Anda di halaman 1dari 55

Buku GPI

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)


GERAKAN PEMUDA ISLAM (GPI)

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Status Keanggotaan

1. Anggota Muda adalah :


a. Generasi muda Islam berusia minimal 17 tahun,
maksimal 40 tahun yang menyetujui AD–ART dan
Garis Perjuangan GPI serta terdaftar pada instansi
organisasi.
b. Mengikuti kegiatan GPI.
2. Anggota Biasa adalah:
a. Anggota Muda yang telah lulus minimal jenjang
awal kaderisasi GPI.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah atas usul
Pimpinan Daerah.
c. Memiliki kartu keanggotaan.
3. Anggota Luar Biasa adalah :
a. Anggota luar biasa adalah tokoh Islam yang
merupakan tokoh steakholder yang ingin menjadi
anggota GPI.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Anggota Kehormatan adalah :
a. Orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan
Islam.
b. Menyatakan kesediaan menjadi anggota
kehormatan GPI.
c. Diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
5. Anggota Purna adalah :

Anggaran Rumah Tangga (ART) 8


Buku GPI

a. Anggota biasa yang telah selesai aktif dalam


struktur kepengurusan GPI.
b. Konsisten dan peduli terhadap idealisme perjuangan
GPI.
Pasal 2
Persyaratan Keanggotaan

1. Pemuda-pemudi Islam berusia minimal 17 tahun,


maksimal 40 tahun.
2. Setiap pemuda Islam yang ingin menjadi anggota GPI
harus mengajukan permohonan dan menyatakan
secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan
AD-ART, Garis-garis Besar Perjuangan GPI, Khittah
Perjuangan serta ketetapan-ketetapan dan peraturan-
peraturan organisasi lainnya, kepada Pengurus GPI
yang telah ditentukan.
3. Status keanggotaan ditetapkan oleh eselon Pengurus
GPI yang ditunjuk, berdasarkan permohonan tertulis
dari yang bersangkutan dan atau rekomendasi dari
eselon Pengurus GPI satu tingkat di bawahnya.
4. Dianggap telah menjadi anggota biasa jika telah
mengikuti pelatihan resmi GPI.

Pasal 3
Pengesahan dan Penetapan Status

1. Status anggota muda dan anggota biasa ditetapkan dan


disahkan oleh eselon pimpinan yang ditunjuk.
2. Status anggota luar biasa ditetapkan dan disahkan
oleh Pimpinan Pusat dan dapat diusulkan oleh
Pimpinan Wilayah dan atau Pimpinan Daerah.
3. Status anggota kehormatan ditetapkan dan disahkan
oleh Pimpinan Pusat dan dapat diusulkan oleh
Pimpinan Wilayah.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 9


Buku GPI

4. Status anggota purna ditetapkan dan disahkan oleh


Pimpinan GPI di berbagai eselon berdasarkan bukti
keaktifan dalam organisasi di masa yang telah lewat.

Pasal 4
Prosedur Keanggotaan

1. Setiap calon anggota yang telah mengikuti kegiatan GPI


dan bersedia aktif di dalamnya, dapat menjadi anggota
muda.
2. Setiap anggota muda yang telah mengikuti jenjang
pengkaderan/pelatihan di masing-masing instansi
dapat menjadi anggota biasa dengan menyampaikan
kesediaan secara tertulis kepada Pimpinan Wilayah.
3. Setiap tokoh/public figure dari kalangan umat Islam
dan bersedia bergabung dengan GPI dapat menjadi
anggota luar biasa dan disahkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Setiap orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan
umat Islam dan bersedia bergabung dengan GPI, dapat
ditetapkan sebagai Anggota Kehormatan oleh Pimpinan
Pusat dan atau atas usul /rekomendasi Pimpinan
Wilayah.
5. Setiap anggota biasa yang telah selesai masa
jabatannya dan tidak melanjutkan, secara otomatis
menjadi anggota purna.
6. Anggota biasa, anggota luar biasa, anggota
kehormatan, dan anggota purna setelah diterima dan
sah pengangkatannya, diberikan Kartu Tanda Anggota
(KTA) yang tercantum nomor induk dan status
keanggotaan oleh Pimpinan Pusat, serta didaftar dalam
Buku Induk Anggota (BIA).
7. Anggota yang direkrut secara khusus (kader material)
berdasarkan kebutuhan khusus, tetap mengacu
kepada aturan yang berlaku dengan

Anggaran Rumah Tangga (ART) 10


Buku GPI

mempertimbangkan pelaksanaan konversi jenjang


pengkaderan tersendiri dan disahkan oleh eselon yang
ditunjuk.
Pasal 5
Hak dan Kewajiban
Hak
1. Hak Anggota Muda.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan organisasi sesuai ketentuan.
b. Mendapatkan pembinaan dari GPI sesuai
ketentuan.
c. Mengikuti jenjang pengkaderan GPI.
2 Hak Anggota Biasa.
a. Seluruh hak yang didapat anggota muda.
b. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada
semua jenjang organisasi.
c. Menjabat sebagai pengurus pada struktur organisasi.
3 Hak Anggota Luar Biasa.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan organisasi.
b. Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi
baik secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.
4. Hak Anggota Kehormatan.
a. Mempelajari/menelaah gerak perjuangan organisasi.
b. Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi
baik secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.
5. Hak Anggota Purna.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan GPI sesuai ketentuan yang berlaku.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 11


Buku GPI

b. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas


setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.
Kewajiban
1 Kewajiban Anggota Muda.
a. Seluruh hak anggota muda secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis
Besar Perjuangan GPI, Khittah Perjuangan dan
ketetapan-ketetapan organisasi lainnya.
2 Kewajiban Anggota Biasa.
a. Seluruh hak anggota biasa secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis
Besar Perjuangan GPI, Khittah Perjuangan dan
ketetapan-ketetapan organisasi lainnya.
f. Turut memberikan kontribusi, baik pemikiran
maupun tenaga dalam rangka memajukan da’wah
Islam dan organisasi.
g. Mengikuti seminimalnya pelatihan dasar.
3 Kewajiban Anggota Luar Biasa.
a. Seluruh hak anggota luar biasa secara otomatis
menjadi kewajiban.
b. Memberikan kontribusi kepada organisasi, baik moril
maupun materil.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 12


Buku GPI

c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan


organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis
Besar Perjuangan GPI, Khittah Perjuangan dan
ketetapan-ketetapan organisasi lainnya.
4. Kewajiban Anggota Kehormatan.
a. Tunduk pada seluruh ketentuan organisasi serta
melaksanakan dan memperjuangkan misi
perjuangan organisasi.
b. Memberi kontribusi pada organisasi, baik moril
maupun materi.
5. Kewajiban Anggota Purna.
a. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memberikan kontribusi pada organisasi, baik moril
maupun materil.

