Anda di halaman 1dari 17

Etika Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS Dalam

Pandangan Islam
Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Dan
Ilmu Pengetahuan
Dosen Pengampu Riyanto, M.Pd.I

Oleh Kelompok 6 :
Nadila Herditia Ningrum (19340133)
Ayu Anjar Saputri (19340132)

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia dini


Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah ponorogo
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan hidyah-Nya kepada kita semua sehingga kita
masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam kita
junjung kepada Nabi besar Muhammad SAW. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada orang tua yang telah memberikan kasih
sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tak ternilai
harganya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak
Riyanto, M.Pd.I Selaku dosen pengampu mata kuliah islam dan
ilmu pengetahuan, dan semua teman-teman yang telah
membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan tugas ini. Sehingga segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa universitas Muhammadiyah
Ponorogo khususnya dan pembaca pada umumnya.

Madiun, 28 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................2
BAB 1.........................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................3
A. Latar belakang.................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................5
2.1 Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan
ajaran islam.............................................................................5
2.2  Paradigma ilmu  bebas nilai............................................7
2.3 Paradigma ilmu tidak bebas nilai.....................................8
2.4  Perlunya Akhlak Islami Dalam Penerapan IPTEKS.......9
PENUTUP................................................................................13
3.1 Kesimpulan.....................................................................13
3.2 Saran...............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..15

2
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Etika adalah pondasi utama dalam mengembangkan
sebuah teknologi, etika juga sangat penting dalam setiap
penerapan-penerapan tindak laku seorang muslim, tanpa etika
yang baik muslim bukanlah seorang muslim dan manusia
bukanlah seorang manusia,
٦٨‫َصبِ ُر َعلَ ٰى َما لَمۡ تُ ِح ۡط بِ ِهۦ ُخ ۡب ٗر‬ َ َّ‫قَا َل ِإن‬
َ ‫ك لَن ت َۡستَ ِطي َع َم ِع َي‬
ۡ ‫ َو َك ۡيفَ ت‬  ٦٧ ‫ص ۡب ٗرا‬

67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan


sanggup sabar bersama aku. 68. Dan bagaimana kamu dapat
sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang hal itu? (QS. Al- Kahf: 67-68)
Etika dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Etika adalah
sumber dasar yang mampu memberikan nilai-nilai positif
terhadap kemungkinan munculnya berbagai penemuan
rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau
aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata
yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk
berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus
menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan
ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Al-quran,
sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan
mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagai contoh adalah firman Allah SWT
٨٠  َ‫صنَ ُكم ِّم ۢن بَ ۡأ ِس ُكمۡۖ فَهَ ۡل َأنتُمۡ ٰ َش ِكرُون‬ َ ُ‫َو َعلَّمۡ ٰنَه‬
ٖ ‫ص ۡن َعةَ لَب‬
ِ ‫ُوس لَّ ُكمۡ لِتُ ۡح‬
80. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi
untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu;
Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).(QS. Al
Anbiya:80)

3
Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut
untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak
mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir
Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi sangat
disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat
ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar
umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa
Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu dan
teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula
mereka membelenggu para pemikir Islam sehingga sampai saat
ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah

1.   Apakah yang dimaksud dengan Sinergi ilmu dan


pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran islam ?
2.   Apakah makna dari Paradigma ilmu  bebas nilai ?
3. Apakah makna dari paradigma ilmu tidak bebas nilai?
3.   Mengapa Perlunya akhlak islami dalam penerapan
IPTEKS ?
C. Tujuan Penulisan

1.  Memahami sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan


nilai dan ajaran islam
2.   Memahami makna dari Paradigma ilmu  bebas nilai
3. Memahami makna dari Paradigma ilmu tidak bebas nilai
4.  Memahami perlunya akhlak islami dalam penerapan
IPTEKS

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan


ajaran islam.

