Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“DAKWAH BIL HAL DALAM PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN


IPTEK ”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Wita C. A. Kawulusan (1801018)
2. Dwi Wahyuni Umasangaji (1801060)
3. Mustika Renny (1801039)
4. Ribka C. Lanongbuka (1801073)
Kelas : V-A Keperawatan
MK : Al-Islam dan Kemuhammadiyaan IV

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO
T.A. 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “dakwah bil hal
dalam pengembangan dan penerapan iptek”.
Ucapan terima kasih kepada senua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masi ada kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan agar makalah ini bisa sempurna.

Manado, 01 November 2020

Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................
A. Dakwah Bil Hal..............................................................................................
B. Setiap Muslim Adalah Da’i............................................................................
C. Bekerja Adalah Dakwah................................................................................
D. Kewajiban Mengembangkan dan Mengerjakan Ilmu....................................
E. Ayat Al-Qur’an dan Hadist Yang Relevan....................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah boleh difahami sebagai usaha mengajak orang lain mendekati Allah subhanahu wa
ta’ala, menyeru mereka ke arah kebenaran dan seterusnya dapat mengikut apa yang
digariskan  dalam ajaran Islam. Sedangkan, dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah Islam
yang dilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan penerima dakwah,
sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah.
Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakit untuk keperluan masyarakat sekitar yang
membutuhkan keberadaan rumah sakit. Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah dakwah
bil-hal, yaitu dakwah yang diletakkan kepada perubahan dan perhatian kondisi material lapisan
masyarakat miskin. Dengan perbaikan kondisi material itu diharapkan dapat
mencegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
Kemajuan IPTEK pada era globalisasi ini pasti akan mewarnai pembangunan yang
membawa fenomena. Batas-batas system nasional disemua Negara hampir hilang dan orang
diseluruh dunia saling mempengaruhi meskipun tidak bertemu muka. Globalisasi merupakan
hasil dari kemajuan IPTEK sebagai kelanjutan dari revolusi industri., memang telah banyak
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain manusia
semakin tidak tenteram dan tidak ada kedamaian dalam kehidupannya akibat dari perasaan
cemas dari dampak negative yang ditimbulkan oleh globalisasi. Dimana bencana dan bahaya
setiap saat dapat mengancam kehidupan mereka. Dari sekian gejala social yang ditimbulkan oleh
globalisasi diatas, ada fenomena umum yang dapat dirasakan atau dilihat dewasa ini apabila
dikaitkan dengan dakwah, maka hal tersebut merupakan tantangan dan juga “pekerjaan rumah”
bagi para da’i (juru dakwah). Artinya para da’i harus tampil dengan jurus-jurus jitu dalam
menyampaikan bahasa agama pada kehidupan masyarakat yang sudah terkontaminasi dengan era
globalisasi itu. Bila para da’i masih tampil dengan gaya lama, sementara kondisi kekinian tampil
dengan problema globalisasi yang serba menantang, maka mau tidak mau, suka tidak suka pasti
gaya lama akan “tergusur”. Akibatnya upaya-upaya untuk membumikan ajaran islam ditengah-
tengah masyarakat, baik masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan pasti mengalamai
hambatan.
Bila kita amatai dikawasan industri dan masyarakat perkotaan misalnya, berdomisili
banyak ilmuan dari berbagai disiplin ilmu serta para usahawan yang sukses. Namun mereka haus
ketenangan batin atau kertenangan jiwa. IPTEK yang dimilikinya tidak mampu memberikan
kepuasan batin dan ketenangan jiwa, sehingga mereka berusaha menemukan itu melalui
pendekatan ajaran spiritual keagamaan. Mereka berusaha memadukan antara disiplin ilmu yang
ditekuninya dengan ajaran-ajaran agama yang diyakininya , sehingga agama terasa dan terbukti
semakin rasional dan menyentuh. Oleh karena itu dibutuhkanlah dakwah al bil-hal ini.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi dakwah bil hal?
2. Mengapa setiap muslim adalah da’i?
3. Jelaskan tentang bekerja adalah dakwah?
4. Bagaimana kewajiban mengembangkan dan mengerjakan ilmu?
5. Jelaskan ayat Al-Qur’an dan Hadist yang relevan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dakwah bil hal
2. Untuk mengetahui setiap muslim adalah da’i
3. Untuk mengetahui bekerja adalah dakwah
4. Untuk mengetahui kewajiban mengembangkan dan mengerjakan ilmu
5. Untuk mengetahui Al-Qur’an dan Hadist yang relevan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Dakwah Bil Hal
Dakwah ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari bahasa Arab dawah. Dakwah
mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini, terbentuk
beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil, mengundang,
minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan,
mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi. Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali
(dalam al-Bayanuni, 1993: 15), dakwah adalah Program sempurna yang menghimpun semua
pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia di semua bidang, agar ia dapat memahami tujuan
hidupnya serta mnyelediki petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi orang-orang yang
mendapat petunjuk.Sedangkann menurut HSM Nasaruddin Latif (1971: 11), dakwah adalah
setiap usaha atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia untuk beriman dan menaati Allah sesuai dengan garis-garis akidah dan
syariat serta akhlak Islamiyah.Secara umum, definisi dakwah yang dikemukakan para ahli di atas
menunjukkan pada kegiatan yang menunjuk pada kegiatan yang bertujuan perubahan positif
dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat
sasaran dakwah adalah iman. Berdasarkan pada rumusan beberapa definisi di atas, maka secara
singkat, Dakwah adalah kegiatan penningkatan iman menurut syariat Islam.
Dakwah bil Hal Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah dakwah
bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata dan bukan tandingan dakwah
bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal,
dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan
sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak
menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah. Dalam Muyawarah Nasional pada 1985 dan
Rakernas 1987, MUI telah mengambil keputusan tentang program "dakwah bi al-hal". Salah satu
rumusannya disebutkan bahwa tujuan "dakwah bi al-hal", antara lain,"untuk meningkatkan
harkat dan martabat umat, terutama kaum duafa atau kaum berpenghasilan rendah.