Pasal 6
Hilangnya Keanggotaan

Seorang anggota dapat kehilangan keanggotaannya karena


:
1. Atas permintaan sendiri.
2. Diberhentikan atau dipecat.
3. Meninggal Dunia.
Pasal 7
Hukuman

1. Anggota GPI dapat dijatuhi hukuman apabila :


a. Berbuat melanggar nilai-nilai Islam.
b. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik
Islam dan umatnya.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 13


Buku GPI

c. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik


organisasi.
d. Melanggar keputusan-keputusan, ketentuan-
ketentuan dan peraturan-peraturan organisasi
lainnya yang telah ditetapkan GPI.
2. Hukuman kepada anggota, dapat berupa peringatan,
skorsing dan pemecatan.
3. Anggota yang diskorsing atau dipecat dapat melakukan
pembelaan dalam forum yang ditunjuk.
4. Secara umum skorsing dan atau pemecatan dapat
dilaksanakan setelah :
a. Mendapat kesempatan klarifikasi.
b. Mendapat minimal satu kali teguran lisan.
c. Mendapat teguran tertulis yang terdiri dari Surat
Peringatan (SP) 1, SP 2 dan atau SP 3.
5. Tata cara skorsing, pemberhentian, pemecatan,
pemberian sanksi akan diatur pada aturan tersendiri.

Pasal 8
Rangkap Anggota

1. Rangkap keanggotaan dengan organisasi lain dapat


dibenarkan jika tujuan dan misi perjuangannya sejalan
dan tidak bertentangan dengan misi perjuangan GPI.
2. Syarat-syarat dan prosedur rangkap anggota diatur
dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 9
Rangkap Jabatan

1. Ketua Umum GPI di seluruh tingkatan organisasi pada


dasarnya tidak boleh merangkap jabatan yang sama
pada organisasi sosial kepemudaan manapun.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 14


Buku GPI

2. Dalam keadaan tertentu Ketua Umum GPI dapat


merangkap jabatan pada organisasi/sosial
kepemudaan dan atau sebagai pejabat publik, dimana
tujuan, misi dan eksistensinya sejalan dengan GPI.
3. Dalam keadaan tertentu Pengurus GPI dapat
merangkap jabatan pada organisasi lain, dimana
tujuan, misi dan eksistensinya sama dengan GPI.
4. Syarat-syarat dan prosedur rangkap jabatan diatur
dalam ketentuan tersendiri.
5. Pengurus GPI yang mempunyai kedudukan pada
organisasi lain harus menyesuaikan tindakan-
tindakannya dengan AD-ART serta ketentuan-
ketentuan GPI lainnya yang berlaku.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ORGANISASI
Pasal 10
A. Muktamar

1. Muktamar adalah instansi kekuasaan tertinggi dalam


organisasi GPI.
2. Muktamar merupakan forum musyawarah :
a. Pengurus Pimpinan Pusat.
b. Utusan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Pimpinan Daerah.
3. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 11
Fungsi dan Wewenang Muktamar

1. Menetapkan AD-ART, Garis-garis Besar Perjuangan


GPI, Khittah Perjuangan, Peraturan-peraturan
Organisasi, Program kerja Nasional dan lain-lain yang
dianggap perlu.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 15


Buku GPI

2. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Pusat.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Pusat dengan jalan
memilih Ketua Umum/Ketua Formatur dan beberapa
anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade,
Muslimah GPI masing-masing minimal 3 orang untuk
dipilih salah satunya oleh Ketua Umum/Ketua
Formatur PP GPI terpilih, menjadi Ketua
Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama-
sama menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 12
Penyelenggaraan Muktamar

1. Muktamar diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali oleh


Pimpinan Pusat.
2. Pimpinan Pusat adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Muktamar, dengan membentuk
Panitia Muktamar.

Pasal 13
Peserta Muktamar

1. Muktamar dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan


Wilayah, Pimpinan Daerah dan Peninjau/Undangan
dari Pimpinan Pusat.
2. Peserta Muktamar terdiri dari pengurus Pimpinan
Pusat termasuk Badan-badan Otonom dan Lembaga-
lembaga Khusus, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Daerah termasuk Badan–Badan Otonom di masing-
masing tingkatan.
3. Peserta peninjau Muktamar terdiri dari anggota luar
biasa, anggota kehormatan, anggota purna, dan

Anggaran Rumah Tangga (ART) 16


Buku GPI

undangan Pimpinan Pusat, utusan Pimpinan Wilayah


dan Pimpinan Daerah persiapan atau mereka yang
dimandati untuk pembentukan Pimpinan Wilayah atau
Daerah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh
Pimpinan Pusat.
5. Peserta Muktamar mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Muktamar hanya memiliki hak bicara.

Pasal 14
Tata Tertib Muktamar

1. Muktamar dianggap sah apabila dihadiri sekurang-


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang
berhak hadir.
2. Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah yang berhak
hadir dalam Muktamar adalah yang telah disahkan
(SK) dan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka
Muktamar ditunda selama 1 X 24 jam dan setelah itu
Muktamar dinyatakan syah.
4. Sebelum pimpinan sidang Muktamar dipilih, sidang-
sidang Muktamar dipimpin oleh Pimpinan Pusat.
5. Pimpinan sidang Muktamar dipilih dari peserta dalam
bentuk Presidium, sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang
dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang.

Pasal 15
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum /Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur
lainnya, harus selesai menyusun struktur dan
personalia Pimpinan Pusat GPI.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 17


Buku GPI

2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PP GPI


oleh Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu anggota
Formatur lainnya ditandai dengan keluarnya SK (Surat
Keputusan) dari Ketua Umum/Ketua Formatur dan
Anggota Formatur lainnya.
3. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PP GPI
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah -
Terima jabatan.
4. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan
serah-terima jabatan diatur dalam Pedoman
Organisasi.
5. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Anggota Formatur secara kolektif berhak untuk
memberi peringatan dan jika dianggap perlu
bermusyawarah untuk menunjuk dan menetapkan
Ketua Formatur baru yang diambil dari anggota
formatur terpilih untuk penyusunan dan persiapan
pelantikan Pimpinan Pusat.

Pasal 16
B. Muktamar Luar Biasa

1. Muktamar Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


pelanggaran terhadap konstitusi oleh Pimpinan Pusat.
2. Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan jika
dianggap terdapat masalah yang sangat mendesak
serta mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat
ditangguhkan sampai Muktamar berikutnya.
3. Muktamar Luar Biasa diadakan atas inisiatif 3 (tiga)
Pimpinan Wilayah dan mendapat persetujuan secara
tertulis dari :
a. 2/3 dari jumlah Pimpinan Wilayah yang
sah/definitif.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 18


Buku GPI

b. 2/3 dari jumlah Pimpinan Daerah yang


sah/definitif.
4. Segala ketentuan tentang Muktamar berlaku bagi
Muktamar Luar Biasa.

Pasal 17
C. Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan pemegang


kekuasan tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam
(GPI) di tingkat Wilayah, diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a. Pengurus Pimpinan Wilayah
b. Utusan Pimpinan Daerah
c. Utusan Pimpinan Cabang
3. Muswil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan
dihadiri oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 18
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Wilayah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Wilayah.
2. Menetapkan Program Kerja Wilayah dan ketetapan-
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Wilayah dengan
jalan memilih Ketua Umum/Ketua Formatur dan
beberapa orang Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan
Muslimah GPI masing-masing minimal 3 orang untuk
dipilih salah satunya oleh Ketua Umum/Ketua
Formatur PW GPI terpilih, menjadi Ketua
Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama-
sama menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 19


Buku GPI

Pasal 19
Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah diselenggarakan 3 (tiga) tahun


sekali.
2. Pimpinan Wilayah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Musyawarah Wilayah, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Wilayah.