Merujuk kepada sejarah Islam, teknologi bukanlah sesuatu


yang asing. Teknologi akan terus berkembang sejalan dengan
kepandaian manusia untuk memudahkan urusan kehidupan.
Islam tidak pernah menghalangi atau bahkan mengharamkan
teknologi terutama dimanfaatkan untuk pendidikan. Tidak ada
hukum sesuatu itu haram kecuali terdapat nas dan dalil terang
menyatakan sesuatu itu haram.
Wacana perpaduan antara sains dan Agama di Indonesia sudah
lama digaungkan sebagaimana yang tertuang dalam UUSPN
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 30 yang mewajibkan
penyelenggaraan pendidikan Agama pada semua strata
pendidikan sebagai bentuk kesadaran bersama untuk mencapai
kualitas hidup yang utuh.
Peserta didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja
menerima pelajaran pendidikan agama Islam. Ketika
disampaikan tentang haramnya makanan tertentu maka mereka
tidak serta merta menerima namun mereka mempertanyakan
tentang keharaman makanan tersebut. Dalam kasus seperti
inilah peran sains diharapkan mampu memberikan penjelasan
secara menyeluruh. Sehingga antara pendidikan agama Islam
dan sains dapat saling mendukung dalam memberikan
pemahaman yang utuh kepada peserta didik.
Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara
konsisten akan menghasilkan sumber daya yang handal dalam

5
mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan diperkuat oleh
spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Isla
tidak lagi dianggap sebagai Agama yang kolot, melaikan
sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri di berbagai
bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan
ilmu dan  teknologi.
Agama, dalam  hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih
sebagai justifikasi atau pembenaran terhadap konsep-konsep
sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang menyeluruh
(holistik). Orientasi  dan sistem pedidikan di sekolah antara
ilmu Agama dan ilmu umum haruslah diintegrasikan secara
terpadu dalam sebuah proses pelarutan, maksudnya antara
Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel,
dan link and match.
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk
menghilangkan anggapan antara Agama dan sains adalah dua
hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa
Agama (Islam) bukan Agama  yang kolot yang tidak menerima
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan Agama
yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber atau
inspirasi dari semua ilmu.
Sebagai seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa
penyebab Islam dalam kondisi terpuruk dan terbelakang dalam
konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa lain sudah berhasil
membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang
bagaimana mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke
Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk menyelesaikan
problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu
dipersoalkan seperti halnya kunut, bid’ah, do’a jama’ah, zikir
ba’da shalat, dan lain sebagainya“.
Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-
12M kita dapat mengenal sejumlah figur intelektual muslim
yang menguasai dua disiplin ilmu,  baik ilmu Agama maupun

6
ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam
ilmu umum itu juga merupakan ilmu Agama, merupakan kalam
tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja misalnya Ibn
Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-1111) Ibn
Rusd, Ibn Thufail dan lain sebagainya. Mereka adalah para
figur intelektual  muslim yang memiliki kontribusi besar
terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini.
Jika pada awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada
Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan Bahasa, maka pada periode
berikutnya, setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah,
kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu:
fisika, kimia, kedokteran, astronomi, dan ilmu-ilmu sosial
lainnya.
Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah
menyatakan bahwa munculnya para ilmuan barat adalah
merupakan hasil dari karya-karya intelektual  muslim yang
direbut pada masa kegelapan umat muslimin atau setelah
perang salib dan menurut beliau inilah yang mesti direbut
kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar) mulai
dari Yunai berpindah ke  Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di
kuasai oleh Negara-negara Barat yang insyaAlloh  akan dapat
kita raih kembali.
2.2  Paradigma ilmu  bebas nilai.
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut
dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi
adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki
keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan
pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan
faktro eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada
3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

7
a.   Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai.
Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh
eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b.   Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom
ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan
yang tersedia dan penentuan diri.
c.   Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang
sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis
sendiri itu bersifat universal.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa
batas dapat dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan
ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan
lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air
condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global
dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat
pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi
itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan
pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai
ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai
menganggap nilai ekologis tersebut menghambat
perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu
itu untuk ilmu.
2.3 Paradigma ilmu tidak bebas nilai
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang
bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus
dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai.
Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis,
sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu
Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu
alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada
kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi
3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;

