Anda di halaman 1dari 136

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,

Garis Besar Program KKM

KERUKUNAN KELUARGA MALUKU

Penangungjawab :

Penyunting :

Tata Letak dan Sampul :


Cetakan I, 2020

Diterbitkan
oleh ..................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
....................

PENGURUS PUSAT
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU
PP KKM
ANGGARAN DASAR
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM)

Bismillahirrahmanirrahim
Salom Salam sejahtera untuk kita semua

Dengan Nama Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha


Penyayang. Bahwa untuk merealisasikan kehendak dalam
menjaga tali ikatan orang basodara pela gandong orang maluku
yang sekarang berdomisili di Sulawesi Selatan.

Sekaligus dalam menjaga kehidupan umat manusia yang dapat


memberikan kebahagian rohani dan jasmani di dunia dan
akhirat.

Yakin, bahwa sesungguhnya dalam ikatan pela gandong


diterapkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat,
berbangsa dan bernegara.

BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Organisasi ini bernama KERUKUNAN KELUARGA MALUKU
disingkat KKM KERUKUNAN KELUARGA MALUKU

Pasal 2
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM) didirikan pada
tanggal ..................... 1945 di Makassar

Pasal 3

KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM) berkedudukan di


Pengurus Pusat
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN SIFAT

Pasal 4
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM berasaskan
PELAGANDONG
Pasal 5
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM) bertujuan
terwujudnya Basodara Maluku di Sulawesi Selatan

Pasal 6
KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM bersifat independen

5
BAB III
USAHA
Pasal 7

KERUKUNAN KELUARGA MALUKU (KKM) berusaha:


1. Memperdalam ikatan persaudaraan orang maluku di
sulawesi selatan
2. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan teori
dan praktek sesuai pelagandong
3. Usaha yang tidak melanggar Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga

BAB IV
KEANGGOTAAN, HAK, DAN KEWAJIBAN

Pasal 8
Yang diterima menjadi anggota ialah orang maluku dan warga
negara Indonesia

Pasal 9
1. Tiap-tiap anggota mempunyai hak suara
2. Tiap-tiap anggota berhak dipilih dan memilih
3. Tiap-tiap anggota berkewajiban mentaati ketentuan
Organisasi

6
BAB V
STRUKTUR DAN PIMPINAN

Pasal10
1. Organisasi ini adalah:
a. Pengurus Pusat
b. Pimpinan Wilayah
2. Pimpinan Organisasi terdiri atas :
a. Pimpinan Harian :
Ketua Umum dan beberapa Ketua I, II, III, Ketua Bidang,
Sekretaris Jenderal dan beberapa Wakil Sekretaris
Jenderal, Bendahara Umum dan beberapa Wakil
Bendahara Umum.
b. Pimpinan Pleno :
Pimpinan Harian dan Pimpinan lainnya.

BAB VI
MUSYAWARAH DAN KEKUASAAN

Pasal 11
Musyawarah terdiri dari :
a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa
c. Rapat Pimpinan

d. Rapat Kerja Wilayah


BAB VII
KEUANGAN

Pasal 12
Keuangan Organisasi Didapat dari:
1. Uang Pangkal dari anggota
2. Uang luran dari anggota
3. Uang donatur yang tidak mengikat
4. Usaha-usaha lain yang sah

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 13
1. Hal -hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga
2. Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Muktamar
3. Anggaran Dasar ini rubah dan disempurnakan pada
Muktamar Bersama GPI-GPII di Medan Sumatera Utara, 9 –
12 Desember 2013.

8
9
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GPII)

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Status Keanggotaan

1. Anggota Muda adalah :


a. Generasi Muda Islam berusia minimal 17 tahun,
maksimal 40 tahun yang menyetujui AD-ART dan Garis
Perjuangan GPII serta terdaftar pada instansi organisasi.
b. Mengikuti kegiatan GPII.

2. Anggota Biasa adalah:


a. Anggota Muda yang telah lulus minimal jenjang awal
kaderisasi GPII.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah atas usul Pimpinan
Daerah.
c. Memiliki kartu keanggotaan.

3. Anggota Luar Biasa adalah :


a. Anggota luar biasa adalah tokoh Islam yang merupakan
tokoh steakholder yang ingin menjadi anggota GPII.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

4. Anggota Kehormatan adalah :


a. Orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan Islam.
b. Menyatakan kesediaan menjadi anggota kehormatan
GPII.
c. Diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

10
5. Anggota Purna adalah :
a. Anggota biasa yang telah selesai aktif dalam struktur
kepengurusan GPII
b. Konsisten dan peduli terhadap idealisme perjuangan
GPII.

Pasal 2
Persyaratan Keanggotaan

1. Pemuda-pemudi Islam berusia minimal 17 tahun, maksimal


40 tahun.
2. Setiap pemuda Islam yang ingin menjadi anggota GPII
harus mengajukan permohonan dan menyatakan secara
tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan AD-ART,
Garis-garis Besar Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan
serta ketetapan-ketetapan dan peraturan- peraturan
organisasi lainnya, kepada Pengurus GPII yang telah
ditentukan.
3. Status keanggotaan ditetapkan oleh eselon Pengurus GPII
yang ditunjuk, berdasarkan permohonan tertulis dari yang
bersangkutan dan atau rekomendasi dari eselon Pengurus
GPII satu tingkat dibawahnya.
4. Dianggap telah menjadi anggota biasa jika telah mengikuti
pelatihan resmi GPII.
Pasal 3
Pengesahan dan Penetapan Status

1. Status anggota muda dan anggota biasa ditetapkan dan


disahkan oleh eselon pimpinan yang ditunjuk.

11
2. Status anggota luar biasa ditetapkan dan disahkan oleh
Pimpinan Pusat dan dapat diusulkan oleh Pimpinan Wilayah
dan atau Pimpinan Daerah.
3. Status anggota kehormatan ditetapkan dan disahkan oleh
Pimpinan Pusat dan dapat diusulkan oleh Pimpinan
Wilayah.
4. Status anggota purna ditetapkan dan disahkan oleh
Pimpinan GPII diberbagai eselon berdasarkan bukti keaktifan
dalam organisasi dimasa yang telah lewat.

Pasal 4
Prosedur Keanggotaan

1. Setiap calon anggota yang telah mengikuti kegiatan GPII


dan bersedia aktif di dalamnya, dapat menjadi anggota
muda.
2. Setiap anggota muda yang telah mengikuti jenjang
pengkaderan/pelatihan di masing-masing instansi dapat
menjadi anggota biasa dengan menyampaikan kesediaan
secara tertulis kepada Pimpinan Wilayah.
3. Setiap tokoh/public figure dari kalangan umat Islam dan
bersedia bergabung dengan GPII dapat menjadi anggota
luar biasa dan disahkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Setiap orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan umat
Islam dan bersedia bergabung dengan GPII, dapat
ditetapkan sebagai Anggota Kehormatan oleh Pimpinan
Pusat dan atau atas usul /rekomendasi Pimpinan Wilayah.
5. Setiap anggota biasa yang telah selesai masa jabatannya
dan tidak melanjutkan, secara otomatis menjadi anggota
purna.

12
6. Anggota biasa, anggota luar biasa, anggota kehormatan,
dan anggota purna setelah diterima dan sah
pengangkatannya, diberikan Kartu Tanda Anggota (KTA)
yang tercantum nomor induk dan status keanggotaan oleh
Pimpinan Pusat, serta didaftar dalam Buku Induk Anggota
(BIA).
7. Anggota yang direkrut secara khusus (kader material)
berdasarkan kebutuhan khusus, tetap mengacu kepada
aturan yang berlaku dengan mempertimbangkan
pelaksanaan konversi jenjang pengkaderan tersendiri dan
disahkan oleh eselon yang ditunjuk

Pasal 5
Hak dan Kewajiban
Hak
1. Hak Anggota Muda.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan organisasi sesuai ketentuan.
b. Mendapatkan pembinaan dari GPII sesuai ketentuan.
c. Mengikuti jenjang pengkaderan GPII.

2. Hak Anggota Biasa.


a. Seluruh hak yang didapat anggota muda.
b. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada semua
jenjang organisasi.
c. Menjabat sebagai pengurus pada struktur organisasi.

3. Hak Anggota Luar Biasa.


a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan organisasi.

13
b. Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi baik
secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.

4. Hak Anggota Kehormatan.


a. Mempelajari/menelaah gerak perjuangan organisasi.
b. Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi
baik secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapatkan perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.

5. Hak Anggota Purnama


a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan GPI sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.

Kewajiban
1. Kewajiban Anggota Muda.
a. Seluruh hak anggota muda secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
Organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya.

14
2. Kewajiban Anggota Biasa.
a. Seluruh hak anggota biasa secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya
f. Turut memberikan kontribusi, baik pemikiran maupun
tenaga dalam rangka memajukan da'wah Islam dan
organisasi.
g. Mengikuti seminimalnya pelatihan dasar.

3. Kewajiban Anggota Luar Biasa.


a. Seluruh hak anggota luar biasa secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Memberikan kontribusi kepada organisasi, baik moril
maupun materil.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya.

15
4. Kewajiban Anggota Kehormatan.
a. Tunduk pada seluruh ketentuan organisasi serta
melaksanakan dan memperjuangkan misi perjuangan
organisasi.
b. Memberi kontribusi pada organisasi, baik moril maupun
materi.

5. Kewajiban Anggota Purna.


a. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memberikan kontribusi pada organisasi, baik moril
maupun materil.

Pasal 6
Hilangnya Keanggotaan

Seorang anggota dapat kehilangan keanggotaannya karena:


1. Atas permintaan sendiri.
2. Diberhentikan atau dipecat.
3. Meninggal Dunia.
Pasal 7
Hukuman

1. Anggota GPII dapat dijatuhi hukuman apabila :


a. Berbuat melanggar nilai-nilai Islam.
b. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik
Islam dan umatnya.
c. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik
organisasi.

16
d. Melanggar keputusan - keputusan, ketentuan - ketentuan
dan peraturan - peraturan organisasi lainnya yang telah
ditetapkan GPII.
2. Hukuman kepada anggota, dapat berupa peringatan,
skorsing dan pemecatan.
3. Anggota yang diskorsing atau dipecat dapat melakukan
pembelaan dalam forum yang ditunjuk.
4. Secara umum skorsing dan atau pemecatan dapat
dilaksanakan setelah :
a. Mendapat kesempatan klarifikasi.
b. Mendapat minimal satu kali teguran lisan.
c. Mendapat teguran tertulis yang terdiri dari Surat
Peringatan (SP) 1, SP 2 dan atau SP 3.
5. Tata cara skorsing, pemberhentian, pemecatan, pemberian
sanksi akan diatur pada aturan tersendiri.

Pasal 8
Rangkap Anggota

1. Rangkap keanggotaan dengan organisasi lain dapat


dibenarkan jika tujuan dan misi perjuangannya sejalan dan
tidak bertentangan dengan misi perjuangan GPII.
2. Syarat-syarat dan prosedur rangkap anggota diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 9
Rangkap Jabatan

1. Ketua Umum GPII di seluruh tingkatan organisasi pada


dasarnya tidak boleh merangkap jabatan yang sama pada
organisasi sosial kepemudaan manapun.

17
2. Dalam keadaan tertentu Ketua Umum GPII dapat
merangkap jabatan pada organisasi/sosial kepemudaan
dan atau sebagai pejabat publik, dimana tujuan, misi dan
eksistensinya sejalan dengan GPII.
3. Dalam keadaan tertentu Pengurus GPII dapat merangkap
jabatan pada organisasi lain, dimana tujuan, misi dan
eksistensinya sama dengan GPII.
4. Syarat-syarat dan prosedur rangkap jabatan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
5. Pengurus GPII yang mempunyai kedudukan pada
organisasi lain harus menyesuaikan tindakan- tindakannya
dengan AD-ART serta ketentuan- ketentuan GPII lainnya
yang berlaku.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ORGANISASI

Pasal 10
A. Muktamar

1. Muktamar adalah instansi kekuasaan tertinggi dalam


organisasi GPII.
2. Muktamar merupakan forum musyawarah :
a. Pengurus Pimpinan Pusat.
b. Utusan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Pimpinan Daerah.
3. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.

18
Pasal 11
Fungsi dan Wewenang Muktamar

1. Menetapkan AD-ART, Garis-garis Besar Perjuangan GPII,


Khittah Perjuangan, Peraturan-peraturan Organisasi,
Program kerja Nasional dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan Pusat.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Pusat dengan jalan
memilih Ketua Umum/Ketua Formatur dan beberapa
anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade, Muslimah
GPII masing-masing minimal 3 orang untuk dipilih salah
satunya oleh Ketua Umum/Ketua Formatur PP GPII terpilih,
menjadi Ketua Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara
bersama- sama menyusun struktur kepengurusan
lengkap.
Pasal 12
Penyelenggaraan Muktamar

1. Muktamar diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali oleh


Pimpinan Pusat.
2. Pimpinan Pusat adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Muktamar, dengan membentuk Panitia
Muktamar.
Pasal 13
Peserta Muktamar

1. Muktamar dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,


Pimpinan Daerah dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan
Pusat.

19
2. Peserta Muktamar terdiri dari pengurus Pimpinan Pusat
termasuk Badan-badan Otonom dan Lembaga- lembaga
Khusus, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan I Daerah
termasuk Badan-Badan Otonom di masing- masing
tingkatan.
3. Peserta peninjau Muktamar terdiri dari anggota luar biasa,
anggota kehormatan, anggota purna, dan undangan
Pimpinan Pusat, utusan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Daerah persiapan atau mereka yang dimandati untuk
pembentukan Pimpinan Wilayah atau Daerah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
5. Peserta Muktamar mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Muktamar hanya memiliki hak bicara.

Pasal 14
Tata Tertib Muktamar

1. Muktamar dianggap sah apabila dihadiri sekurang-


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang
berhak hadir.
2. Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah yang berhak hadir
dalam Muktamar adalah yang telah disahkan (SK) dan
dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Muktamar
ditunda selama 1 X 24 jam dan setelah itu Muktamar
dinyatakan syah.
4. Sebelum pimpinan sidang Muktamar dipilih, sidang- sidang
Muktamar dipimpin oleh Pimpinan Pusat.

20
5. Pimpinan sidang Muktamar dipilih dari peserta dalam bentuk
Presidium, sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dan
sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang.

Pasal 15
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum /Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya,
harus selesai menyusun struktur dan personalia Pimpinan
Pusat GPII.
2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PP GPII oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu anggota Formatur
lainnya ditandai dengan keluarnya SK (Surat Keputusan)
dari Ketua Umum/Ketua Formatur dan Anggota Formatur
lainnya.
3. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PP GPII
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah - Terima
jabatan.
4. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-
terima jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
5. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka Anggota
Formatur secara kolektif berhak untuk memberi peringatan
dan jika dianggap perlu bermusyawarah untuk menunjuk
dan menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari
anggota formatur terpilih untuk penyusunan dan persiapan
pelantikan Pimpinan Pusat.

21
Pasal 16
B. Muktamar Luar Biasa

1. Muktamar Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


pelanggaran terhadap konstitusi oleh Pimpinan Pusat.
2. Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan jika dianggap
terdapat masalah yang sangat mendesak serta
mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat
ditangguhkan sampai Muktamar berikutnya.
3. Muktamar Luar Biasa diadakan atas inisiatif 3 (tiga)
Pimpinan Wilayah dan mendapat persetujuan secara
tertulis dari :
a. 2/3 dari jumlah Pimpinan Wilayah yang sah/definitif.
b. 2/3 dari jumlah Pimpinan Daerah yang sah / definitif.
4. Segala ketentuan tentang Muktamar berlaku bagi
Muktamar Luar Biasa.

Pasal 17
C. Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi organisasi GERAKAN PEMUDA ISLAM
INDONESIA (GPII) di tingkat Wilayah, diadakan 3 (tiga)
tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a. Pengurus Pimpinan Wilayah
b. Utusan Pimpinan Daerah
c. Utusan Pimpinan Cabang
3. Muswil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan dihadiri
oleh Pimpinan Pusat.

22
Pasal 18
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Wilayah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Wilayah.
2. Menetapkan Program Kerja Wilayah dan ketetapan-
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Wilayah dengan jalan
memilih Ketua Umum/Ketua Formatur dan beberapa orang
Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan Muslimah
GPII masing-masing minimal 3 orang untuk dipilih salah
satunya oleh Ketua Umum/Ketua Formatur PW GPII terpilih,
menjadi Ketua Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara
bersama- sama menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 19
Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali.


2. PimpinanWilayahadalahpenanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Wilayah, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Wilayah.

Pasal 20
Peserta Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Pimpinan Pusat,


Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan C'abang
dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Wilayah.

23
2. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari pengurus
Pimpinan Wilayah termasuk Badan-badan Otonom dan
Iembaga-lembaga Khusus, Pimpinan Daerah termasuk
Badan-Badan Otonom Daerah dan Pimpinan Cabang.
3. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah terdiri dari
Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah persiapan atau mereka
yang dimandati untuk pembentukan Pimpinan Daerah, dan
undangan dari Pimpinan Wilayah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan
Wilayah.
5. Peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak suara dan
bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah hanya memiliki hak
bicara.

Pasal 21
Tata Tertib Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dianggap sah apabila dihadiri


sekurang - kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
Pengurus Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang
berhak hadir.
2. Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang berhak hadir
dalam Musyawarah Wilayah adalah yang telah disahkan
(SK) dan dilantik.
3. Sebelum Pimpinan Musyawarah Wilayah dipilih, sidang-
sidang Musyawarah Wilayah dipimpin oleh Pimpinan
Wilayah.

24
4. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Wilayah ditunda 1 X 24 jam dan setelah itu Musyawarah
Wilayah dinyatakan sah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Wilayah dipilih dari peserta
(utusan/peninjau) dalam bentuk presidium, sekurang-
kurangnya 5 (lima) orang dan sebanyak- banyaknya 7
(tujuh) orang.

Pasal 22
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum/Ketua


Formatur terpilih dibantu oleh anggota Formatur lainnya
harus telah selesai menyusun struktur dan personalia
Pimpinan Wilayah GPII.
2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PW GPII
oleh Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu Anggota
Formatur lainnya.
3. Ketua Umum/Ketua Formatur segera mengajukan
permohonan pengesahan dan pelantikan ke PP GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan personalia dan
struktur PW GPII diberikan oleh Pimpinan Pusat
berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus PW
bersangkutan.
5. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PW GPII
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah - Terima
Jabatan.
6. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-
terima jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.

25
7. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Pusat berhak untuk memberi peringatan dan jika
dianggap perlu menunjuk dan menetapkan Ketua Formatur
baru yang diambil dari anggota formatur terpilih atau
memandati beberapa orang untuk penyusunan dan
persiapan pelantikan Pimpinan Wilayah.