Pasal 20
Peserta Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Pimpinan Pusat,


Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan
Cabang dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan
Wilayah.
2. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari pengurus
Pimpinan Wilayah termasuk Badan-badan Otonom dan
Lembaga-lembaga Khusus, Pimpinan Daerah termasuk
Badan–Badan Otonom Daerah dan Pimpinan Cabang.
3. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah terdiri dari
Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah persiapan atau
mereka yang dimandati untuk pembentukan Pimpinan
Daerah, dan undangan dari Pimpinan Wilayah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh
Pimpinan Wilayah.
5. Peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak suara
dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah hanya memiliki
hak bicara.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 20


Buku GPI

Pasal 21
Tata Tertib Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dianggap sah apabila dihadiri


sekurang – kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
Pengurus Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang
berhak hadir.
2. Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang berhak
hadir dalam Musyawarah Wilayah adalah yang telah
disahkan (SK) dan dilantik.
3. Sebelum Pimpinan Musyawarah Wilayah dipilih,
sidang-sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh
Pimpinan Wilayah.
4. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka
Musyawarah Wilayah ditunda 1 X 24 jam dan setelah
itu Musyawarah Wilayah dinyatakan sah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Wilayah dipilih dari
peserta (utusan/peninjau) dalam bentuk presidium,
sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan sebanyak-
banyaknya 7 (tujuh) orang.

Pasal 22
Pelantikan dan Serah- Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum/Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh anggota Formatur
lainnya harus telah selesai menyusun struktur dan
personalia Pimpinan Wilayah GPI.
2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PW GPI
oleh Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu Anggota
Formatur lainnya.
3. Ketua Umum/Ketua Formatur segera mengajukan
permohonan pengesahan dan pelantikan ke PP GPI.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 21


Buku GPI

4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan personalia


dan struktur PW GPI diberikan oleh Pimpinan Pusat
berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus PW
bersangkutan.
5. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PW GPI
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah -
Terima Jabatan.
6. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan
serah-terima jabatan diatur dalam Pedoman
Organisasi.
7. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Pusat berhak untuk memberi peringatan dan
jika dianggap perlu menunjuk dan menetapkan Ketua
Formatur baru yang diambil dari anggota formatur
terpilih atau memandati beberapa orang untuk
penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan
Wilayah.

Pasal 23
D. Musyawarah Wilayah Luar Biasa

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan


apabila terjadi kevakuman kepengurusan dan atau
pelanggaran konstitusi oleh Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan untuk
membicarakan masalah yang mendesak atau dianggap
penting yang mengancam eksistensi organisasi dan
tidak dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Wilayah
berikutnya.
3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan atas inisiatif
minimal 2 (dua) Pimpinan Daerah dan mendapat
persetujuan secara tertulis dari :

Anggaran Rumah Tangga (ART) 22


Buku GPI

a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Daerah yang


sah/definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang
sah/definitif.
4. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat dilaksanakan
atas pertimbangan dan persetujuan Pimpinan Pusat.
5. Segala ketentuan tentang Musyawarah Wilayah berlaku
bagi Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

Pasal 24
E. Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah (Musda) merupakan pemegang


kekuasan tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam
(GPI) di tingkat Daerah, diadakan 2 (dua) tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a Pengurus Pimpinan Daerah
b Utusan Pimpinan Cabang
c Utusan Pimpinan Ranting
3. Musda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah

Pasal 25
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Daerah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Daerah.
2. Menetapkan Program Kerja Daerah dan ketetapan-
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Daerah dengan
jalan memilih Ketua/Ketua Formatur dan beberapa
orang Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan
Muslimah GPI masing-masing minimal 2 (dua) orang
untuk dipilih salah satunya oleh Ketua/Ketua

Anggaran Rumah Tangga (ART) 23


Buku GPI

Formatur PD GPI terpilih, menjadi Ketua


Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama-
sama menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 26
Penyelenggaraan Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah diselenggarakan 2 (dua) tahun


sekali.
2. Pimpinan Daerah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Musyawarah Daerah, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Daerah.

Pasal 27
Peserta Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh Pimpinan Wilayah,


Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting
dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari pengurus
Pimpinan Daerah termasuk Badan-badan Otonom dan
Lembaga-lembaga Khusus, Pimpinan Cabang dan
Pimpinan Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Daerah terdiri dari
Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang persiapan atau
mereka yang dimandati untuk pembentukan Pimpinan
Cabang dan undangan dari Pimpinan Daerah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh
Pimpinan Daerah.
5. Peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak suara
dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Daerah hanya memiliki
hak bicara.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 24


Buku GPI

Pasal 28
Tata Tertib Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri


sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
Pengurus Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting
yang berhak hadir.
2. Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting yang berhak
hadir dalam Musyawarah Daerah adalah yang telah
disahkan (SK) dan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka
Musyawarah Daerah ditunda 1 X 24 jam dan setelah
itu Musyawarah Daerah dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih, sidang-
sidang Musyawarah Daerah dipimpin oleh Pimpinan
Daerah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Daerah dipilih dari
peserta (utusan/peninjau) dalam bentuk presidium,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.

Pasal 29
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur
lainnya harus selesai menyusun struktur dan
personalia Pimpinan Daerah GPI.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PD GPI
oleh Ketua/Ketua formatur dibantu Anggota Formatur
lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan
permohonan pengesahan dan pelantikan kepada PW
GPI.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 25


Buku GPI

4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur


dan personalia PD GPI diberikan oleh Pimpinan
Wilayah GPI berbarengan dengan kegiatan pelantikan
pengurus Pimpinan Daerah bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan
struktur dan personalia Pimpinan Daerah GPI
disampaikan kepada Pimpinan Pusat sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PD GPI
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah-
Terima Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara dan serah-terima
jabatan diatur dalam Pendoman Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Wilayah setempat berhak untuk memberi
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari
Anggota Formatur terpilih atau memandati beberapa
orang untuk penyusunan dan persiapan pelantikan
Pimpinan Daerah.

F. Pasal 30
Musyawarah Daerah Luar Biasa

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan


apabila terjadi kevakuman kepengurusan dan atau
pelanggaran konstitusi oleh Pimpinan Daerah.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan atas inisiatif
minimal 2 (dua) Pimpinan Cabang dan mendapat
persetujuan secara tertulis dari :
a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang
sah/definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Ranting yang
sah/definitif.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 26


Buku GPI

3. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat dilaksanakan


berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan
Wilayah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Daerah berlaku
bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa.

Pasal 31
G. Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang (Muscab) merupakan pemegang


kekuasan tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam
(GPI) di tingkat Cabang.
2. Musyawarah Cabang merupakan forum musyawarah
pengurus Pimpinan Cabang dan utusan Pimpinan
Ranting.
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Pimpinan
Cabang.

Pasal 32
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Cabang

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Cabang.
2. Menetapkan Program Kerja Cabang dan ketetapan-
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Cabang dengan
jalan memilih Ketua/Ketua Formatur dan beberapa
orang Anggota Formatur.

Pasal 33
Penyelenggaraan Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang diselenggarakan 2 (dua) tahun


sekali.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 27


Buku GPI

2. Pimpinan Cabang adalah penanggung jawab


penyelenggaraan Musyawarah Cabang, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Cabang.

Pasal 34
Peserta Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pimpinan Daerah,


Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan
Peninjau/Undangan dari Pimpinan Cabang.
2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari pengurus
Pimpinan Cabang beserta Lembaga-lembaga Khusus
dan Pimpinan Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Cabang terdiri dari
Pimpinan Daerah dan Pimpinan Ranting persiapan
atau mereka yang dimandati untuk pembentukan
Pimpinan Ranting dan undangan dari Pimpinan
Cabang.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh
Pimpinan Cabang.
5. Peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak suara
dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Cabang hanya memiliki
hak bicara.

