

Secara bertahap, rapid tes dan tes SWAB pun dilakukan kepada seluruh praja dan
civitas akademika IPDN baik yang berada di kampus Jatinangor maupun yang ada
di IPDN kampus daerah termasuk di IPDN Kampus Kalimantan Barat. Total jumlah
Praja IPDN baik yang berada di IPDN Kampus Jatinangor maupun kampus-kampus
daerah (termasuk 167 praja di IPDN Kampus Kalimantan Barat) berjumlah 6.273
orang. 

Sistem perkuliahan daring di tengah pandemi Covid-19 menghadirkan karakter baru


dan tidak selalu berjalan dengan mulus. Namun tetap saja, kebijakan ini layak
diapresiasi, meskipun belum tentu maksimal dalam pelaksanaannya. Dengan
beberapa keterbatasan dan hambatan pada pelaksanaan kuliah daring, maka mau
tidak mau, praja atau mahasiswa harus merubah cara belajarnya, menjadi
pembelajar yang self regulated yaitu belajar secara mandiri serta dikelola sendiri
dalam mencapai target target mata kuliahnya.

Belajar mandiri akan menuntut siswa belajar tentang dirinya, baik potensi, emosi,
juga kecakapan catatan manajeman waktu yang digunakan. Praja IPDN yang
dibentuk menjadi pemimpin di masa depan harus menyadari bahwa kepemimpinan
haruslah dimulai dengan memimpin diri. Untuk itulah mengapa lembaga IPDN
membina Praja dengan kedisiplinan tinggi dari pukul 04.30 sampai pukul 22.00
adalah untuk melatih praja untuk mampu memimpin dirinya sendiri.

Menjadi self regulated berarti praja atau mahasiswa menjadi orang yang proaktif,
mencari sumber-sumber belajar alternatif, membaca buku buku dan rujukan jurnal
relevan, menulis dan merangkum bacaan sehingga lebih memahami materi yang
dipelajari. Self-regulated learning merupakan proses belajar yang meliputi
pengelolaan pikiran, perasaan, strategi, sikap belajar dan perilaku belajar yang
dihasilkan pembelajar untuk pencapaian tujuannya.

Menjadi Self-regulated learners berarti praja atau mahasiswa harus memiliki


kemampuan mengelola kognisi (knowledge to build upon), dan metakognisi
(knowledge and monitoring learning strategy), sehingga kombinasi keduanya
mempercepat terbangunnya pemahaman mereka terhadap bahan-bahan
pembelajaran. Kondisi pandemi saat ini menjadi momentum bagi praja
meninggalkan kebiasan belajar di masa lalu, dan mengadopsi strategi dan perilaku
belajar baru yang lebih adaptif terhadap perubahan. (RNa)

Anda mungkin juga menyukai