Pasal 23
D. Musyawarah Wilayah Luar Biasa

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan apabila


terjadi kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran
konstitusi oleh Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan untuk
membicarakan masalah yang mendesak atau dianggap
penting yang mengancam eksistensi organisasi dan tidak
dapat ditangguhkan sampai Musyawarah Wilayah
berikutnya.
3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan atas inisiatif
minimal 2 (dua) Pimpinan Daerah dan mendapat
persetujuan secara tertulis dari :
a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Daerah yang sah /
definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang sah /
definitif.
4. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat dilaksanakan id us
pertimbangan dan persetujuan Pimpinan Pusat.
5. Segala ketentuan tentang Musyawarah Wilayah berlaku
liugi Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

26
Pasal 24
E. Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah (Musda) merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi organisasi GERAKAN PEMUDA ISLAM
INDONESIA (GPII) di tingkat Daerah, diadakan 2 (dua)
tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a. Pengurus Pimpinan Daerah
b. Utusan Pimpinan Cabang c Utusan Pimpinan Ranting
c. Musda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah

Pasal 25
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Daerah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Daerah.
2. Menetapkan Program Kerja Daerah dan ketetapan-
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Daerah dengan jalan
memilih Ketua/Ketua Formatur dan beberapa orang
Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan Muslimah
GPII masing-masing minimal 2 (dua) orang untuk dipilih
salah satunya oleh Ketua/Ketua Formatur PD GPII terpilih,
menjadi Ketua Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara
bersama- sama menyusun struktur kepengurusan lengkap.

27
Pasal 26
Penyelenggaraan Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali.


2. PimpinanDaerahadalahpenanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Daerah, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Daerah.

Pasal 27
Peserta Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh Pimpinan Wilayah,


Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting
dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari pengurus
Pimpinan Daerah termasuk Badan-badan Otonom dan
Lembaga-lembaga Khusus, Pimpinan Cabang dan
Pimpinan Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Daerah terdiri dari Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Cabang persiapan atau mereka yang
dimandati untuk pembentukan Pimpinan Cabang dan
undangan dari Pimpinan Daerah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan
Daerah.
5. Peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak suara dan
bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Daerah hanya memiliki hak
bicara.

28
Pasal 28
Tata Tertib Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri


sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
Pengurus Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting yang
berhak hadir.
2. Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting yang berhak hadir
dalam Musyawarah Daerah adalah yang telah disahkan
(SK) dan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Daerah ditunda 1 X 24 jam dan setelah itu Musyawarah
Daerah dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih, sidang-
sidang Musyawarah Daerah dipimpin oleh Pimpinan
Daerah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Daerah dipilih dari peserta
(utusan/peninjau) dalam bentuk presidium, sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak- banyaknya 5 (lima)
orang.

Pasal 29
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur


terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus selesai
menyusun struktur dan personalia Pimpinan Daerah GPII.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PD GPII oleh
Ketua/Ketua formatur dibantu Anggota Formatur lainnya.

29
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan kepada PW GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia PD GPII diberikan oleh Pimpinan Wilayah GPII
berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus
Pimpinan Daerah bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan
struktur dan personalia Pimpinan Daerah GPII disampaikan
kepada Pimpinan Pusat sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PD GPII
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah Terima
Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara dan serah-terima
jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Wilayah setempat berhak untuk memberi
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari
Anggota Formatur terpilih atau memandati beberapa orang
untuk penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan
Daerah.

Pasal 30
Musyawarah Daerah Luar Biasa

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan apabila


terjadi kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran
konstitusi oleh Pimpinan Daerah.

30
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan atas inisiatif
minimal 2 (dua) Pimpinan Cabang dan mendapat
persetujuan secara tertulis dari :
a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang sah /
definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Ranting yang
sah/definitif.
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan
Wilayah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Daerah berlaku
bagi Musyawarah Daerah Luar Biasa.

Pasal 31
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang (Muscab) merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi organisasi GERAKAN PEMUDA ISLAM
INDONESIA (GPII) di tingkat Cabang.
2. Musyawarah Cabang merupakan forum musyawarah
pengurus Pimpinan Cabang dan utusan Pimpinan Ranting.
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Pimpinan
Cabang.

Pasal 32
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Cabang

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan


Cabang.

31
2. Menetapkan Program Kerja Cabang dan ketetapan
ketetapan lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Cabang dengan jalan
memilih Ketua/Ketua Formatur dan beberapa orang
Anggota Formatur.

Pasal 33
Penyelenggaraan Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali.


2. PimpinanCabangadalahpenanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Cabang, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Cabang.

Pasal 34
Peserta Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pimpinan Daerah,


Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan
Peninjau/Undangan dari Pimpinan Cabang.
2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari pengurus
Pimpinan Cabang beserta Lembaga-lembaga Khusus dan
Pimpinan Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Cabang terdiri dari Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Ranting persiapan atau mereka yang
dimandati untuk pembentukan Pimpinan Ranting dan
undangan dari Pimpinan Cabang.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan
Cabang.

32
5. Peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak suara dan
bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Cabang hanya memiliki link
bicara.
Pasal 35
Tata Tertib Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri


sekurang - kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
pengurus Pimpinan Ranting yang berhak hadir.
2. Pimpinan Ranting yang berhak hadir dalam Musyawarah
Cabang adalah yang telah disahkan (SK) clan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Cabang ditunda 1 X 12 jam dan setelah itu Musyawarah
Cabang dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih, sidang-
sidang Musyawarah Cabang dipimpin oleh Pimpinan
Cabang.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Cabang dipilih dari peserta
dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

Pasal 36
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur


terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus telah
selesai menyusun struktur dan personalia Pimpinan Cabang
GPII.

33
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PC GPII oleh
Ketua/Ketua Formatur dibantu Anggota Formatur lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan kepada PD GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia PC GPII diberikan oleh PD GPII berbarengan
dengan kegiatan pelantikan pengurus PC bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur
dan personalia Pimpinan Cabang GPII disampaikan kepada
Pimpinan Wilayah sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PC GPII
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah Terima
Jabatan.
7. Mekanisme Penyelenggaraan acara Pelantikan dan Serah-
Terima Jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Daerah setempat berhak untuk memberikan
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari anggota
formatur terpilih atau memandati beberapa orang untuk
penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Cabang.

Pasal 37
Musyawarah Cabang Luar Biasa

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan apabila


terjadi kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran
konstitusi oleh Pimpinan Cabang.

34
2. Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan atas permintaan
secara tertulis dari sepertiga pengurus Cabang dan lebih
setengah Pimpinan Ranting yang sah/definitif.
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan
Daerah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Cabang, berlaku
bagi Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 38
Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting merupakan pemegang kekuasaan


tertinggi organisasi GERAKAN PEMUDA ISLAM
INDONESIA (GPII) di tingkat Ranting.
2. Musyawarah Ranting merupakan forum musyawarah
anggota biasa dan satuan kegiatan GPII.
3. Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan
Wanting.

Pasal 39
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Ranting

1. Meminta pertanggung jawaban Pimpinan Ranting.


2. Menetapkan program kerja Pimpinan Ranting dan ketetapan
- ketetapan lain yang dipandang perlu.
3. Memilih Pimpinan Ranting dengan jalan memilih Ketua/
Ketua Formatur dan beberapa orang anggota formatur.

35
Pasal 40
Penyelenggaraan Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting diselenggarakan 1 (satu) tahun sekali.


2. PimpinanRantingadalahpenanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Ranting, dengan
membentuk Panitia Musyawarah Ranting.

Pasal 41
Peserta Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dihadiri oleh Pimpinan Cabang,


Pimpinan Ranting, Satuan Kegiatan Anggota (Sagiat) GPII
dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Ranting.
2. Peserta Musyawarah Ranting terdiri dari pengurus Pimpinan
Ranting dan Satuan Kegiatan Anggota (Sagiat) GPII.
3. Peserta peninjau Musyawarah Ranting terdiri dari Pimpinan
Cabang dan undangan dari Pimpinan Ranting.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan
Ranting.
5. Peserta Musyawarah Ranting mempunyai hak suara dan
bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Ranting hanya memiliki hak
bicara.

36
Pasal 42
Tata Tertib Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dianggap sah apabila dihadiri


sekurang - kurangnya separuh lebih satu dari jumlah
peserta yang berhak hadir.
2. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Ranting ditunda 1X6 jam dan setelah itu Musyawarah
Ranting dinyatakan sah.
3. Pimpinan sidang Musyawarah Ranting dipilih dari peserta
dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.

Pasal 43
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 15 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur


terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus telah
selesai menyusun struktur dan personalia Pimpinan Ranting
GPII.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia Pimpinan
Ranting GPII oleh Ketua/Ketua Formatur dibantu Anggota
Formatur lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan ke PC GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia Pimpinan Ranting GPII diberikan oleh Pimpinan
Cabang GPII berbarengan dengan kegiatan pelantikan
pengurus Pimpinan Ranting bersangkutan.

37
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur
dan personalia Pimpinan Ranting GPII disampaikan kepada
Pimpinan Daerah sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia Pimpinan
Ranting GPII terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan
Serah-Terima Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-
terima jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara
sebagaimana batasan waktu yang diberikan, maka
Pimpinan Cabang setempat berhak untuk memberikan
peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari anggota
formatur terpilih atau memandati beberapa orang untuk
penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Ranting.

BAB III
HAK SUARA PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 44
Di Dalam Muktamar

1. Pimpinan Pusat mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Wilayah berhak mendapat tambahan 1
(satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Daerah.
4. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.

38
Pasal 45
Di Dalam Musyawarah Wilayah

1. Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Daerah berhak mendapat tambahan I
(satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Cabang.
4. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.

Pasal 46
Di Dalam Musyawarah Daerah

1. Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Cabang berhak mendapat tambahan 1
(satu) suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Ranting.
4. Setiap Pimpinan Ranting mempunyai 1 (satu) suara. Dalam
hal Pimpinan Daerah belum memiliki Pimpinan Cabang,
maka seluruh pengurus Pimpinan Daerah memiliki hak 1
(satu) suara.

Pasal 47
Di Dalam Musyawarah Cabang

1. Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Ranting memiliki 1 (satu) suara.
3. Dalam hal Pimpinan Cabang belum memiliki Pimpinan
Ranting, maka seluruh pengurus Pimpinan Cabang
memiliki hak 1 (satu) suara.

39
Pasal 48
Di Dalam Musyawarah Ranting

Setiap Anggota Biasa yang diundang sebagai peserta


mempunyai 1 (satu) suara.

BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 49
Ranting

1. Ranting didirikan di tingkat Kelurahan/Desa atau yang


dipersamakan dengan itu jika sudah terdaftar sekurang -
kurangnya 5 anggota muda yang sah dan 2 anggota biasa
yang sah dipimpin oleh Pimpinan Ranting.
2. Pengesahan berdirinya Ranting baru, dilakukan oleh
Pimpinan Cabang yang diajukan oleh Mandatir
pembentukan Ranting dan atau Ketua/Ketua Formatur
Pimpinan Ranting.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Ranting
disampaikan kepada Pimpinan Daerah sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan oleh
Pimpinan Daerah atas usul atau rekomendasi Pimpinan
Cabang.

40
Pasal 50
Cabang

1. Cabang didirikan di daerah tingkat kecamatan atau yang


dipersamakan dengan itu, jika sudah terdaftar sekurang -
kurangnya 10 anggota muda dan 4 anggota biasa yang sah
dipimpin oleh Pimpinan Cabang.
2. Pengesahan berdirinya Cabang baru, dilakukan oleh
Pimpinan Daerah yang diajukan oleh Mandatir pembentukan
Cabang dan atau Ketua/Ketua Formatur Pimpinan Cabang.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Cabang
disampaikan kepada Pimpinan Wilayah sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan oleh
Pimpinan Daerah.
Pasal 51
Daerah

1. Daerah didirikan di tingkat Kabupaten/Kota, jika di


dalamnya sudah ada sekurang - kurangnya 2 Pimpinan
Cabang yang sah, dipimpin oleh Pimpinan Daerah.
2. Pengesahan berdirinya Daerah baru, dilakukan oleh
Pimpinan Wilayah yang diajukan oleh Mandatir
pembentukan Daerah dan atau Ketua/Ketua Formatur
Pimpinan Daerah.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Daerah
disampaikan kepada Pimpinan Pusat sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini
diputuskan oleh Pimpinan Wilayah.

41
Pasal 52
Wilayah

1. Wilayah didirikan di daerah tingkat Provinsi, jika di


dalamnya sudah ada sekurang - kurangnya 2 Pimpinan
Daerah yang sah, dipimpin oleh Pimpinan Wilayah.
2. Pengesahan berdirinya Wilayah dilakukan oleh Pimpinan
Pusat atas usul atau rekomendasi Mandatir pembentukan
Wilayah dan atau Ketua Umum/Ketua Formatur Pimpinan
Wilayah.
3. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini
diputuskan oleh Pimpinan Pusat dengan peraturan Khusus.

BAB V
PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 53
Kedudukan Pimpinan

Struktur kepemimpinan organisasi GPII disusun secara


hierarkis sebagai berikut:
1. Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibu Kota Republik
INDONESIA.
2. Pimpinan Wilayah berkedudukan di tempat yang ditetapkan
oleh Pimpinan Wilayah, kecuali apabila Musyawarah
Wilayah menentukan lain.
3. Pimpinan Daerah berkedudukan di tempat yang ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah, kecuali apabila Musyawarah Daerah
menentukan lain.

42
4. Pimpinan Cabang berkedudukan di tempat yang ditetapkan
oleh Pimpinan Cabang, kecuali apabila Musyawarah
Cabang menentukan lain.
5. Pimpinan Ranting berkedudukan di tempat yang ditetapkan
oleh Pimpinan Ranting, kecuali apabila Musyawarah
Ranting menentukan lain.

Pasal 54
Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Pusat adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibukota Negara Republik INDONESIA.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Pusat dapat membentuk
Koordinator Wilayah.
5. Pimpinan Pusat dapat melakukan tindakan administratif
atau sejenisnya bila terdapat Wilayah dan Daerah yang
vakum atau sudah selesai masa periodenya.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur
pada peraturan-peraturan khusus.
Pasal 55
Personalia Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua


Umum dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang
Sekretaris Jenderal dengan beberapa Wakil Sekretaris
Jenderal, dan seorang Bendahara Umum dengan beberapa

43
orang Wakil Bendahara, dan Ketua Badan - badan Otonom.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara
Umum dan Wakil Bendahara Umum.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom, Badan
Khusus dan Lembaga Khusus.
4. Ketua Badan-badan Otonom, Ketua Badan/Lembaga
Khusus, serta Anggota Pleno termasuk yang berhak
hadir/diundang pada Rapat Pleno PP GPII.
5. Dewan Syuro, Terdiri dari mantan Ketua Umum GPII,
Mantan Sekjen GPII, Mantan Ketua Umum Pimpinan
Wilayah GPII, Mantan Pengurus Harian Pimpinan Pusat
(IPI yang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 9 (sembilan)
orang anggota dipilih oleh Ketua Umum/Ketua Formatur
dan Anggota Formatur.
6. Dewan Syuro dibentuk pada setiap jenjang struktur
kepengurusan.

Pasal 56
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Pusat

1. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan dan Keputusan-


keputusan Muktamar.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPII kepada aparat GPII secara
Nasional.

44
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi GPII.
4. Menyelenggarakan Muktamar pada akhir periode.
5. Menyiapkan Darf Materi Muktamar.
6. Memberikan pertanggung jawaban kepada Muktamar.
7. Menyelenggarakan SDO dan Mukernas sekurang-
kurangnya sekali dalam satu periode.
8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Wilayah (PW).
9. Melakukan skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Setiap keputusan Ketua Umum dianggap sah apabila
didukung sekurang - kurangnya setengah dari anggota
Pengurus Harian Pimpinan Pusat dan dikeluarkan melalui
surat resmi yang ditanda tangani oleh yang bersangkutan.
11. Dewan Syuro berhak dan berkewajiban memberikan
masukan secara konseptual terhadap keputusan
keputusan strategis PP GPII.

Pasal 57
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Pusat memiliki masa jabatan 4 (empat) tahun


dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Umum Pimpinan Pusat maksimum 2 (dua) periode berturut
- turut. t Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai
pengurus Pimpinan Pusat maksimum 3 (tiga) periode
berturut - turut.

45
Pasal 58
Struktur Kekuasaan

1. Struktur kekuasaan dalam kepengurusan, secara hierarkis


adalah: .
a. Ketua Umum
b. Ketua I Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan
Organisasi.
c. Ketua II Kaderisasi
d. Ketua III Bidang Sosial Politik
e. Ketua IV Bidang Penelitian dan Pengembangan
f. Ketua V Bidang Pemberdayaan Ekonomi Keumatan
g. Ketua VI Bidang Internasional
h. Ketua VII Bidang Informasi dan Media
i. Sekretaris Jenderal
j. Bendahara Umum

2. Ketidak hadiran Ketua Umum karena halangan sementara


dalam aktivitas organisasi lebih dari 7 (tujuh) hari, secara
otomatis mekanisme organisasi menjadi tanggung jawab
pengurus di bawahnya.
3. Pada situasi tertentu, Ketua Umum dapat menunjuk
pejabat sementara di antara Ketua-ketua Bidang untuk
menggantikan sementara, melalui surat penunjukkan
resmi.
4. Ketentuan mengenai struktur kekuasaan pada Pasal ini,
berlaku sama bagi seluruh tingkatan pimpinan GPII.

46
Pasal 59
Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


kedua organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Wilayah (PW) adalah 4 (empat)
tahun terhitung sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Provinsi/Daerah Tingkat I.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Wilayah dapat membentuk
Koordinator Daerah.
5. Pimpinan Wilayah dapat melakukan tindakan administratif
atau sejenisnya bila ada Pimpinan Daerah yang vakum atau
periodesasinya berakhir.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur pada
peraturan- peraturan lain.

Pasal 60
Personalia Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua


Umum dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang
Sekretaris Umum dengan beberapa Wakil Sekretaris, dan
Seorang Bendahara Umum dengan beberapa orang Wakil
Bendahara dan Ketua Badan Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Wilayah (PW) sedapat
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan Pusat
(PP).

47
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, beberapa Ketua
Bidang, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris, Bendahara
Umum dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
Departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom dan
Badan Khusus.
5. Ketua Badan-Badan Otonom, Ketua Badan Khusus dan
Anggota Pleno termasuk yang berhak hadir/diundang pada
Rapat Pleno PW GPII.