Pasal 35
Tata Tertib Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri


sekurang – kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
pengurus Pimpinan Ranting yang berhak hadir.
2. Pimpinan Ranting yang berhak hadir dalam
Musyawarah Cabang adalah yang telah disahkan (SK)
dan dilantik.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 28


Buku GPI

3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka


Musyawarah Cabang ditunda 1 X 12 jam dan setelah
itu Musyawarah Cabang dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih,
sidang-sidang Musyawarah Cabang dipimpin oleh
Pimpinan Cabang.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Cabang dipilih dari
peserta dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya
1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

Pasal 36
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur
lainnya harus telah selesai menyusun struktur dan
personalia Pimpinan Cabang GPI.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PC GPI
oleh Ketua/Ketua Formatur dibantu Anggota Formatur
lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan
permohonan pengesahan dan pelantikan kepada PD
GPI.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur
dan personalia PC GPI diberikan oleh PD GPI
berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus PC
bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan
struktur dan personalia Pimpinan Cabang GPI
disampaikan kepada Pimpinan Wilayah sebagai
laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PC GPI
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah-
Terima Jabatan.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 29


Buku GPI

7. Mekanisme Penyelenggaraan acara Pelantikan dan


Serah-Terima Jabatan diatur dalam Pedoman
Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Daerah setempat berhak untuk memberikan
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari
anggota formatur terpilih atau memandati beberapa
orang untuk penyusunan dan persiapan pelantikan
Pimpinan Cabang.

Pasal 37
H. Musyawarah Cabang Luar Biasa

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan


apabila terjadi kevakuman kepengurusan dan atau
pelanggaran konstitusi oleh Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan atas
permintaan secara tertulis dari sepertiga pengurus
Cabang dan lebih setengan Pimpinan Ranting yang
sah/definitif.
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan
Daerah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Cabang,
berlaku bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 38
I. Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting merupakan pemegang kekuasan


tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam (GPI) di
tingkat Ranting.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 30


Buku GPI

2. Musyawarah Ranting merupakan forum musyawarah


anggota biasa dan satuan kegiatan GPI.
3. Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan
Ranting.

Pasal 39
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Ranting

1. Meminta pertanggung jawaban Pimpinan Ranting.


2. Menetapkan program kerja Pimpinan Ranting dan
ketetapan – ketetapan lain yang dipandang perlu.
3. Memilih Pimpinan Ranting dengan jalan memilih
Ketua/ Ketua Formatur dan beberapa orang anggota
formatur.

Pasal 40
Penyelenggaraan Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting diselenggarakan 1 (satu) tahun


sekali.
2. Pimpinan Ranting adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Musyawarah Ranting, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Ranting.

Pasal 41
Peserta Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dihadiri oleh Pimpinan Cabang,


Pimpinan Ranting, Satuan Kegiatan Anggota (Sagiat)
GPI dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Ranting.
2. Peserta Musyawarah Ranting terdiri dari pengurus
Pimpinan Ranting dan Satuan Kegiatan Anggota
(Sagiat) GPI.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 31


Buku GPI

3. Peserta peninjau Musyawarah Ranting terdiri dari


Pimpinan Cabang dan undangan dari Pimpinan
Ranting.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh
Pimpinan Ranting.
5. Peserta Musyawarah Ranting mempunyai hak suara
dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Ranting hanya memiliki
hak bicara.

Pasal 42
Tata Tertib Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dianggap sah apabila dihadiri


sekurang – kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
peserta yang berhak hadir.
2. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka
Musyawarah Ranting ditunda 1 X 6 jam dan setelah itu
Musyawarah Ranting dinyatakan sah.
3. Pimpinan sidang Musyawarah Ranting dipilih dari
peserta dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang.

Pasal 43
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 15 X 24 jam Ketua/Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur
lainnya harus telah selesai menyusun struktur dan
personalia Pimpinan Ranting GPI.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia
Pimpinan Ranting GPI oleh Ketua/Ketua Formatur
dibantu Anggota Formatur lainnya.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 32


Buku GPI

3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan


permohonan pengesahan dan pelantikan ke PC GPI.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur
dan personalia Pimpinan Ranting GPI diberikan oleh
Pimpinan Cabang GPI berbarengan dengan kegiatan
pelantikan pengurus Pimpinan Ranting bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan
struktur dan personalia Pimpinan Ranting GPI
disampaikan kepada Pimpinan Daerah sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia
Pimpinan Ranting GPI terbentuk, sudah dilakukan
pelantikan dan Serah-Terima Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan
serah-terima jabatan diatur dalam Pedoman
Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Cabang setempat berhak untuk memberikan
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari
anggota formatur terpilih atau memandati beberapa
orang untuk penyusunan dan persiapan pelantikan
Pimpinan Ranting.

BAB III
HAK SUARA PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 44
Di Dalam Muktamar

1. Pimpinan Pusat mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Wilayah berhak mendapat tambahan
1 (satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan
Daerah.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 33


Buku GPI

4. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.

Pasal 45
Di Dalam Musyawarah Wilayah

1. Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Daerah berhak mendapat tambahan 1
(satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan
Cabang.
4. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.

Pasal 46
Di Dalam Musyawarah Daerah

1. Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Cabang berhak mendapat tambahan 1
(satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan
Ranting.
4. Setiap Pimpinan Ranting mempunyai 1 (satu) suara.
5. Dalam hal Pimpinan Daerah belum memiliki Pimpinan
Cabang, maka seluruh pengurus Pimpinan Daerah
memiliki hak 1 (satu) suara.

Pasal 47
Di Dalam Musyawarah Cabang

1. Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Ranting memiliki 1 (satu) suara.
3. Dalam hal Pimpinan Cabang belum memiliki Pimpinan
Ranting, maka seluruh pengurus Pimpinan Cabang
memiliki hak 1 (satu) suara.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 34


Buku GPI

Pasal 48
Di Dalam Musyawarah Ranting

Setiap Anggota Biasa yang diundang sebagai peserta


mempunyai 1 (satu) suara.

BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 49
Ranting

1. Ranting didirikan di tingkat Kelurahan/Desa atau yang


dipersamakan dengan itu jika sudah terdaftar
sekurang – kurangnya 5 anggota muda yang sah dan 2
anggota biasa yang sah dipimpin oleh Pimpinan
Ranting.
2. Pengesahan berdirinya Ranting baru, dilakukan oleh
Pimpinan Cabang yang diajukan oleh Mandatir
pembentukan Ranting dan atau Ketua/Ketua Formatur
Pimpinan Ranting.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan
Ranting disampaikan kepada Pimpinan Daerah sebagai
laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan
oleh Pimpinan Daerah atas usul atau rekomendasi
Pimpinan Cabang.

Pasal 50
Cabang

1. Cabang didirikan di daerah tingkat kecamatan atau


yang dipersamakan dengan itu, jika sudah terdaftar
sekurang – kurangnya 10 anggota muda dan 4 anggota
biasa yang sah dipimpin oleh Pimpinan Cabang.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 35


Buku GPI

2. Pengesahan berdirinya Cabang baru, dilakukan oleh


Pimpinan Daerah yang diajukan oleh Mandatir
pembentukan Cabang dan atau Ketua/Ketua Formatur
Pimpinan Cabang.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan
Cabang disampaikan kepada Pimpinan Wilayah sebagai
laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan
oleh Pimpnan Daerah.