B. Setiap Muslim Adalah Dai


KATAKANLAH : "Inilah jalan (agama ) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata ,Maha Suci Allah , dan aku tiada
termasuk orang-orang yang musyrik ( QS. Yusuf:108). Ayat yang turun di Makkah ini secara
tegas menyatakan bahwa dakwah merupakan sunnah, jalan, dan cara hidup ( way of life )
Rasululah, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan , dengan ayat ini Allah menyuruh Rasululah
agar mendeglarasikan kepada jin dan manusia bahwa inilah satu-satu nya jalan beliau. Yakni,
menyeru kepada tauhid. Setiap orang yang mengikuti beliau pun harus menyeru kepada apa yang
diserukan beliau.
Setiap muslim adalah Da'i. Sebab, setiap muslim berkewajiban untuk melaksanakan amar
ma'ruf nahi munkar. Hal ini senada dengan penegasan Allah dalam lantunan firman-Nya, "Kalian
adalah sebaik-baiknya umat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada
kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan kalian beriman kepada Allah."(QS. Ali Imran [3] :
110). Maksud utama dari ayat ini adalah menegaskan pentingnya amar ma'ruf nahi munkar bagi
umat ini. Karenanya perintah ini disebutkan lebih dahulu. Jadi syarat utama agar umat ini
menjadi lebih mulia dari pada umat lainnya, maka kita harus melakukan perintah tersebut. Andai
kata tidak, maka tidaklah pantas bagi kita memperoleh kehormatan. Sayang, pemahaman
kewajiban dakwah pada umumnya dipahami hanya untuk orang tertentu yakni para ustadz atau
kiayi. Maka pantas jika ada ungkapan seseorang yang melihat kemaksiyatan, "Itu bukan urusan
saya, tapi urusan ustadz atau kiayi." Padahal merujuk ayat diatas jelas bahwa dakwah merupakan
kewajiban bagi setiap orang.
Hal ini ditegaskan pula dalam hadits. Dari Abu Said Al-Khudri ra berkata, aku
mendengar Rasulullah bersabda,"Barang siapa melihat kemunkaran dilakukan dihadapannya
maka hendaklah ia mencegah dengan tangannya, jika tidak mampu cegahlah dengan lidahnya,
jika tidak mampu maka hendaklah dia merasa benci di dalam hatinya, dan ini selemah-lemahnya
iman."(HR. Muslim). Selain menegaskan kewajiban dakwah, hadits itu mejelaskan pula tentang
proses pelaksanaan dakwah yaitu sesuai kemampuannya. Media DakwahPemahaman yang
kurang pas tentang kewajiban dakwah kita luruskan disini. Persepsi yang kurang tepat ini menilai
bahwa dakwah adalah ceramahnya seseorang di atas mimbar atau di depan jemaah banyak.
Tabligh akbar misalnya. Dari itu, mereka berpikir dirinya tidak wajib berdakwah karena tidak
bisa seperti yang para ustadz atau kiayi lakukan. Padahal, itu hanya salah satu bentuk media
dakwah saja dan dikaji sebagai level dakwah ummah. Selama ini banyak orang memahami
bahwa berdakwah adalah berceramah di depan jemaah merupakan suatu bentuk media dakwah,
yakni dakwah secara langsung. Hanya saja levelnya bertingkat. Kita yang tidak mampu dakwah
langsung dihadapan jemaah banyak, masih tetap menyandang hukum wajib berdakwah. Minimal
kita harus mampu melaksanakan dakwah nafsiyah (diri sendiri) dan dakwah fardiyah (orang per
orang). Bukankah Allah menyuruh kita untuk saling menasehati di antara kita. Sebagaimana
firman-Nya,"... Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati
supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-'Ashr [103] : 3). Sederhananya, lakukanlah kewajiban
dakwah kepada orang-orang terdekat, terutama keluarga. Bagi mereka yang tidak mampu
dakwah secara langsung di depan jemaah, mereka masih dapat melakukan dakwah lewat media
lain. Media cetak itulah bentuk kedua media dakwah yang bisa kita lakukan. Mereka yang gemar
menulis, lakukanlah dakwah lewat tulisan. Esensinya sama dengan dakwah langsung yaitu
menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Masukan tulisan-tulisan kita ke media cetak dengan harapan
ilmu yang kita tulis diraih banyak orang. Selain itu media dakwah adalah elektronik. TV, Film
dan radio dapat kita jadikan sebagai media transformasi ajaran Islam. Namun, kemungkinan
hanya sedikit mereka yang mampu melakukan dakwah dengan media elektronik.