Pasal 61
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Wilayah

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Wilayah,


instruksi dan ketetapan Pimpinan Pusat. Menyampaikan
ketetapan-ketetapan, perubahan- perubahan serta segala
hal penting yang berhubungan dengan organisasi GPII
kepada aparat GPII di Wilayah yang bersangkutan.
2. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
Kaderisasi di Pimpinan Daerah.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah pada akhir
periode.
4. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Wilayah.
5. Menyelenggarakan Mukerwil sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
6. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Daerah (PD).
Melakukan skorsing, pemecatan terhadap
anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

48
7. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi wilayahnya secara
tertulis kepada Pimpinan Pusat terhitung sejak pelantikan.
8. Setiap keputusan Ketua umum dianggap sah apabila
didukung sekurang-kurangnya setengah dari anggota
Pengurus Harian Pimpinan Wilayah dan dikeluarkan
melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh yang
bersangkutan.
Pasal 62
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Wilayah memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun satu


periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Umum Pimpinan Wilayah maksimum 2 (dua) periode
berturut-turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Pengurus
Pimpinan Wilayah maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 63
Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


ketiga organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Daerah (PD) adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan dari PD
GPII demisioner.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota atau sesuai
dengan Keputusan Musyawarah Daerah.

49
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Daerah dapat membentuk
Koordinator Pimpinan Cabang.
5. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 3 dan 4 Pasal ini akan
diatur dalam aturan-aturan khusus.

Pasal 64
Personalia Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Ketua, beberapa Wakil Ketua, seorang, Sekretaris dengan
beberapa Wakil Sekretaris, dan seorang Bendahara
dengan beberapa Wakil Bendahara dan Badan-badan
Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Daerah (PD) sedapat-
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan Wilayah
(PW).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian,
Departemen-departemen, Pimpinan Badan Otonom dan
Badan Khusus. ketua Badan-badan Otonom dan Badan
Khusus termasuk yang berhak hadir/diundang pada Rapat
Pleno PD GPII.

Pasal 65
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Daerah

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Daerah,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di
atasnya.

50
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPII kepada aparat GPII di daerah yang
bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi di Pimpinan Cabang.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Daerah.
6. Menyelenggarakan Mukerda sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Cabang (PC).
Memberikan rekomendasi skorsing dan pemecatan
terhadap pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
8. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi daerahnya secara
tertulis kepada Pimpinan Wilayah setempat dengan
ditembuskan ke Pimpinan Pusat, terhitung sejak pelantikan
dan serah- terima jabatan.
9. Setiap keputusan Ketua dianggap sah apabila didukung
sekurang-kurangnya setengah dari anggota Pengurus
Harian Pimpinan Daerah dan dikeluarkan melalui surat
resmi yang ditanda tangani oleh yang bersangkutan.

51
Pasal 66
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Daerah memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun


dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Pimpinan Daerah maksimum 2 (dua) periode berturut turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Daerah maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 67
Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


keempat organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Cabang (PC) adalah 2 (dua) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan atau sesuai dengan
keputusan Musyawarah Cabang.
4. Ketentuan-ketentuan pembentukan Pimpinan Cabang akan
diatur dalam peraturan khusus.

52
Pasal 68
Personalia Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
2. Susunan Pimpinan Cabang (PC) sedapat-dapatnya
disesuaikan dengan susunan Pimpinan Daerah (PD) atau
sesuai kebutuhan dan kemampuan.
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen-departemen.

Pasal 69
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Cabang

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Cabang,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di
atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi GPII kepada aparat GPII di Cabang
yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi di Pimpinan Ranting.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Cabang.

53
6. Menyelenggarakan Mukercab sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Ranting (PR)
8. Memberikan rekomendasi skorsing atau pemecatan
terhadap pengurus/ anggota sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
9. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi cabangnya secara
tertulis kepada Pimpinan Daerah setempat dengan
tembusan ke Pimpinan Wilayah terhitung sejak pelantikan
dan serah-terima jabatan.

Pasal 70
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Cabang memiliki masa jabatan 2 (dua) tahun


dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Pimpinan Cabang maksimum 2 (dua) periode berturut turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Cabang maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 71
Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


kelima organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Ranting (PR) adalah 1 (satu) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan dari PR
GPII Demisioner.

54
3. Berkedudukan di kelurahan atau sesuai dengan Keputusan
Musyawarah Ranting.
4. Dalam menjalankan tugasnya Pimpinan Ranting dapat
membentuk Satuan-satuan Kegiatan (SAGIAT) sebagai
sarana pembinaan dan rekruitmen kader.
5. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 3 dan 4 di atas akan diatur
dalam aturan-aturan khusus.

Pasal 72
Personalia Pimpinan Ranting

1. Ranting sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Pimpinan

Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.


2. Susunan dan struktur Pimpinan Ranting (PR) sedapat-
dapatnya disesuaikan dengan susunan Pimpinan Cabang
(PC).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen-departemen.

Pasal 73
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pimpinan Ranting

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Ranting,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di
atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-
perubahan serta segala hal penting yang berhubungan

55
dengan organisasi GPII kepada aparat Ranting yang
bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses
kaderisasi.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting pada akhir
periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Ranting.
6. Menyelenggarakan Mukera sekurang-kurangnya sekali
dalam satu periode.
7. Memberikan rekomendasi skorsing, pemecatan terhadap
pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Melaporkan secara berkala, 3 (tiga) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi rantingnya secara
tertulis kepada Pimpinan Cabang dengan tembusan
kepada Pimpinan Daerah setempat terhitung sejak
pelantikan dan serah-terima jabatan.
9. Setiap Keputusan Ketua dianggap sah apabila didukung
sekurang-kurangnya setengah dari anggota Pengurus
Harian Pimpinan Ranting dan dikeluarkan melalui surat
resmi yang ditanda tangani oleh yang semua bersangkutan.

Pasal 74
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Ranting memiliki masa jabatan 1 (satu) tahun


dalam satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua
Pimpinan Ranting maksimum 1 (satu) periode.

56
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Ranting maksimum 2 (dua) periode berturut -
turut.
BAB VI
EADAN-BADAN OTONOM
Pasal 75

Pengertian, Macam, Kewenangan dan Status

1. Badan Otonom adalah badan pembantu pimpinan yang


dibentuk oleh Pimpinan GPII untuk mengurusi usaha-usaha
tertentu yang bersifat khas.
2. Badan Otonom GPII terdiri dari :
a. Brigade GPII.
b. GPII Putri.
3. Badan Otonom GPII memiliki kewenangan khusus atau
otonom untuk mengelola dan mengatur intern organisasinya
secara mandiri dalam melaksanakan program kerja dan
hasil ketetapan instansi kekuasaan yang setingkat.
4. Badan Otonom dapat meningkatkan keahlian anggotanya.
melalui kegiatan pengkaderan dan latihan praktis lainnya
untuk mendorong profesionalitas anggota dalam bidang-
bidang terkait serta kegiatan sosial kemasyarakatan.
5. Badan Otonom dapat melaksanakan kegiatan non-struktural
dalam rangka proses rekruitmen kader.
6. Badan Otonom GPII memiliki struktur vertikal dan Horizontal
dengan eselon setingkat.
7. Kebijakan strategis dalam Badan Otonom harus sesuai
dengan kebijakan Pimpinan di setiap tingkatan. Status
keanggotaan di Badan Otonom menginduk pada ketentuan

57
keanggotaan organisasi GPII. Badan Otonom bertanggung
jawab langsung kepada Ketua Umum tingkat kepengurusan
masing-masing. • Struktur Badan Otonom dibentuk sampai
tingkat Pimpinan Daerah.

Pasal 76
Tugas Dan Kewajiban

1. Badan Otonom memiliki tugas dan kewajiban yang sama


dengan tugas dan kewajiban anggota GPII secara umum.
2. Secara khusus Badan Otonom memiliki tugas dan
kewajiban memupuk, memelihara, menjaga dan
mengamankan organisasi, kebijakan serta aparat
organisasi di masing-masing tingkatan, Islam dan ummat
Islam.

BAB VII
BADAN-BADAN DAN LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
A. BADAN-BADAN KHUSUS

Pasal 77
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Badan-badan Khusus adalah badan pembantu Pimpinan


yang dibentuk oleh Pimpinan GPII dengan tugas-tugas
khusus yang tidak berhubungan langsung dengan
masyarakat.
2. Badan-Badan Khusus dapat dibentuk di tingkat Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.

58
3. Periodesasi Kepengurusan Badan Khusus sama dengan
struktur Pimpinan GPII setingkat.

Pasal 78
Tugas dan Kewajiban Badan Khusus

1. Melaksanakan program dan kewajiban GPII sesuai dengan


fungsi dan bidang kerja masing-masing.
2. Meningkatkan keahlian anggota melalui pendidikan,
penelitian dan latihan kerja praktis untuk mendorong
profesionalisasi anggota sesuai dengan bidang kerjanya.

Pasal 79
Personalia Pengurus Badan Khusus

1. Formasi pengurus Badan Khusus sekurang-kurangnya


terdiri dari Ketua dan Sekretaris.
2. Pengurus Badan Khusus ditetapkan dan disahkan oleh
instansi GPII setingkat.
3. Masa jabatan pengurus Badan Khusus disesuaikan dengan
institusi Pimpinan setingkat.
4. Yang dapat menjadi pengurus Badan Khusus adalah
Anggota Biasa, Teras dan Kehormatan, serta tidak boleh
merangkap dengan lembaga induknya.
5. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan
Khusus diatur dalam ketentuan tersendiri.

59
Pasal 80
LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Lembaga-lembaga Khusus adalah lembaga pembantu


Pimpinan yang dibentuk oleh Pimpinan GPII dengan tugas-
tugas khusus GPII yang berhubungan langsung dengan
masyarakat dalam bentuk permanen atau semi permanen
sesuai dengan kebutuhan.
2. Lembaga-lembaga khusus hanya dibentuk di tingkat
Pimpinan Pusat.
3. Periodisasi kepengurusan lembaga-lembaga khusus tidak
terikat dengan periodisasi Pimpinan GPII setingkat.

Pasal 81
Fungsi Lembaga-Lembaga Khusus

1. Mengembangkan dan meningkatkan kecakapan para


pemuda Islam dam bidang tulis-menulis, pers dan jurnalistik
untuk membangun citra pemuda Islam sebagai intelektual
Muda Islam sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Mengelola, mengembangkan dan mendayagunakan
sumber-sumber dana organisasi.
3. Membina, mengembangkan dan meningkatkan peranan
GPII dalam mengembangkan kualitas sumberdaya
masyarakat dalam mengapresiasi dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

60
4. Membina dan mengembangkan peranan GPII dalam
melakukan penegakan pelaksanaan hak-hak pemuda
Islam.

BAB VIII
KELUARGA BESAR GPII

Pasal 82 Pengertian dan Status

1. Keluarga Besar GPII adalah Anggota Purna GPII yang telah


habis masa keanggotaannya dan pernah aktif sebagai
Pengurus GPII.
2. Keluarga Besar GPII merupakan asset organisasi.
3. GPII dan Keluarga Besar memiliki hubungan historis,
ideologis, dialogis dan kekeluargaan dengan tetap
memperhatikan ketentuan-ketentuan organisasi GPII yang
berlaku.

Pasal 83
Hak Keluarga Besar GPII

1. Menyampaikan pendapat, saran, usul dan pertanyaan baik


secara lisan maupun tertulis kepada instansi Pimpinan yang
dikehendaki dengan mekanisme yang akan diatur
kemudian.
2. Menghadiri acara dan kegiatan yang di selenggarakan oleh
GPII sepanjang berlaku untuk umum. Untuk acara yang
bersifat intern, harus mendapat ijin dari instansi Pimpinan
GPII terkait dan mekanisme selanjutnya akan diatur dalam
ketentuan tersendiri.

61
Pasal 84
Kewajiban Keluarga Besar GPII

1. Berpartisipasi secara aktif, langsung maupun tidak langsung


dalam pelaksanaan program kerja organisasi untuk
menegakkan missi dan eksistensi GPII di tengah- tengah
ummat.
2. Memberikan dukungan moril maupun materil sesuai dengan
kemampuannya kepada GPII.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 85
Musyawarah Kerja Nasional

1. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Muktamar sebagai forum
musyawarah pimpinan organisasi tingkat nasional yang
diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Mukernas diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat dan
dihadiri oleh Pimpinan Wilayah.
3. Fungsi Mukernas adalah sebagai forum untuk membahas
dan menetapkan kebijakan dan konsep- konsep organisasi.
4. Pimpinan Pusat menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.

62
Pasal 86
Sidang Dewan Organisasi

1. Sidang Dewan Organisasi (SDO) adalah instansi


kekuasaan di bawah Muktamar sebagai forum Musyawarah
Pimpinan organisasi tingkat Nasional.
2. Sidang Dewan Organisasi diselenggarakan oleh Pimpinan
Pusat dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah.
3. Sidang Dewan Organisasi berwenang mengambil
keputusan-keputusan strategis baik internal maupun
eksternal organisasi yang dipandang sangat
penting/mendasar, selain kebijakan organisasi yang telah
ditetapkan pada Muktamar atau Muktamar Luar Biasa.
4. Jika dipandang perlu, SDO dapat membahas perubahan
dan penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga GPL
5. Sidang Dewan Organisasi diadakan minimal sekali dalam
satu periode kepemimpinan.
6. Hal-Hal lain yang berhubungan dengan Sidang Dewan
Organisasi akan diatur dalam aturan-aturan tersendiri

Pasal 87
Musyawarah Kerja Wilayah

1. Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Wilayah sebagai
forum musyawarah pimpinan organisasi tingkat wilayah
yang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
periode.
Mukerwil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan
dihadiri oleh Pimpinan Daerah.

63
2. Fungsi Mukerwil adalah sebagai forum untuk membahas
dan menetapkan program kerja Wilayah.
3. Pimpinan Wilayah menyampaikan progress report
mengenai perkembangan organisasi dan realisasi program
kerja.
4. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerwil, akan
diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 88
Musyawarah Kerja Daerah

1. Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Daerah sebagai
forum musyawarah pimpinan organisasi tingkat Daerah
yang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
periode.
2. Mukerda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah dan
dihadiri oleh Pimpinan Cabang.
3. Fungsi Mukerda adalah sebagai forum untuk membahas
dan menetapkan program kerja Daerah. Pimpinan Daerah
menyampaikan progress report mengenai perkembangan
organisasi dan realisasi program kerja.
4. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerda, akan
diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 89
Musyawarah Kerja Cabang

1. Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Cabang sebagai

64
forum musyawarah pimpinan organisasi tingkat Cabang
yang diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
periode.
2. Mukercab diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang dan
dihadiri oleh Pimpinan Ranting.
3. Fungsi Mukercab adalah sebagai forum untuk membahas
dan menetapkan program kerja Cabang.
4. Pimpinan Cabang menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukercab, ikan
diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 90
Musyawarah Kerja Ranting

1. Musyawarah Kerja Ranting adalah instansi kekuasaan


tertinggi di bawah Musyawarah Ranting sebagai forum
musyawarah anggota ranting yang diadakan sekurang
kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Musyawarah Kerja Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan
Ranting dan dihadiri oleh Pengurus dan anggota Ranting.
3. Fungsi Musyawarah Kerja Ranting adalah sebagai forum
untuk membahas dan menetapkan program kerja Ranting.
4. Pimpinan Ranting menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Musyawarah Kerja
Ranting, diatur dalam peraturan khusus.

65
BAB X
RAPAT-RAPAT PENGURUS

Pasal 91
Rapat Pleno

1. Rapat Pleno adalah forum musyawarah pimpinan organisasi


di setiap tingkatan pimpinan GPII, untuk membicarakan
mengenai realisasi program, evaluasi kegiatan dan
permasalahan-permasalahan penting lainnya.
2. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus Lengkap, Ketua Badan-
badan Otonom, Ketua Badan dan Lembaga Khusus dan
Anggota Pleno.
3. Rapat Pleno dianggap sah, jika sekurang-kurangnya dihadiri
oleh Ketua Umum, Sekretaris dan dua Ketua Bidang.
4. Rapat Pleno diselenggarakan secara berkala, sedikitnya 6
(enam) bulan sekali, kecuali terdapat permasalahan-
permasalahan yang mendesak.
5. Keputusan dan ketetapan Rapat Pleno memiliki kekuatan
hukum dan mengikat sebagai kebijakan organisasi.
6. Ketidakhadiran Ketua Umum dapat diwakilkan melalui surat
resmi dari yang bersangkutan.

Pasal 92
Rapat Harian

Rapat Harian adalah forum musyawarah Pengurus Harian


pimpinan organisasi di setiap tingkatan pimpinan GPII, untuk
membicarakan kinerja aparat organisasi, strategi gerakan dan

66
permasalahan-permasalahan penting lainnya yang hanya dapat
dibicarakan pada tingkat Pimpinan Harian.

Pasal 93
Rapat Koordinasi

1. Rapat Koordinasi merupakan forum musyawarah


koordinatif yang melibatkan dua atau lebih Pimpinan GPII
yang selevel untuk membicarakan permasalahan yang
harus ditangani secara bersama.
2. Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan oleh:
a. Pimpinan Pusat, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Wilayah.
b. Pimpinan Wilayah, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Daerah.
c. Pimpinan Cabang, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Ranting.

BAB XI
KBUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 94
Keuangan Organisasi

1. Keuangan Organisasi didapat dari uang pangkal dan uang


iuran yang besarnya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Hasil pengumpulan uang pangkal dan uang iuran,
pembagiannya ditetapkan sebagai berikut :
a. Pimpinan Pusat 10%
b. Pimpinan Wilayah 15%

67
c. Pimpinan Daerah 20%
d. Pimpinan Cabang 25%
e. Pimpinan Ranting 30%
3. Sumber keuangan lainnya berasal dari sumbangan sukarela
anggota, donasi yang tidak mengikat, zakat, infak,
shodaqoh, hibah dan wakaf, serta usaha-usaha produktif
lainnya yang sah, halal dan tidak mengikat.

Pasal 95
Kekayaan Organisasi

1. Kekayaan organisasi adalah semua barang yang bergerak


dan atau tidak bergerak, yang telah dinyatakan sebagai milik
organisasi.
2. Harta kekayaan organisasi diinventarisir dan dibukukan
menurut prosedur hukum yang berlaku.
3. Tata cara penggunaan kekayaan organisasi setelah
dibubarkan, diatur oleh sebuah Komisi yang dibentuk oleh
Muktamar yang membubarkan organisasi ini.

Pasal 97
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

1. Pimpinan pengurus setiap tingkatan bertanggungjawab atas


penggunaan dan pengelolaan harta kekayaan organisasi
sesuai dengan sistem keuangan dan akuntansi.
2. Bendahara secara rutin, setiap 6 (enam) bulan sekali
memberikan laporan kepada Rapat Pleno.

68
3. Khusus dalam penyelenggaraan Muktamar, Muswil Musda,
Muscab dan Musyawarah Ranting semu pemasukan dan
pengeluaran keuangan hari dipertanggungjawabkan
kepada pimpinan GPII masa bakti berikutnya, melalui
panitia verifikasi yang dibentuk untuk kepentingan itu.