Pasal 51
Daerah

1. Daerah didirikan di tingkat Kabupaten/Kota, jika di


dalamnya sudah ada sekurang – kurangnya 2
Pimpinan Cabang yang sah, dipimpin oleh Pimpinan
Daerah.
2. Pengesahan berdirinya Daerah baru, dilakukan oleh
Pimpinan Wilayah yang diajukan oleh Mandatir
pembentukan Daerah dan atau Ketua/Ketua Formatur
Pimpinan Daerah.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan
Daerah disampaikan kepada Pimpinan Pusat sebagai
laporan.
4. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini
diputuskan oleh Pimpinan Wilayah.

Pasal 52
Wilayah

1. Wilayah didirikan di daerah tingkat Provinsi, jika di


dalamnya sudah ada sekurang – kurangnya 2
Pimpinan Daerah yang sah, dipimpin oleh Pimpinan
Wilayah.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 36


Buku GPI

2. Pengesahan berdirinya Wilayah dilakukan oleh


Pimpinan Pusat atas usul atau rekomendasi Mandatir
pembentukan Wilayah dan atau Ketua Umum/Ketua
Formatur Pimpinan Wilayah.
3. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini
diputuskan oleh Pimpinan Pusat dengan peraturan
Khusus.

BAB V
PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 53
Kedudukan Pimpinan

Struktur kepemimpinan organisasi GPI disusun secara


hierarkis sebagai berikut:
1. Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibu Kota Republik
Indonesia.
2. Pimpinan Wilayah berkedudukan di tempat yang
ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah, kecuali apabila
Musyawarah Wilayah menentukan lain.
3. Pimpinan Daerah berkedudukan di tempat yang
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah, kecuali apabila
Musyawarah Daerah menentukan lain.
4. Pimpinan Cabang berkedudukan ditempat yang
ditetapkan oleh Pimpinan Cabang, kecuali apabila
Musyawarah Cabang menentukan lain.
5. Pimpinan Ranting berkedudukan ditempat yang
ditetapkan oleh Pimpinan Ranting, kecuali apabila
Musyawarah Ranting menentukan lain.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 37


Buku GPI

Pasal 54
Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat adalah instansi/badan pimpinan


tertinggi organisasi GPI.
2. Masa jabatan Pimpinan Pusat adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Pusat dapat
membentuk Koordinator Wilayah.
5. Pimpinan Pusat dapat melakukan tindakan
administratif atau sejenisnya bila terdapat Wilayah dan
Daerah yang vakum atau sudah selesai masa
periodenya.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur
pada peraturan-peraturan khusus.

Pasal 55
Personalia Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua


Umum dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang
Sekretaris Jenderal dengan beberapa Wakil Sekretaris
Jenderal, dan seorang Bendahara Umum dengan
beberapa orang Wakil Bendahara, dan Ketua Badan –
badan Otonom.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua
Bidang, Sekretaris Jendral, Wakil Sekretaris Jendral,
Bendahara Umum dan Wakil Bendahara Umum.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
Departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom,
Badan Khusus dan Lembaga Khusus.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 38


Buku GPI

4. Ketua Badan-badan Otonom, Ketua Badan/Lembaga


Khusus, serta Anggota Pleno termasuk yang berhak
hadir/diundang pada Rapat Pleno PP GPI.
5. Dewan Syuro, Terdiri dari mantan Ketua Umum GPI,
Mantan Sekjen GPI, Mantan Ketua Umum Pimpinan
Wilayah GPI, Mantan Pengurus Harian Pimpinan Pusat
GPI yang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 9
(sembilan) orang anggota dipilih oleh Ketua
Umum/Ketua Formatur dan Anggota Formatur.
6. Dewan Syuro dibentuk pada setiap jenjang struktur
kepengurusan.

Pasal 56
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Pusat

1. Melaksanakan hasil–hasil Ketetapan dan Keputusan–


keputusan Muktamar.
2. Menyampaikan ketetapan–ketetapan, perubahan–
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPI kepada aparat GPI secara
Nasional.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi GPI.
4. Menyelenggarakan Muktamar pada akhir periode.
5. Menyiapkan Darf Materi Muktamar.
6. Memberikan pertanggung jawaban kepada Muktamar.
7. Menyelenggarakan SDO dan Mukernas sekurang–
kurangnya sekali dalam satu periode.
8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Wilayah (PW).
9. Melakukan skorsing, pemecatan dan rehabilitasi
terhadap anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
10. Setiap keputusan Ketua Umum dianggap sah apabila
didukung sekurang – kurangnya setengah dari anggota

Anggaran Rumah Tangga (ART) 39


Buku GPI

Pengurus Harian Pimpinan Pusat dan dikeluarkan


melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh yang
bersangkutan.
11. Dewan Syuro berhak dan berkewajiban memberikan
masukan secara konseptual terhadap keputusan-
keputusan strategis PP GPI.

Pasal 57
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Pusat memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun


dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Umum Pimpinan Pusat maksimum 2 (dua) periode
berturut – turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
pengurus Pimpinan Pusat maksimum 3 (tiga) periode
berturut – turut.

Pasal 58
Struktur Kekuasaan

1. Struktur kekuasaan dalam kepengurusan, secara


hierarkis adalah:
a. Ketua Umum
b. Ketua I Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan
Organisasi.
c. Ketua II Kaderisasi
d. Ketua III Bidang Sosial Politik
e. Ketua IV Bidang Penelitian dan Pengembangan
f. Ketua V Bidang Pemberdayaan Ekonomi Keumatan
g. Ketua VI Bidang Internasional
h. Ketua VII Bidang Informasi dan Media
i. Sekretaris Jenderal

Anggaran Rumah Tangga (ART) 40


Buku GPI

j. Bendahara Umum
2. Ketidakhadiran Ketua Umum karena halangan
sementara dalam aktivitas organisasi lebih dari 7
(tujuh) hari, secara otomatis mekanisme organisasi
menjadi tanggung jawab pengurus di bawahnya.
3. Pada situasi tertentu, Ketua Umum dapat menunjuk
pejabat sementara di antara Ketua-ketua Bidang untuk
menggantikan sementara, melalui surat penunjukan
resmi.
4. Ketentuan mengenai struktur kekuasaan pada Pasal
ini, berlaku sama bagi seluruh tingkatan pimpinan di
GPI.

Pasal 59
Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah adalah instansi/badan pimpinan


tertinggi kedua organisasi GPI.
2. Masa jabatan Pimpinan Wilayah (PW) adalah 3 (tiga)
tahun terhitung sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Provinsi/Daerah Tingkat I.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Wilayah dapat
membentuk Koordinator Daerah.
5. Pimpinan Wilayah dapat melakukan tindakan
administratif atau sejenisnya bila ada Pimpinan Daerah
yang vakum atau periodesasinya berakhir.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur
pada peraturan-peraturan lain.

Pasal 60
Personalia Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari


Ketua Umum dengan beberapa orang Ketua Bidang,

Anggaran Rumah Tangga (ART) 41


Buku GPI

seorang Sekretais Umum dengan beberapa Wakil


Sekretaris, dan Seorang Bendahara Umum dengan
beberapa orang Wakil Bendahara dan Ketua Badan-
badan Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Wilayah (PW) sedapat-
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan Pusat
(PP).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, beberapa
Ketua Bidang, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris,
Bendahara Umum dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
Departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom dan
Badan Khusus.
5. Ketua Badan-Badan Otonom, Ketua Badan Khusus dan
Anggota Pleno termasuk yang berhak hadir/diundang
pada Rapat Pleno PW GPI.