8
1. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam
yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini
menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan
menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-
teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-
pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan
teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya
manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
2. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan
pengetahuana yang pertama, karena tidak menyelidiki
sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan
memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar
hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi,
sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana
ini adalah pemahaman makna.
3. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu
membongkar penindasan dan mendewasakan manusia
pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat
dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya
adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang
dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu
selalu terkait dengan nilai dan harus di kembangkan dengan
mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa
terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik,
ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

2.4  Perlunya Akhlak Islami Dalam Penerapan IPTEKS


Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani
yaitu ethikos, ethos (adat, kebiasaan, praktek). Sebagaimana
digunakan Aristoteles istilah ini mencakup ide “karakter” dan
“disposisi” (kecondongan). Kata moralis diperkenalkan ke

9
dalam kosa kata filsafat oleh Cirero. Baginya kata ini ekuivalen
dengan kata ethikos yang diangkat oleh Aristoteles. Kedua
istilah itu menyiratkan hubungan dengan kegiatan praktis.
Sedangakan menurut Islam sendiri Etika adalah “Akhlak”.
Akhlak atau etika Islam lebih bersifat berkisar sekitar Tuhan.
Karena dalam Islam, etika lebih dikaitkan dengan pahala dan
dosa.
Etika Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran yang
muncul dalam   diri kaum muslim itu sendiri. Munculnya etika
Islam didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Shunnah. Etika Islam
dalam penerapan Bidang Ilmu kini mendapat implikasi
negative, dikarenakan perbedaan agama, budaya dan gaya
hidup dari negara-negara Barat yang menjadi produsen ilmu
tersebut. Sebab paradigma dan pelaksanaan komunikasi Barat
yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis, materialistis
serta penggunaan media secara kapitalis.
Etika Islam dalam Ilmu Pengetahuan yang hangat
diperbincangkan akhir-akhir ini terutama menyangkut teori dan
prinsip-prinsip etika Islam, serta pendekatan Islam tentang Ilmu
Pengetahuan. Titik penting munculnya aktivisme dan
pemikiran mengenai etika Islam ditandai dengan terbitnya
beberapa media social, sebut saja salah satunya Friendster. Ini
semakin menunjukkan jati diri etika seorang muslim yang
tengah mendapat perhatian dan sorotan masyarakat tidak saja di
belahan negara berpenduduk Muslim tetapi juga di negara-
negara Barat. Isu-isu yang dikembangkan dalam media sosial
tersebut menyangkut Islam dan komunikasi yang meliputi
perspektif Islam terhadap media, pemanfaatan media massa
pada era pascamodern, kedudukan dan perjalanan media massa
di negara Muslim serta perspektif politik terhadap Islam dan
Ilmu Pengetahuan.
Etika Islam yang berfokus pada ayat-ayat Al-Qur’an yang
dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan akhirnya