BAB XII
KETENTUAN UMUM
Pasal 98
Hal-Hal Lain

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah


Tangga ini, akan diatur oleh Pimpinan Pusat dalam
peraturan-peraturan khusus atau aturan-aturan lain.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh
Muktamar.
3. Semua ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang dibuat
dan tidak sesuai dengan Anggaran Rumah; Tangga ini,
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 99
Pengesahan

Anggaran Rumah Tangga ini di sempurnakan dan disahkan


oleh Muktamar Bersama GPI-GPII di Medan, pada tanggal 9-12
Desember 2014.

69
70
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERJUANGAN
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GBPP GPII)

I. MUQADIMAH

Laisal birra antuwallu wujuhakum Qibalal masyriki wal magribi


walakinnal biira man amanabillahi billahi wal yaumil akhiri wal
malaikatihi wal nabiyiina, wa aatal maala aa’la hubbihi zawil
qurba wal yatama wal masyakiina wal inbnissabili wassyailina
marriqab, wa aqaamashalah wa ataa zzakaata wal muufuna
biahdihim idza ahadu, washabirina fil ba’syai wadharrai wa
hiina wal ba’syi, uulaikaladziina shadaquu ulaika humul
muttaquun.” (Al Baqarah 177).

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu


suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yagn bertakwa”

71
Lakinilladzinattaquu rabbahum, lahum jannaatun tajrii min
thatihaal anhaar khalidiina fiiha nuzulan min indillahi, wama
indallahi khairil lil abrar. (Ali Imran 198).

“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya,


bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya,
sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal
(anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang berbakti”.

Lantalallul birra hatta tunfiqu mima tuhibbuna, wama tunfiquu


min syai’in fainnalaha bihi a’liimun. (Ali Imran 92).

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang


sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta
yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Rabbana innana sami’na munaadiyan yunaadii lil iman an


aminuu birabbikum faamanna, rabbana faagfirlanaa
zuunuubanaa wakaffirannaa syayyiatinaa wa tawaffanaa ma’a
alabraar (Ali Imran 192).

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau


masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau
hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang
penolongpun.”

Waminhum mayyaqulu aatina fidunya hasanah wafil akhirati


hasanah wa qiinaa azabannaar. (al Baqarah 201).

72
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka.”

Istilah Ali Bir adalah istilah Qur’an yang mendekati untuk


menggambarkan apa yang dimaksud program dasar atau Garis
Garis Besar Program Perjuangan (GBPP). Secara umum GBPP
adalah program dasar pembinaan untuk mencapai tujuan manusia
ihsan yaitu manusia yang tahu dan mau berbuat pas menurut al
Qur’an dan Sunnah Rasul, dalam hubungan perbaikan bangsa,
istilah GBPP ini kita mantapkan menjadi pembinaan manusia
Indonesia seutuhnya. Tentunya sejalan dengan itu bahwa GBPP
GPII adalah PROGRAM DASAR GPII tentang arah dan target
perjuangan GPII yang terukur kwantitas dan kwalitas dalam satu
kurun waktu yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan. Melalui
GBPP GPII ini orientasi dan target pencapaian perjuangan GPII
diperjelas menjadi kebijakan strategi yang mengikat. Oleh
karenanya GBPP GPII menjadi pedoman perjuangan seluruh
civitas GPII se-Indonesia mulai dari PP, PW, PD, PC dan PR
berkewajiban mentaati dan menjalankan mainsteam organisasi
berdasarkan GBPP ini.

Sedangkan Istilah Al Birra satu pembinaan hidup bertujuan


ihsan digambarkan oleh al Baqarah 177, Ali Imran 92, 192, 198,
al Baqarah 201 adalah untuk mencapai arah tujuan hidup
pribadi dan berbangsa yaitu:

1. Yang tidak berpandangan dan bersikap hidup dengan blok


timur dan blok barat.

73
2. Yang hidup berpandangan dan bersikap dengan (ajaran)
Allah yakni (Al Qur’an wa sunnah rasul) ialah satu giliran
sejarah mencapai tujuan akhir yaitu Risalah Malaikat yang
telah dibukukan menjadi Kitab yakni yang menjadi Sunnah
Rasul-RasulNYA.
3. Yang mengorbankan harta benda (menata zakat sebagai
system ekonomi dan system anggaran hidupnya) bagi
kebutuhan keluarga terdekat karena tidak berpunya, yatim
piatu, fakir miskin, yang menghabiskan umur pada penataan
hidup dengan ajaran Allah, para invalid, dan untuk
pembebasan perbudakan/perburuhan.
4. Yang melakukan shalat satu pembinaan iman untuk
mencapai pribadi mukmin, membangun zakat satu sistem
perekonomian.
5. Yang menunaikan janjinya apabila mereka sudah
mengadakan satu ikatan perjanjian.
6. Yang hidup shabar tahan duka dan nestapa dikala
mengalami keadaan genting dan getir.
7. Yang benar-benar beriman, mereka yang demikian adalah
yang benar-benar takut atas sikap pelanggaran apapun.
8. Yang mengorbankan setiap orang apa yang menjadi
kecenderungan hati. Yaitu setiap kebutuhan beranggaran
dengan ajaran Allah yaitu zakat satu sistem anggaran
berimbang.
9. Yang hidup dalam satu system kehidupan jannah, yang
bagaikan aneka ragam kebun merindang kepuasan yang
permukaan dalamnya mengalir sejenis irigasi sebagai satu
pancaran dari ajaran Allah.

74
10. Yang menyatakan sikap: “Wahai pembimbing kami,
karuniakanlah kami dengan Al Qur’an wa Sunnah Rasul ini
kehidupan ihsan di dunia dan di akhirat kelak dan bebaskan
kami dari siksaan akibat pilihan Dzulumat yang bagaikan api
membakar segala”, tentunya lewat proses husnul khatimah.

GBPP ini merupakan program umum yang mendasar


merupakan proses dari pencapaian tujuan GPII yang
berkesinambungan untuk menyiapkan generasi Pemuda Islam
Indonesia tercinta yang “basthathan fii ilmi wal jismi”. Yaitu
membentuk pemuda Indonesia yang berpegang teguh kepada
ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah
Rasul serta bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul
Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumahtangga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (BAB III pasal 3
AD/ART GPII). Dan GBPP sekaligus merupakan standar dasar
bagi evaluasi kinerja tentang arah pencapaian tujuan GPII bagi
kepemimpinan dan kepengurusan disetiap level dan periode
yang ada didalam GBPP 15 tahun yang dibagi dalam 5
REPROTITA.

Titik fokus GBPP GPII adalah pada pencapaian tujuannya


untuk mengantarkan pemuda yang ingin berpegang teguh
kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an
sunnah rasul, dengan penekanannya adalah pada keinginan
agar terlaksananya dalam kehidupan pribadi yaitu pribadi
mukmin. Pribadi mukmin akan membentuk keluarga mukmin,
akan membentuk bangsa mukmin, dan akan menjadi abdi

75
negara Indonesia tercinta dan tata internasional sebagai
seorang mukmin. Pribadi yang akan mengangkat harkat
martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang paling mulia
diatas permukaan bumi ini, inna akramakum indallahi atqakum.

Inilah arah dan tujuan kerja GBPP GPII yang sesungguhnya


yaitu paralel dengan apa yang dimaksud “Nation and Caracter
Building”, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu pembangunan manusia patriot dan pendukung cita
proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai mana dicitakan oleh para
pahlawan fouding father Indonesia tercinta. Untuk tujuan besar
inilah maka GBPP GPII disusun sebagai dasar program
perjuangan kebangkitan GPII 15 tahun pertama yang dibagi
menjadi 5 REPROTITA. GBPP adalah merupakan satu arah
tujuan puncak peran serta GPII dalam upaya penyelamatan dan
pembangunan bangsa Indonesia tercinta. Agar seluruh bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang mau menata hidup dan
kehidupan dalam penataan hidup yang indah tiada tanding
tiada banding untuk mencapai tujuan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia yaitu bangsa yang hidup “hasanah
fiddunya wabil akhirati hasanah wa qiina azabannar”, bangsa
Indonesia yang “inna akramakum indallahi atqakum”.

76
II. LANDASAN BERFIKIR

Wa’tashimu bihablillahi jamiian wala tafarraqu wazkurru


ni’matallahi alaikum idz kuntun a’daan faaallafa baina
qulubikum fashbahtum binikmatihi ikhwanan wakuntum a’ala
syafa khufratin minannari faanqadzakum minha, kadzalilika
yubayyinullahu lakum aayatihi la’al lakum tahtaduuna. (Ali
Imran 103).

“Berpegang teguhlah kalian dengan penataan hidup menurut


ajaran Allah yakni Al Qur’an wa Sunnah Rasul sebulat bulatnya,
dan jangan kalian atas pilihan dan penyalah gunaan zulumat
menjadi hidup saling pecah belah ! Sadarilah ajaran Allah al
Qur’an wa Sunnah RasulNYA untuk menjadi hidup kalian, satu
ketika dikala kalian atas pilihan dzulumat menjadi hidup saling
bermusuhan maka DIA dengan pembuktian al Qur’an wa
Sunnah RasulNYA, menjalin hati sesama kalian menjadi hidup
bersaudara. Yaitu dikala kalian atas pilihan dzulumat, sudah
berada di jurang kehidupan yang bagaikan api memusnahkan
segala, maka DIA atas pilihan al Qur’an wa Sunnah RasulNYA
menyelamatkan hidup kalian dari yang demikian. Seperti ilah
Allah dengan al Qur’an wa Sunnah RasulNYA memaparkan
pembuktian ILMIAH untuk hidup kalian. Mudah-mudahan kalian
mendapat petunjuk satu kehidupan Agung!”

Dhuribat alaihimulladzi ilatu aina maa tsuqigu illa bihablin


minallah wa hablin minannasi wabau bigadhabin minallahi
dhuribat alaihumul maaskanah, dzalika biannahum kaanu
yakfuru biayatillahi wayaqtuluna anbiya bi gairilhaq, dzalika
bimaa ashaw wakaanuu ya’taduuna (Ali Imran 112).

77
Kehidupan keji ditimpakan kepada mereka yang berlaku
dzulumat, dimanapun mereka berada, kecuali dengan penataan
hidup dari ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA. Yaitu
mereka atas pilhan zulumat menempatkan diri menjadi hidup
dengan laknat Allah. Yatu kehidupan saling memiskinkan
tertimpa atas mereka yang hidup demikian. Begitulah oleh
karena mereka atas pilihan dzulumat menjadi berlaku destruktif
terhadap pembuktian-pembuktian Allah al Qur’an wa Sunnah
RasulNYA dengan tanpa alasan objektif ILMIAH. Begitulah
terhadap apa dengan mana mereka melakukan hidup maksiat
yaitu mereka salng baku hantam dalam satu kehidupan (Ali
Imran 112).

Situasi Indonesia diakhir abad XX dan awal abad XXI ini adalah
kongruen sama sebangun dengan situasi Mekkah akhir abad ke
VI awal abad ke VII. Dunia berad dalam jurang neraka
kehidupan, hidup saling bermusuhan saling baku hantam yaitu
kehidupan sosial piramid “survival of the fittest”, penghisapan
manusia satu terhadap manusia lain. Penjajahan dan
penguasaan bangsa satu terhadap bangsa lain telah
mengakibatkan perang dunia maupun berbagai perang lokal
sepanjang sejarah kemanusiaan dalam memperebutkan
membagi dunia dalam penguasaan dan penjajahan
sumberdaya kehidupan secara ekonomi dan politik.

Sekarang ini dunia sedang dipertarungkan antara dua blok


kekuasaan raksasa ekonomi dan politik yaitu Amerika bersama
sekutunya Inggris, Prancis dan Belanda sebagai kelanjutan
Romawi di blok barat melawan China, Moskow, India, Iraq, Iran,

78
Korea Utara dan kawan-kawannya sebagai penerus Persia di
blok timur disisi lainnya. Mereka saling bertarung diberbagai
bidang kehidupan.

Blok timur dengan prinsip “dari tiap orang menurut fungsinya


dan untuk semua orang menurut kebutuhannya” menawarkan
sosialisme komunisme dalam penyelesaian problematika
kenyataan sosial. Dengan atas dasar dialektika diletakkan
“perjuangan kelas”, yang melalui kemenangan diktator
proletariat mereka impikan “masyarakat tanpa kelas”.

Sedangkan blok barat dengan prinsip “setiap orang dilahirkan


menurut hak-hak tertentu yang harus mendapat perlindungan
(freefight) dalam mencapai penyelesaian sendiri-sendiri dan
masyarakat akan beres dengan sendirinya” menawarkan
liberalisme dalam penyelesaian masalah problem sosial
kemanusiaan. Namun dalam kenyataan di lapangan keduanya
baik liberalisme dan sosialisme menggunakan “balance of
power” masih berakar pada devide et empera mengangkat
yang satu untuk memberi imbangan yang lain, malah
menghancurkan dan melemahkan keduanya dan selanjutnya
dilakukan penindasan terhadap manusia dan bangsa yang
lemah.

Selain dua alternatif internasionalisme tersebut lahirlah


nasionalisme yaitu suatu reaksi dari kumpulan emosi dan
sentimen tanpa ukuran menentu, yang diikat oleh sejarah
senasib dan sepenanggungan melanjutkan kebiasaan
(kepribadian) nenek moyang turun temurun. Namun kenyataan
pula dilapangan bahwa nasionalisme tak mampu memberikan

79
jalan keluar kemanusiaan bahkan menjadi ajang pertarungan
antek kedua blok liberalisme dan sosialisme. Akhirnya
nasionalisme hanya namanya saja tapi secara alam pikiran
masih diombang ambing oleh blok pemikiran liberalisme barat
dan sosialisme timur. Tiga problem ini dipandang dari segi ilmu
politik satu sama lainnya seolah-olah saling bertentangan dan
saling bertolak belakang, namun dalam praktisnya kenyataan
membuktikan kesemuannya sama-sama mempraktekkan
kehidupan sosial piramid, penindasan oleh manusia yang satu
terhadap manusia yang lain, semuanya menerapkan
pembagian nilai moril dan materiil yang pincang, dan ini akan
memberikan gap kepincangan yang abadi makin lama makin
jauh terus membawa malapetaka kehancuran kemanusiaan.

Indonesia tercinta berada dalam perumahan nasionalisme


namun jauh dari maintream peradaban dunia, sehingga selalu
menjadi piala bergilir penjajahan sepanjang sejarahnya
hidupnya hingga kini, Indonesia menjadi sasaran empuk
penjajahan, mulai dari masuknya imperium Hindu dan India
awal abad Masehi, dilanjutkan menjadi piala bergilir penjajahan
imperium China setelah Bhudisme berhasil menghancurkan
dominasi kerajaan Hindu dan Budha. Sampai pada akhrinya
menjadi piala bergilir penjajahan imperium Kristen Portugis,
Inggris, Prancis dan Kristen Belanda setelah Islam dikalahkan
di Eropa. Indonesia menjadi piala bergilir penjajahan selama
2000 tahun, yang menguras merusak sumberdaya alam dan
manusia Indonesia secara kejam. Dan hingga kinipun bangsa
India, Arab, Eropa termasuk Amerika dan bangsa China masih
mempunyai hak previlage di Indonesia mereka tetap
memperlakukan bangsa Indonesia pewaris sah negeri ini

80
sebagai bangsa kelas tiga, bangsa budak, bangsa kuli yang
seenaknya mereka peras dengan upah murah, merampat tanah
subur dengan harga yang mencekik, penjarahan tambang,
hutan dan lautnya dengan cara manipulasi dan pengelabuan.

Dan perjuangan panjang untuk terbebas dari penjajahan belum


banyak memenuhi harapan bangsa Indonesia tercinta. Bahkan
setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 pun,
Indonesia malah seolah-olah terjebak masuk ke dalam jurang
penjajahan yang lebih dalam lebih kejam yaitu neo imperialisme
dan neo liberalisme. Neo liberalisme Amerika dan Eropa
melawan neo sosialisme dan Neo Komunism Republik Rakyat
China beserta blok dan jaringannya China overseasnya. Oleh
sebab itu sebagai organisasi pemuda dan sebagai generasi
pelanjut perjuangan para founding father dalam mengisi dan
memperjuangkan cita-cita proklamasi 1945, maka GPII
menyadari betul tantangan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi oleh bangsa Indonesia tercinta, bukanlah tantangan
yang ringan, melainkan tantangan yang membutuhkan jawaban
yang indah, dengan pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh terhadap problematika yang sedang dihadapi.
Kemudian disusun satu langkah konsepsi perjuangan yang
besar, berkesinambungan dalam rangka satu usaha perbaikan
bangsa.

GPII memandang “Ketahanan satu bangsa ditentukan oleh


ketahanan pribadi”, maka perbaikan individu dalam rangka
perbaikan bangsa Indonesia tercinta untuk terlepas dan hapus
dari penjajahan adalah menjadi tujuan utama GPII. Yaitu
membangun generasi yang “basthatan fil ilmui wal jismi” untuk

81
ketangguhan bangsa Indonesia tercinta dengan membentuk
pemuda yang berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan
Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa sunnah rasul. Dengan
demikian, dibutuhkan suatu perencanaan perjuangan jangka
panjang guna menjawab situasi dan kondisi yang sedang
berlangsung saat ini, sekaligus menyiapkan kesinambungan
langkah kedepan hingga tercapai tujuan umum. Perencanaan
yang tidak terikat oleh priodeisasi kepengurusan PP GPII.
Begitulah GBPP GPII ini disusun.

Berikut ini adalah kondisi umum dalam beberapa hal yang


melatar belakangi penyusunan GBPP GPII ini :

A. KONDISI SOSIAL POLITIK

Selama 14 abad umat Islam Indonesia terbelenggu dalam


permainan catur dari tiga gagasan besar yaitu Liberalisme,
Sosialisme dan Nasionalisme. Demikianlah keadaan umat
Islam dewasa ini dimanapun berada khususnya di Indonesia,
mereka mayoritas tapi bagaikan buih ditengah lautan minoritas,
dalam gerakan bercerai berai tanpa menentu. Situasi dan
kondisi seperti ini tak lepas dari problematika yang sedang
dihadapi kaum muslimin sebagai umat sepeninggal nabi
Muhammad dan Khulafai Rasyidin yaitu :

1. Problem Internal adalah perpecahan yang diakibatkan oleh


kaburnya tanggapan dan kejahilan dan kerancuan terhadap
arah, target dan tujuan hidup, yang merupakan penyakit
yang berbahaya bagi kehidupan perjuangan;

82
2. Problem Eksternal, tidak adanya pengertian dan
pemahaman yang mendalam terhadap problem-problem
internasionalisme dan problem-problem nasionalisme
sehingga strategy dan taktik yang diletakkan menjadi
simpang siur dan kacau balau, saling bertabrakan antara
langkah satu dan lainnya malah kian menjauhkan dari
kemungkinan pencapaian tujuan.