Pasal 61
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pimpinan Wilayah

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah


Wilayah, instruksi dan ketetapan Pimpinan Pusat.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPI kepada aparat GPI di Wilayah
yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggraranya proses
kaderisasi di Pimpinan Daerah.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Wilayah.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 42


Buku GPI

6. Menyelenggarakan Mukerwil sekurang-kurangnya


sekali dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Daerah (PD).
8. Melakukan skorsing, pemecatan terhadap
anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
9. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi wilayahnya secara
tertulis kepada Pimpinan Pusat terhitung sejak
pelantikan.
10. Setiap keputusan Ketua umum dianggap sah
apabila didukung sekurang-kurangnya setengah dari
anggota Pengurus Harian Pimpinan Wilayah dan
dikeluarkan melalui surat resmi yang ditanda tangani
oleh yang bersangkutan.

Pasal 62
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Wilayah memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun


satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Umum Pimpinan Wilayah maksimum 2 (dua) periode
berturut–turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
Pengurus Pimpinan Wilayah maksimum 3 (tiga) periode
berturut–turut.

Pasal 63
Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah adalah instansi/badan pimpinan


tertinggi ketiga organisasi GPI.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 43


Buku GPI

2. Masa jabatan Pimpinan Daerah (PD) adalah 2 (dua)


tahun terhitung sejak pelantikan dan serah-terima
jabatan dari PD GPI demisioner.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota atau
sesuai dengan Keputusan Musyawarah Daerah.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Daerah dapat
membentuk Koordinator Pimpinan Cabang.
5. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 3 dan 4 Pasal ini
akan diatur dalam aturan-aturan khusus.

Pasal 64
Personalia Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari


seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, seorang
Sekretaris dengan beberapa Wakil Sekretaris, dan
seorang Bendahara dengan beberapa Wakil Bendahara
dan Badan-badan Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Daerah (PD) sedapat-
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan
Wilayah (PW).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil
Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
Departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom dan
Badan Khusus.
5. Ketua Badan-badan Otonom dan Badan Khusus
termasuk yang berhak hadir/diundang pada Rapat
Pleno PD GPI.
Pasal 65
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Daerah

Anggaran Rumah Tangga (ART) 44


Buku GPI

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah


Daerah, instruksi dan ketetapan ketetapan instansi
Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPI kepada aparat GPI di daerah
yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi di Pimpinan Cabang.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Daerah.
6. Menyelenggarakan Mukerda sekurang-kurangnya
sekali dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Cabang (PC).
8. Memberikan rekomendasi skorsing dan pemecatan
terhadap pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi daerahnya secara
tertulis kepada Pimpinan Wilayah setempat dengan
ditembuskan ke Pimpinan Pusat, terhitung sejak
pelantikan dan serah- terima jabatan.
10. Setiap keputusan Ketua dianggap sah apabila
didukung sekurang-kurangnya setengah dari anggota
Pengurus Harian Pimpinan Daerah dan dikeluarkan
melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh yang
bersangkutan.
Pasal 66
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Daerah memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun


dalam satu periode.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 45


Buku GPI

2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua


Pimpinan Daerah maksimum 2 (dua) periode berturut–
turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
pengurus Pimpinan Daerah maksimum 3 (tiga) periode
berturut–turut.
Pasal 67
Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang adalah instansi/badan pimpinan


tertinggi keempat organisasi GPI.
2. Masa jabatan Pimpinan Cabang (PC) adalah 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan dan serah-terima
jabatan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan atau sesuai
dengan keputusan Musyawarah Cabang.
4. Ketentukan-ketentuan pembentukan Pimpinan Cabang
akan diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 68
Personalia Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang sekurang–kurangnya terdiri dari


seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil
Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
2. Susunan Pimpinan Cabang (PC) sedapat–dapatnya
disesuaikan dengan susunan Pimpinan Daerah (PD)
atau sesuai kebutuhan dan kemampuan.
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil
Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen-departemen.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 46


Buku GPI

Pasal 69
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Cabang

1. Melaksanakan hasil–hasil ketetapan Musyawarah


Cabang, instruksi dan ketetapan–ketetapan instansi
Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan–ketetapan, perubahan–
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPI kepada aparat GPI di Cabang
yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi di Pimpinan Ranting.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Cabang.
6. Menyelenggarakan Mukercab sekurang–kurangnya
sekali dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Ranting (PR)
8. Memberikan rekomendasi skorsingatau pemecatan
terhadap pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi cabangnya secara
tertulis kepada Pimpinan Daerah setempat dengan
tembusan ke Pimpinan Wilayah terhitung sejak
pelantikan dan serah-terima jabatan.

Pasal 70
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Cabang memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun


dalam satu periode.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 47


Buku GPI

2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua


Pimpinan Cabang maksimum 2 (dua) periode berturut–
turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
pengurus Pimpinan Cabang maksimum 3 (tiga) periode
berturut–turut.
Pasal 71
Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting adalah instansi/badan pimpinan


tertinggi kelima organisasi GPI.
2. Masa jabatan Pimpinan Ranting (PR) adalah 1 (satu)
tahun terhitung sejak pelantikan dan serah-terima
jabatan dari PR GPI Demisioner.
3. Berkedudukan di kelurahan atau sesuai dengan
Keputusan Musyawarah Ranting.
4. Dalam menjalankan tugasnya Pimpinan Ranting dapat
membentuk Satuan-satuan Kegiatan (SAGIAT) sebagai
sarana pembinaan dan rekrutmen kader.
5. Ketentuan–ketentuan dalam ayat 3 dan 4 di atas akan
diatur dalam aturan–aturan khusus.

Pasal 72
Personalia Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting sekurang–kurangnya terdiri dari


seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang
Bendahara.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Ranting (PR) sedapat–
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan
Cabang (PC).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 48


Buku GPI

4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan


Departemen-departemen.

Pasal 73
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pimpinan Ranting

1. Melaksanakan hasil–hasil ketetapan Musyawarah


Ranting, instruksi dan ketetapan–ketetapan instansi
Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan–ketetapan, perubahan–
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPI kepada aparat Ranting yang
bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Ranting.
6. Menyelenggarakan Mukera sekurang–kurangnya sekali
dalam satu periode.
7. Memberikan rekomendasi skorsing, pemecatan
terhadap pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
8. Melaporkan secara berkala, 3 (tiga) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi rantingnya secara
tertulis kepada Pimpinan Cabang dengan tembusan
kepada Pimpinan Daerah setempat terhitung sejak
pelantikan dan serah-terima jabatan.
9. Setiap Keputusan Ketua dianggap sah apabila
didukung sekurang–kurangnya setengah dari anggota
Pengurus Harian Pimpinan Ranting dan dikeluarkan

Anggaran Rumah Tangga (ART) 49


Buku GPI

melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh yang


semua bersangkutan.