C. Bekerja Adalah Dakwah


Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad, jika sang pekerja bersikap konsisten terhadap
peraturan Allah, suci niatnya, dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga bahkan
masyarakat dan negara. Dengan bekerja, masyarakat dapat melakukan tugas kekhalifahan,
menjaga diri dari maksiat, dan meraih tujuan yang lebih besar. kalau ada seeorang keluar dari
rumahnya untuk bekerja guna membiaya anaknya yang masih kecil, maka ia telah berusaha
fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirinya sendiri agar tidak sampai meminta-minta pada orang
lain, itupun fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk pamer atau untuk bermegah-megahan,
maka itulah fisabili syaithan atau karena mengikuti jalan Syaithan.(HR. Thabrani) Ketahuilah
Sesungguhnya Bekerja Itu Adalah Ibadah. Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah
kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari
kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak
menghindarkan kamu dari kemelaratan. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang akan membawa
diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah SWT maupun di mata
kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan sebuah kewajiban
yang setingkat dengan Ibadah. Orang yang bekerja akan mendapat pahala sebagaimana orang
beribadah. Lantaran manusia yang mau bekerja dan berusaha keras untuk menghidupi diri sendiri
dan keluarganya, akan dengan sendirinya hidup tentram dan damai dalam masyarakat.
Sedangkan dalam pandangan Allah SWT, seorang pekerja keras di jalan yang diridhai Allah
tentu lebih utama ketimbang orang yang hanya melakukan ibadah (berdoa saja misalnya), tanpa
mau bekerja dan berusaha, sehingga hidupnya melarat penuh kemiskinanKerja adalah Ibadah,
merupakan satu kesatuan yang tidak boleh terpisah Kita tidak mengartikan bahwa kerja itu
adalah untuk dunia sedangkan ibadah adalah soal akhirat. Pekerjaan yang dilakukan
diperusahaan ini juga berupa ibadah.