Akibatnya umat Islam gampang hanyut dalam emosi adudomba


dan provokasi murahan yang dimainkan berbagai kepentingan.
Apakah itu kepentingan politik dan ekonomi baik permainan
ditingkat nasional maupun untuk kepentingan internasional.
Dalam bidang politik seperti pemilu perlu satu kajian mendalam
mengapa partai Islam selalu kalah dalam perolehan suara
melawan partai-partai nasionalis sedangkan kita bangsa
Indonesia mayoritas masyarakat Islam. Apakah partainya yang
salah atau pemahaman umat yang salah, atau bisa jadi
pemahaman keislaman yang kurang dari keduaya sehingga
tidak bermuara kepada satu titik, melainkan bermuara kepada
kepentingan masing-masing. Antara partai dan umat tidak
berkesepahaman tentang arah, tujuan dan target perjuangan
yang mau dicapai. Yang mengakibatkan babak belur umat
Islam yang mayoritas dikendalikan secara ekonomi dan politik
oleh diktatorial minoritas yang nota bene pendatang numpang
hidup bawa kolor ke Indonesia.

Oleh sebab itu, keadaan kondisi tidak menentu seperti


sekarang ini harus segera diakhiri. Harus dilakukan adalah
peninjauan dan kajian kembali secara fondamental dalam
keseluruhan mengenai tafsiran arah Garis Besar Program

83
Perjuangan tujuan dan khitahnya, yang meliputi segenap segi
dan bidang perjuangan. Kemudian memperdalam pengertian
situasi tentang pokok dari problem keadaan tadi, yang
merupakan “politikal phylosophy” atau “philosofy of
government” dari kenyataan sekarang ini, dan rangkaian
hubungan serta perhitungan kemungkinan-kemungkinan
kesudahannya. Sehingga berdasarkan hasil itu nanti segeralah
dimulai langkah-langkah baru dalam menghadapi situasi dan
kondisi sosial politik dengan lebih matang “al akhirati khairu
laka minal ula”.

Sehingga dengan GBPP GPII kader dan pimpinan akan lebih


faham, lebih tahu maping medan lapangan sosial politik,
tentunya akan lebih teliti, lebih hati-hati, lebih matang
perhitungan strateginya, sehingga lincah, efektif, tepat guna
dan tepat sasaran, target dan tujuan dalam dipanggung-
panggung sosial politik dunia maupun Indonesia khususnya.

B. KONDISI EKONOMI

Dhuribat alaihimulladzi ilatu aina maa tsuqifu illa bihablin


minallah wa hablin minannasi wabau bigadhabin minallahi
dhuribat alaihumul maaskanah, dzalika binnahum kaanu
yakfuru biayatillahi wayaqtuluna anbiya bi gairil haq, dzalika
bimaa ashaw wakaanuu ya’taduuna. (Ali Imran 112).

Kehidupan keji ditimpakan kepada mereka yang berlaku


dzulumat, dimanapun mereka berada, kecuali dengan penataan
hidup dari ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA. Yaitu

84
mereka atas pilihan dzulumat menempatkan diri menjadi hidup
dengan laknat Allah. Yaitu kehidupan saling memiskinkan
tertimpa atas mereka yang hidup demikian. Demikianlah oleh
karena mereka atas pilihan dzulumat menjadi berlaku destruktif
terhadap pembuktian-pembuktian Allah al Qur’an wa Sunnah
RasulNYA, yakni mereka itu menghancurkan ajaran Allah al
Qur’an wa Sunnah RasulNYA dengan tanpa alasan objektif
ILMIAH. Begitulah terhadap apa dengan mana mereka
melakukan hidup maksiat yaitu mereka menjadi saling baku
hantam dalam satu kehidupan (Ali Imran 12).

Situasi ekonomi global dengan pasar bebas ditentukan oleh


pelaku pasar, sedang pemerintah berperan hanya sebagai
regulator, adalah kelanjutan dari pada perang dingin, perang
dunia kesatu, perang dunia kedua, yang merupakan kelanjutan
daripada imperialisme yang membagi bagi dunia kedalam blok
penjajahan. Bahkan dengan persaingan bebas yang meliputi
persaingan tenaga kerja, modal dan teknologi memungkinkan
dalam posisi tawar yang sangat rendah dari ketiganya bansa
Indonesia akan mendapatkan porsi pembagian kue yang
seimbang dalam setiap kerjasama ekonomi dengan pengusaha
multiglobal dari berbagai bangsa. Yang pada intinya ekonomi
Indonesia masih dalam penjajahan kapitalis dan feodalisme
asing yang menguasai seluruh peredaran uang dan tanah
kehutanan, pertambangan, perkebunan dan sentra-sentra
bisnis menguntungkan. Situasi kondisi perekonomian Indonesia
masih “dhuribat alaihumul maaskanah”, satu akibat dari “dzalika
biannahum kaanu yakfuru biayatillahi wayaqtuluna anbiya bi
gairil haq, dzalika bimaa ashaw wakaanuu ya’taduuna”.

85
Bahwa tujuan cita luhur proklamasi 1945 adalah menghapus
penjajahan ekonomi dari atas bumi Indonesia sama sekali
belum bergeser kalau tidak kita katakan semakin parah. Bahwa
cita-cita para founding father 1945, bahwa kemerdekaan 17
Agustus 1945 adalah jembatan emas menuju pulau cita. Bahwa
Indonesia dipulau cita kelak dengan kekayaan alam yang
sangat besar yang dikuasai negara maka seluruh fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara oleh negara, artinya tidak ada fakir
miskin dan anak terlantar di Indonesia. Bahwa kelak dipulau
cita untuk mencerdaskan bangsa pendidikan akan gratis tanpa
dipungut biaya seperti Allah menyampaikan ilmu melalui para
nabi tanpa memungut bayaran sedikitpun. Bahwa kelak dipulau
cita memajukan kesejahteraan umum rumah sakit gratis, bahwa
kelak di pulau cita untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tanah tumpah darah maka modal, seluruh faktor
produksi dan tanah tidak menjadi komoditi perdagangan yang
mencekik rakyat. Dalam kenyataan ekonomi jauh panggang
dari api, walau berganti era kealam kemerdekaan, telah megah
berkibar bendera sangsaka merah putih, telah berkumandang
lagu Indonesia raya dari sabang sampai merauke namun dalam
hal ekonomi sama sekali tak berubah sejak zaman kerajaan
Hindu masuk ke Indonesia. Indonesia kita masih saja berada
dilantai dansa penjajahan dunia, masih dalam penjajahan neo
imperialisme baik yang dilakukan neo liberalisme maupun neo
sosialisme maupun neo sosialisme.

Indonesia adalah negara paling kaya didunia asset kandungan


alam baik di dalam maupun diatas permukaan bumi bila
dibandingkan negara-negara lain. Negara mana diatas muka
bumi ini yang tidak menghisap dan menjarah Indonesia atau

86
paling tidak merasakan manisnya kue Indonesia. Hal ini sangat
menggenaskan betapa tiak memilukan bangsa Indonesia
tercinta sebagai bangsa pewaris kekayaan terbesar diatas
muka bumi ini tapi harus hidup paling miskin dan korupsi yang
besar, kelaparan karena mahal dan tidak tercukupi pangan
setiap rumah dan kehancuran lingkungan hidup yang demikian
parah.

“Kadal faqru ayyakuna kufran” kemiskinan Indonesia


mengakibatkan kekacauan dan kekafiran sosial-sosial di
Indonesia. Untuk memperbaiki fasilitas infrastruktur irigasi
pertanian dan jalan yang rusak saja Indonesia tidak mampu,
apalagi untuk membangun yang baru untuk membangun
mengejar pertumbuhan dan pertambahan penduduk. Kondisi
infrastruktur demikian akan menambah kos produksi sehingga
untuk mencapai nilai tambah yang ekonomis harus
mengorbankan upah buruh yang murah agar kompetensi modal
atau kapitalis tetap terjaga.

Kemiskinan ini adalah karya besar feodalisme dan kapitalisme


global di Indonesia yang menempatkan rakyat Indonesia
dilantai dansa dan pojok peradaban dunia. Kemiskinan sebagai
maha karya feodalis dan kapitalisme global telah dan akan
terus menghasilkan generasi yang kekurangan gizi, dengan
tingkat kesehatan dan pendidikan rendah bagi bangsa
Indonesia yang akan melahirkan generasi bodoh secara
permanen berkesinambungan. Dan kebodohan massal adalah
penting untuk melanggengkan penjajahan di Indonesia”.
Dengan bodoh kita gampang diasut dan diadu domba sesama
anak bangsa Indonesia untuk kepentingan para penjajahan

87
asing yang menginginkan kehancuran Indonesia tercinta.
Sementara rakyat yang bodoh hanya bengong melompong
tanpa bisa berbuat apa-apa saat kekayaan mereka berupa
emas, kayu, bouxit, perak, batu bara dibolduser oleh kapitalis
asing tanpa menyisakan apapun bagi mereka.

Sementara pemerintah hanya berperan sebagai administratif


menerima upah dan upeti dari izin perijinan dan aparat
keamanan telah yang menjadi centeng dan para opas bagi para
kapitalis asing dengan senjata lengkap dan berpeluru tajam
ditodongkan kekening rakyat.

Oleh sebab itu GBPP GPII akan memberikan sajian wawasan


objektif ilmiah mengapa Indonesia miskin ditengah lumbung
emas, minyak, nikel, timah, batu bara, LNG, sawit dan harta
karun dilaut maha luas Indonesia. GBPP GPII juga memberikan
wawasan sistem dan anggaran ekonomi alternatif bagi
perwujudan pasal 33 UUD 1945, yaitu sistem ekonomi yang
disusun sebagai usaha bersama dengan azas kekeluargaan.
Dan tentunya memberi arah, target dan tujua pembinaan
manusia tangguh dalam menghadapi dan membangun ekonomi
Indonesia tercinta ditengah pertarungan dan penindasan global
yang sedemikian kejamnya.

C. KONDISI PEMUDA ISLAM

Kalau dahulu Soekarno sudah mendirikan PNI umur 27 tahun


dan menjadi presiden sebagai proklamator Kemerdekaan
Republik Indonesia pada usia 44 tahun. Soeharto pada usia 27
tahun telah memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Jogja

88
yang membuktikan bagi perjuangan diplomatis Indonesia
dikancah internasional. Dan pada usia 41 tahun sebagai
panglima Mandala memimpin perebutan Irian Jaya dari tangan
penjajah Belanda dan menjadi presiden di usia 46 tahun,
setelah pada usia 45 membubarkan PKI yang melakukan
makar di tahun 1985. Begitu juga Hatta, Tan Malaka, Karto
Suwiryo pada usia muda telah memiliki kesadaran berbangsa
menyusun manifesto Indonesia merdeka yang visioner bagi
pembangunan dan pembebasan bangsa Indonesia ke depan.
Coba kita bandingkan dengan semangat kepemudaan di
Indonesia diseluruh organisasi kepemudaan Indonesia saat ini,
sangat terasa sangat jauh berbeda dari yang diciptakan oleh
Kemerdekaan Indonesia. Gaya hidup hedonis, matrialis,
metropolis, instant, money politik, korupsi, clubbing, narkoba,
fee sex sudah menjadi sasaran dan percakapan sehari-hari,
sedang bicara tentang nasionalisme, perbaikan bangsa dan
regenerasi selesai pada tatanan konsep dan seminar.
Rekruitmen anggota ormas kepemudaan sudah seperti rumah
kos datang dan pergi tanpa kesan tak ada lagi rekrutment
anggota dengan kaderisasi dan pembinaan yang serius.

Hal ini juga tidak luput dari apa yang terjadi di GPII, terjadi krisis
kader, krisis kepemudaan yang akan mengakibatkan krisis
kader bangsa. Jadi adalah kewajaran dalam lingkungan
kepemudaan yang sangat “survival of the fittest” seperti ini
hanya anak orang-orang kaya dan pejabat yang akan
menduduki pucuk pimpinan kepengurusan ormas kepemudaan.
Merekalah yang mampu sekolah ditempat yang mahal dan
diluar negeri dan mampu mengongkosi berbagai kepentingan
termasuk money politik disetiap pemilihan ketua OKP,

89
pemilihan legislatif dan pilkada. Kondisi pemuda saat ini
sekaligus menunjukkan bahwa demokrasi dan feodalis tetap
sama saja hanya orang-orang kaya kaum “agniya” yang
memain-mainkan memiskinkan orang miskin akan lebih miskin.
Namun perlu juga disadari bahwa mengapa budaya hedon ini
dibiakkan dikalangan muda Indonesia. Ini tak lain adalah dalam
rangka menghancurkan leburkan tatanan kebangsaan
Indonesia sekaligus melanggengkan penjajahan di Indonesia.
Kondisi Indonesia babak belur saat ini ditentukan tak lepas dari
kwalitas pemimpinnya sebagai hasil tempaan generasi
sebelumnya. Dan tujuan disusun GBPP GPII ini adalah untuk
menjawab tantangan situasi dan kondisi Pemuda Islam
Indonesia dan Pemuda Indonesia seumumnya guna
mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya bagi kejayaan
Indonesia tercinta di masa hadapan.

D. SITUASI EKSTERNAL

Awal mulanya adalah krisis moneter, krisis politik yang


bermuara pada “reformasi” sebagai pembuka jalan telah
merubah wajah Indonesia menjadi negara demokratis terbesar,
dengan multi partai dan pemilihan presiden dan perintah daerah
secara langsung. Semua demokratisasi itu selain biaya tinggi
mengeruk kantung kesejahteraan ekonomi bangsa Indonesia
juga membuat Indonesia makin remuk redam saling pech belas
dan semakin parah. Saling serang dan dendam dalam dan
paska PILKADA. Dulu peninggalan penjajahan Belanda hanya
PILKADES massa mengambang dan pecah belah tingkat desa
saja, namun untuk pengendalian dilakukan oleh aparat camat
(muspika) keatas, sedangkan pemilu dan

90
pemilukada langsung adalah adu domba dari atas ke bawah
bahkan masuk kedalam kamar tidur dan ruang makan
keluargapun pecah belah.

Kemudian pasca pemboman WTC di Amerika, ada upaya


radikalisasi yang diimpor dari Timur Tengah dan Afganistan,
yang disemai di Pattani, Moro, Malaysia berlanjut ke Ambon,
Poso dan Maluku Utara. Yang dimatangkan oleh peristiwa-
peristiwa di Timur Tengah penghancuran Iraq dan Afganistan
dan Amerika melahirkan apa yang disebut terorisme oleh
Amerika dan bahkan sekarang sudah muncul menjadi trend
baru “demolision” atau bom bunuh diri dilakukan oleh anak
muda Islam sebagai reaksi terhadap apa yang dilakukan oleh
Israel dan Amerika terhadap umat Islam di belahan dunia lain.

Kondisi ini perlu disikapi secara arif agar tidak kontra produktif
bagi umat Islam dan bangsa Indonesia seumumnya. Opini yang
terbangun oleh media massa tidak sebanding kalau kita
bandingkan dengan targetnya adalah penderitaan Amerika dan
Israel. Namun kita perlu cermati juga dibalik itu bahwa seolah
Indonesia tidak aman, dan akan menghambat investor masuk
ke Indonesia. Akibat timbul kurang rasa percaya diri para
pimpinan daerah terhadap bargaining investasi. Tak pelak lagi
sehingga jika ada investor yang berani dianggap pahlawan
mendapat sambutan hangat dan kemudahan dari pada Bupati
baru yang tidak mengerti masalah tambang dan perkebunan
dengan mudah mereka melepas IUP pertambangan atau
perkebunan yang ribuan hektar dengan kandungan deposit
trilyunan rupiah, dengan imbalan royalti, pajak dan buruh
tambang atau perkebunan bagi rakyatnya.

91
Situasi terakhir dengan bangkrutnya ekonomi Amerika maupun
Eropa dan bangkitnya Ekonomi China tidak berarti otomatis
kemerdekaan ekonomi Indonesia akan kita raih lepas dari Blok
Barat. Ibarat lepas dari mulut macan masuk ke mulut buaya
imperialisme China dengan overseasnya yang telah menggurita
hingga tingkat kecamatan dan desa sudah mulai take over
Indonesia dari tangan Amerika. Bahkan China rantauan sudah
mendesak diakui haknya sama dengan pribumi selain
menggerus ekonomi Indonesia di segala bidang ekonomi mulai
meminta pengakuan untuk partisipasi di bidang politik termasuk
legislatif dan eksekutif.

Disatu sisin mereka meminta pengakuan sebagai pribumi di


Indonesia disisi lain mereka tetap dalam perumahan mereka
yang menganut dwi kewarganegaraan menggangap rendah
kepada kita pribumi asli negara Indonesia tercinta. Mereka
menjawab bahwa kemajuan mereka keturunan China di
Indonesia adalah murni karena keuletan dan kerja keras
mereka tanpa permainan curang menghalalkan segala cara
seperti penyelundupan, pelacuran, judi, ilegal loging, ilegal
mining dan ilegal fishing.

Demikian tantangan eksternal ini harus dijawab oleh GBPP


GPII dalam satu gerakan kesadaran “wasbir ala ma yaquuna
wahjurhum hajran jamila, wazarni wal mukadzibina ulin nimati
wamahhilhum qaliilan”. Jangan terpancing melakukan manuver-
manuver gerakan praktis yang justru akan mengakibatkan
kontra produksi terhadap langkah-langkah perbaikan pribadi
dalam rangka perbaikan bangsa.

92
III. LANDASAN PERJUANGAN

A. Dasar Perjuangan
1. Qur’an wa sunnah Rasul
2. AD/ART GPII
3. Khittah Perjuangan GPII
4. GBPP GPII

B. Tujuan Perjuangan
1. Tujuan Perjuangan Umum
Membentuk pemuda Indonesia yang berpegang
teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa
yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung
jawab atas terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang
Maha Kuasa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul,
Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumahtangga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Tujuan Perjuangan Khusus (15 tahun sejak GBPP


ditetapkan)
Membentuk pemuda yang basthatahan fil ilmu wa
jismi yaitu Pemuda ekspert dan skill serta lincah
dalam berbagai bidang keterampilan dan pengabdian
hidup-hidup.

C. Prinsip-Prinsip Perjuangan
1. Dasar Perjuangan :
Kuasai ILMU secara teoritis sebagai pandangan dan
penilaian.
2. Pengorganisasian Perjuangan :

93
Kuasai ILMU sebagai strategy, taktik dan teknis
perjuangan konsepsi perjuangan.
3. Tujuan Perjuangan :
Perbaikan diri dengan ILMU adalah perbaikan
bangsa dengan ILMU.
4. Manajemen Perjuangan :
Jadikan diri sebagai data dari teory perjuangan data
ILMU. Membangkitkan gagasan ILMU menjadi turbin
keinginan bergerak, perwujudan ilmu teori dan
konsepsi menjadi kenyataan diri.