Pasal 74
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Ranting memiliki masa jabatan 1 (satu)


tahun dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Pimpinan Ranting maksimum 1 (satu) periode.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
pengurus Pimpinan Ranting maksimum 2 (dua) periode
berturut – turut.
BAB VI
BADAN–BADAN OTONOM
Pasal 75
Pengertian, Macam, Kewenangan dan Status

1. Badan Otonom adalah badan pembantu pimpinan yang


dibentuk oleh Pimpinan GPI untuk mengurusi usaha-
usaha tertentu yang bersifat khas.
2. Badan Otonom GPI terdiri dari :
a. Brigade GPI.
b. Muslimah GPI.
3. Badan Otonom GPI memiliki kewenangan khusus atau
otonom untuk mengelola dan mengatur intern
organisasinya secara mandiri dalam melaksanakan
program kerja dan hasil ketetapan instansi kekuasaan
yang setingkat.
4. Badan Otonom dapat meningkatkan keahlian
anggotanya melalaui kegiatan pengkaderan dan latihan
praktis lainnya untuk mendorong profesionalitas
anggota dalam bidang–bidang terkait serta kegiatan
sosial kemasyarakatan.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 50


Buku GPI

5. Badan Otonom dapat melaksanakan kegiatan non-


struktural dalam rangka proses rekrutmen kader.
6. Badan Otonom GPI memiliki struktur vertikal dan
horizontal dengan eselon setingkat.
7. Kebijakan strategis dalam Badan Otonom harus sesuai
dengan kebijakan Pimpinan di setiap tingkatan.
8. Status keanggotaan di Badan Otonom menginduk pada
ketentuan keanggotaan organisasi GPI.
9. Badan Otonom bertanggung jawab langsung kepada
Ketua Umum tingkat kepengurusan masing–masing.
10. Struktur Badan Otonom dibentuk sampai tingkat
Pimpinan Daerah.

Pasal 76
Tugas Dan Kewajiban

1. Badan Otonom memiliki tugas dan kewajiban yang


sama dengan tugas dan kewajiban anggota GPI secara
umum.
2. Secara khusus Badan Otonom memiliki tugas dan
kewajiban memumpuk, memelihara, menjaga dan
mengamankan organisasi, kebijakan serta aparat
organisasi di masing-masing tingkatan, Islam dan
ummat Islam.

BAB VII
BADAN-BADAN DAN LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
A. BADAN-BADAN KHUSUS

Pasal 77
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Badan–badan Khusus adalah badan pembantu


Pimpinan yang dibentuk oleh Pimpinan GPI dengan

Anggaran Rumah Tangga (ART) 51


Buku GPI

tugas–tugas khusus yang tidak berhubungan langsung


dengan masyarakat.
2. Badan-Badan Khusus dapat dibentuk di tingkat
Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Daerah.
3. Periodisasi Kepengurusan Badan Khusus sama dengan
struktur Pimpinan GPI setingkat.

Pasal 78
Tugas dan Kewajiban Badan Khusus

1. Melaksanakan program dan kewajiban GPI sesuai


dengan fungsi dan bidang kerja masing-masing.
2. Meningkatkan keahlian anggota melalui pendidikan,
penelitian dan latihan kerja praktis untuk mendorong
profesionalisasi anggota sesuai dengan bidang
kerjanya.

Pasal 79
Personalia Pengurus Badan Khusus

1. Formasi pengurus Badan Khusus sekurang-kurangnya


terdiri dari Ketua dan Sekretaris.
2. Pengurus Badan Khusus ditetapkan dan disahkan oleh
instansi GPI setingkat.
3. Masa jabatan pengurus Badan Khusus disesuaikan
dengan institusi Pimpinan setingkat.
4. Yang dapat menjadi pengurus Badan Khusus adalah
Anggota Biasa, Teras dan Kehormatan, serta tidak
boleh merangkap dengan lembaga induknya.
5. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan
Badan Khusus diatur dalam ketentuan tersendiri.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 52


Buku GPI

Pasal 80
B. LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Lembaga-lembaga Khusus adalah lembaga pembantu


Pimpinan yang dibentuk oleh Pimpinan GPI dengan
tugas-tugas khusus GPI yang berhubungan langsung
dengan masyarakat dalam bentuk permanen atau semi
permanen sesuai dengan kebutuhan.
2. Lembaga-lembaga khusus hanya dibentuk di tingkat
Pimpinan Pusat.
3. Periodisasi kepengurusan lembaga-lembaga khusus
tidak terikat dengan periodisasi Pimpinan GPI
setingkat.

Pasal 81
Fungsi Lembaga-Lembaga Khusus

1. Mengembangkan dan meningkatkan kecakapan para


pemuda Islam dam bidang tulis-menulis, pers dan
jurnalistik untuk membangun citra pemuda Islam
sebagai intelektual Muda Islam sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mengelola, mengembangkan dan mendayagunakan
sumber-sumber dana organisasi.
3. Membina, mengembangkan dan meningkatkan
peranan GPI dalam mengembangkan kualitas
sumberdaya masyarakat dalam mengapresiasi dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4. Membina dan mengembangkan peranan GPI dalam
melakukan penegakan pelaksanaan hak-hak pemuda
Islam.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 53


Buku GPI

BAB VIII
KELUARGA BESAR GPI
Pasal 82
Pengertian dan Status

1. Keluarga Besar GPI adalah Anggota Purna GPI yang


telah habis masa keanggotaannya dan pernah aktif
sebagai Pengurus GPI.
2. Keluarga Besar GPI merupakan asset organisasi.
3. GPI dan Keluarga Besar memiliki hubungan historis,
ideologis, dialogis dan kekeluargaan dengan tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan organisasi GPI
yang berlaku.

Pasal 83
Hak Keluarga Besar GPI

1. Menyampaikan pendapat, saran, usul dan pertanyaan


baik secara lisan maupun tertulis kepada instansi
Pimpinan yang dikehendaki dengan mekanisame yang
akan diatur kemudian.
2. Menghadiri acara dan kegiatan yang di selenggarakan
oleh GPI sepanjang berlaku untuk umum. Untuk acara
yang bersifat intern, harus mendapat ijin dari instansi
Pimpinan GPI terkait dan mekanisme selanjutnya akan
diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 84
Kewajiban Keluarga Besar GPI

1. Berpartisipasi secara aktif, langsung maupun tidak


langsung dalam pelaksanaan program kerja organisasi

Anggaran Rumah Tangga (ART) 54


Buku GPI

untuk menegakkan missi dan eksistensi GPI di tengah-


tengah ummat.
2. Memberikan dukungan moril maupun materil sesuai
dengan kemampuannya kepada GPI.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 85
A. Musyawarah Kerja Nasional

1. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Muktamar sebagai forum
musyawarah pimpinan organisasi tingkat nasional
yang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam
satu periode.
2. Mukernas diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat dan
dihadiri oleh Pimpinan Wilayah.
3. Fungsi Mukernas adalah sebagai forum untuk
membahas dan menetapkan kebijakan dan konsep-
konsep organisasi.
4. Pimpinan Pusat menyampaikan progress report
mengenai perkembangan organisasi dan realisasi
program kerja.

Pasal 86
B. Sidang Dewan Organisasi

1. Sidang Dewan Organisasi (SDO) adalah instansi


kekuasan di bawah Muktamar sebagai forum
Musyawarah Pimpinan organisasi tingkat Nasional.
2. Sidang Dewan Organisasi diselenggarakan oleh
Pimpinan Pusat dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah.
3. Sidang Dewan Organisasi berwenang mengambil
keputusan-keputusan strategis baik internal maupun

Anggaran Rumah Tangga (ART) 55


Buku GPI

eksternal organisasi yang dipandang sangat


penting/mendasar, selain kebijakan organisasi yang
telah ditetapkan pada Muktamar atau Muktamar Luar
Biasa.
4. Jika dipandang perlu, SDO dapat membahas
perubahan dan penyempurnaan Anggaran Rumah
Tangga GPI.
5. Sidang Dewan Organisasi diadakan minimal sekali
dalam satu periode kepemimpinan.
6. Hal-Hal lain yang berhubungan dengan Sidang Dewan
Organisasi akan diatur dalam aturan-aturan tersendiri.