10
adalah menjadikan etika Islam sebagai landasan utama dalam
penerapan Ilmu Pengetahuan, terutama dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan fitrah
penciptaan manusia. Kesesuaian nilai-nilai Al-Qur’an dengan
dimensi penciptaan fitrah kemanusiaan itu memberi manfaat
terhadap kesejahteraan manusia sejagat. Sehingga dalam
perspektif ini, etika Islam merupakan proses penyaringan atau
tukar menukar informasi yang menggunakan prinsip dan
kaedah etika islam dalam Alquran. Etika Islam dengan
demikian dapat didefenisikan sebagai proses penyaringan nilai-
nilai Islam dari komunikator/produktor kepada
komunikan/konsumen dengan menggunakan prinsip-prinsip
etika yang sesuai dengan Alquran dan Hadis.
Dalam Islam, prinsip etika merupakan hak eksklusif dan bahan
komoditi yang bersifat memikat, tetapi ia memiliki norma-
norma dan moral imperatif yang bertujuan sebagai service
membangun kualitas manusia secara paripurna. Jadi Islam
meletakkan inspirasi tauhid sebagai parameter pengembangan
teori ilmu pengetahuan dan Alquran menyediakan seperangkat
aturan dalam prinsip dan tata beretika dalam penerapan ilmu
pengetahuan.
Dalam masalah ketelitian menerima Penemuan Sains dan
Teknologi, Alquran misalnya memerintahkan untuk melakukan
check and recheck terhadap informasi yang diterima.
Dalam surah al-Hujurat ayat 6 dikatakan
ْ ‫صبِح‬
‫ُوا‬ ْ ‫صيب‬
ۡ ُ‫ُوا قَ ۡو ۢ َما بِ َج ٰهَلَ ٖة فَت‬ ُ ۢ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإن َجٓا َء ُكمۡ فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَ ٖإ فَتَبَيَّنُ ٓو ْا َأن ت‬
 ٦ َ‫َعلَ ٰى َما فَ َع ۡلتُمۡ ٰنَ ِد ِمين‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum

11
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu.
Oleh karena itu, penerapan etika islam dalam menanggapi
perkembangan ilmu Pengetahuan sangat di perlukan, agar
terciptanya masyarakat muslim yang madani dan tidak terlalu
jauh menikmati kefaanaan alam dunia ini. Selain itu, proses
pendidikan Islam juga merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan, potensi hidup manusia yang
berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar,
sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya
sebagai makhluk individual, dan sosial serta dalam
hubungannya dengan alam sekitar dimana nilai- nilai Islam,
yaitu nilai-nulai yang melahirkan norma-norma syariah dan
akhlak karimah.
Tujuan kependidikan Islam adalah merupakan penggambaran
nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi
manusia, dengan istilah lain tujuan pendidikan Islam
perwujudan nilai-nilai Islami dalam diri manusia didik. Jadi
kesanalah pendidikan Islam seharusnya diarahkan, agar
pendidikan Islam tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan
kemajuan IPTEK.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam
dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai
profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang
bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengi atau dibangun
dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran ketuhanan
tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar
tentang ilmu-ilmu Islam. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan
kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang satu
sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi
bagi pengembangan sains dan teknologi. Bisa disimpulkan,
integrasi  ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi
dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.
Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan
teknologi diharapkan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi
lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran
dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, latihan,
serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
Selain memberi panduan hidup kepada manusia agar menjadi
manusia yang bertaqwa yang dapat selamat dan
menyelamatkan, Al-Qur’an banyak terkandung informasi-

13
informasi ilmiah. Walaupun Al-Qur’an bukan merupakan kitab
sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi sains dan
teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang
sangat penting saja dari ilmu-ilmu dan teknologi yang
dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam untuk
belajar, mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.
3.2 Saran
Mungkin semua yang kami tulis ini belum sempurna.
Kami mohon jika ada kekurangan maupun kesalahan dalam
penulisan kami meminta kritik saran yang membangu dari para
pembaca. Dan semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat bagi
kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Inggit. 2012. Integrasi PendidikanAgama Islam
Dengan Sains Dan Teknologi.
https://inggitanggara.wordpress.com/2012/12/13/
integrasi-pendidikan-agama-islam-dengan-sains-dan-
teknologi/.(online). Diakses pada hari Kamis, tgl 28
maret 2021, pukul 19.00 WIB.
Abdorin, Muhammad. 2012. Ilmu Bebas Nilai. http://muhamad
abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html. (o
nline). Diakses pada hari Kamis, tgl 28 maret 2021,
pukul 19.00 WIB.
Fauzia, Ina. 2015. Etika Islam dalam Penerapan IPTEKS.
http://inafauzia95.blogspot.co.id/2015/05/etika-islam-
dalam-penerapan-ipteks.html.(online). Diakses pada
hari Kamis, tgl 28 maret 2021, pukul 19.00 WIB.

15
16

Anda mungkin juga menyukai