IV. STATUS GBPP


A. Status GBPP GPII
GBPP PPI adalah program dasar tentang arah dan
target perjuangan GPII kedepan yang terukur
kwantitas dan kwalitas dalam satu kurun waktu yang
telah ditentukan.

B. Masa Berlaku GBPP GPII


GBPP GPII ini berlaku sejak ditetapkan dalam
Muktamar IX GPII sampai masa 15 tahun (5 tahun
periode Kepengurusan).

V. MOTTO PERJUANGAN

Motto Perjuangan GPII KEBANGKITAN adalah:


Motto Kader : “Perbaikan pribadi dalam rangka
perbaikan bangsa”
Motto GPII : “Ketahanan nasional ditentukan oleh
ketahanan pribadi”

94
VI. TARGET PERJUANGAN
A. Target Perjuangan Umum

1. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas


dunia yang handal dalam bidang pendidikan dan
perbaikan jati diri bangsa.

2. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas


dunia yang handal dalam bidang penataan politik,
ekonomi, sosial, kebudayaan dan peradaban.

3. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas


dunia yang handal dalam bidang pertahanan dan
bela negara.

4. Tersusun dan terlaksananya REPROTITA


(Rencana Program Tiga Tahun KEBANGKITAN
GPII I – V mulai 2013 – 2028.

5. Tersedianya tanah dan bangunan untuk


sekretariat baru yang represesentatif di seluruh
tingkat kepengurusan mulai dari DPP sampai
Pengurus Daerah seluruh Indonesia.

B. Target Perjuangan Khusus

1. Dalam Bidang Kaderisasi

a. Tersusun dan terlaksana konsep kaderisasi


berkesinambungan.

95
b. Terlaksananya komitmen dan konsistensi
pelaksanaan kaderisasi KEBANGKITAN GPII dalam
5 REPROTITA ditiap jenjang kepengurusan.

c. Terbentuknya corps instruktur dan mentor kaderisasi


nasional permanen yang otonom dan dikelola secara
cops ditingkat nasional.

d. Terlaksananya secara komitmen dan konsekwen


rekrutmen kaderisasi untuk menghasilkan sebanyak
1.000.000 (satu juta kader) dalam 5 protita.

2. Dalam Bidang Pendidikan

a. Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Pemuda Islam


Indonesia.

b. Berdirinya SMP dan SMA Boarding School “Taruna


Muda GPII).

c. Berdirinya klinik kesehatan dan rumah sakit GPII.

3. Dalam Bidang Penataan

a. Berdirinya Baitul Maal GPII secara terpusat.

b. Berdirinya klaster pertanian, peternakan, perikanan


dan perkebunan terpadu GPII ditiap tingkat
kabupaten kota diseluruh Indonesia.

c. Berdirinya klaster pertambangan GPII ditingkat


kabupaten yang memiliki sumberdaya pertambangan.

96
d. Berdirinya perkebunan singkong GPII minimal 100
HA ditiap kabupaten kota.

e. Berdirinya Balai Latihan Kerja (BLK) GPII dan


pemagangan kerja GPII yang melatih dan
menyalurkan tenaga kerja muda potensial dan
profesional bagi dunia industri dan bisnis di
Indonesia.

4. Dalam Bidang Keilmuan dan Kajian

a. Mendirikan lembaga kajian dan survey GPII

b. Melakukan kajian rutin bulanan terhadap situasi dan


kondisi dalam dan luar negeri bangsa Indonesia
terkini.

c. Mendirikan, mengelola dan menyalurkan beasiswa


dalam seluruh disiplin ilmu mulai S1, S2 dan S3 bagi
anggota dan pengurus GPII yang memenuhi syarat
dan ketentuan yang berlaku.

5. Dalam Bidang Kepemimpinan

1. Menyiapkan kaderisasi kepemimpinan kelas dunia


yang tangguh sajaah, amanah, fathanah, shiddiq dan
tablig bagi kepemimpinan legislatif, eksekutif,
yudikatif, birokratif dan diplomatik baik tingkat
nasional maupun daerah.

97
2. Bermitra dengan berbagai lembaga rekrutment,
pendidikan dan pelatihan bagi calon pemimpin
bangsa.

6. Dalam Bidang Pertahanan

a. Pengiriman peserta ditiap jenjang dan angkatan


lemhanas.

b. Pengiriman peserta beasiswa S2 studi pertahanan


oleh Kementerian Pertahanan.

c. Pengiriman peserta beasiswa S2 studi pertahanan


oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.

VII. PROGRAM PERJUANGAN


A. Program Perjuangan Umum

1. Peningkatan dan penyempurnaan pelaksanaan


protita.

2. Meningkatkan kinerja internal melalui konsolidasi


dan jaringan.

3. Memperkuat struktur pengkaderan dengan


membentuk coprs pengkaderan nasional dan
program kerja 15 tahun.

4. Pengadaan tanah dan bangunan untuk sekretariat


baru yang representatif diseluruh tingkat

98
kepengurusan mulai dari DPP sampai pengurus
Daerah seluruh Indonesia.

B. Program Khusus Bidang Kaderisasi

1. Mengimplementasikan secara berkesinambungan


tiga jalur konsep pembinaan kaderisasi GPII
(training, kajian dan kursus) yang telah ditetapkan
dalam KONSEP KADERISASI GPII.

2. Tidak ada tawar menawar pelaksanaan kaderisasi


komitmen dan konsistensi ditiap jenjang
kepengurusan dengan penerapan sangsi
administratif berupa pembekuan bagi pengurus
daerah dan wilayah tidak melakukan kaderisasi
dalam tempo satu tahun sejak di SK kan
kepengurusannya oleh DPP GPII.

3. Pembentukan coprs instruktur dan mentor


kaderisasi nasional yang otonom dan dikelola
secara coprs ditingkat nasional.

4. Pelaksanaan rekruitmen kaderisasi untuk


menghasilkan sebanyak 1.000.000 (satu juta
kader) dalam 5 protita.

5. Mendirikan puslitbang GPII.

C. Program Khusus Bidang Pendidikan

1. Mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Pemuda


Islam Indonesia.

99
2. Mendirikan Pondok Pesantren SMP dan SMA
Boarding School “Taruna Muda GPII”

3. Mendirikan klinik kesehatan dan rumah sakit GPII.

4. Mendirikan STIP Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan


dan Kesehatan “Burhanudin Harahap”.

D. Program Khusus Bidang Penataan Ekonomi

1. Mendirikan Baitul Maal GPII.

2. Koperasi retail GPII bekerjasama dengan


AlfaMaret, dan lain-lain.

3. Mendirikan klaster pertanian, peternakan,


perikanan dan perkebunan terpadu GPII ditiap
tingkat kabupaten kota diseluruh Indonesia.

4. Mendirikan dan ikut serta mengelola klaster


tambang/tambang rakyat di tingkat kabupaten
yang memiliki sumberdaya pertambangan.

5. Mendirikan perkebunan singkong minimal 100 HA


ditiap kabupaten kota.

6. Mendirikan klaster hutan tanaman industri dan


hutan rakyat GPII.

7. Mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) GPII yang


melatih keterampilan hidup dan menyalurkan

100
tenaga kerja muda potensial dan profesional bagi
dunia indutri dan bisnis di Indonesia.

8. Melaksanakan program pemagangan tenaga kerja


terlatih dalam dan luar negeri.

E. Program Khusus Bidang Keilmuan dan Kajian

1. Mendirikan lembaga kajian dan survey GPII.

2. Melakukan kajian rutin bulanan terhadap situasi


dan kondisi dalam dan luar negeri bangsa
Indonesia terkini.

3. Mendirikan, mengelola dan menyalurkan


beasiswa dalam seluruh disiplin ilmu mulai S1, S2
dan S3 bagi anggota dan pengurus GPII yang
memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.

F. Program Khusus Bidang Kepemimpinan dan


Manajemen

1. Pelaksanaan secara rutin dan menyeluruh tiga


jalur konsep pembinaan kaderisasi GPII (training,
kajian dan kursus) guna menyiapkan kaderisasi
kepemimpnan kelas dunia yang tangguh sajaah,
amanah, fathanah, siddiq, dan tablig bagi
kepemimpinan legislatif, eksekutif, yudikatif,
birokratif dan diplomatik baik tingkat nasional
maupun tingkat daerah.

101
2. Bermitra dengan berbagai lembaga rekrutment,
pendidikan dan pelatihan bagi calon pemimpin
bangsa.

3. Menjalin kerjasama beasiswa S2 manajemen


bisnis dan manajemen dengan IPPM.

G. Program Khusus Bidang Pertahanan

1. Pengiriman kader terbaik GPII peserta PPSA


ditiap jenjang dan angkatan Lemhanas.

2. Pengiriman kader terbaik GPII peserta beasiswa


S2 studi pertahanan oleh Kementerian
Pertahanan RI.

3. Pengiriman kader terbaik GPII peserta beasiswa


S2 studi pertahanan oleh Kementerian Pemuda
dan Olahraga.

VIII. PENUTUP

Demikianlah GBPP GPII disusun dan ditetapkan sebagai


program dasar penunjuk arah dan target perjuangan GPII yang
terukur kwantitas dan kwalitasnya dalam setiap perkembangan
waktu dan di setiap level kepengurusan GPII. GBPP GPII ini
tidak bisa berdiri sendiri dia adalah merupakan satu kesatuan
system yang utuh tak terpisahkan dari Anggaran Dasar dan
Rumah Tangga, Khittah perjuangan GPII dan konsep kaderisasi
GPII. Secara mendasar juga perlu pemahaman yang

102
benar-benar akan tujuan GPII adalah membentuk pemuda yang
berpegang teguh kepada al Qur’an wa Sunnah Rasul yang
bertanggung jawab akan terlaksananya dalam kehidupan
pribadi, rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, dimana titik tekannya adalah perbaikan pribadi.
Yaitu perbaikan pribadi dalam rangka perbaikan bangsa,
perbaikan pribadi adalah menciptakan manusia Indonesia
seutuhnya sebagai patriot pembangun perbaikan bangsa. Yaitu
juga terkandung mencerdaskan kehidupan bangsa. Yaitu
ketahanan satu bangsa ditentukan oleh ketahanan pribadi
rakyatnya.

Oleh sebab itu target, tujuan antara, maupun seluruh program


jangka pendek maupun jangka panjang, program internal dan
eksternal harus mendukung tercapainya tujuan utama yang
ditegaskan oleh bab III pasal 3 AD/ART GPII yaitu membentuk
pemuda Indonesia yang berpegang teguh kepada ajaran Allah
Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul serta
bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran Allah Tuhan
Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul Sunnah
dalam kehidupan pribadi, berumah tangga bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Apabila ada kegiatan apapun yang
kontra produksi atau ketidak patuhan terhadap tujuan GPII ini
sebagai upaya perbaikan bangsa, pada hakekatnya itu adalah
makar bagi Anggaran Dasar dan Anggaan Rumah Tangga
GPII. Maka mereka adalah masuk kontra kepada Laisal birra
antuwallu wujuhakum qibalal masyriki wal magribi walakinnal
biira man amanabillahi billahi wal yaumil akhiri wal malaikatihi
wal nabiyiina, wa aatal maala aa’la hubbihi zawil qurba wal
yatama wal masyakiina wal inbnissabili wassyailina warriqab,

103
wa aqaamashalah wa ataa zzakaata wal muufuna biahdihim
idza ahadu, washabirina fil ba’syai wadharrai wa hiina wal
ba’syi, uulaikaladziina shadaquu ulaika humul muttaquun.” (Al
Baqarah 177). Sama dengan menghadang GPII mencapai
tujuannya.

Mudah-mudahan GBPP GPII ini dapat berdaya berguna bagi


kebangkitan GPII yang sekaligus merupakan upaya perbaikan
bangsa Indonesia tercinta. Kami merasa masih jauh dari
kesempurnaan masih banyak kekurangan dan jauh dari nilai
objektive, dipersilahkan untuk itu kepada hati-hati yang bersih
dari motivasi jahat kami persilahkan melakukan perbaikan satu
standard perbaikan tentunya, yaitu dengan taraktu fiikum
amraini in tamassaktum bihima lan tadhlillu abadan.

Baraqallu lii walakum, wassalamualaikum warahmatullahi wa


barakatuhu.

104
105
KHITTAH PERJUANGAN
GPII
(HASIL SDO)

Bismillahirrahmaanirrahiim

KHITTAH PERJUANGAN GPII

MUKADIMAH

Istilah Khittah menurut “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, WJS


Poerwadaminta PN Balai Pustaka, tahun 1984 berasal dari
bahasa Arab artinya adalah langkah, maka berarti Khittah
Perjuangan adalah langkah-langkah perjuangan. Sedangkan
menurut kamus bahasa Qur’an Khittah berasal dari kata
Khathaa’ – yakhthu khuthuwan artinya melangkah. Surat al
Baqarah178, 208, al an’am 142, an Nur 21 menyebut istilah
“yaa ayyuhalladziina amanu la tattabiuu’ khuthuwwathis
syaithan waman yattabu’ khuthuawthis syaithan fainnahu
yakmuru bil fahsya wal munkar walau fadlullah a’alaikum
warahmatuhu maa zakka minkum min ahadin abadan
walakinnallahu yuzakkii mayyasau wallahu samiiun a’liim.”
Jangan mengikuti langkah-langkah (khittah) syaithan
memprovokasi untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar
yang berlawanan dengan strategy shalat yang justru akan
memberangus tanha anil fajsya wal munkar (al AnNur 21).

Jadi istilah Khittah perjuangan GPII adalah langkah-langkah


perjuangan GPII untuk mencapai tujuannya. Lebih tepatnya
adalah langkah strategis untuk mencapai tujuan GPII yaitu
“membentuk pemuda Indonesia yang berpegang teguh kepada

106
ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah
Rasul serta bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul
Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumahtangga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (BAB III Pasal 3
AD/ART GPII). Dalam melangkah berjuang mencapai
tujuannya, tentunya GPII tidak bergerak diruang hampa
budaya, akan menghadapi tantangan, bertabrakan, tarik
menarik dengan problem internal manusia, problem organisasi,
problem berbangsa maupun pengaruh permainan global,
dimana semua itu sebagai wujud dari pada skenario syetan
yang berkomitmen untuk menyesatkan bani Adam as sampai
akhir zaman. Sehingga gerakan mencipta generasi yang tanha
anil fahsya wal munkar, basthathan fil ilmi wal jismi (al baqarah
247) yaitu membentuk pemuda Indonesia yang berpegang
teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al
Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung jawab atas
terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al
Qur’an wa Sunnah Rasul Sunnah dalam kehidupan pribadi,
berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
tidak akan pernah terwujud. Kader GPII harus menyadari
dengan sepenuh jiwa bahwa menegakkan khittah perjuangan
tidak bergerak diruang hampa tanpa bersentuhan dengan
khittah Syetan tersebut.

Dalam langkah perjuangan GPII, maka perlu ditetapkan khittah


perjuangan. Khittah perjuangan ini dibagi menjadi tiga langkah.
Pertama Langkah Perjuangan umum. Kedua Langkah
Perjuangan Internal dan ketiga Langkah Perjuangan Eksternal.

107
Langkah Perjuangan Umum adalah menjawab tantangan umum
tentang keadaan situasi kondisi umat Islam serta umum dan
langkah yang diambil GPII untuk mencari jalan keluar. Mulai
dari perbaikan konsepsi berfikir keilmuan maupun strategi taktik
dan teknis menghadapi dan mencari jalan keluar bagi
problematika kemasyarakatan tersebut.

Adapun langkah perjuangan internal adalah merinci


problematika umum menjadi problematika internal yang
dihadapi GPII dan memberikan langkah jawaban perbaikan
jalan keluar untuk mengatasi permasalahan internal GPII.
Begitu pula langkah perjuangan eksternal GPII adalah merinci
problematika umum menjadi problematika dan hambatan
eksternal yang dihadapi GPII, menggambarkan langkah
jawaban yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

Khittah Perjuangan Syetan sebagai tantangan.

Problematika manusia dewasa ini dihadapkan kepada


permainan syetan berupa kenyataan hidup sosial pyramid.
Yaitu suatu gambaran “exploitation of man by human being”.
Keadaan yang demikian ini berlaku di seluruh permukaan bumi
baik di dunia barat, dunia timur maupun belahan dunia ketiga
dalam negara-negara nasionalisme. Dimana setiap manusia
abad ke-21 ini berada di tepi jurang neraka kehidupan “ala
syafa khufratin minannar”

Sedangkan dihubungkan dengan bahwa manusia adalah


makhluk yang mempunyai kecenderungan hawa nafsu

108
terhadap wanita, anak, kekayaan berupa emas, perak, kuda
yang bagus, binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan untuk
hiasan dunia. Seolah-olah kondisi seperti ini dibetulkan secara
teoritis, bahwa hidup ini harus survival of the fittes yang kuat
menguasai yang lemah, harus globalisasi, harus pasar bebas
yang akibatnya sumberdaya alam seperti tidak cukup untuk
menghidupi manusia diatas muka bumi ini. Timbulnya bencana
di darat dan di laut adalah hasil karya budi daya manusia.
Empat faktor pokok ini kecenderungan dalam kehidupan sosial
manusia, semuanya memainkan peranan penting didalam
pengalaman hidup manusia. Jika manusia menurutkan faktor
kehidupannya saja maka manusia dengan kegiatannya akan
menjurus ke arah bencana dan pertumpahan darah dalam
kehidupannya dipermukaan bumi, seperti yang dikhawatirkan
Malaikat saat Allah menciptakan manusia (al Baqarah 30).
Sejarah kemanusiaan penuh tertulis dengan penyerangan,
pembunuhan, perkosaan, perampasan, penjajahan,
imperialisme, kapitalisme dan sebagainya. Pemerasan oleh
manusia satu terhadap manusia lainnya lihat surat al Baqarah
36.

Sifat manusia yang demikian adalah makanan empuk bagi misi


syetan. Satu penghadangan terhadap visi shirathal mustaqin
syetan dengan menjadikan Maghdub (kebencian) dan Dhallin
(kesesatan) sebagai dutanya diatas muka bumi ini:

A. Problem Internasionalisme dan Nasionalisme

Sekarang ini dunia sedang dipertarungkan antara dua


raksasa Amerika dan sekutunya di blok barat melawan

109
China, Moskow, India dan kawan-kawannya di blok timur.
Blok timur dengan prinsip “dari tiap orang menurut fungsinya
dan untuk semua orang menurut kebutuhannya”. Blok timur
menawarkan sosialisme komunisme dalam penyelesaian
problematika kenyataan sosial dengan diatas dasar
dialektika diletakkan “perjuangan kelas”, yang melalui
diktator proletariat mereka impikan “masyarakat tanpa
kelas”. Namun dalam kenyataannya malah menambah
kacau balau dalam setiap kehidupan dengan mengadu
domba (devide et empera) kelompok satu dengan yang lain,
pemerintah dengan pemberontak, buruh dengan tuannya
dan melakukan penindasan.

Sedangkan blok barat dengan prinsip “setiap orang


dilahirkan menurut hak-hak tertentu yang harus mendapat
perlindungan (freefight) dalam mencapai penyelesaian
sendiri-sendiri dan masyarakat akan beres dengan
sendirinya” dengan liberalisme menawarkan penyelesaian
masalah problem sosial kemanusian. Namun dalam
kenyataan di lapangan mereka menggunakan “balance of
power” masih berakar pada devide et empera mengangkat
yang satu untuk memberi imbangan yang lain, malah
menghancurkan dan melemahkan keduanya dan
selanjutnya dilakukan penindasan terhadap manusia dan
bangsa yang lemah.

Selain dua alternatif internasionalisme tersebut lahirlah


nasionalisme yaitu suatu reaksi dari kumpulan emosi dan
sentimen tanpa ukuran menentu, yang diikat oleh sejarah
senasib dan sepenanggungan melanjutkan kebiasaan

110
(kepribadian) nenek moyang turun temurun. Namun
kenyataan pula dilapangan bahwa nasionalisme tak mampu
memberikan jalan keluar kemanusiaan bahkan menjadi
ajang pertarungan antek keduanya. Akhirnya nasionalisme
hanya namanya saja tapi secara alam pikiran masih
diombang-ambing oleh blok pemikiran barat dan timur. Tiga
problem ini dipandang dari segi ilmu politik satu sama
lainnya seolah-olah saling bertentangan dan saling bertolak
belakang, namun dalam praktisnya kenyataan membuktikan
semuanya sama-sama mempraktekkan kehidupan sosial
piramid, penindasan oleh manusia yang satu terhadap
manusia yang lain, semuanya menerapkan pembagian nilai
moril dan materiil yang pincang, dan ini akan memberikan
gap kepincangan yang abadi makin lama makin jauh terus
membawa mala petaka kehancuran kemanusiaan.

B. Kondisi Umum Bangsa dan Umat Islam Indonesia

Selama 14 abad umat Islam terbelenggu dalam permainan


catur dari tiga gagasan besar yaitu Liberalisme, Sosialisme
dan Nasionalisme. Demikianlah keadaan umat Islam
dewasa ini dimanapun berada khususnya di Indonesia,
mereka mayoritas tapi bagaikan buih ditengah lautan
minoritas, dalam gerakan bercerai berai tanpa menentu.
Situasi dan kondisi seperti ini tak lepas dari problematika
yang sedang dihadapi. Kaum muslimin sebagai umat saat
ini sepeninggal nabi Muhammad dan Khulafai Rasyidin
yaitu:

111
 Problem Internal adalah perpecahan yang diakibatkan
oleh kaburnya tanggapan (prinsip) dan kejahilan
terhadap tujuan, yang merupakan penyakit yang
berbahaya bagi kehidupan perjuangan;

 Problem Eksternal, tidak adanya pengertian yang


mendalam terhadap problem-problem internasionalisme
dan problem-problem nasionalisme sehingga strategy
dan taktik yang diletakkan menjadi simpang siur dan
kacau balau, saling bertabrakan antara langkah satu dan
lainnya malah kian menjauhkan dari kemungkinan
pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, keadaan tidak menentu seperti sekarang ini


harus segera diakhiri. Yang harus dilakukan adalah
peninjauan kembali fondamental dalam keseluruhan
mengenai tafsiran tujuan dan khitahnya, yang meliputi
segenap segi dan bidang perjuangan. Kemudian
memperdalam pengertian tentang pokok dari problem
keadaan tadi, yang merupakan “politikal phylosophy” atau
“philosofy of government” dari kenyataan sekarang ini, dan
rangkaian hubungan serta perhitungan kemungkinan-
kemungkinan kesudahannya. Sehingga berdasarkan hasil
itu nanti segeralah dimulai langkah-langkah baru. Dan
standard satu-satunya dalam melakukan peninjauan itu
adalah warisan nabi Muhammad yaitu “Taraktu fikum
amraini ma in tamassaktum bihima lam tadhilu abadan:
kitabullah was sunnati rasulih” (HR al Hakim). Yaitu Tujuan
dan Khittah perjuangan nabi Muhammad yang sudah
dibuktikan secara teory dan praktik lapangan.

112
Secara internal mampu mempersaudarakan kaum Muhajirin
dan Ansyar dalam perikatan persamaan, persaudaraan dan
kemerdekaan. Dapat membebaskan Mekkah dan Bangsa
Quraisy dalam perdamaian abadi bukan hanya bebas dari
penjajahan Romawi dan Persia bahkan Romawi dan Persia
takluk dalam misi perdamaian Muhammad SAW yaitu hidup
dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan. Khittah
perjuangan Nabi Muhammad untuk hadapi kondisi internal
dan situasi ekternal bangsa Quraisy saat itu, adalah
mempunyai persamaan pokok dengan kenyataan sosial
yang dihadapi bangsa Indonesia diabad ke-21. Kalau
dakwah Muhammad SAW paruh ke dua di akhir zaman ini
adalah berada di Indonesia diantara blok Barat, Timur dan
Nasionalisme Indonesia maka Khittah perjuangan GPII
adalah merupakan satu khittah perjuangan bangsa
Indonesia untuk menyiapkan pemuda pendukung
kemerdekaan Indonesia 100% terbebas dan terhapusnya
penjajahan liberalisme dan sosialisme di bumi Indonesia
sesuai dengan alinea 1 Mukadimah UUD 1945
“kemerdekaan adalah hak segala bangsa oleh sebab itu
penjajahan harus hapus dari atas muka bumi…”

 KHITTAH PERJUANGAN UMUM

Khittah perjuangan umum GPII adalah berdasarkan


pandangan umum surat al Fatihah. Perincian oleh surat-
surat Panjang khusus al Muzamiil dan al Mudatsir yang
disimpulkan oleh surat al Kafirun, al Ikhlas dan surat al
Falaq.

113
Pandangan GPII bahwa Al Qur’an Sunnah adalah ilmu
(Wahyu) dari Allah Tuhan Yang Maha Esa yang
disampaikan kepada para rasul melalui Malaikat Jibril bagi
seluruh umat manusia merupakan satu alternatif pilihan
pembinaan perdamaian dan persatuan bagi bangsa
Indonesia untuk melepaskan diri dari kecenderungan
negatif manusia yang ingin hidup survival of the fittest
dengan menumpahkan darah terhadap terhadap manusia
lainnya, dan menjadi bangsa Indonesia yang hidup saling
mensejahterakan, saling menghampar kasih sayang dan
membagi kemakmuran dalam keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa menyajikan pilihan


nilai shiratal Mustaqim berhadapan dengan pilihan Magdub
dan Dhallin bagi bangsa Indonesia untuk menata
kehidupannya. Dan atas pilihan jawaban bangsa
Indonesialah Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan
kepastian hidupnya apakah menjadi penata kehidupan
dalam kelimpahan anamta alaihim atau ingin menjadi
korban permainan dari kehidupan magdub dan dhallin.

Perjuangan nabi Muhammad sebagai patron atau pola dari


pada pelaksanaan eksistensi al Qur’an dalam kenyataan
manusia dan sosialnya. Menghadapi nasionalisme Arab
Quraisy diantara pertentangan dan perang dunia antara
Romawi dan Persia, adalah mempunyai persamaan pokok
dengan kenyataan sosial bangsa Indonesia dan dunia abad
ke-21, yang bertarung menghadapi internasionalisme
liberalisme dan sosialisme bersama nasionalisme Indonesia

114
yang mewarisi nilai-nilai luhur nenek moyang bangsa
Indonesia.

Pandangan GPII bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa yang


menciptakan isi sumber daya alam yang kaya raya
melimpah dengan iklim dan letak strategis didunia bangsa
Indonesia. Allah Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai
peredaran sejarah kebudayaan dan peradaban manusia
mulai dari nabi Adam hingga kelak akhir zaman bermuara
didelta kebudayaan dan peradaban Indonesia. Hendaknya
menurut perintah dan larangan Allah Tuhan Yang Maha
Esa bangsa Indonesia mengabdikan kehidupan bangsa
Indonesia melakukan pengabdian memohon pertolongan
hidupnya.

Pandangan GPII bahwa manusia diciptakan oleh Allah


Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi abdun tunduk patuh
tanpa reserve, “wama khalaqtul jinna wal insan illa
liyakbudu” namun Allah Tuhan Yang Maha Esa
memberikan pilihan kepada manusia untuk mengambil
pilihan hidupnya apakah akan menjadi mengemban visi dan
misi perdamaian al Qur’an dan Assunnah sebagai gagasan
perubahan perbakan ataukah mengambil pilihan hidup
sebagai abdi setan yang menghancurkan, menindas dan
menjajah manusia lainnya sepanjang sejarah kemanusiaan
“wahadainahu najdain famansa afal yukmin faman sa afal
yakfur”. “adzalika nuzulan am sajaratuzzakum”. Dan sikap
manusia terhadap ajaran Allah digambarkan oleh al
Baqarah 1-20 dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu

115
Muttaqin/mukmin, Kafirin dan aduk-adukan yaitu kelompok
abu-abu.

Khittah perjuangan bagi yang mau menata diri dengan


pilihan shirathal Mustaqim dalam surat al Muzammil ayat 1-
10 Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan langkah untuk
melakukan internalisasi nilai kehidupan yang tangguh tiada
tanding “inna sanulqi a’laika qaulan tsaqiilan” yang nilainya
“khairun min alfi sahrin tanazalul malaikati wa ruh”.

 KHITTAH PERJUANGAN INTERNAL

GPII sadar bahwa “Ketahanan Nasional Indonesia


ditentukan oleh ketahanan individunya” maka Khittah
perjuangan internal adalah fokus pada langkah perbaikan
diri individu GPII yang digambarkan surat Muzammil ayat 1-
9 dan 20, surat al Mudatsir ayat 1-10 dan Quu anfusakum
wahlikum naar, tawa tsaubil haq tawa tsaubisshabr.

Garis Kebijakan Internal GPII adalah :

 GPII sadar bahwa dalam perjuangan Perbaikan


Bangsa adalah dimulai dari perbaikan pribadi. Dimaksud
dengan perbaikan pribadi ini adalah tujuan GPII itu
sendiri dalam bab III pasal 3 anggaran dasar GPII yaitu
membentuk pemuda Indonesia yang berpegang teguh
kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al
Qur’an wa
Sunnah Rasul dalam kehidupan pribadi,
berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Yaitu membentuk manusia-manusia yang

116
adil dan beradab menurut ajaran Allah Tuhan Yang
Maha Esa.

Indonesia.
GPII sadar bahwa kader GPII adalah kader bangsa
Perjuangan untuk membina kader bangsa
Indonesia yang tangguh “basthathan fil ilmi wal jismi”
dalam mengaruni perubahan dan pertarungan global
dunia yang begitu dahsyat, dituangkan dalam satu
langkah pembinaan dan pembangunan kader GPII agar
tercipta kader yang lincah, skill dan expert dalam
berbagai bidang kehidupan. Langkah ini diwujudkan
dengan pembenahan dan pemberdayaan system
kaderisasi GPII yang meliputi Training, Kursus dan
kajian.

 GPII sadar bahwa lemahnya manajemen GPII akan


berkontribusi terhadap lemahnya ketahanan nasional
Bangsa Indonesia, maka GPII akan melakukan
penguatan dengan Pendirian Pusat Kajian dan
Research GPII, Balai Latihan Kerja GPII dan Lembaga
Pendidikan Pondok Pesantren Taruna GPII sebagai
proses kontinuitas pembinaan dan pembangunan
manusia GPII yang melakukan perbaikan pribadi. Dan
untuk melatih dan pembangunan skill manajemen
Kemandirian Ekonomi khususnya, GPII perlu
membangun lembaga Zakat GPII, membangun Klaster
Usaha Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan
Peternakan GPII, Membangun Klaster Usaha
pertambangan GPII, Klaster Usaha Kehutanan dan
Kelautan GPII, sebagai tempat pelatihan manajemen

117
terpadu dan dalam rangka sumbangsih GPII kepada
perbaikan bangsa Indonesia.

Proses kaderisasi GPII untuk menjawab tantangan


mencipta manusia Indonesia seutuhnya sebagai patriot
pendukung Proklamasi 17 Agustus 1945, yang dibina dan
dibangun dalam 3 pilar orientasi gerakan yang hanya bisa
dibedakan namun tak bisa dipisahkan satu sama lainnya :

 Gerakan Keislaman yaitu pembinaan dan penanaman


nilai ilmu Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an
dan Assunnah Rasul sebagai guidance book yang la
raibafihi (tidak ada keraguan) guna membangun
manusia GPII yang berpegang teguh kepada ajaran
Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah
Rasul, Sunnah dalam kehdiupan pribadi,
berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Inilah pilar pembangunan kader GPII
sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya, yang
berani, jujur, amanah, lincah dan strategis untuk siap
dipersembahkan bagi kemajuan dan kejayaan
Indonesia.

 Gerakan Kepemudaan yaitu pembinaan,


pembangunan dan penggeloraan jiwa kepeloroan,
kewiraan, leadership (kepemimpinan), cerdas, dan
tangguh dalam ilmu dan keilmuan, dan lincah dalam
manajemen pribadi, manajemen rumah tangga dan
manajemen berbangsa dan bernegara. Dengan apa
dibina, dibangun dan

118
digelorakan gerakan kepemudaan ini, tentunya al
Qur’an sebagai ajaran Tuhan Yang Maha Esa.


Gerakan KeIndonesiaan, “hubbul wathan minal iman”
bagi kader GPII, cinta tanah air adalah manifestasi dan
eksistensi dari iman. Yaitu pembangunan jiwa cinta
tanah air, pembinaan dan pembangunan jiwa bela
negara dan jiwa perdamaian dunia. Menanamkan nilai
sejarah bangsa Indonesia 6000 tahun sejak jaman nabi
Ibrahim dan plato hingga terbentuknya bangsa
Indonesia hingga merdeka. Menanamkan kesadaran
bahwa kemerdekaan Indonesia adalah sebagai Berkat
Rahmat Allah Yang Mahakuasa yang perlu
dipertahankan dengan harta dan jiwa raga.
Menanamkan kesadaran akan ancaman dan gangguan
yang dihadapi bangsa Indonesia baik ancaman masa
lalu, sekarang maupun ancaman masa yang akan
datang. Menanamkan kesadaran sejarah bahwa GPII
lahir pada tanggal 2 Oktober 1945 adalah tugas dakwah
yaitu mempertahankan proklamasi kemerdekaan
Indonesia, negara atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa tanggal 17 Agustus 1945. Tak ada pemisahan
perjuangan perbaikan pribadi, perbaikan rumah tangga,
perbaikan bangsa dan negara sampai kepada perbaikan
dunia semua di mulai dengan perbaikan pribadi.
“Ketahanan Nasional Indonesia ditentukan oleh
ketahanan individunya”.


GPII adalah gerakan dakwah dan kaderisasi yang
menjadikan pembinaan generasi muda, mencetak

119
manusia kader sebagai konsentrasi bidang garapnya,
sebagai bagian dari kaderisasi bangsa Indonesia
dimasa yang akan datang. Profil Kader dan
kepemimpinan GPII yang menjalankan roda tampuk
pimpinan GPII tidak ditentukan suku, kelompok,
dukungan suara terbanyak atau senioritas umur, namun
kader GPII yang diamanatkan sebagai pimpinan adalah
mereka yang paling :

 Aliim, menguasai keilmuan yakni penguasaan ilmu


Allah
Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an sunnah Rasul,
dalam hal ini bukan sekedar hapal matan namun
penguasaan makna dan kaidah ilmu dan bahasa. Kalau
ada dua orang atau lebih yang penguasaannya sama
maka selanjutnya siapa yang lebih fasih diantaranya.

 Fasih, adalah menguasai arena dialog dan praktek


pelaksanaan “keilmuan” dilapangan dengan berbagai
kelompok internal, eksternal, menunjukkan para
pimpinan mampu menjadi patron masyarakat atau
anggota GPII sendiri. Kalau masih juga ada yang sama
dalam tahapan penguasaan lapangan, maka pimpinan
diamanatkan kepada mereka yang lebih tua atau senior.

lebih
Tua atau senior, adalah dalam arti waktu siapa yang
dulu menyadari berkesadaran dan melakukan
pembinaan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya menurut ajaran Tuhan Sang pencipta yakni al
Qur’an sunnah Rasul, tua disini bukan dalam arti usia

120
fisik tapi usia ilmu, usia kesadaran. Senioritas dapat kita
lihat dari kematangan sifat kader sebagai berikut :

Sifat senior kader GPII

1. Sajaah, hidup berani atas pilihan perintah Allah


Tuhan Yang Maha Esa (yaitu al Qur’an wa Sunnah
Rasul) untuk menyelamatkan Bangsa.
2. Amanah, hidup bertanggung jawab dengan al Qur’an
Tuhan Yang Maha Esa, dengan sepenuh hati.
3. Fathanah, hidup ahli dan lincah dalam berbuat teguh
memegah strategi, taktik dan teknik atas pilihan yang
disajikan al Qur’an sebagai Hudan bagi manusia
mana saja pun.
4. Siddiq, hidup jujur dengan kejujuran ilmiah dalam
satu kehidupan atas pilihan al Qur’an Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Tabligh, hidup mencapai tujuan dengan pilihan al
Qur’an Tuhan Yang Maha Esa, yaitu fidunya
hasanah wa fil akhirati hasanah, dunia hasanah yang
menentukan hasanah di akhirat kelak.

Kerangka Bangunan GPII dibentuk atas :

 Iman sebagai Dasar yaitu iman menurut ajaran


Allah
Tuhan Yang Maha Esam yaitu al Qur’an wa
sunnaturrasul. Dasar atau azas organisasi GPII dalam
Anggaran Dasar (AD) BAB II pasal 2 azas bentuk dan
sifat harus direvisi menyesuaikan dengan kerangka
bangunan GPII ini.

121
pembangunannya;
Islam sebagai Penataan dengan konsepsi dan

 Islam Satu Pembinaan dan Pembangunan yaitu


pembinaan dan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dengan 5 langkah pembinaan kesadaran
manusia yang Shahadat Tiada ada Tuhan Yang Maha
Esa Kecuali Allah, Shalat pembinaan dan pembangunan
manusia mukmin, Shaum pembinaan kesadaran, Zakat
pembangunan kesadaran ekonomi, dan Hajji
pembangunan kesadaran perdamaian dunia.

 Islam Satu Konsepsi Penataan yaitu konsepsi untuk


penataan organisasi pribadi manusia Indonesia
seutuhnya, konsepsi untuk penataan organisasi Rumah
Tangga baik rumah tangga keluarga maupun rumah
tangga organisasi GPII dan konsepsi untuk penataan
bernegara, konsepsi untuk perdamaian dunia.

 Ihsan Sebagai Tujuan bahwa tujuan pembentukan


kader GPII adalah membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang akan mengabdi disegala bidang,
mereka adalah abdi yang berbuat patuh menurut ajaran
Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan GPII bukan
orientasi pada hasil tapi kepada ketepatan dan
kebenaran proses pembentukan para abdi negara
Indonesia.

 Manajemen adalah gerak proses memanage


perjuangan penyelamatan bangsa Indonesia, yaitu
proses kerja mengubah cita proklamasi 1945 menjadi
manifesto, digerakkan sehingga menjadi kenyataan
hidup berbangsa dan bernegara. Manajemen perbaikan
bangsa dimulai dengan perbaikan diri pribadi sebagai

122
eksistensi atau perwujudan dari cita-cita proklamasi 17
Agustus 1945 menjadi dunia nyata.

 KHITTAH PERJUANGAN EXTERNAL

Secara umum khittah Perjuangan Eksternal GPII


berpegang kepada surat al Muzammil 10-12, al Mudatsir
10-56 yaitu penekanan pada “wasbir a’la ma yaqulu wah
jurhum hajran jamila dan wadzarnii wal mukadzdzibiina
ulinnikmati wamahhilhum qaliilalan”, “dzami waman khlaqtu
wahidaan” sebagai rincian dari al Fatihah yang merupakan
pandangan umum khususnya ayat 6-7 yaitu “ihdiina
shirathal mustaqim shirathalladziin anamta alai ghairil
maghdub wala dhaliin” dan disimpulkan dalam “lakum
diinukum waliyadi” dan “Muhamadarasulullah walladziin
mahu asiddau alal kuffari ruhama ubai nahum”. Maahun
disini bukan saja seiman tapi sesama yang mengikat
perjanjian dengannya dibuktikan dengan piagam madinah
Nabi Muhammad akan bersikap tegas kepada siapa yang
mengganggu dan mengingkari perjanjian bersamanya.

Garis Kebijakan GPII Terhadap Negara dan Pemerintahan


Negara Republik Indonesia:

o Sadar bahwa GPII lahir tanggal 2 Oktober 1945 adalah


merupakan stake holder terbesar terhadap terwujudnya
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. GPII
turut serta menyusun perjuangan kemerdekaan melalui
pemuda jong-jong Islam, aktivis pelajar, mahasiswa,
pemuda dan hizbullah dan sabilillah, yang atas berkah

123
rahmat Allah Yang Maha Kuasa perjuangan tersebut
terwujud menjadi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945.

o GPII sadar bahwa cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945


yaitu hapus penjajahan dari permukaan, melindungi
segenap bangsa Indonesia dari penjajahan, melindungi
segenap tumpah darah, mencerdaskan kehidupan
bangsa, ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
adalah paralel konruen dan sebangun dengan semangat
pendirian GPII pada tanggal 2 Oktober 1945.

o Sadar bahwa GPII adalah anak kandung REVOLUSI


kemerdekaan Indonesia, memiliki hak dan kewajiban
akan terwujudnya manifestasi dan eksistensi cita
proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi kenyataan dalam
kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

o GPII sadar bahwa perwujudan pasal 34 UUD dengan


terlaksananya pasal 33 UUD 1945 sebagai konstitusi
tertinggi bangsa Indonesia. Yaitu kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu yatim piatu dan anak
terlantar dipelihara negara. Dan ini adalah merupakan
puncak tertinggi eksistensi dari bangunan Indonesia.
Yaitu bangunan perjuangan penghapusan penjajahan
diatas muka bumi yang tercantum dalam mukadimah
UUD 1945 alinea 1, yang dijelaskan dan disimpulkan
oleh alinea ke empat untuk mencapai cita proklamasi.
Inilah tujuan negara Republik Indonesia ini dibentuk
yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum,

124
melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah tumpah
darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta menjaga ketertiban dunia. Semua cita
proklamasi menghapus penjajahan tidak akan terwujud
tanpa melalui pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945 secara
nyata fakta dilapangan yaitu;

o Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar


atas azas kekeluargaan, GPII memandang siapapun
pelaku bisnis ekonomi baik BUMN, Private dan koperasi
seluruh nilai lebih adalah dikuasai dalam arti dimiliki oleh
negara didistribusikan kekayaannya dengan azas
kekeluargaan, keluarga besar bangsa Indonesia.
Pemerintah dalam arti eksekutif, legislatif dan yudikatif
harus melakukan revisi seluruh undang-undang yang
berkaitan dengan perseroan terbatas, BUMN dan
Koperasi apabila tidak sesuai dengan ayat dan pasal
UUD 1945 ini;

o Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan


yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. GPII memandang seluruh cabang produksi
yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti tanah
dan pertanahan, modal dan permodalan kemudian
tenaga kerja dan ketenaga kerjaan harus dikuasai
dalam arti dimiliki oleh negara, seluruh tenaga kerja
stage holder Indonesia adalah stake holder produksi
yang berhak atas setiap nilai lebih yang dihasilkan
proses produksi, setiap modal menyadap keuntungan
tanpa kerja adalah riba tak ada bagian presentase nilai

125
lebih yang diberikan untuk modal tanpa keluar keringat,
tanah sebagai faktor produksi penting harus dikuasai
oleh negara tidak boleh bagi hasil tanpa kerja, buruh
tani atau sewa lahan, siapa yang menggarap tanah
maka panen adalah menjadi hak petani keseluruhan,
hukum mati bagi spekulan tanah. Pemerintah dalam arti
eksekutif, legislatif dan yudikatif harus melakukan revisi
seluruh undang-undang yang berkaitan dengan
penanaman modal, perbankan, perseroan terbatas,
ketenaga kerjaan apabila tidak sesuai dengan ayat dan
pasal UUD 1945 ini;

o Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di


dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, seluruh
sumberdaya alam beserta isi yang terkandung
didalamnya adalah aset dan harta yang dikuasai
negara, tidak boleh dijadikan aset individu, kelompok
apalagi asing. Tidak diperkenankan memindah
tangankan harta milik rakyat yang diberikan Tuhan
kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan memutar balik
perampokan aset dengan istilah kuasa pertambangan,
IUP pertambangan, pinjam pakai lahan. Pemerintah
dalam arti eksekutif, legislatif dan yudikatif harus
melakukan revisi seluruh undang-undang yang
berkaitan dengan sumberdaya alam apabila tidak sesuai
dengan ayat dan pasal UUD 1945 ini.

o Garis kebijakan GPII terhadap Negara Kesatuan


Republik Indonesia adalah garis kebijakan sebagai

126
stakeholder bangsa Indonesia, bersikap partisipatif aktif,
konstruktif dan kritis membangun terhadap berbagai
bidang program perbaikan dan pembangunan generasi
muda yaitu pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya. Sebagai stake holder, GPII mempunyai
kewajiban dan hak untuk menjaga, mengisi dan
membangun, mengkoreksi dan mengkritisi guna
tercapai cita proklamasi Indonesia.

 Pembinaan dan kaderisasi internal GPII adalah


proses kerja paralel dengan eksistensi dan
perwujudan cita-cita proklamasi 1945 sebagai
manifesto seluruh bangsa Indonesia, sama dengan
menyiapkan kader pemuda Indonesia yang
berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang
Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul menjadi
manusia Indonesia seutuhnya pendukung dan patriot
proklamasi 1945. Kader GPII adalah kader
Indonesia, kader cita proklamasi 1945. Kaderisasi
GPII adalah merupakan proses perbaikan bangsa
Indonesia sebagai bagian pelaksanaan ketertiban
dunia adalah proses yang dimulai dengan perbaikan
diri pribadi dan keluarga yaitu pemindahan cita
menjadi dunia nyata kenyataan hidup manusia
Indonesia. Sadar bahwa Proklamasi 17 Agustus
1945, Pancasila; Ketuhanan YME, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan dan keadilan sosial tidak akan terwujud
tanpa diciptakan manusia Indonesia sebagai
pendukungnya.

127
 Terhadap Pancasila dan UUD 1945 GPII sudah
bersikap final bahwa Pancasila dan UUD 1945
adalah kontrak politik antara bangsa Indonesia, yang
paralel dengan dakwah al Qur’an tidak saling potong
memotong, bahkan saling mendukung bahwa
KetuhananYang Maha Esa digambarkan dengan
kalimat inti sahadat adalah “la ilaha illallah” yang
bermakna “Tidak ada Tuhan yang Maha Esa Kecuali
Allah”, Al Qur’an adalah ajaran Tuhan Yang Maha
Esa yang akan menghasilkan kaderisasi manusia
yang adil dan beradab, untuk tegaknya persatuan
Indonesia, guna hidup musyawarah dalam
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratn perwakilan
agar terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia orang perorang, tegak menjadi nyata
dalam kehidupan sosial dan berbangsa di Indonesia.

o Garis Kebijakan Terhadap Partai Politik/Golongan Politik

 Dalam sejarahnya, GPII adalah pendiri partai


Politik Masyumi bahkan perdana Menteri Republik
Indonesia Burhanudin Harahap yang berasal dari
GPII yang menyelenggarakan pemilihan umum
pertama pada tahun 1955 yang sangat demoktratis
tidak ada kecurangan maupun politik uang. Namun
bagi kita kader GPII hasil pemilu tersebut hingga hari
ini masih tetap menyisakan pertanyaan besar. Yaitu
bahwa Islam mayoritas di Indonesia namun

128
mengapa umat Islam tidak mau memilih partai
Islam? Dimana letak salahnya, dipartaikah, di
umatnyakah atau pemahaman keislaman dari
keduanya?

 GPII adalah organisasi kader yang berbasis


pemuda Islam yang independen bukan merupakan
underbow dari satu partai politik peserta pemilu dan
bukan pula underbow dari ormas atau golongan
politik manapun. Akan tetapi sebagai pabrik kader
bagi bangsa Indonesia khususnya kader politik, GPII
bekerjasama bersinergi dengan partai dan ormas
yang memperjuangkan terwujudnya cita proklamasi
17 Agustus 1945 sebagai amanah dari Allah Tuhan
Yang Maha Esa terhadap bangsa Indonesia.

 Setiap kader atau alumni GPII yang aktif di


berbagai partai bukan merupakan perwakilan atau
representasi GPII namun lebih merupakan karya
sumbangsih GPII kepada dunia politik Indonesia
dengan memberikan kader terbaiknya.

o Garis Kebijakan Terhadap Organisasi Islam

 GPII dalam kebijakannya tidak memihak dan


apriori terhadap satu atau beberapa organisasi dan
golongan Islam dan umat Islam. GPII selalu
mengajak dan memimpin Umat Islam Indonesia
kepada kesatuan dan persatuan dalam menata
Indonesia dengan semangat cinta damai dari Izzul

129
Islam wal Muslimin yang pro kemerdekaan anti
penjajahan menjadi rahmatan lil alamiin bagi
saudara kita sebangsa dan setanah air. GPII selalu
mengajak dan memimpin Umat Islam Indonesia
kepada kesatuan dan persatuan umat Islam dunia
dalam menata perdamaian dunia dengan semangat
cinta damai dari Izzul Islam wal Muslimin pro
kemerdekaan anti penjajahan menjadi rahmatan lil
alamiin bagi saudara kita umat manusia sedunia.

 Terhadap organisasi dan umat Islam yang


dikategorikan berpandangan teroris, GPII akan
bersikap tidak memerangi atau memusuhi namun
bersikap pembinaan dan solutif problem solving
terhadap kebersamaan langkah-langkah kedepan
yang lebih indah dan damai rahmatan lil alamin
menurut ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al
Qur’an wa sunnah Rasul.

 Terhadap pertentangan dan perseteruan


internal umat Islam yang bersikap merasa paling
baik, paling berhak “ana kairu minhu”, GPII tidak
mau terlibat dan melibatkan diri. GPII dengan sikap
“waktasimu bi hablilahi jamian wala tafarraqu”, GPII
selalu mengajak dan menganjurkan perdamaian
dalam kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan
dengan cara yang hikmah, hangat, indah, penuh
kasih sayang dan damai.

130
muslimin
Terhadap persoalan besar yang dihadapi kaum
Indonesia yaitu:

 Kedalam, Perpecahan yang disebabkan oleh


kaburnya tanggapan (pemahaman konsepsi dan
prinsip) dan kejahilan terhadap tujuan, yang
merupakan penyakit yang berbahaya bagi
kehidupan perjuangan;

 Ke luar, Tidak adanya pengertian yang


mendalam terhadap problem-problem
internasionalisme dan problem-problem
nasionalisme sehingga strategy dan taktik yang
mereka letakkan menjadi simpang siur dan kacau
balau, malah kian menjauhkan dari kemungkinan
mendekati tujuan.

 GPII wajib mengajak dan mempelopori


melakukan peninjauan-peninjauan kembali
fundamental dalam keseluruhan mengenai tafsir
tujuan dan khittahnya, yang meliputi segenap segi
dan bidang perjuangan. Kemudian memperdalam
pengertian tentang pokok dari problem keadaan tadi,
yang merupakan “politikal phylosphy” atau philosofy
of government” dari kenyataan sekarang ini, dan
rangkaian hubungan
serta perhitungan kemungkinan-kemungkinan
kesudahannya. Sehingga berdasarkan hasil itu nanti
segeralah dimulai langkah-langkah baru bersama-
sama. Dan standard satu-satunya dalam melakukan
peninjauan itu adalah warisan nabi Muhammad yaitu
“Taraktu fikum amraini ma in tamassaktum bihima

131
lam tadhillu abadan, kitabullah was sunnati rasulih”.
(HR al Hakim)

o Garis Kebijakan Terhadap Organisasi dan umat non


Islam

 Pandangan GPII terhadap organisasi lain non


Islam adalah bercermin dari piagam Yastrib yang
ditandatangani oleh kaum Muhajirin, Anshar, Majusi,
Nasrani dan Yahudi saat melakukan kontrak sosial
pembangunan Madinatun Munawwarah. Mereka
secara bersama-sama saling melapis membangun
persatuan tegaknya Negara Madinatun Munawwarah
yang damai, aman, sentosa dan penuh kasih
sayang, namun tetap memberlakukan tegas
terhadap siapapun yang melakukan pelanggaran
disiplin dengan adil tanpa memihak dan tekanan dari
siapapun. Melakukan supremasi hukum terhadap
siapapun meskipun anak nabi Muhammad apabila
melakukan korupsi maka hukum anti korupsi harus
ditegakkan.

 Terhadap organisasi dan umat non Islam, GPII


bersikap santun saling menghormati, saling
menghargai berdasarkan persamaan, kemerdekaan
dan persaudaraan dalam satu bangsa yaitu sebagai
bangsa Indonesia, satu tanah air tanah Indonesia
dan satu bahasa persatuan Bahasa Indonesia. GPII
tidak akan menekan seorang non muslim, GPII akan
menentang setiap orang yang melanggar hak atau

132
melakukan perbuatan aniaya atau permusuhan dan
keonaran terhadap non muslim dengan ketidak
adilan. GPII akan berlaku damai dan pendamai,
namun GPII tetap akan berlaku adil, akan melakukan
cek dan ricek fakta dilapangan agar tidak diperalat
oleh non muslim yang berlaku curang dan mendesak
perdamaian untuk motivasi dan tujuan curang.

 Terhadap blok barat dan blok timur, penjajahan


individualisme dan sosialisme para komparadornya
di Indonesia. Mereka melakukan perampokan
sumberdaya alam, hutan, tambang, perminyakan,
gas. Merekalah pelaku pemerasan manusia dengan
upah buruh murah, merusak tatanan sosial dengan
pembodohan dan politik adu domba yang diseluruh
dunia mengakibatkan kemiskinan merajalela di
Indonesia. Mereka adu antara TNI dan sipil, mereka
adu antara buruh dan majikan, mereka adu
saranisme, sehingga Indonesia jadi sarang tawuran
ditengah merajalela, mereka menguasai deposit
pertambangan malidenum, emas, tembaga, bauksit,
nikel, besi, timah, batu bara, gas minyak bumi.
Namun saat dikatakan “jangan melakukan kerusakan
di bumi Indonesia”, tapi mereka bilang, mereka
adalah pelaku dan agen perdamaian dunia terhadap
apa yang telah mereka lakukan terhadap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia.untuk ini GPII
bersikap sebagaimana guidance Allah dalam surat
Muzammil ayat 11 “wazarnii wal mukadzdzibina uluin
nikmati wamah hilhum qalilah”. Urusanku

133
(menggilirkan jatuh bangunnya satu peradaban) kata
Allah, tugas yang menjadi langkah GPII adalah
menggambarkan kondisi objektif ini kepada bangsa
Indonesia seumumnya dan kader GPII khususnya
dan ajakan melakukan perbaikan diri hingga nanti
sampai masanya digambarkan surat al Kahfi 97
“gala:” hadza rahmatanmin rabbii faidza jaa wa’du
rabbi jaa’lahu dakkaan wa kana wa’du rabbi haqqan”
ini adalah rahmatan (lil alamin) maka jika janji Allah
tiba di akan membikin (yakjuj wa makjuj) hancur
lebur, sesungguhnya janji Allah dala al Qur’an
adalah benar.

 PENUTUP

Demikian Khittah perjuangan GPII sebagai garis strategi


perjuangan GPII guna terjaganya perjuangan pencapaian
tujuan dan eksistensi GPII diatas muka bumi Indonesia. Maka
setiap upaya yang tidak mengindahkan, melanggar atau
menyeleweng dari Khittah Perjuangan GPII hakekatnya adalah
penghancuran dan penguburan terhadap strategi dan eksistensi
GPII. Upaya ini harus diambil langkah pendisiplinan secara
tegas. Khittah GPII yaitu langkah-langkah strategis perjuangan
GPII yang dibagi dalam Khittah umum, internal dan eksternal
agar dijadikan landasan perjuangan setiap kepengurusan dan
anggota GPII dalam mengayuh langkah perjuangan untuk
mencapai tujuan GPII yaitu membentuk pemuda Islam yang
berpegang teguh kepada al Qur’an dan sunnah rasul serta
bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga,

134
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pelanggaran Khittah
akan mengakibatkan tujuan kita tidak akan tercapai hingga
bumi ini kiamat sekalipun. Setiap pelanggaran khttah
perjuangan GPII akan mengakibatkan perjuangan GPII tidak
akan pernah mencapai tujuannya, sia-sia dalam perjuangan.
Hanya menghabiskan waktu, biaya dan tenaga untuk sebuah
permainan yang Cuma-Cuma. Untuk itu pandai-pandailah
meniti buih, selamat badan sampai di tujuan, mudah-mudahan
Allah berkenan dengan langkah-langkah khittah perjuangan
GPII ini. Amiiinn.

135
136

Anda mungkin juga menyukai