Pasal 87
C. Musyawarah Kerja Wilayah

1. Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Wilayah
sebagai forum musyawarah pimpinan organisasi
tingkat wilayah yang diadakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu periode.
2. Mukerwil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan
dihadiri oleh Pimpinan Daerah.
3. Fungsi Mukerwil adalah sebagai forum untuk
membahas dan menetapkan program kerja Wilayah.
4. Pimpinan Wilayah menyampaikan progress report
menganai perkembangan organisasi dan realisasi
program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerwil, akan
diatur dalam peraturan khusus.
Pasal 88
D. Musyawarah Kerja Daerah

1. Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Daerah

Anggaran Rumah Tangga (ART) 56


Buku GPI

sebagai forum musyawarah pimpinan organisasi


tingkat Daerah yang diadakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu periode.
2. Mukerda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah dan
dihadiri oleh Pimpinan Cabang.
3. Fungsi Mukerda adalah sebagai forum untuk
membahas dan menetapkan program kerja Daerah.
4. Pimpinan Daerah menyampaikan progress report
menganai perkembangan organisasi dan realisasi
program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerda, akan
diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 89
E. Musyawarah Kerja Cabang

1. Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Cabang
sebagai forum musyawarah pimpinan organisasi
tingkat Cabang yang diadakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu periode.
2. Mukercab diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang dan
dihadiri oleh Pimpinan Ranting.
3. Fungsi Mukercab adalah sebagai forum untuk
membahas dan menetapkan program kerja Cabang.
4. Pimpinan Cabang menyampaikan progress report
menganai perkembangan organisasi dan realisasi
program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukercab,
akan diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 90
F. Musyawarah Kerja Ranting

Anggaran Rumah Tangga (ART) 57


Buku GPI

1. Musyawarah Kerja Ranting adalah instansi kekuasaan


tertinggi di bawah Musyawarah Ranting sebagai forum
musyawarah anggota ranting yang diadakan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Musyawarah Kerja Ranting diselenggarakan oleh
Pimpinan Ranting dan dihadiri oleh Pengurus dan
anggota Ranting.
3. Fungsi Musyawarah Kerja Ranting adalah sebagai
forum untuk membahas dan menetapkan program
kerja Ranting.
4. Pimpinan Ranting menyampaikan progress report
menganai perkembangan organisasi dan realisasi
program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Musyawarah
Kerja Ranting, diatur dalam peraturan khusus.

BAB X
RAPAT-RAPAT PENGURUS
Pasal 91
Rapat Pleno

1. Rapat Pleno adalah forum musyawarah pimpinan


organisasi di setiap tingkatan pimpinan GPI, untuk
membicarakan mengenai realisasi program, evaluasi
kegiatan dan permasalahan-permasalahan penting
lainnya.
2. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus Lengkap, Ketua
Badan-badan Otonom, Ketua Badan dan Lembaga
Khusus dan Anggota Pleno.
3. Rapat Pleno dianggap sah, jika sekurang-kurangnya
dihadiri oleh Ketua Umum, Sekretaris dan dua Ketua
Bidang.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 58


Buku GPI

4. Rapat Pleno diselenggarakan secara berkala, sedikitnya


6 (enam) bulan sekali, kecuali terdapat permasalahan-
permasalahan yang mendesak.
5. Keputusan dan ketetapan Rapat Pleno memiliki
kekuatan hukum dan mengikat sebagai kebijakan
organisasi.
6. Ketidakhadiran Ketua Umum dapat diwakilkan melalui
surat resmi dari yang bersangkutan.

Pasal 92
Rapat Harian

Rapat Harian adalah forum musyawarah Pengurus Harian


pimpinan organisasi di setiap tingkatan pimpinan GPI,
untuk membicarakan kinerja aparat organisasi, strategi
gerakan dan permasalahan-permasalahan penting lainnya
yang hanya dapat dibicarakan pada tingkat Pimpinan
Harian.
Pasal 93
Rapat Koordinasi

1. Rapat Koordinasi merupakan forum musyawarah


koordinatif yang melibatkan dua atau lebih Pimpinan
GPI yang selevel untuk membicarakan permasalahan
yang harus ditangani secara bersama.
2. Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan oleh:
a. Pimpinan Pusat, untuk mengkoordinasikan di
tingkat Pimpinan Wilayah.
b. Pimpinan Wilayah, untuk mengkoordinasikan di
tingkat Pimpinan Daerah.
c. Pimpinan Cabang, untuk mengkoordinasikan di
tingkat Pimpinan Ranting.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 59


Buku GPI

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 94
Keuangan Organisasi

1. Keuangan Organisasi didapat dari uang pangkal dan


uang iuran yang besarnya ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat.
2. Hasil pengumpulan uang pangkal dan uang iuran,
pembagiannya ditetapkan sebagai berikut :
a Pimpinan Pusat 10%
b Pimpinan Wilayah 15%
c Pimpinan Daerah 20%
d Pimpinan Cabang 25%
e Pimpinan Ranting 30%
3. Sumber keuangan lainnya berasal dari sumbangan
sukarela anggota, donasi yang tidak mengikat, zakat,
infak, shodaqoh, hibah dan wakaf, serta usaha-usaha
produktif lainnya yang sah, halal dan tidak mengikat.

Pasal 95
Kekayaan Organisasi

1. Kekayaan organisasi adalah semua barang yang


bergerak dan atau tidak bergerak, yang telah
dinyatakan sebagai milik organisasi.
2. Harta kekayaan organisasi diinventarisir dan
dibukukan menurut prosedur hukum yang berlaku.
3. Tata cara penggunaan kekayaan organisasi setelah
dibubarkan, diatur oleh sebuah Komisi yang dibentuk
oleh Muktamar yang membubarkan organisasi ini.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 60


Buku GPI

Pasal 97
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

1. Pimpinan pengurus setiap tingkatan,


bertanggungjawab atas penggunaan dan pengelolaan
harta kekayaan organisasi sesuai dengan sistem
keuangan dan akuntansi.
2. Bendahara secara rutin, setiap 6 (enam) bulan sekali,
memberikan laporan kepada Rapat Pleno.
3. Khusus dalam penyelenggaraan Muktamar, Muswil,
Musda, Muscab dan Musyawarah Ranting semua
pemasukan dan pengeluaran keuangan harus
dipertanggungjawabkan kepada pimpinan GPI masa
bakti berikutnya, melalui panitia verifikasi yang
dibentuk untuk kepentingan itu.

BAB XII
KETENTUAN UMUM
Pasal 98
Hal-Hal Lain

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah


Tangga ini, akan diatur oleh Pimpinan Pusat dalam
peraturan-peraturan khusus atau aturan-aturan lain.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh
Muktamar atau Sidang Dewan Organisasi.
3. Semua ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang
dibuat dan tidak sesuai dengan Anggaran Rumah
Tangga ini, dinyatakan tidak berlaku.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 61


Buku GPI

Pasal 99
Pengesahan

Anggaran Rumah Tangga ini di sempurnakan dan


disahkan oleh Muktamar VIII GPI di Bandung, pada 31
Juli s/d 1 Agustus 2010 M.

Anggaran Rumah Tangga (ART) 62

Anda mungkin juga menyukai