D. Kewajiban Mengembangkan Dan Mengerjakan Ilmu Pengetahuan


      Menyampaikan ilmu sangatlah penting untuk kemajuan Agama, Bangsa dan Negara, baik
dalam segi moral maupun material. Dan ilmulah yang memperbaiki semuanya. Memyampaikan
ilmu bermanfaat untuk kehidupan, kebahagian dunia dan akherat. Orang yang mendengarkan dan
menyampaikan ilmu bagaikan tanah yang terkena air hujan, mereka adalah orang alim yang
mengamalkan ilmunya dan mengajar. Seperti yang diterangkan dalam Al-Quran yang artinya
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolong umat yang menyeru pada kebaikan, menyeru
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. “
(Ali Imran, 104)
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah
laku dan perilaku kearah yang lebih baik, karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju
kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda
Nabi Muhammad salallahu alahi wassalam. Artinya : “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang
islam laki-laki dan perempuan” Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan
antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya
perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan
perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

E. Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang Relevan


Adapun beberapa dasar hukum menuntut ilmu antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Hadits Rasullulah salallahu alaihi wassalam
Yang berbunyi :”Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, waktunya adalah dari
buaian ibu (bayi), sampai masuk liang kubur”. Hadits dari Rasullulah salallahu alaihi
wassalam yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya
adalah wajib yang artinya adalah jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat pahala,
jika diabaikan, disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat dosa. Jadi permasalahan yang
mendesak sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, segeralah dan jangan
ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai
dengan Alqur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah salallahu alaihi wassalam, agar kita
memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa
ta’ala melalui Rasulnya Muhammad salallahu alaihi wassalam, sehingga kita dasar dalam
beragama Islam tidak hanya mendugaduga atau berprasangka saja.
2.      Al-Qur’an Surat Al-Ashr
Yang berbunyi sebagai berikut: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat
menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran". Ingatlah Allah subhanahu wa ta’ala telah bersumpah dalam surat ini dengan masa /
waktu yang didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap
manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian,
kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu : 1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati
supaya mentaati kebenaran, 4. Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.
3.      Hadits-Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu
a.       “Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.“ (QS. Al Mujadalah, 11)
b.      “Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah).” (HR. Ibnu
Majah)
c.       “Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju Syurga.” (Shahih Al Jami)
d.      Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke
syorga. (HR. Muslim).
e.       “Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
f.       “Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia
kembali.” (Shahih Tirmidzi)
g.       “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan
bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Ath-Thabrani)
h.      “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya.” (HR
Bukhari )
i.        “Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan
purnama terhadap seluruh bintang.” (HR. Abu Dawud )
j.        “Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah akan memberikannya pemahaman
terhadap Agama.”  (Sahih Ibnu Majah)
k.      Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal,
yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya
dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan
perkara dan mengajar dengannya.” (Bukhari)
l.         “Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang
tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil.” (HR.
Abu Dawud dan Aththusi)
m.    “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut
ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian
orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka.”  (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
n.      “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada
hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Dawud)
o.      “Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah
menjadikan ilmunya tidak bermanfaat.” (HR. Al-Baihaqi)
p.      “Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan
mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-
orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa
ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan.” (Mutafaq’alaih)
q.      “Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya
berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta.”
(HR. Abu Na’im)
r.        “Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika
dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa
bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri.” (HR. Ath-Thabrani)
s.       Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam bersabda, Artinya : "Barang siapa menginginkan
soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa
yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan
barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula".
(HR.Bukhari dan Muslim) Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka
terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik
dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah bil Hal Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah dakwah
bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata dan bukan tandingan dakwah
bil-lisan tetapi saling melengkapi antara keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal,
dimaksudkan sebagai keseluruhan upaya mengajak orang secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan
sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak
menekankan pada masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dengan wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah.

B. Saran
Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua
DAFTAR PUSTAKA
Dakwah Bil-HalSagirAlhadharahJurnal Ilmu Dakwah Vol.14No.27, Januari-Juni201527Anas,
Ahmad. 2005. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang: Pustaka Rizki Putra.Anwar
Masy'ari, 1993, Butir-hutir Problematika Dakwah Islam, Surabaya :Bina flmuArifin,Anwar.
2011. Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/dakwah-bil-hal-melalui-pengembangan-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai