Anda di halaman 1dari 175

Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,

Garis Besar Program GPII, dan Khitah Perjuangan GPII


PO/PA dan Hasil Muktamar

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)

Penangungjawab : Ketua Umum PP GPII


(Karman BM)

Penyunting : Kabid PAO PP GPII


(Eri Moch Roffi)

Tata Letak dan Sampul : Eri Moch Roffi

Cetakan I, 2014

Diterbitkan oleh Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi Pimpinan


Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia PP-GPII
Jalan Menteng Raya No.58 Jakarta Pusat 10340

PIMPINAN PUSAT
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA
(PP-GPII)
www.gpii.or.id

1
2
ANGGARAN DASAR
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GPII)

Bismillahirrahmanirrahim
MUQADDIMAH

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.


Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan dan rasul Allah SWT.

Bahwa untuk merealisasikan kehendak Allah SWT tersebut, maka


umat Islam harus berusaha menjadi umat yang kaffah.

Bahwa, sesungguhnya wahyu llahi dan risalah nabi Muhammad SAW


adalah satu-satunya pedoman pokok hidup dan kehidupan umat
manusia yang dapat memberikan kebahagian rohani dan jasmani di
dunia dan akhirat.

Yakin, bahwa sesungguhnya Al-lslam dapat diterapkan dalam


kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Insaf, bahwa sesungguhnya pelaksanaan dan penerapan Al-lslam


wajib diperjuangkan dengan penuh keyakinan, keikhlasan, dan
kesungguhan.

Sadar, bahwa sesungguhnya tanggung jawab pemuda sebagai


tenaga penggerak, pelopor dan inti dari masyarakat dan negara,
maka disusunlah organisasi yang menghirnpun potensi generasi
muda Islam dalam menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi
Allah SWT dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Organisasi ini bernama Gerakan Pemuda Islam Indonesia disingkat
GPII Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)

3
Pasal 2
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) didirikan pada tanggal 2
October 1945 di Jakarta.

Pasal 3

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) berkedudukan di Pusat Ibu


Kota
BAB II
ASAS, TUJUAN DAN SIFAT

Pasal 4
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) berasaskan Islam

Pasal 5
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) bertujuan terwujudnya
masyarakat Islam

Pasal 6
Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) bersifat independen

BAB III
USAHA
Pasal 7

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) berusaha:


1. Memperdalam dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah
2. Mempertinggi kecerdasan dan kecakapan Pemuda Islam
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dengan teori dan praktek.
3. Mengusahakan kesatuan gerakan seluruh pemuda Islam
Indonesia
4. Usaha yang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga

4
BAB IV
KEANGGOTAAN, HAK, DAN KEWAJIBAN

Pasal 8
Yang diterima menjadi anggota ialah Pemuda Islam warga negara
Indonesia

Pasal 9
1. Tiap-tiap anggota mempunyai hak suara
2. Tiap-tiap anggota berhak dipilih dan memilih
3. Tiap-tiap anggota berkewajiban mentaati ketentuan
Organisasi

BAB V
STRUKTUR DAN PIMPINAN

Pasal10
1. Organisasi ini adalah:
a. Pimpinan Pusat
b. Pimpinan Wilayah
c. Pimpinan Daerah
d. Pimpinan Cabang
e. Pimpinan Ranting

2. Pimpinan Organisasi terdiri atas :


a. Pimpinan Harian :
Ketua Umum dan beberapa Ketua Bidang, Sekretaris
Jenderal dan beberapa Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara
Umum dan beberapa Wakil Bendahara Umum.
b. Pimpinan Pleno :
Pimpinan Harian dan Pimpinan lainnya.

BAB VI
MUSYAWARAH DAN KEKUASAAN

Pasal 11
Musyawarah terdiri dari :
a. Muktamar
b. Muktamar Luar Biasa

5
c. Rapat Pimpinan Nasional
d. Rapat Kerja Nasional
e. Musyawarah Wilayah
f. Musyawarah Wilayah Luar Biasa
g. Rapat Kerja Wilayah
h. Musyawarah Daerah
i. Musyawarah Daerah Luar Biasa
j. Rapat Kerja Daerah
k. Musyawarah Cabang
l. Musyawarah Ranting

BAB VII
KEUANGAN

Pasal 12
Keuangan Organisasi Didapat dari:
1. Uang Pangkal dari anggota
2. Uang luran dari anggota
3. Uang donatur yang tidak mengikat
4. Usaha-usaha lain yang sah

BAB VIII
PENUTUP

Pasal 13
1. Hal -hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga
2. Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Muktamar
3. Anngaran Dasar ini rubah dan disempurnakan pada Muktamar
Bersama GPI-GPII di Medan Sumatera Utara, 9 – 12 Desember
2013.

6
7
ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GPII)

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Status Keanggotaan

1. Anggota Muda adalah :


a. Generasi Muda Islam berusia minimal 17 tahun, maksimal 40
tahun yang menyetujui AD-ART dan Garis Perjuangan GPII
serta terdaftar pada instansi organisasi.
b. Mengikuti kegiatan GPII.

2. Anggota Biasa adalah:


a. Anggota Muda yang telah lulus minimal jenjang awal
kaderisasi GPII.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah atas usul Pimpinan
Daerah.
c. Memiliki kartu keanggotaan.

3. Anggota Luar Biasa adalah :


a. Anggota luar biasa adalah tokoh Islam yang merupakan tokoh
steakholder yang ingin menjadi anggota GPII.
b. Ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

4. Anggota Kehormatan adalah :


a. Orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan Islam.
b. Menyatakan kesediaan menjadi anggota kehormatan GPII.
c. Diangkat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

5. Anggota Purna adalah :


a. Anggota biasa yang telah selesai aktif dalam struktur
kepengurusan GPII
b. Konsisten dan peduli terhadap idealisme perjuangan GPII.

8
Pasal 2
Persyaratan Keanggotaan

1. Pemuda-pemudi Islam berusia minimal 17 tahun, maksimal 40


tahun.
2. Setiap pemuda Islam yang ingin menjadi anggota GPII harus
mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis
kesediaan mengikuti dan menjalankan AD-ART, Garis-garis
Besar Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan serta ketetapan-
ketetapan dan peraturan- peraturan organisasi lainnya, kepada
Pengurus GPII yang telah ditentukan.
3. Status keanggotaan ditetapkan oleh eselon Pengurus GPII yang
ditunjuk, berdasarkan permohonan tertulis dari yang
bersangkutan dan atau rekomendasi dari eselon Pengurus GPII
satu tingkat dibawahnya.
4. Dianggap telah menjadi anggota biasa jika telah mengikuti
pelatihan resmi GPII.
Pasal 3
Pengesahan dan Penetapan Status

1. Status anggota muda dan anggota biasa ditetapkan dan disahkan


oleh eselon pimpinan yang ditunjuk.
2. Status anggota luar biasa ditetapkan dan disahkan oleh Pimpinan
Pusat dan dapat diusulkan oleh Pimpinan Wilayah dan atau
Pimpinan Daerah.
3. Status anggota kehormatan ditetapkan dan disahkan oleh
Pimpinan Pusat dan dapat diusulkan oleh Pimpinan Wilayah.
4. Status anggota purna ditetapkan dan disahkan oleh Pimpinan
GPII diberbagai eselon berdasarkan bukti keaktifan dalam
organisasi dimasa yang telah lewat.

Pasal 4
Prosedur Keanggotaan

1. Setiap calon anggota yang telah mengikuti kegiatan GPII dan


bersedia aktif di dalamnya, dapat menjadi anggota muda.
2. Setiap anggota muda yang telah mengikuti jenjang
pengkaderan/pelatihan di masing-masing instansi dapat menjadi

9
anggota biasa dengan menyampaikan kesediaan secara tertulis
kepada Pimpinan Wilayah.
3. Setiap tokoh/public figure dari kalangan umat Islam dan bersedia
bergabung dengan GPII dapat menjadi anggota luar biasa dan
disahkan oleh Pimpinan Pusat.
4. Setiap orang Islam yang berjasa terhadap perjuangan umat
Islam dan bersedia bergabung dengan GPII, dapat ditetapkan
sebagai Anggota Kehormatan oleh Pimpinan Pusat dan atau
atas usul /rekomendasi Pimpinan Wilayah.
5. Setiap anggota biasa yang telah selesai masa jabatannya dan
tidak melanjutkan, secara otomatis menjadi anggota purna.
6. Anggota biasa, anggota luar biasa, anggota kehormatan, dan
anggota purna setelah diterima dan sah pengangkatannya,
diberikan Kartu Tanda Anggota (KTA) yang tercantum nomor
induk dan status keanggotaan oleh Pimpinan Pusat, serta
didaftar dalam Buku Induk Anggota (BIA).
7. Anggota yang direkrut secara khusus (kader material)
berdasarkan kebutuhan khusus, tetap mengacu kepada aturan
yang berlaku dengan mempertimbangkan pelaksanaan konversi
jenjang pengkaderan tersendiri dan disahkan oleh eselon yang
ditunjuk

Pasal 5
Hak dan Kewajiban
Hak

1. Hak Anggota Muda.


a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan
organisasi sesuai ketentuan.
b. Mendapatkan pembinaan dari GPII sesuai ketentuan.
c. Mengikuti jenjang pengkaderan GPII.

2. Hak Anggota Biasa.


a. Seluruh hak yang didapat anggota muda.
b. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan pada semua
jenjang organisasi.
c. Menjabat sebagai pengurus pada struktur organisasi.

10
3. Hak Anggota Luar Biasa.
a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan
organisasi.
b.Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi baik
secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas setiap
pertimbangan dan saran yang disampaikan.

4. Hak Anggota Kehormatan.


a. Mempelajari/menelaah gerak perjuangan organisasi.
b. Memberi pertimbangan dan saran kepada organisasi baik
secara lisan maupun tertulis.
c. Mendapatkan perhatian yang wajar dari organisasi atas
setiap pertimbangan dan saran yang disampaikan.

5. Hak Anggota Purnama


a. Menghadiri dan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan GPI
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Mendapat perhatian yang wajar dari organisasi atas setiap
pertimbangan dan saran yang disampaikan.

Kewajiban
1. Kewajiban Anggota Muda.
a. Seluruh hak anggota muda secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
Organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya.

2. Kewajiban Anggota Biasa.


a. Seluruh hak anggota biasa secara otomatis menjadi kewajiban.
b. Membayar iuran yang telah ditetapkan.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.

11
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya
f. Turut memberikan kontribusi, baik pemikiran maupun tenaga
dalam rangka memajukan da'wah Islam dan organisasi.
g. Mengikuti seminimalnya pelatihan dasar.

3. Kewajiban Anggota Luar Biasa.


a. Seluruh hak anggota luar biasa secara otomatis menjadi
kewajiban.
b. Memberikan kontribusi kepada organisasi, baik moril maupun
materil.
c. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Islam dan
organisasi.
d. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mentaati dan melaksanakan AD-ART, Garis-garis Besar
Perjuangan GPII, Khittah Perjuangan dan ketetapan-
ketetapan organisasi lainnya.

4. Kewajiban Anggota Kehormatan.


a. Tunduk pada seluruh ketentuan organisasi serta
melaksanakan dan memperjuangkan misi perjuangan
organisasi.
b. Memberi kontribusi pada organisasi, baik moril maupun materi.

5. Kewajiban Anggota Purna.


a. Memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Memberikan kontribusi pada organisasi, baik moril maupun
materil.

12
Pasal 6
Hilangnya Keanggotaan

Seorang anggota dapat kehilangan keanggotaannya karena:


1. Atas permintaan sendiri.
2. Diberhentikan atau dipecat.
3. Meninggal Dunia.

Pasal 7
Hukuman

1. Anggota GPII dapat dijatuhi hukuman apabila :


a. Berbuat melanggar nilai-nilai Islam.
b. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik Islam dan
umatnya.
c. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik
organisasi.
d. Melanggar keputusan - keputusan, ketentuan - ketentuan dan
peraturan - peraturan organisasi lainnya yang telah ditetapkan
GPII.
2. Hukuman kepada anggota, dapat berupa peringatan, skorsing
dan pemecatan.
3. Anggota yang diskorsing atau dipecat dapat melakukan
pembelaan dalam forum yang ditunjuk.
4. Secara umum skorsing dan atau pemecatan dapat dilaksanakan
setelah :
a. Mendapat kesempatan klarifikasi.
b. Mendapat minimal satu kali teguran lisan.
c. Mendapat teguran tertulis yang terdiri dari Surat Peringatan
(SP) 1, SP 2 dan atau SP 3.
5. Tata cara skorsing, pemberhentian, pemecatan, pemberian
sanksi akan diatur pada aturan tersendiri.

13
Pasal 8
Rangkap Anggota

1. Rangkap keanggotaan dengan organisasi lain dapat dibenarkan


jika tujuan dan misi perjuangannya sejalan dan tidak
bertentangan dengan misi perjuangan GPII.
2. Syarat-syarat dan prosedur rangkap anggota diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 9
Rangkap Jabatan

1. Ketua Umum GPII di seluruh tingkatan organisasi pada dasarnya


tidak boleh merangkap jabatan yang sama pada organisasi
sosial kepemudaan manapun.
2. Dalam keadaan tertentu Ketua Umum GPII dapat merangkap
jabatan pada organisasi/sosial kepemudaan dan atau sebagai
pejabat publik, dimana tujuan, misi dan eksistensinya sejalan
dengan GPII.
3. Dalam keadaan tertentu Pengurus GPII dapat merangkap
jabatan pada organisasi lain, dimana tujuan, misi dan
eksistensinya sama dengan GPII.
4. Syarat-syarat dan prosedur rangkap jabatan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
5. Pengurus GPII yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain
harus menyesuaikan tindakan- tindakannya dengan AD-ART
serta ketentuan- ketentuan GPII lainnya yang berlaku.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN ORGANISASI

Pasal 10
A. Muktamar

1. Muktamar adalah instansi kekuasaan tertinggi dalam organisasi


GPII.
2. Muktamar merupakan forum musyawarah :
a. Pengurus Pimpinan Pusat.
b. Utusan Pimpinan Wilayah.
c. Utusan Pimpinan Daerah.

14
3. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 11
Fungsi dan Wewenang Muktamar

1. Menetapkan AD-ART, Garis-garis Besar Perjuangan GPII, Khittah


Perjuangan, Peraturan-peraturan Organisasi, Program kerja
Nasional dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan Pusat.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Pusat dengan jalan memilih
Ketua Umum/Ketua Formatur dan beberapa anggota Formatur.
4. Menetapkan dan mengesahkan Formatur Brigade, Muslimah GPII
masing-masing minimal 3 orang untuk dipilih salah satunya oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur PP GPII terpilih, menjadi Ketua
Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama- sama
menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 12
Penyelenggaraan Muktamar

1. Muktamar diselenggarakan 4 (empat) tahun sekali oleh Pimpinan


Pusat.
2. Pimpinan Pusat adalah penanggung jawab penyelenggaraan
Muktamar dengan membentuk Panitia Muktamar.

Pasal 13
Peserta Muktamar

1. Muktamar dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,


Pimpinan Daerah dan Peninjau/Undangan dari Pimpinan Pusat.
2. Peserta Muktamar terdiri dari pengurus Pimpinan Pusat
termasuk Badan-badan Otonom dan Lembaga- lembaga
Khusus, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah termasuk
Badan-Badan Otonom di masing- masing tingkatan.
3. Peserta peninjau Muktamar terdiri dari anggota luar biasa,
anggota kehormatan, anggota purna, dan undangan Pimpinan
Pusat, utusan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah
persiapan atau mereka yang dimandati untuk pembentukan
Pimpinan Wilayah atau Daerah.

15
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
5. Peserta Muktamar mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Muktamar hanya memiliki hak bicara.

Pasal 14
Tata Tertib Muktamar

1. Muktamar dianggap sah apabila dihadiri sekurang- kurangnya


separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak hadir.
2. Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah yang berhak hadir dalam
Muktamar adalah yang telah disahkan (SK) dan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Muktamar ditunda
selama 1 X 24 jam dan setelah itu Muktamar dinyatakan syah.
4. Sebelum pimpinan sidang Muktamar dipilih, sidang- sidang
Muktamar dipimpin oleh Pimpinan Pusat.
5. Pimpinan sidang Muktamar dipilih dari peserta dalam bentuk
Presidium, sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dan sebanyak-
banyaknya 9 (sembilan) orang.

Pasal 15
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum /Ketua Formatur


terpilih dibantu oleh Anggota Formatur lainnya, harus selesai
menyusun struktur dan personalia Pimpinan Pusat GPII.
2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PP GPII oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu anggota Formatur lainnya
ditandai dengan keluarnya SK (Surat Keputusan) dari Ketua
Umum/Ketua Formatur dan Anggota Formatur lainnya.
3. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PP GPII
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah - Terima
jabatan.
4. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-terima
jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
5. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara sebagaimana
batasan waktu yang diberikan, maka Anggota Formatur secara
kolektif berhak untuk memberi peringatan dan jika dianggap perlu
bermusyawarah untuk menunjuk dan menetapkan Ketua

16
Formatur baru yang diambil dari anggota formatur terpilih untuk
penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Pusat.

Pasal 16
B. Muktamar Luar Biasa

1. Muktamar Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


pelanggaran terhadap konstitusi oleh Pimpinan Pusat.
2. Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan jika dianggap
terdapat masalah yang sangat mendesak serta mengancam
eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan sampai
Muktamar berikutnya.
3. Muktamar Luar Biasa diadakan atas inisiatif 3 (tiga) Pimpinan
Wilayah dan mendapat persetujuan secara tertulis dari :
a. 2/3 dari jumlah Pimpinan Wilayah yang sah/definitif.
b. 2/3 dari jumlah Pimpinan Daerah yang sah / definitif.
4. Segala ketentuan tentang Muktamar berlaku bagi Muktamar Luar
Biasa.

Pasal 17
C. Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan pemegang kekuasaan


tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di
tingkat Wilayah, diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a. Pengurus Pimpinan Wilayah
b. Utusan Pimpinan Daerah
c. Utusan Pimpinan Cabang
3. Muswil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan dihadiri oleh
Pimpinan Pusat.
Pasal 18
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Wilayah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah.


2. Menetapkan Program Kerja Wilayah dan ketetapan- ketetapan
lain yang dianggap perlu.

17
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Wilayah dengan jalan
memilih Ketua Umum/Ketua Formatur dan beberapa orang
Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan Muslimah GPII
masing-masing minimal 3 orang untuk dipilih salah satunya oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur PW GPII terpilih, menjadi Ketua
Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama- sama
menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 19
Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali.


2. Pimpinan Wilayah adalah penanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Wilayah, dengan membentuk Panitia Musyawarah
Wilayah.

Pasal 20
Peserta Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan


Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan C'abang dan
Peninjau/Undangan dari Pimpinan Wilayah.
2. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari pengurus Pimpinan
Wilayah termasuk Badan-badan Otonom dan Iembaga-lembaga
Khusus, Pimpinan Daerah termasuk Badan-Badan Otonom
Daerah dan Pimpinan Cabang.
3. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah terdiri dari Pimpinan
Pusat, Pimpinan Daerah persiapan atau mereka yang dimandati
untuk pembentukan Pimpinan Daerah, dan undangan dari
Pimpinan Wilayah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Wilayah.
5. Peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Wilayah hanya memiliki hak
bicara.

18
Pasal 21
Tata Tertib Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah dianggap sah apabila dihadiri sekurang -


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah Pengurus Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Cabang yang berhak hadir.
2. Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang yang berhak hadir
dalam Musyawarah Wilayah adalah yang telah disahkan (SK)
dan dilantik.
3. Sebelum Pimpinan Musyawarah Wilayah dipilih, sidang-sidang
Musyawarah Wilayah dipimpin oleh Pimpinan Wilayah.
4. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Wilayah ditunda 1 X 24 jam dan setelah itu Musyawarah Wilayah
dinyatakan sah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Wilayah dipilih dari peserta
(utusan/peninjau) dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya
5 (lima) orang dan sebanyak- banyaknya 7 (tujuh) orang.

Pasal 22
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua Umum/Ketua Formatur


terpilih dibantu oleh anggota Formatur lainnya harus telah selesai
menyusun struktur dan personalia Pimpinan Wilayah GPII.
2. Penyelesaian susunan personalia dan struktur PW GPII oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur dibantu Anggota Formatur lainnya.
3. Ketua Umum/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan ke PP GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan personalia dan
struktur PW GPII diberikan oleh Pimpinan Pusat berbarengan
dengan kegiatan pelantikan pengurus PW bersangkutan.
5. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PW GPII
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah - Terima
Jabatan.
6. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-terima
jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
7. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara sebagaimana
batasan waktu yang diberikan, maka Pimpinan Pusat berhak
untuk memberi peringatan dan jika dianggap perlu menunjuk dan

19
menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil dari anggota
formatur terpilih atau memandati beberapa orang untuk
penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Wilayah.

Pasal 23
D. Musyawarah Wilayah Luar Biasa

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran konstitusi oleh
Pimpinan Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan untuk membicarakan
masalah yang mendesak atau dianggap penting yang
mengancam eksistensi organisasi dan tidak dapat ditangguhkan
sampai Musyawarah Wilayah berikutnya.
3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa diadakan atas inisiatif minimal
3 (tiga) Pimpinan Daerah dan mendapat persetujuan secara
tertulis dari :
a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Daerah yang sah / definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang sah / definitif.
4. Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat dilaksanakan id us
pertimbangan dan persetujuan Pimpinan Pusat.
5. Segala ketentuan tentang Musyawarah Wilayah berlaku liugi
Musyawarah Wilayah Luar Biasa.

Pasal 24
E. Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah (Musda) merupakan pemegang kekuasaan


tertinggi organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di
tingkat Daerah, diadakan 3 (tiga) tahun sekali.
2. Muswil merupakan forum musyawarah:
a. Pengurus Pimpinan Daerah
b. Utusan Pimpinan Cabang Utusan Pimpinan Ranting
c. Musda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah

20
Pasal 25
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Daerah

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan Daerah.


2. Menetapkan Program Kerja Daerah dan ketetapan- ketetapan
lain yang dianggap perlu.
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Daerah dengan jalan memilih
Ketua/Ketua Formatur dan beberapa orang Anggota Formatur.
4. Memilih dan menetapkan Formatur Brigade dan Muslimah GPII
masing-masing minimal 2 (dua) orang untuk dipilih salah satunya
oleh Ketua/Ketua Formatur PD GPII terpilih, menjadi Ketua
Formatur/Ketua Badan Otonom dan secara bersama- sama
menyusun struktur kepengurusan lengkap.

Pasal 26
Penyelenggaraan Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali.


2. Pimpinan Daerah adalah penanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Daerah, dengan membentuk Panitia Musyawarah
Daerah.
Pasal 27
Peserta Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dihadiri oleh Pimpinan Wilayah, Pimpinan


Daerah, Pimpinan Cabang, Pimpinan Ranting dan
Peninjau/Undangan dari Pimpinan Daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari pengurus Pimpinan
Daerah termasuk Badan-badan Otonom dan Lembaga-lembaga
Khusus, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Daerah terdiri dari Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Cabang persiapan atau mereka yang
dimandati untuk pembentukan Pimpinan Cabang dan undangan
dari Pimpinan Daerah.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Daerah.
5. Peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Daerah hanya memiliki hak
bicara.

21
Pasal 28
Tata Tertib Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri sekurang-


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah Pengurus Pimpinan
Cabang dan Pimpinan Ranting yang berhak hadir.
2. Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting yang berhak hadir
dalam Musyawarah Daerah adalah yang telah disahkan (SK)
dan dilantik.
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Daerah ditunda 1 X 24 jam dan setelah itu Musyawarah Daerah
dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Daerah dipilih, sidang- sidang
Musyawarah Daerah dipimpin oleh Pimpinan Daerah.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Daerah dipilih dari peserta
(utusan/peninjau) dalam bentuk presidium, sekurang-kurangnya
3 (tiga) orang dan sebanyak- banyaknya 5 (lima) orang.

Pasal 29
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur terpilih


dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus selesai menyusun
struktur dan personalia Pimpinan Daerah GPII.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PD GPII oleh
Ketua/Ketua formatur dibantu Anggota Formatur lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan kepada PP GPII dengan
rekomendasi PW GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia PD GPII diberikan oleh Pimpinan Pusat GPII
berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus Pimpinan
Daerah bersangkutan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PD GPII
terbentuk, sudah dilakukan Pelantikan dan Serah Terima
Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara dan serah-terima jabatan
diatur dalam Pedoman Organisasi.

22
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara sebagaimana
batasan waktu yang diberikan, maka Pimpinan Wilayah setempat
berhak untuk memberi peringatan dan jika dianggap perlu
menunjuk dan menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil
dari Anggota Formatur terpilih atau memandati beberapa orang
untuk penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Daerah.

Pasal 30
Musyawarah Daerah Luar Biasa

1. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran konstitusi oleh
Pimpinan Daerah.
2. Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan atas inisiatif minimal 2
(dua) Pimpinan Cabang dan mendapat persetujuan secara
tertulis dari :
a. Lebih setengah jumlah Pimpinan Cabang yang sah / definitif.
b. Lebih setengah jumlah Pimpinan Ranting yang sah/definitif.
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan Wilayah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Daerah berlaku bagi
Musyawarah Daerah Luar Biasa.

Pasal 31
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang (Muscab) merupakan pemegang


kekuasaan tertinggi organisasi GERAKAN PEMUDA ISLAM
INDONESIA (GPII) di tingkat Cabang.
2. Musyawarah Cabang merupakan forum musyawarah pengurus
Pimpinan Cabang dan utusan Pimpinan Ranting.
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang.

Pasal 32
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Cabang

1. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pimpinan Cabang.


2. Menetapkan Program Kerja Cabang dan ketetapan ketetapan lain
yang dianggap perlu.

23
3. Memilih dan menetapkan Pimpinan Cabang dengan jalan memilih
Ketua/Ketua Formatur dan beberapa orang Anggota Formatur.

Pasal 33
Penyelenggaraan Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali.


2. Pimpinan Cabang adalah penanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Cabang, dengan membentuk Panitia Musyawarah
Cabang.

Pasal 34
Peserta Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dihadiri oleh Pimpinan Daerah, Pimpinan


Cabang, Pimpinan Ranting dan Peninjau/Undangan dari
Pimpinan Cabang.
2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari pengurus Pimpinan
Cabang beserta Lembaga-lembaga Khusus dan Pimpinan
Ranting.
3. Peserta peninjau Musyawarah Cabang terdiri dari Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Ranting persiapan atau mereka yang
dimandati untuk pembentukan Pimpinan Ranting dan undangan
dari Pimpinan Cabang.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Cabang.
5. Peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Cabang hanya memiliki link
bicara.

Pasal 35
Tata Tertib Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri sekurang -


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah pengurus Pimpinan
Ranting yang berhak hadir.
2. Pimpinan Ranting yang berhak hadir dalam Musyawarah
Cabang adalah yang telah disahkan (SK) clan dilantik.

24
3. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Cabang ditunda 1 X 12 jam dan setelah itu Musyawarah Cabang
dinyatakan sah.
4. Sebelum Pimpinan Musyawarah Cabang dipilih, sidang-sidang
Musyawarah Cabang dipimpin oleh Pimpinan Cabang.
5. Pimpinan sidang Musyawarah Cabang dipilih dari peserta dalam
bentuk presidium, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dan
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

Pasal 36
Pelantikan dan Serah-Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 30 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur terpilih


dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus telah selesai
menyusun struktur dan personalia Pimpinan Cabang GPII.
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia PC GPII oleh
Ketua/Ketua Formatur dibantu Anggota Formatur lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan kepada PW GPII dengan
rekomendasi PD GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia PC GPII diberikan oleh PW GPII berbarengan dengan
kegiatan pelantikan pengurus PC bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia Pimpinan Cabang GPII disampaikan kepada Pimpinan
Wilayah sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia PC GPII
terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah Terima Jabatan.
7. Mekanisme Penyelenggaraan acara Pelantikan dan Serah-
Terima Jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara sebagaimana
batasan waktu yang diberikan, maka Pimpinan Daerah setempat
berhak untuk memberikan peringatan dan jika dianggap perlu
menunjuk dan menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil
dari anggota formatur terpilih atau memandati beberapa orang
untuk penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Cabang.

25
Pasal 37
Musyawarah Cabang Luar Biasa

1. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diadakan apabila terjadi


kevakuman kepengurusan dan atau pelanggaran konstitusi oleh
Pimpinan Cabang.
2. Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan atas permintaan
secara tertulis dari sepertiga pengurus Cabang dan lebih
setengah Pimpinan Ranting yang sah/definitif.
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan dan persetujuan Pimpinan Daerah.
4. Segala ketentuan tentang Musyawarah Cabang, berlaku bagi
Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 38
Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting merupakan pemegang kekuasaan tertinggi


organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di tingkat
Ranting.
2. Musyawarah Ranting merupakan forum musyawarah anggota
biasa dan satuan kegiatan GPII.
3. Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting.

Pasal 39
Fungsi dan Wewenang Musyawarah Ranting

1. Meminta pertanggung jawaban Pimpinan Ranting.


2. Menetapkan program kerja Pimpinan Ranting dan ketetapan -
ketetapan lain yang dipandang perlu.
3. Memilih Pimpinan Ranting dengan jalan memilih Ketua/ Ketua
Formatur dan beberapa orang anggota formatur.

Pasal 40
Penyelenggaraan Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting diselenggarakan 3 (tiga) tahun sekali.

26
2. Pimpinan Ranting adalah penanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Ranting, dengan membentuk Panitia Musyawarah
Ranting.

Pasal 41
Peserta Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dihadiri oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan


Ranting, Satuan Kegiatan Anggota (Sagiat) GPII dan
Peninjau/Undangan dari Pimpinan Ranting.
2. Peserta Musyawarah Ranting terdiri dari pengurus Pimpinan
Ranting dan Satuan Kegiatan Anggota (Sagiat) GPII.
3. Peserta peninjau Musyawarah Ranting terdiri dari Pimpinan
Cabang dan undangan dari Pimpinan Ranting.
4. Jumlah peserta dan peninjau ditentukan oleh Pimpinan Ranting.
5. Peserta Musyawarah Ranting mempunyai hak suara dan bicara.
6. Peserta peninjau Musyawarah Ranting hanya memiliki hak
bicara.

Pasal 42
Tata Tertib Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting dianggap sah apabila dihadiri sekurang -


kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang berhak
hadir.
2. Apabila ayat 1 Pasal ini tidak terpenuhi maka Musyawarah
Ranting ditunda 1X6 jam dan setelah itu Musyawarah Ranting
dinyatakan sah.
3. Pimpinan sidang Musyawarah Ranting dipilih dari peserta dalam
bentuk presidium, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.

Pasal 43
Pelantikan dan Serah - Terima Jabatan

1. Selambat-lambatnya 15 X 24 jam Ketua/Ketua Formatur terpilih


dibantu oleh Anggota Formatur lainnya harus telah selesai
menyusun struktur dan personalia Pimpinan Ranting GPII.

27
2. Penyelesaian susunan struktur dan personalia Pimpinan Ranting
GPII oleh Ketua/Ketua Formatur dibantu Anggota Formatur
lainnya.
3. Ketua/Ketua Formatur segera mengajukan permohonan
pengesahan dan pelantikan ke PD GPII dengan rekomendasi PC
GPII.
4. Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia Pimpinan Ranting GPII diberikan oleh Pimpinan
Cabang GPII berbarengan dengan kegiatan pelantikan pengurus
Pimpinan Ranting bersangkutan.
5. Salinan Surat Keputusan (SK) pengesahan susunan struktur dan
personalia Pimpinan Ranting GPII disampaikan kepada Pimpinan
Daerah sebagai laporan.
6. Selambat-lambatnya 30 hari setelah personalia Pimpinan Ranting
GPII terbentuk, sudah dilakukan pelantikan dan Serah-Terima
Jabatan.
7. Mekanisme penyelenggaraan acara pelantikan dan serah-terima
jabatan diatur dalam Pedoman Organisasi.
8. Jika ayat 1, 2 dan 3 Pasal ini tidak terselenggara sebagaimana
batasan waktu yang diberikan, maka Pimpinan Cabang setempat
berhak untuk memberikan peringatan dan jika dianggap perlu
menunjuk dan menetapkan Ketua Formatur baru yang diambil
dari anggota formatur terpilih atau memandati beberapa orang
untuk penyusunan dan persiapan pelantikan Pimpinan Ranting.

BAB III
HAK SUARA PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 44
Di Dalam Muktamar

1. Pimpinan Pusat mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Wilayah berhak mendapat tambahan 1 (satu)
suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Daerah.
4. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.

28
Pasal 45
Di Dalam Musyawarah Wilayah

1. Pimpinan Wilayah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Daerah berhak mendapat tambahan I (satu)
suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Cabang.
4. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.

Pasal 46
Di Dalam Musyawarah Daerah

1. Pimpinan Daerah mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.
3. Setiap Pimpinan Cabang berhak mendapat tambahan 1 (satu)
suara dari setiap kelipatan 3 (tiga) Pimpinan Ranting.
4. Setiap Pimpinan Ranting mempunyai 1 (satu) suara. Dalam hal
Pimpinan Daerah belum memiliki Pimpinan Cabang, maka
seluruh pengurus Pimpinan Daerah memiliki hak 1 (satu) suara.

Pasal 47
Di Dalam Musyawarah Cabang

1. Pimpinan Cabang mempunyai 1 (satu) suara.


2. Setiap Pimpinan Ranting memiliki 1 (satu) suara.
3. Dalam hal Pimpinan Cabang belum memiliki Pimpinan Ranting,
maka seluruh pengurus Pimpinan Cabang memiliki hak 1 (satu)
suara.

Pasal 48
Di Dalam Musyawarah Ranting

Setiap Anggota Biasa yang diundang sebagai peserta mempunyai 1


(satu) suara.

29
BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 49
Ranting

1. Ranting didirikan di tingkat Kelurahan/Desa atau yang


dipersamakan dengan itu jika sudah terdaftar sekurang -
kurangnya 5 anggota muda yang sah dan 2 anggota biasa yang
sah dipimpin oleh Pimpinan Ranting.
2. Pengesahan berdirinya Ranting baru, dilakukan oleh Pimpinan
Cabang yang diajukan oleh Mandatir pembentukan Ranting dan
atau Ketua/Ketua Formatur Pimpinan Ranting.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Ranting
disampaikan kepada Pimpinan Daerah sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan oleh
Pimpinan Daerah atas usul atau rekomendasi Pimpinan Cabang.

Pasal 50
Cabang

1. Cabang didirikan di daerah tingkat kecamatan atau yang


dipersamakan dengan itu, jika sudah terdaftar sekurang -
kurangnya 10 anggota muda dan 4 anggota biasa yang sah
dipimpin oleh Pimpinan Cabang.
2. Pengesahan berdirinya Cabang baru, dilakukan oleh Pimpinan
Daerah yang diajukan oleh Mandatir pembentukan Cabang dan
atau Ketua/Ketua Formatur Pimpinan Cabang.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Cabang
disampaikan kepada Pimpinan Wilayah sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ayat 1 pada Pasal ini diputuskan oleh
Pimpinan Daerah.
Pasal 51
Daerah

1. Daerah didirikan di tingkat Kabupaten/Kota, jika di dalamnya


sudah ada sekurang - kurangnya 3 (tiga) Pimpinan Cabang yang
sah, dipimpin oleh Pimpinan Daerah.

30
2. Pengesahan berdirinya Daerah baru, dilakukan oleh Pimpinan
Wilayah yang diajukan oleh Mandatir pembentukan Daerah dan
atau Ketua/Ketua Formatur Pimpinan Daerah.
3. Salinan surat permohonan pengesahan Pimpinan Daerah
disampaikan kepada Pimpinan Pusat sebagai laporan.
4. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini diputuskan
oleh Pimpinan Wilayah.
Pasal 52
Wilayah

1. Wilayah didirikan di daerah tingkat Provinsi, jika di dalamnya


sudah ada sekurang - kurangnya 3 (tiga) Pimpinan Daerah yang
sah, dipimpin oleh Pimpinan Wilayah.
2. Pengesahan berdirinya Wilayah dilakukan oleh Pimpinan Pusat
atas usul atau rekomendasi Mandatir pembentukan Wilayah dan
atau Ketua Umum/Ketua Formatur Pimpinan Wilayah.
3. Penyimpangan dari ketentuan ayat 1 pada Pasal ini diputuskan
oleh Pimpinan Pusat dengan peraturan Khusus.

BAB V
PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 53
Kedudukan Pimpinan

Struktur kepemimpinan organisasi GPII disusun secara hierarkis


sebagai berikut:
1. Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibu Kota Republik Indonesia.
2. Pimpinan Wilayah berkedudukan di tempat yang ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah, kecuali apabila Musyawarah Wilayah
menentukan lain.
3. Pimpinan Daerah berkedudukan di tempat yang ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah, kecuali apabila Musyawarah Daerah
menentukan lain.
4. Pimpinan Cabang berkedudukan di tempat yang ditetapkan oleh
Pimpinan Cabang, kecuali apabila Musyawarah Cabang
menentukan lain.

31
5. Pimpinan Ranting berkedudukan di tempat yang ditetapkan oleh
Pimpinan Ranting, kecuali apabila Musyawarah Ranting
menentukan lain.

Pasal 54
Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Pusat adalah 4 (empat) tahun terhitung
sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Pusat dapat membentuk
Koordinator Wilayah.
5. Pimpinan Pusat dapat melakukan tindakan administratif atau
sejenisnya bila terdapat Wilayah dan Daerah yang vakum atau
sudah selesai masa periodenya.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur pada
peraturan-peraturan khusus.

Pasal 55
Personalia Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum


dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris
Jenderal dengan beberapa Wakil Sekretaris Jenderal, dan
seorang Bendahara Umum dengan beberapa orang Wakil
Bendahara, dan Ketua Badan - badan Otonom.
2. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara
Umum dan Wakil Bendahara Umum.
3. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, departemen-
departemen, Pimpinan Badan Otonom, Badan Khusus dan
Lembaga Khusus.
4. Ketua Badan-badan Otonom, Ketua Badan/Lembaga Khusus,
serta Anggota Pleno termasuk yang berhak hadir/diundang pada
Rapat Pleno PP GPII.
5. Dewan Syuro, Terdiri dari mantan Ketua Umum GPII, Mantan
Sekjen GPII, Mantan Ketua Umum Pimpinan Wilayah GPII,

32
Mantan Pengurus Harian Pimpinan Pusat (IPI yang terdiri dari 1
(satu) orang Ketua dan 9 (sembilan) orang anggota dipilih oleh
Ketua Umum/Ketua Formatur dan Anggota Formatur.
6. Dewan Syuro dibentuk pada setiap jenjang struktur
kepengurusan.

Pasal 56
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Pusat

1. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan dan Keputusan- keputusan


Muktamar.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan- perubahan
serta segala hal penting yang berhubungan dengan organisasi
GPII kepada aparat GPII secara Nasional.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses kaderisasi
GPII.
4. Menyelenggarakan Muktamar pada akhir periode.
5. Menyiapkan Darf Materi Muktamar.
6. Memberikan pertanggung jawaban kepada Muktamar.
7. Menyelenggarakan SDO dan Mukernas sekurang- kurangnya
sekali dalam satu periode.
8. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Wilayah (PW).
9. Melakukan skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap
anggota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
10. Setiap keputusan Ketua Umum dianggap sah apabila
didukung sekurang - kurangnya setengah dari anggota Pengurus
Harian Pimpinan Pusat dan dikeluarkan melalui surat resmi yang
ditanda tangani oleh yang bersangkutan.
11. Dewan Syuro berhak dan berkewajiban memberikan masukan
secara konseptual terhadap keputusan keputusan strategis PP
GPII.

Pasal 57
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Pusat memiliki masa jabatan 4 (empat) tahun dalam


satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua Umum
Pimpinan Pusat maksimum 2 (dua) periode berturut - turut.

33
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Pengurus
Pimpinan Pusat maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 58
Struktur Kekuasaan

1. Struktur kekuasaan dalam kepengurusan, secara hierarkis


adalah: .
a. Ketua Umum
b. Ketua I Bidang Pembinaan dan Pemberdayaan Organisasi.
c. Ketua II Kaderisasi
d. Ketua III Bidang Sosial Politik
e. Ketua IV Bidang Penelitian dan Pengembangan
f. Ketua V Bidang Pemberdayaan Ekonomi Keumatan
g. Ketua VI Bidang Internasional
h. Ketua VII Bidang Informasi dan Media
i. Sekretaris Jenderal
j. Bendahara Umum

2. Ketidak hadiran Ketua Umum karena halangan sementara dalam


aktivitas organisasi lebih dari 7 (tujuh) hari, secara otomatis
mekanisme organisasi menjadi tanggung jawab pengurus di
bawahnya.
3. Pada situasi tertentu, Ketua Umum dapat menunjuk pejabat
sementara di antara Ketua-ketua Bidang untuk menggantikan
sementara, melalui surat penunjukkan resmi.
4. Ketentuan mengenai struktur kekuasaan pada Pasal ini, berlaku
sama bagi seluruh tingkatan pimpinan GPII.

Pasal 59
Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah adalah instansi/badan pimpinan tertinggi kedua


organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Wilayah (PW) adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Provinsi/Daerah Tingkat I.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Wilayah dapat membentuk
Koordinator Daerah.

34
5. Pimpinan Wilayah dapat melakukan tindakan administratif atau
sejenisnya bila ada Pimpinan Daerah yang vakum atau
periodesasinya berakhir.
6. Ketentuan mengenai ayat 4 dan 5 Pasal ini akan diatur pada
peraturan- peraturan lain.

Pasal 60
Personalia Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum


dengan beberapa orang Ketua Bidang, seorang Sekretaris Umum
dengan beberapa Wakil Sekretaris, dan Seorang Bendahara
Umum dengan beberapa orang Wakil Bendahara dan Ketua
Badan Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Wilayah (PW) sedapat dapatnya
disesuaikan dengan susunan Pimpinan Pusat (PP).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum, beberapa Ketua
Bidang, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris, Bendahara Umum
dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, Departemen-
departemen, Pimpinan Badan Otonom dan Badan Khusus.
5. Ketua Badan-Badan Otonom, Ketua Badan Khusus dan Anggota
Pleno termasuk yang berhak hadir/diundang pada Rapat Pleno
PW GPII.

Pasal 61
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Wilayah

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Wilayah,


instruksi dan ketetapan Pimpinan Pusat. Menyampaikan
ketetapan-ketetapan, perubahan- perubahan serta segala hal
penting yang berhubungan dengan organisasi GPII kepada
aparat GPII di Wilayah yang bersangkutan.
2. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses Kaderisasi
di Pimpinan Daerah.
3. Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah pada akhir periode.
4. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Wilayah.

35
5. Menyelenggarakan Mukerwil sekurang-kurangnya sekali dalam
satu periode.
6. Merekomendasi dan melantik Pimpinan Daerah (PD).
Melakukan skorsing, pemecatan terhadap anggota/pengurus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi wilayahnya secara tertulis
kepada Pimpinan Pusat terhitung sejak pelantikan.
8. Setiap keputusan Ketua umum dianggap sah apabila didukung
sekurang-kurangnya setengah dari anggota Pengurus Harian
Pimpinan Wilayah dan dikeluarkan melalui surat resmi yang
ditanda tangani oleh yang bersangkutan.
Pasal 62
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Wilayah memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun satu


periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua Umum
Pimpinan Wilayah maksimum 2 (dua) periode berturut-turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Pengurus
Pimpinan Wilayah maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 63
Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah adalah instansi/badan pimpinan tertinggi ketiga


organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Daerah (PD) adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan dari PD GPII
demisioner.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota atau sesuai dengan
Keputusan Musyawarah Daerah.
4. Apabila dianggap perlu Pimpinan Daerah dapat membentuk
Koordinator Pimpinan Cabang.
5. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 3 dan 4 Pasal ini akan diatur
dalam aturan-aturan khusus.

36
Pasal 64
Personalia Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Ketua, beberapa Wakil Ketua, seorang, Sekretaris dengan
beberapa Wakil Sekretaris, dan seorang Bendahara dengan
beberapa Wakil Bendahara dan Badan-badan Otonom.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Daerah (PD) sedapat-dapatnya
disesuaikan dengan susunan Pimpinan Wilayah (PW).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian, Departemen-
departemen, Pimpinan Badan Otonom dan Badan Khusus. ketua
Badan-badan Otonom dan Badan Khusus termasuk yang berhak
hadir/diundang pada Rapat Pleno PD GPII.

Pasal 65
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Daerah

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Daerah,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan- perubahan
serta segala hal penting yang berhubungan dengan organisasi
GPII kepada aparat GPII di daerah yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses kaderisasi di
Pimpinan Cabang.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah Daerah.
6. Menyelenggarakan Mukerda sekurang-kurangnya sekali dalam
satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Cabang (PC). Memberikan
rekomendasi skorsing dan pemecatan terhadap
pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi daerahnya secara tertulis
kepada Pimpinan Wilayah setempat dengan ditembuskan ke
Pimpinan Pusat, terhitung sejak pelantikan dan serah- terima
jabatan.

37
9. Setiap keputusan Ketua dianggap sah apabila didukung
sekurang-kurangnya setengah dari anggota Pengurus Harian
Pimpinan Daerah dan dikeluarkan melalui surat resmi yang
ditanda tangani oleh yang bersangkutan.

Pasal 66
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Daerah memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun dalam


satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua Pimpinan
Daerah maksimum 2 (dua) periode berturut turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Daerah maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

Pasal 67
Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


keempat organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Cabang (PC) adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan.
3. Berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan atau sesuai dengan
keputusan Musyawarah Cabang.
4. Ketentuan-ketentuan pembentukan Pimpinan Cabang akan
diatur dalam peraturan khusus.

Pasal 68
Personalia Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil Bendahara.
2. Susunan Pimpinan Cabang (PC) sedapat-dapatnya disesuaikan
dengan susunan Pimpinan Daerah (PD) atau sesuai kebutuhan
dan kemampuan.
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.

38
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen-departemen.

Pasal 69
Tugas, Kewajiban dan Wewenang Pimpinan Cabang

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Cabang,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan- perubahan
serta segala hal penting yang berhubungan dengan organisasi
GPII kepada aparat GPII di Cabang yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses kaderisasi di
Pimpinan Ranting.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Cabang pada akhir periode.
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Cabang.
6. Menyelenggarakan Mukercab sekurang-kurangnya sekali dalam
satu periode.
7. Mengesahkan dan melantik Pimpinan Ranting (PR)
8. Memberikan rekomendasi skorsing atau pemecatan terhadap
pengurus/ anggota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9. Melaporkan secara berkala, 6 (enam) bulan sekali,
perkembangan situasi dan kondisi cabangnya secara tertulis
kepada Pimpinan Daerah setempat dengan tembusan ke
Pimpinan Wilayah terhitung sejak pelantikan dan serah-terima
jabatan.
Pasal 70
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Cabang memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun dalam


satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua Pimpinan
Cabang maksimum 2 (dua) periode berturut turut.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Cabang maksimum 3 (tiga) periode berturut-turut.

39
Pasal 71
Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting adalah instansi/badan pimpinan tertinggi


kelima organisasi GPII.
2. Masa jabatan Pimpinan Ranting (PR) adalah 3 (tiga) tahun
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan dari PR GPII
Demisioner.
3. Berkedudukan di kelurahan atau sesuai dengan Keputusan
Musyawarah Ranting.
4. Dalam menjalankan tugasnya Pimpinan Ranting dapat
membentuk Satuan-satuan Kegiatan (SAGIAT) sebagai sarana
pembinaan dan rekruitmen kader.
5. Ketentuan-ketentuan dalam ayat 3 dan 4 di atas akan diatur
dalam aturan-aturan khusus.

Pasal 72
Personalia Pimpinan Ranting

1. Pimpinan Ranting sekurang-kurangnya terdiri dari seorang


Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.
2. Susunan dan struktur Pimpinan Ranting (PR) sedapat- dapatnya
disesuaikan dengan susunan Pimpinan Cabang (PC).
3. Pengurus Harian terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
4. Pengurus Lengkap terdiri dari Pengurus Harian dan
Departemen-departemen.

Pasal 73
Tugas, Kewajiban dan Wewenang
Pimpinan Ranting

1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Ranting,


instruksi dan ketetapan-ketetapan instansi Pimpinan di atasnya.
2. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan
serta segala hal penting yang berhubungan dengan organisasi
GPII kepada aparat Ranting yang bersangkutan.
3. Menjamin dan mendorong terselenggaranya proses kaderisasi.
4. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting pada akhir periode.

40
5. Memberikan pertanggung jawaban kepada Musyawarah
Ranting.
6. Menyelenggarakan Mukera sekurang-kurangnya sekali dalam
satu periode.
7. Memberikan rekomendasi skorsing, pemecatan terhadap
pengurus/anggota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8. Melaporkan secara berkala, 3 (tiga) bulan sekali, perkembangan
situasi dan kondisi rantingnya secara tertulis kepada Pimpinan
Cabang dengan tembusan kepada Pimpinan Daerah setempat
terhitung sejak pelantikan dan serah-terima jabatan.
9. Setiap Keputusan Ketua dianggap sah apabila didukung
sekurang-kurangnya setengah dari anggota Pengurus Harian
Pimpinan Ranting dan dikeluarkan melalui surat resmi yang
ditanda tangani oleh yang semua bersangkutan.

Pasal 74
Periode Jabatan Pengurus

1. Pimpinan Ranting memiliki masa jabatan 3 (tiga) tahun dalam


satu periode.
2. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai Ketua Pimpinan
Ranting maksimum 1 (satu) periode.
3. Seorang Anggota Biasa dapat menjabat sebagai pengurus
Pimpinan Ranting maksimum 2 (dua) periode berturut - turut.

BAB VI
EADAN-BADAN OTONOM
Pasal 75

Pengertian, Macam, Kewenangan dan Status

1. Badan Otonom adalah badan pembantu pimpinan yang dibentuk


oleh Pimpinan GPII untuk mengurusi usaha-usaha tertentu yang
bersifat khas.
2. Badan Otonom GPII terdiri dari :
a. Brigade GPII.
b. GPII Putri.
3. Badan Otonom GPII memiliki kewenangan khusus atau otonom
untuk mengelola dan mengatur intern organisasinya secara

41
mandiri dalam melaksanakan program kerja dan hasil ketetapan
instansi kekuasaan yang setingkat.
4. Badan Otonom dapat meningkatkan keahlian anggotanya.
melalui kegiatan pengkaderan dan latihan praktis lainnya untuk
mendorong profesionalitas anggota dalam bidang-bidang terkait
serta kegiatan sosial kemasyarakatan.
5. Badan Otonom dapat melaksanakan kegiatan non-struktural
dalam rangka proses rekruitmen kader.
6. Badan Otonom GPII memiliki struktur vertikal dan Horizontal
dengan eselon setingkat.
7. Kebijakan strategis dalam Badan Otonom harus sesuai dengan
kebijakan Pimpinan di setiap tingkatan. Status keanggotaan di
Badan Otonom menginduk pada ketentuan keanggotaan
organisasi GPII. Badan Otonom bertanggung jawab langsung
kepada Ketua Umum tingkat kepengurusan masing-masing. •
Struktur Badan Otonom dibentuk sampai tingkat Pimpinan
Daerah.

Pasal 76
Tugas Dan Kewajiban

1. Badan Otonom memiliki tugas dan kewajiban yang sama dengan


tugas dan kewajiban anggota GPII secara umum.
2. Secara khusus Badan Otonom memiliki tugas dan kewajiban
memupuk, memelihara, menjaga dan mengamankan organisasi,
kebijakan serta aparat organisasi di masing-masing tingkatan,
Islam dan ummat Islam.

BAB VII
BADAN-BADAN DAN LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
A. BADAN-BADAN KHUSUS

Pasal 77
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Badan-badan Khusus adalah badan pembantu Pimpinan yang


dibentuk oleh Pimpinan GPII dengan tugas-tugas khusus yang
tidak berhubungan langsung dengan masyarakat.

42
2. Badan-Badan Khusus dapat dibentuk di tingkat Pimpinan Pusat,
Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah.
3. Periodesasi Kepengurusan Badan Khusus sama dengan struktur
Pimpinan GPII setingkat.

Pasal 78
Tugas dan Kewajiban Badan Khusus

1. Melaksanakan program dan kewajiban GPII sesuai dengan


fungsi dan bidang kerja masing-masing.
2. Meningkatkan keahlian anggota melalui pendidikan, penelitian
dan latihan kerja praktis untuk mendorong profesionalisasi
anggota sesuai dengan bidang kerjanya.

Pasal 79
Personalia Pengurus Badan Khusus

1. Formasi pengurus Badan Khusus sekurang-kurangnya terdiri dari


Ketua dan Sekretaris.
2. Pengurus Badan Khusus ditetapkan dan disahkan oleh instansi
GPII setingkat.
3. Masa jabatan pengurus Badan Khusus disesuaikan dengan
institusi Pimpinan setingkat.
4. Yang dapat menjadi pengurus Badan Khusus adalah Anggota
Biasa, Teras dan Kehormatan, serta tidak boleh merangkap
dengan lembaga induknya.
5. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan Khusus
diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 80
LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
Pengertian, Macam dan Kedudukan

1. Lembaga-lembaga Khusus adalah lembaga pembantu Pimpinan


yang dibentuk oleh Pimpinan GPII dengan tugas-tugas khusus
GPII yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam
bentuk permanen atau semi permanen sesuai dengan
kebutuhan.

43
2. Lembaga-lembaga khusus hanya dibentuk di tingkat Pimpinan
Pusat.
3. Periodisasi kepengurusan lembaga-lembaga khusus tidak terikat
dengan periodisasi Pimpinan GPII setingkat.

Pasal 81
Fungsi Lembaga-Lembaga Khusus

1. Mengembangkan dan meningkatkan kecakapan para pemuda


Islam dam bidang tulis-menulis, pers dan jurnalistik untuk
membangun citra pemuda Islam sebagai intelektual Muda Islam
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mengelola, mengembangkan dan mendayagunakan sumber-
sumber dana organisasi.
3. Membina, mengembangkan dan meningkatkan peranan GPII
dalam mengembangkan kualitas sumberdaya masyarakat dalam
mengapresiasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
4. Membina dan mengembangkan peranan GPII dalam melakukan
penegakan pelaksanaan hak-hak pemuda Islam.

BAB VIII
KELUARGA BESAR GPII

Pasal 82 Pengertian dan Status

1. Keluarga Besar GPII adalah Anggota Purna GPII yang telah


habis masa keanggotaannya dan pernah aktif sebagai Pengurus
GPII.
2. Keluarga Besar GPII merupakan asset organisasi.
3. GPII dan Keluarga Besar memiliki hubungan historis, ideologis,
dialogis dan kekeluargaan dengan tetap memperhatikan
ketentuan-ketentuan organisasi GPII yang berlaku.

44
Pasal 83
Hak Keluarga Besar GPII

1. Menyampaikan pendapat, saran, usul dan pertanyaan baik


secara lisan maupun tertulis kepada instansi Pimpinan yang
dikehendaki dengan mekanisme yang akan diatur kemudian.
2. Menghadiri acara dan kegiatan yang di selenggarakan oleh GPII
sepanjang berlaku untuk umum. Untuk acara yang bersifat intern,
harus mendapat ijin dari instansi Pimpinan GPII terkait dan
mekanisme selanjutnya akan diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 84
Kewajiban Keluarga Besar GPII

1. Berpartisipasi secara aktif, langsung maupun tidak langsung


dalam pelaksanaan program kerja organisasi untuk menegakkan
missi dan eksistensi GPII di tengah- tengah ummat.
2. Memberikan dukungan moril maupun materil sesuai dengan
kemampuannya kepada GPII.

BAB IX
PERMUSYAWARATAN PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 85
Musyawarah Kerja Nasional

1. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Muktamar sebagai forum
musyawarah pimpinan organisasi tingkat nasional yang diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Mukernas diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat dan dihadiri
oleh Pimpinan Wilayah.
3. Fungsi Mukernas adalah sebagai forum untuk membahas dan
menetapkan kebijakan dan konsep- konsep organisasi.
4. Pimpinan Pusat menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.

45
Pasal 86
Sidang Dewan Organisasi

1. Sidang Dewan Organisasi (SDO) adalah instansi kekuasaan di


bawah Muktamar sebagai forum Musyawarah Pimpinan
organisasi tingkat Nasional.
2. Sidang Dewan Organisasi diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat
dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah.
3. Sidang Dewan Organisasi berwenang mengambil keputusan-
keputusan strategis baik internal maupun eksternal organisasi
yang dipandang sangat penting/mendasar, selain kebijakan
organisasi yang telah ditetapkan pada Muktamar atau Muktamar
Luar Biasa.
4. Jika dipandang perlu, SDO dapat membahas perubahan dan
penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga GPL
5. Sidang Dewan Organisasi diadakan minimal sekali dalam satu
periode kepemimpinan.
6. Hal-Hal lain yang berhubungan dengan Sidang Dewan
Organisasi akan diatur dalam aturan-aturan tersendiri

Pasal 87
Musyawarah Kerja Wilayah

1. Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) adalah instansi kekuasaan


tertinggi di bawah Musyawarah Wilayah sebagai forum
musyawarah pimpinan organisasi tingkat wilayah yang diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
Mukerwil diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah dan dihadiri
oleh Pimpinan Daerah.
2. Fungsi Mukerwil adalah sebagai forum untuk membahas dan
menetapkan program kerja Wilayah.
3. Pimpinan Wilayah menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.
4. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerwil, akan diatur
dalam peraturan khusus.

46
Pasal 88
Musyawarah Kerja Daerah

1. Musyawarah Kerja Daerah (Mukerda) adalah instansi kekuasaan


tertinggi di bawah Musyawarah Daerah sebagai forum
musyawarah pimpinan organisasi tingkat Daerah yang diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Mukerda diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah dan dihadiri
oleh Pimpinan Cabang.
3. Fungsi Mukerda adalah sebagai forum untuk membahas dan
menetapkan program kerja Daerah. Pimpinan Daerah
menyampaikan progress report mengenai perkembangan
organisasi dan realisasi program kerja.
4. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukerda, akan diatur
dalam peraturan khusus.

Pasal 89
Musyawarah Kerja Cabang

1. Musyawarah Kerja Cabang (Mukercab) adalah instansi


kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Cabang sebagai
forum musyawarah pimpinan organisasi tingkat Cabang yang
diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
2. Mukercab diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang dan dihadiri
oleh Pimpinan Ranting.
3. Fungsi Mukercab adalah sebagai forum untuk membahas dan
menetapkan program kerja Cabang.
4. Pimpinan Cabang menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Mukercab, ikan diatur
dalam peraturan khusus.

Pasal 90
Musyawarah Kerja Ranting

1. Musyawarah Kerja Ranting adalah instansi kekuasaan tertinggi di


bawah Musyawarah Ranting sebagai forum musyawarah anggota
ranting yang diadakan sekurang kurangnya satu kali dalam satu
periode.

47
2. Musyawarah Kerja Ranting diselenggarakan oleh Pimpinan
Ranting dan dihadiri oleh Pengurus dan anggota Ranting.
3. Fungsi Musyawarah Kerja Ranting adalah sebagai forum untuk
membahas dan menetapkan program kerja Ranting.
4. Pimpinan Ranting menyampaikan progress report mengenai
perkembangan organisasi dan realisasi program kerja.
5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan Musyawarah Kerja
Ranting, diatur dalam peraturan khusus.

BAB X
RAPAT-RAPAT PENGURUS

Pasal 91
Rapat Pleno

1. Rapat Pleno adalah forum musyawarah pimpinan organisasi di


setiap tingkatan pimpinan GPII, untuk membicarakan mengenai
realisasi program, evaluasi kegiatan dan permasalahan-
permasalahan penting lainnya.
2. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus Lengkap, Ketua Badan-badan
Otonom, Ketua Badan dan Lembaga Khusus dan Anggota Pleno.
3. Rapat Pleno dianggap sah, jika sekurang-kurangnya dihadiri oleh
Ketua Umum, Sekretaris, Bendum, Setengah dari Jumlah Ketua
Bidang.
4. Rapat Pleno diselenggarakan secara berkala, sedikitnya 6 (enam)
bulan sekali, kecuali terdapat permasalahan- permasalahan yang
mendesak.
5. Keputusan dan ketetapan Rapat Pleno memiliki kekuatan hukum
dan mengikat sebagai kebijakan organisasi.
6. Ketidakhadiran Ketua Umum dapat diwakilkan melalui surat resmi
dari yang bersangkutan.

Pasal 92
Rapat Harian

Rapat Harian adalah forum musyawarah Pengurus Harian pimpinan


organisasi di setiap tingkatan pimpinan GPII, untuk membicarakan
kinerja aparat organisasi, strategi gerakan dan permasalahan-

48
permasalahan penting lainnya yang hanya dapat dibicarakan pada
tingkat Pimpinan Harian.

Pasal 93
Rapat Koordinasi

1. Rapat Koordinasi merupakan forum musyawarah koordinatif


yang melibatkan dua atau lebih Pimpinan GPII yang selevel
untuk membicarakan permasalahan yang harus ditangani secara
bersama.
2. Rapat Koordinasi dapat diselenggarakan oleh:
a. Pimpinan Pusat, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Wilayah.
b. Pimpinan Wilayah, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Daerah.
c. Pimpinan Cabang, untuk mengkoordinasikan di tingkat
Pimpinan Ranting.

BAB XI
KEUANGAN DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 94
Keuangan Organisasi

1. Keuangan Organisasi didapat dari uang pangkal dan uang iuran


yang besarnya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Hasil pengumpulan uang pangkal dan uang iuran, pembagiannya
ditetapkan sebagai berikut :
a. Pimpinan Pusat 10%
b. Pimpinan Wilayah 15%
c. Pimpinan Daerah 20%
d. Pimpinan Cabang 25%
e. Pimpinan Ranting 30%
3. Sumber keuangan lainnya berasal dari sumbangan sukarela
anggota, donasi yang tidak mengikat, zakat, infak, shodaqoh,
hibah dan wakaf, serta usaha-usaha produktif lainnya yang sah,
halal dan tidak mengikat.

49
Pasal 95
Kekayaan Organisasi

1. Kekayaan organisasi adalah semua barang yang bergerak dan


atau tidak bergerak, yang telah dinyatakan sebagai milik
organisasi.
2. Harta kekayaan organisasi diinventarisir dan dibukukan menurut
prosedur hukum yang berlaku.
3. Tata cara penggunaan kekayaan organisasi setelah dibubarkan,
diatur oleh sebuah Komisi yang dibentuk oleh Muktamar yang
membubarkan organisasi ini.

Pasal 97
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

1. Pimpinan pengurus setiap tingkatan bertanggungjawab atas


penggunaan dan pengelolaan harta kekayaan organisasi sesuai
dengan sistem keuangan dan akuntansi.
2. Bendahara secara rutin, setiap 6 (enam) bulan sekali
memberikan laporan kepada Rapat Pleno.
3. Khusus dalam penyelenggaraan Muktamar, Muswil Musda,
Muscab dan Musyawarah Ranting semu pemasukan dan
pengeluaran keuangan hari dipertanggungjawabkan kepada
pimpinan GPII masa bakti berikutnya, melalui panitia verifikasi
yang dibentuk untuk kepentingan itu.

BAB XII
KETENTUAN UMUM
Pasal 98
Hal-Hal Lain

1. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga


ini, akan diatur oleh Pimpinan Pusat dalam peraturan-peraturan
khusus atau aturan-aturan lain.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh
Muktamar.
3. Semua ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang dibuat dan
tidak sesuai dengan Anggaran Rumah; Tangga ini, dinyatakan
tidak berlaku.

50
Pasal 99
Pengesahan

Anggaran Rumah Tangga ini di sempurnakan dan disahkan oleh


Muktamar Bersama GPI-GPII di Medan, pada tanggal 9-12
Desember 2014.

51
52
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERJUANGAN
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA
(GBPP GPII)

I. MUQADIMAH

Laisal birra antuwallu wujuhakum Qibalal masyriki wal magribi


walakinnal biira man amanabillahi billahi wal yaumil akhiri wal
malaikatihi wal nabiyiina, wa aatal maala aa‟la hubbihi zawil qurba
wal yatama wal masyakiina wal inbnissabili wassyailina marriqab, wa
aqaamashalah wa ataa zzakaata wal muufuna biahdihim idza ahadu,
washabirina fil ba‟syai wadharrai wa hiina wal ba‟syi, uulaikaladziina
shadaquu ulaika humul muttaquun.” (Al Baqarah 177).

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-
anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yagn bertakwa”

Lakinilladzinattaquu rabbahum, lahum jannaatun tajrii min thatihaal


anhaar khalidiina fiiha nuzulan min indillahi, wama indallahi khairil lil
abrar. (Ali Imran 198).

“Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, bagi


mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang
mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi
Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang
yang berbakti”.

Lantalallul birra hatta tunfiqu mima tuhibbuna, wama tunfiquu min


syai‟in fainnalaha bihi a‟liimun. (Ali Imran 92).

53
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.”

Rabbana innana sami‟na munaadiyan yunaadii lil iman an aminuu


birabbikum faamanna, rabbana faagfirlanaa zuunuubanaa
wakaffirannaa syayyiatinaa wa tawaffanaa ma‟a alabraar (Ali Imran
192).

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau


masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia,
dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.”

Waminhum mayyaqulu aatina fidunya hasanah wafil akhirati hasanah


wa qiinaa azabannaar. (al Baqarah 201).

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.”

Istilah Ali Bir adalah istilah Qur’an yang mendekati untuk


menggambarkan apa yang dimaksud program dasar atau Garis Garis
Besar Program Perjuangan (GBPP). Secara umum GBPP adalah
program dasar pembinaan untuk mencapai tujuan manusia ihsan
yaitu manusia yang tahu dan mau berbuat pas menurut al Qur’an dan
Sunnah Rasul, dalam hubungan perbaikan bangsa, istilah GBPP ini
kita mantapkan menjadi pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.
Tentunya sejalan dengan itu bahwa GBPP GPII adalah PROGRAM
DASAR GPII tentang arah dan target perjuangan GPII yang terukur
kwantitas dan kwalitas dalam satu kurun waktu yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan. Melalui GBPP GPII ini orientasi dan target
pencapaian perjuangan GPII diperjelas menjadi kebijakan strategi
yang mengikat. Oleh karenanya GBPP GPII menjadi pedoman
perjuangan seluruh civitas GPII se-Indonesia mulai dari PP, PW, PD,
PC dan PR berkewajiban mentaati dan menjalankan mainsteam
organisasi berdasarkan GBPP ini.

54
Sedangkan Istilah Al Birra satu pembinaan hidup bertujuan ihsan
digambarkan oleh al Baqarah 177, Ali Imran 92, 192, 198, al Baqarah
201 adalah untuk mencapai arah tujuan hidup pribadi dan berbangsa
yaitu:

1. Yang tidak berpandangan dan bersikap hidup dengan blok timur


dan blok barat.

2. Yang hidup berpandangan dan bersikap dengan (ajaran) Allah


yakni (Al Qur’an wa sunnah rasul) ialah satu giliran sejarah
mencapai tujuan akhir yaitu Risalah Malaikat yang telah
dibukukan menjadi Kitab yakni yang menjadi Sunnah Rasul-
RasulNYA.
3. Yang mengorbankan harta benda (menata zakat sebagai system
ekonomi dan system anggaran hidupnya) bagi kebutuhan
keluarga terdekat karena tidak berpunya, yatim piatu, fakir miskin,
yang menghabiskan umur pada penataan hidup dengan ajaran
Allah, para invalid, dan untuk pembebasan
perbudakan/perburuhan.
4. Yang melakukan shalat satu pembinaan iman untuk mencapai
pribadi mukmin, membangun zakat satu sistem perekonomian.
5. Yang menunaikan janjinya apabila mereka sudah mengadakan
satu ikatan perjanjian.
6. Yang hidup shabar tahan duka dan nestapa dikala mengalami
keadaan genting dan getir.
7. Yang benar-benar beriman, mereka yang demikian adalah yang
benar-benar takut atas sikap pelanggaran apapun.
8. Yang mengorbankan setiap orang apa yang menjadi
kecenderungan hati. Yaitu setiap kebutuhan beranggaran dengan
ajaran Allah yaitu zakat satu sistem anggaran berimbang.
9. Yang hidup dalam satu system kehidupan jannah, yang bagaikan
aneka ragam kebun merindang kepuasan yang permukaan
dalamnya mengalir sejenis irigasi sebagai satu pancaran dari
ajaran Allah.
10. Yang menyatakan sikap: “Wahai pembimbing kami,
karuniakanlah kami dengan Al Qur’an wa Sunnah Rasul ini
kehidupan ihsan di dunia dan di akhirat kelak dan bebaskan kami
dari siksaan akibat pilihan Dzulumat yang bagaikan api
membakar segala”, tentunya lewat proses husnul khatimah.

55
GBPP ini merupakan program umum yang mendasar merupakan
proses dari pencapaian tujuan GPII yang berkesinambungan untuk
menyiapkan generasi Pemuda Islam Indonesia tercinta yang
“basthathan fii ilmi wal jismi”. Yaitu membentuk pemuda Indonesia
yang berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa
yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung jawab atas
terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an
wa Sunnah Rasul Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumahtangga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (BAB III pasal 3 AD/ART
GPII). Dan GBPP sekaligus merupakan standar dasar bagi evaluasi
kinerja tentang arah pencapaian tujuan GPII bagi kepemimpinan dan
kepengurusan disetiap level dan periode yang ada didalam GBPP 15
tahun yang dibagi dalam 5 REPROTITA.

Titik fokus GBPP GPII adalah pada pencapaian tujuannya untuk


mengantarkan pemuda yang ingin berpegang teguh kepada ajaran
Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an sunnah rasul, dengan
penekanannya adalah pada keinginan agar terlaksananya dalam
kehidupan pribadi yaitu pribadi mukmin. Pribadi mukmin akan
membentuk keluarga mukmin, akan membentuk bangsa mukmin, dan
akan menjadi abdi negara Indonesia tercinta dan tata internasional
sebagai seorang mukmin. Pribadi yang akan mengangkat harkat
martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang paling mulia diatas
permukaan bumi ini, inna akramakum indallahi atqakum.

Inilah arah dan tujuan kerja GBPP GPII yang sesungguhnya yaitu
paralel dengan apa yang dimaksud “Nation and Caracter Building”,
yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
pembangunan manusia patriot dan pendukung cita proklamasi 17
Agustus 1945 sebagai mana dicitakan oleh para pahlawan fouding
father Indonesia tercinta. Untuk tujuan besar inilah maka GBPP GPII
disusun sebagai dasar program perjuangan kebangkitan GPII 15
tahun pertama yang dibagi menjadi 5 REPROTITA. GBPP adalah
merupakan satu arah tujuan puncak peran serta GPII dalam upaya
penyelamatan dan pembangunan bangsa Indonesia tercinta. Agar
seluruh bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mau menata hidup
dan kehidupan dalam penataan hidup yang indah tiada tanding tiada
banding untuk mencapai tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

56
Indonesia yaitu bangsa yang hidup “hasanah fiddunya wabil akhirati
hasanah wa qiina azabannar”, bangsa Indonesia yang “inna
akramakum indallahi atqakum”.

LANDASAN BERFIKIR

Wa‟tashimu bihablillahi jamiian wala tafarraqu wazkurru ni‟matallahi


alaikum idz kuntun a‟daan faaallafa baina qulubikum fashbahtum
binikmatihi ikhwanan wakuntum a‟ala syafa khufratin minannari
faanqadzakum minha, kadzalilika yubayyinullahu lakum aayatihi la‟al
lakum tahtaduuna. (Ali Imran 103).

“Berpegang teguhlah kalian dengan penataan hidup menurut ajaran


Allah yakni Al Qur’an wa Sunnah Rasul sebulat bulatnya, dan jangan
kalian atas pilihan dan penyalah gunaan zulumat menjadi hidup
saling pecah belah ! Sadarilah ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah
RasulNYA untuk menjadi hidup kalian, satu ketika dikala kalian atas
pilihan dzulumat menjadi hidup saling bermusuhan maka DIA dengan
pembuktian al Qur’an wa Sunnah RasulNYA, menjalin hati sesama
kalian menjadi hidup bersaudara. Yaitu dikala kalian atas pilihan
dzulumat, sudah berada di jurang kehidupan yang bagaikan api
memusnahkan segala, maka DIA atas pilihan al Qur’an wa Sunnah
RasulNYA menyelamatkan hidup kalian dari yang demikian. Seperti
ilah Allah dengan al Qur’an wa Sunnah RasulNYA memaparkan
pembuktian ILMIAH untuk hidup kalian. Mudah-mudahan kalian
mendapat petunjuk satu kehidupan Agung!”

Dhuribat alaihimulladzi ilatu aina maa tsuqigu illa bihablin minallah wa


hablin minannasi wabau bigadhabin minallahi dhuribat alaihumul
maaskanah, dzalika biannahum kaanu yakfuru biayatillahi
wayaqtuluna anbiya bi gairilhaq, dzalika bimaa ashaw wakaanuu
ya’taduuna (Ali Imran 112).

Kehidupan keji ditimpakan kepada mereka yang berlaku dzulumat,


dimanapun mereka berada, kecuali dengan penataan hidup dari
ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA. Yaitu mereka atas
pilhan zulumat menempatkan diri menjadi hidup dengan laknat Allah.
Yatu kehidupan saling memiskinkan tertimpa atas mereka yang hidup
demikian. Begitulah oleh karena mereka atas pilihan dzulumat

57
menjadi berlaku destruktif terhadap pembuktian-pembuktian Allah al
Qur’an wa Sunnah RasulNYA dengan tanpa alasan objektif ILMIAH.
Begitulah terhadap apa dengan mana mereka melakukan hidup
maksiat yaitu mereka salng baku hantam dalam satu kehidupan (Ali
Imran 112).

Situasi Indonesia diakhir abad XX dan awal abad XXI ini adalah
kongruen sama sebangun dengan situasi Mekkah akhir abad ke VI
awal abad ke VII. Dunia berad dalam jurang neraka kehidupan, hidup
saling bermusuhan saling baku hantam yaitu kehidupan sosial
piramid “survival of the fittest”, penghisapan manusia satu terhadap
manusia lain. Penjajahan dan penguasaan bangsa satu terhadap
bangsa lain telah mengakibatkan perang dunia maupun berbagai
perang lokal sepanjang sejarah kemanusiaan dalam memperebutkan
membagi dunia dalam penguasaan dan penjajahan sumberdaya
kehidupan secara ekonomi dan politik.

Sekarang ini dunia sedang dipertarungkan antara dua blok


kekuasaan raksasa ekonomi dan politik yaitu Amerika bersama
sekutunya Inggris, Prancis dan Belanda sebagai kelanjutan Romawi
di blok barat melawan China, Moskow, India, Iraq, Iran, Korea Utara
dan kawan-kawannya sebagai penerus Persia di blok timur disisi
lainnya. Mereka saling bertarung diberbagai bidang kehidupan.

Blok timur dengan prinsip “dari tiap orang menurut fungsinya dan
untuk semua orang menurut kebutuhannya” menawarkan sosialisme
komunisme dalam penyelesaian problematika kenyataan sosial.
Dengan atas dasar dialektika diletakkan “perjuangan kelas”, yang
melalui kemenangan diktator proletariat mereka impikan “masyarakat
tanpa kelas”.

Sedangkan blok barat dengan prinsip “setiap orang dilahirkan


menurut hak-hak tertentu yang harus mendapat perlindungan
(freefight) dalam mencapai penyelesaian sendiri-sendiri dan
masyarakat akan beres dengan sendirinya” menawarkan liberalisme
dalam penyelesaian masalah problem sosial kemanusiaan. Namun
dalam kenyataan di lapangan keduanya baik liberalisme dan
sosialisme menggunakan “balance of power” masih berakar pada
devide et empera mengangkat yang satu untuk memberi imbangan

58
yang lain, malah menghancurkan dan melemahkan keduanya dan
selanjutnya dilakukan penindasan terhadap manusia dan bangsa
yang lemah.

Selain dua alternatif internasionalisme tersebut lahirlah nasionalisme


yaitu suatu reaksi dari kumpulan emosi dan sentimen tanpa ukuran
menentu, yang diikat oleh sejarah senasib dan sepenanggungan
melanjutkan kebiasaan (kepribadian) nenek moyang turun temurun.
Namun kenyataan pula dilapangan bahwa nasionalisme tak mampu
memberikan jalan keluar kemanusiaan bahkan menjadi ajang
pertarungan antek kedua blok liberalisme dan sosialisme. Akhirnya
nasionalisme hanya namanya saja tapi secara alam pikiran masih
diombang ambing oleh blok pemikiran liberalisme barat dan
sosialisme timur. Tiga problem ini dipandang dari segi ilmu politik
satu sama lainnya seolah-olah saling bertentangan dan saling
bertolak belakang, namun dalam praktisnya kenyataan membuktikan
kesemuannya sama-sama mempraktekkan kehidupan sosial piramid,
penindasan oleh manusia yang satu terhadap manusia yang lain,
semuanya menerapkan pembagian nilai moril dan materiil yang
pincang, dan ini akan memberikan gap kepincangan yang abadi
makin lama makin jauh terus membawa malapetaka kehancuran
kemanusiaan.

Indonesia tercinta berada dalam perumahan nasionalisme namun


jauh dari maintream peradaban dunia, sehingga selalu menjadi piala
bergilir penjajahan sepanjang sejarahnya hidupnya hingga kini,
Indonesia menjadi sasaran empuk penjajahan, mulai dari masuknya
imperium Hindu dan India awal abad Masehi, dilanjutkan menjadi
piala bergilir penjajahan imperium China setelah Bhudisme berhasil
menghancurkan dominasi kerajaan Hindu dan Budha. Sampai pada
akhrinya menjadi piala bergilir penjajahan imperium Kristen Portugis,
Inggris, Prancis dan Kristen Belanda setelah Islam dikalahkan di
Eropa. Indonesia menjadi piala bergilir penjajahan selama 2000
tahun, yang menguras merusak sumberdaya alam dan manusia
Indonesia secara kejam. Dan hingga kinipun bangsa India, Arab,
Eropa termasuk Amerika dan bangsa China masih mempunyai hak
previlage di Indonesia mereka tetap memperlakukan bangsa
Indonesia pewaris sah negeri ini sebagai bangsa kelas tiga, bangsa
budak, bangsa kuli yang seenaknya mereka peras dengan upah

59
murah, merampat tanah subur dengan harga yang mencekik,
penjarahan tambang, hutan dan lautnya dengan cara manipulasi dan
pengelabuan.

Dan perjuangan panjang untuk terbebas dari penjajahan belum


banyak memenuhi harapan bangsa Indonesia tercinta. Bahkan
setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 pun, Indonesia
malah seolah-olah terjebak masuk ke dalam jurang penjajahan yang
lebih dalam lebih kejam yaitu neo imperialisme dan neo liberalisme.
Neo liberalisme Amerika dan Eropa melawan neo sosialisme dan
Neo Komunism Republik Rakyat China beserta blok dan jaringannya
China overseasnya. Oleh sebab itu sebagai organisasi pemuda dan
sebagai generasi pelanjut perjuangan para founding father dalam
mengisi dan memperjuangkan cita-cita proklamasi 1945, maka GPII
menyadari betul tantangan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi
oleh bangsa Indonesia tercinta, bukanlah tantangan yang ringan,
melainkan tantangan yang membutuhkan jawaban yang indah,
dengan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap
problematika yang sedang dihadapi. Kemudian disusun satu langkah
konsepsi perjuangan yang besar, berkesinambungan dalam rangka
satu usaha perbaikan bangsa.

GPII memandang “Ketahanan satu bangsa ditentukan oleh


ketahanan pribadi”, maka perbaikan individu dalam rangka perbaikan
bangsa Indonesia tercinta untuk terlepas dan hapus dari penjajahan
adalah menjadi tujuan utama GPII. Yaitu membangun generasi yang
“basthatan fil ilmui wal jismi” untuk ketangguhan bangsa Indonesia
tercinta dengan membentuk pemuda yang berpegang teguh kepada
ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa sunnah rasul.
Dengan demikian, dibutuhkan suatu perencanaan perjuangan jangka
panjang guna menjawab situasi dan kondisi yang sedang
berlangsung saat ini, sekaligus menyiapkan kesinambungan langkah
kedepan hingga tercapai tujuan umum. Perencanaan yang tidak
terikat oleh priodeisasi kepengurusan PP GPII. Begitulah GBPP GPII
ini disusun.

Berikut ini adalah kondisi umum dalam beberapa hal yang melatar
belakangi penyusunan GBPP GPII ini :

60
A. KONDISI SOSIAL POLITIK

Selama 14 abad umat Islam Indonesia terbelenggu dalam permainan


catur dari tiga gagasan besar yaitu Liberalisme, Sosialisme dan
Nasionalisme. Demikianlah keadaan umat Islam dewasa ini
dimanapun berada khususnya di Indonesia, mereka mayoritas tapi
bagaikan buih ditengah lautan minoritas, dalam gerakan bercerai
berai tanpa menentu. Situasi dan kondisi seperti ini tak lepas dari
problematika yang sedang dihadapi kaum muslimin sebagai umat
sepeninggal nabi Muhammad dan Khulafai Rasyidin yaitu :

1. Problem Internal adalah perpecahan yang diakibatkan oleh


kaburnya tanggapan dan kejahilan dan kerancuan terhadap arah,
target dan tujuan hidup, yang merupakan penyakit yang
berbahaya bagi kehidupan perjuangan;
2. Problem Eksternal, tidak adanya pengertian dan pemahaman
yang mendalam terhadap problem-problem internasionalisme dan
problem-problem nasionalisme sehingga strategy dan taktik yang
diletakkan menjadi simpang siur dan kacau balau, saling
bertabrakan antara langkah satu dan lainnya malah kian
menjauhkan dari kemungkinan pencapaian tujuan.

Akibatnya umat Islam gampang hanyut dalam emosi adudomba dan


provokasi murahan yang dimainkan berbagai kepentingan. Apakah
itu kepentingan politik dan ekonomi baik permainan ditingkat nasional
maupun untuk kepentingan internasional. Dalam bidang politik seperti
pemilu perlu satu kajian mendalam mengapa partai Islam selalu kalah
dalam perolehan suara melawan partai-partai nasionalis sedangkan
kita bangsa Indonesia mayoritas masyarakat Islam. Apakah partainya
yang salah atau pemahaman umat yang salah, atau bisa jadi
pemahaman keislaman yang kurang dari keduaya sehingga tidak
bermuara kepada satu titik, melainkan bermuara kepada kepentingan
masing-masing. Antara partai dan umat tidak berkesepahaman
tentang arah, tujuan dan target perjuangan yang mau dicapai. Yang
mengakibatkan babak belur umat Islam yang mayoritas dikendalikan
secara ekonomi dan politik oleh diktatorial minoritas yang nota bene
pendatang numpang hidup bawa kolor ke Indonesia.

61
Oleh sebab itu, keadaan kondisi tidak menentu seperti sekarang ini
harus segera diakhiri. Harus dilakukan adalah peninjauan dan kajian
kembali secara fondamental dalam keseluruhan mengenai tafsiran
arah Garis Besar Program Perjuangan tujuan dan khitahnya, yang
meliputi segenap segi dan bidang perjuangan. Kemudian
memperdalam pengertian situasi tentang pokok dari problem
keadaan tadi, yang merupakan “politikal phylosophy” atau “philosofy
of government” dari kenyataan sekarang ini, dan rangkaian hubungan
serta perhitungan kemungkinan-kemungkinan kesudahannya.
Sehingga berdasarkan hasil itu nanti segeralah dimulai langkah-
langkah baru dalam menghadapi situasi dan kondisi sosial politik
dengan lebih matang “al akhirati khairu laka minal ula”.

Sehingga dengan GBPP GPII kader dan pimpinan akan lebih faham,
lebih tahu maping medan lapangan sosial politik, tentunya akan lebih
teliti, lebih hati-hati, lebih matang perhitungan strateginya, sehingga
lincah, efektif, tepat guna dan tepat sasaran, target dan tujuan dalam
dipanggung-panggung sosial politik dunia maupun Indonesia
khususnya.

B. KONDISI EKONOMI

Dhuribat alaihimulladzi ilatu aina maa tsuqifu illa bihablin minallah wa


hablin minannasi wabau bigadhabin minallahi dhuribat alaihumul
maaskanah, dzalika binnahum kaanu yakfuru biayatillahi wayaqtuluna
anbiya bi gairil haq, dzalika bimaa ashaw wakaanuu ya’taduuna. (Ali
Imran 112).

Kehidupan keji ditimpakan kepada mereka yang berlaku dzulumat,


dimanapun mereka berada, kecuali dengan penataan hidup dari
ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA. Yaitu mereka atas
pilihan dzulumat menempatkan diri menjadi hidup dengan laknat
Allah. Yaitu kehidupan saling memiskinkan tertimpa atas mereka
yang hidup demikian. Demikianlah oleh karena mereka atas pilihan
dzulumat menjadi berlaku destruktif terhadap pembuktian-pembuktian
Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA, yakni mereka itu
menghancurkan ajaran Allah al Qur’an wa Sunnah RasulNYA dengan
tanpa alasan objektif ILMIAH. Begitulah terhadap apa dengan mana

62
mereka melakukan hidup maksiat yaitu mereka menjadi saling baku
hantam dalam satu kehidupan (Ali Imran 12).

Situasi ekonomi global dengan pasar bebas ditentukan oleh pelaku


pasar, sedang pemerintah berperan hanya sebagai regulator, adalah
kelanjutan dari pada perang dingin, perang dunia kesatu, perang
dunia kedua, yang merupakan kelanjutan daripada imperialisme yang
membagi bagi dunia kedalam blok penjajahan. Bahkan dengan
persaingan bebas yang meliputi persaingan tenaga kerja, modal dan
teknologi memungkinkan dalam posisi tawar yang sangat rendah dari
ketiganya bansa Indonesia akan mendapatkan porsi pembagian kue
yang seimbang dalam setiap kerjasama ekonomi dengan pengusaha
multiglobal dari berbagai bangsa. Yang pada intinya ekonomi
Indonesia masih dalam penjajahan kapitalis dan feodalisme asing
yang menguasai seluruh peredaran uang dan tanah kehutanan,
pertambangan, perkebunan dan sentra-sentra bisnis
menguntungkan. Situasi kondisi perekonomian Indonesia masih
“dhuribat alaihumul maaskanah”, satu akibat dari “dzalika biannahum
kaanu yakfuru biayatillahi wayaqtuluna anbiya bi gairil haq, dzalika
bimaa ashaw wakaanuu ya’taduuna”.

Bahwa tujuan cita luhur proklamasi 1945 adalah menghapus


penjajahan ekonomi dari atas bumi Indonesia sama sekali belum
bergeser kalau tidak kita katakan semakin parah. Bahwa cita-cita
para founding father 1945, bahwa kemerdekaan 17 Agustus 1945
adalah jembatan emas menuju pulau cita. Bahwa Indonesia dipulau
cita kelak dengan kekayaan alam yang sangat besar yang dikuasai
negara maka seluruh fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
negara, artinya tidak ada fakir miskin dan anak terlantar di Indonesia.
Bahwa kelak dipulau cita untuk mencerdaskan bangsa pendidikan
akan gratis tanpa dipungut biaya seperti Allah menyampaikan ilmu
melalui para nabi tanpa memungut bayaran sedikitpun. Bahwa kelak
dipulau cita memajukan kesejahteraan umum rumah sakit gratis,
bahwa kelak di pulau cita untuk melindungi segenap bangsa dan
seluruh tanah tumpah darah maka modal, seluruh faktor produksi dan
tanah tidak menjadi komoditi perdagangan yang mencekik rakyat.
Dalam kenyataan ekonomi jauh panggang dari api, walau berganti
era kealam kemerdekaan, telah megah berkibar bendera sangsaka
merah putih, telah berkumandang lagu Indonesia raya dari sabang

63
sampai merauke namun dalam hal ekonomi sama sekali tak berubah
sejak zaman kerajaan Hindu masuk ke Indonesia. Indonesia kita
masih saja berada dilantai dansa penjajahan dunia, masih dalam
penjajahan neo imperialisme baik yang dilakukan neo liberalisme
maupun neo sosialisme maupun neo sosialisme.

Indonesia adalah negara paling kaya didunia asset kandungan alam


baik di dalam maupun diatas permukaan bumi bila dibandingkan
negara-negara lain. Negara mana diatas muka bumi ini yang tidak
menghisap dan menjarah Indonesia atau paling tidak merasakan
manisnya kue Indonesia. Hal ini sangat menggenaskan betapa tiak
memilukan bangsa Indonesia tercinta sebagai bangsa pewaris
kekayaan terbesar diatas muka bumi ini tapi harus hidup paling
miskin dan korupsi yang besar, kelaparan karena mahal dan tidak
tercukupi pangan setiap rumah dan kehancuran lingkungan hidup
yang demikian parah.

“Kadal faqru ayyakuna kufran” kemiskinan Indonesia mengakibatkan


kekacauan dan kekafiran sosial-sosial di Indonesia. Untuk
memperbaiki fasilitas infrastruktur irigasi pertanian dan jalan yang
rusak saja Indonesia tidak mampu, apalagi untuk membangun yang
baru untuk membangun mengejar pertumbuhan dan pertambahan
penduduk. Kondisi infrastruktur demikian akan menambah kos
produksi sehingga untuk mencapai nilai tambah yang ekonomis harus
mengorbankan upah buruh yang murah agar kompetensi modal atau
kapitalis tetap terjaga.

Kemiskinan ini adalah karya besar feodalisme dan kapitalisme global


di Indonesia yang menempatkan rakyat Indonesia dilantai dansa dan
pojok peradaban dunia. Kemiskinan sebagai maha karya feodalis dan
kapitalisme global telah dan akan terus menghasilkan generasi yang
kekurangan gizi, dengan tingkat kesehatan dan pendidikan rendah
bagi bangsa Indonesia yang akan melahirkan generasi bodoh secara
permanen berkesinambungan. Dan kebodohan massal adalah
penting untuk melanggengkan penjajahan di Indonesia”. Dengan
bodoh kita gampang diasut dan diadu domba sesama anak bangsa
Indonesia untuk kepentingan para penjajahan asing yang
menginginkan kehancuran Indonesia tercinta. Sementara rakyat yang
bodoh hanya bengong melompong tanpa bisa berbuat apa-apa saat

64
kekayaan mereka berupa emas, kayu, bouxit, perak, batu bara
dibolduser oleh kapitalis asing tanpa menyisakan apapun bagi
mereka.

Sementara pemerintah hanya berperan sebagai administratif


menerima upah dan upeti dari izin perijinan dan aparat keamanan
telah yang menjadi centeng dan para opas bagi para kapitalis asing
dengan senjata lengkap dan berpeluru tajam ditodongkan kekening
rakyat.

Oleh sebab itu GBPP GPII akan memberikan sajian wawasan objektif
ilmiah mengapa Indonesia miskin ditengah lumbung emas, minyak,
nikel, timah, batu bara, LNG, sawit dan harta karun dilaut maha luas
Indonesia. GBPP GPII juga memberikan wawasan sistem dan
anggaran ekonomi alternatif bagi perwujudan pasal 33 UUD 1945,
yaitu sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama dengan
azas kekeluargaan. Dan tentunya memberi arah, target dan tujua
pembinaan manusia tangguh dalam menghadapi dan membangun
ekonomi Indonesia tercinta ditengah pertarungan dan penindasan
global yang sedemikian kejamnya.

C. KONDISI PEMUDA ISLAM

Kalau dahulu Soekarno sudah mendirikan PNI umur 27 tahun dan


menjadi presiden sebagai proklamator Kemerdekaan Republik
Indonesia pada usia 44 tahun. Soeharto pada usia 27 tahun telah
memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Jogja yang
membuktikan bagi perjuangan diplomatis Indonesia dikancah
internasional. Dan pada usia 41 tahun sebagai panglima Mandala
memimpin perebutan Irian Jaya dari tangan penjajah Belanda dan
menjadi presiden di usia 46 tahun, setelah pada usia 45
membubarkan PKI yang melakukan makar di tahun 1985. Begitu juga
Hatta, Tan Malaka, Karto Suwiryo pada usia muda telah memiliki
kesadaran berbangsa menyusun manifesto Indonesia merdeka yang
visioner bagi pembangunan dan pembebasan bangsa Indonesia ke
depan. Coba kita bandingkan dengan semangat kepemudaan di
Indonesia diseluruh organisasi kepemudaan Indonesia saat ini,
sangat terasa sangat jauh berbeda dari yang diciptakan oleh
Kemerdekaan Indonesia. Gaya hidup hedonis, matrialis, metropolis,

65
instant, money politik, korupsi, clubbing, narkoba, fee sex sudah
menjadi sasaran dan percakapan sehari-hari, sedang bicara tentang
nasionalisme, perbaikan bangsa dan regenerasi selesai pada tatanan
konsep dan seminar. Rekruitmen anggota ormas kepemudaan sudah
seperti rumah kos datang dan pergi tanpa kesan tak ada lagi
rekrutment anggota dengan kaderisasi dan pembinaan yang serius.

Hal ini juga tidak luput dari apa yang terjadi di GPII, terjadi krisis
kader, krisis kepemudaan yang akan mengakibatkan krisis kader
bangsa. Jadi adalah kewajaran dalam lingkungan kepemudaan yang
sangat “survival of the fittest” seperti ini hanya anak orang-orang kaya
dan pejabat yang akan menduduki pucuk pimpinan kepengurusan
ormas kepemudaan. Merekalah yang mampu sekolah ditempat yang
mahal dan diluar negeri dan mampu mengongkosi berbagai
kepentingan termasuk money politik disetiap pemilihan ketua OKP,
pemilihan legislatif dan pilkada. Kondisi pemuda saat ini sekaligus
menunjukkan bahwa demokrasi dan feodalis tetap sama saja hanya
orang-orang kaya kaum “agniya” yang memain-mainkan
memiskinkan orang miskin akan lebih miskin. Namun perlu juga
disadari bahwa mengapa budaya hedon ini dibiakkan dikalangan
muda Indonesia. Ini tak lain adalah dalam rangka menghancurkan
leburkan tatanan kebangsaan Indonesia sekaligus melanggengkan
penjajahan di Indonesia. Kondisi Indonesia babak belur saat ini
ditentukan tak lepas dari kwalitas pemimpinnya sebagai hasil
tempaan generasi sebelumnya. Dan tujuan disusun GBPP GPII ini
adalah untuk menjawab tantangan situasi dan kondisi Pemuda Islam
Indonesia dan Pemuda Indonesia seumumnya guna mempersiapkan
manusia Indonesia seutuhnya bagi kejayaan Indonesia tercinta di
masa hadapan.

D. SITUASI EKSTERNAL

Awal mulanya adalah krisis moneter, krisis politik yang bermuara


pada “reformasi” sebagai pembuka jalan telah merubah wajah
Indonesia menjadi negara demokratis terbesar, dengan multi partai
dan pemilihan presiden dan perintah daerah secara langsung. Semua
demokratisasi itu selain biaya tinggi mengeruk kantung kesejahteraan
ekonomi bangsa Indonesia juga membuat Indonesia makin remuk
redam saling pech belas dan semakin parah. Saling serang dan

66
dendam dalam dan paska PILKADA. Dulu peninggalan penjajahan
Belanda hanya PILKADES massa mengambang dan pecah belah
tingkat desa saja, namun untuk pengendalian dilakukan oleh aparat
camat (muspika) keatas, sedangkan pemilu dan pemilukada
langsung adalah adu domba dari atas ke bawah bahkan masuk
kedalam kamar tidur dan ruang makan keluargapun pecah belah.

Kemudian pasca pemboman WTC di Amerika, ada upaya radikalisasi


yang diimpor dari Timur Tengah dan Afganistan, yang disemai di
Pattani, Moro, Malaysia berlanjut ke Ambon, Poso dan Maluku Utara.
Yang dimatangkan oleh peristiwa-peristiwa di Timur Tengah
penghancuran Iraq dan Afganistan dan Amerika melahirkan apa yang
disebut terorisme oleh Amerika dan bahkan sekarang sudah muncul
menjadi trend baru “demolision” atau bom bunuh diri dilakukan oleh
anak muda Islam sebagai reaksi terhadap apa yang dilakukan oleh
Israel dan Amerika terhadap umat Islam di belahan dunia lain.

Kondisi ini perlu disikapi secara arif agar tidak kontra produktif bagi
umat Islam dan bangsa Indonesia seumumnya. Opini yang terbangun
oleh media massa tidak sebanding kalau kita bandingkan dengan
targetnya adalah penderitaan Amerika dan Israel. Namun kita perlu
cermati juga dibalik itu bahwa seolah Indonesia tidak aman, dan akan
menghambat investor masuk ke Indonesia. Akibat timbul kurang rasa
percaya diri para pimpinan daerah terhadap bargaining investasi. Tak
pelak lagi sehingga jika ada investor yang berani dianggap pahlawan
mendapat sambutan hangat dan kemudahan dari pada Bupati baru
yang tidak mengerti masalah tambang dan perkebunan dengan
mudah mereka melepas IUP pertambangan atau perkebunan yang
ribuan hektar dengan kandungan deposit trilyunan rupiah, dengan
imbalan royalti, pajak dan buruh tambang atau perkebunan bagi
rakyatnya.

Situasi terakhir dengan bangkrutnya ekonomi Amerika maupun Eropa


dan bangkitnya Ekonomi China tidak berarti otomatis kemerdekaan
ekonomi Indonesia akan kita raih lepas dari Blok Barat. Ibarat lepas
dari mulut macan masuk ke mulut buaya imperialisme China dengan
overseasnya yang telah menggurita hingga tingkat kecamatan dan
desa sudah mulai take over Indonesia dari tangan Amerika. Bahkan
China rantauan sudah mendesak diakui haknya sama dengan

67
pribumi selain menggerus ekonomi Indonesia di segala bidang
ekonomi mulai meminta pengakuan untuk partisipasi di bidang politik
termasuk legislatif dan eksekutif.

Disatu sisin mereka meminta pengakuan sebagai pribumi di


Indonesia disisi lain mereka tetap dalam perumahan mereka yang
menganut dwi kewarganegaraan menggangap rendah kepada kita
pribumi asli negara Indonesia tercinta. Mereka menjawab bahwa
kemajuan mereka keturunan China di Indonesia adalah murni karena
keuletan dan kerja keras mereka tanpa permainan curang
menghalalkan segala cara seperti penyelundupan, pelacuran, judi,
ilegal loging, ilegal mining dan ilegal fishing.

Demikian tantangan eksternal ini harus dijawab oleh GBPP GPII


dalam satu gerakan kesadaran “wasbir ala ma yaquuna wahjurhum
hajran jamila, wazarni wal mukadzibina ulin nimati wamahhilhum
qaliilan”. Jangan terpancing melakukan manuver-manuver gerakan
praktis yang justru akan mengakibatkan kontra produksi terhadap
langkah-langkah perbaikan pribadi dalam rangka perbaikan bangsa.

II. LANDASAN PERJUANGAN

A. Dasar Perjuangan
1. Qur’an wa sunnah Rasul
2. AD/ART GPII
3. Khittah Perjuangan GPII
4. GBPP GPII

B. Tujuan Perjuangan
1. Tujuan Perjuangan Umum
Membentuk pemuda Indonesia yang berpegang teguh
kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al
Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung jawab atas
terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yakni
al Qur’an wa Sunnah Rasul, Sunnah dalam kehidupan
pribadi, berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

68
2. Tujuan Perjuangan Khusus (15 tahun sejak GBPP
ditetapkan)
Membentuk pemuda yang basthatahan fil ilmu wa jismi
yaitu Pemuda ekspert dan skill serta lincah dalam
berbagai bidang keterampilan dan pengabdian hidup-
hidup.

C. Prinsip-Prinsip Perjuangan
1. Dasar Perjuangan :
Kuasai ILMU secara teoritis sebagai pandangan dan
penilaian.
2. Pengorganisasian Perjuangan :
Kuasai ILMU sebagai strategy, taktik dan teknis
perjuangan konsepsi perjuangan.
3. Tujuan Perjuangan :
Perbaikan diri dengan ILMU adalah perbaikan bangsa
dengan ILMU.
4. Manajemen Perjuangan :
Jadikan diri sebagai data dari teory perjuangan data ILMU.
Membangkitkan gagasan ILMU menjadi turbin keinginan
bergerak, perwujudan ilmu teori dan konsepsi menjadi
kenyataan diri.

III. STATUS GBPP


A. Status GBPP GPII
GBPP PPI adalah program dasar tentang arah dan target
perjuangan GPII kedepan yang terukur kwantitas dan
kwalitas dalam satu kurun waktu yang telah ditentukan.

B. Masa Berlaku GBPP GPII


GBPP GPII ini berlaku sejak ditetapkan dalam Muktamar
IX GPII sampai masa 15 tahun (5 tahun periode
Kepengurusan).

IV. MOTTO PERJUANGAN

Motto Perjuangan GPII KEBANGKITAN adalah:


Motto Kader : “Perbaikan pribadi dalam rangka perbaikan
bangsa”

69
Motto GPII : “Ketahanan nasional ditentukan oleh
ketahanan pribadi”

V. TARGET PERJUANGAN
A. Target Perjuangan Umum
1. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas dunia
yang handal dalam bidang pendidikan dan perbaikan
jati diri bangsa.
2. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas dunia
yang handal dalam bidang penataan politik, ekonomi,
sosial, kebudayaan dan peradaban.
3. Membangun SDM GPII menjadi pemuda kelas dunia
yang handal dalam bidang pertahanan dan bela
negara.
4. Tersusun dan terlaksananya REPROTITA (Rencana
Program Tiga Tahun KEBANGKITAN GPII I – V mulai
2013 – 2028.
5. Tersedianya tanah dan bangunan untuk sekretariat
baru yang represesentatif di seluruh tingkat
kepengurusan mulai dari DPP sampai Pengurus
Daerah seluruh Indonesia.
B. Target Perjuangan Khusus
1. Dalam Bidang Kaderisasi
a. Tersusun dan terlaksana konsep kaderisasi
berkesinambungan.
b. Terlaksananya komitmen dan konsistensi
pelaksanaan kaderisasi KEBANGKITAN GPII
dalam 5 REPROTITA ditiap jenjang kepengurusan.
c. Terbentuknya corps instruktur dan mentor
kaderisasi nasional permanen yang otonom dan
dikelola secara cops ditingkat nasional.
d. Terlaksananya secara komitmen dan konsekwen
rekrutmen kaderisasi untuk menghasilkan
sebanyak 1.000.000 (satu juta kader) dalam 5
protita.
2. Dalam Bidang Pendidikan
a. Berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Pemuda
Islam Indonesia.

70
b. Berdirinya SMP dan SMA Boarding School
“Taruna Muda GPII).
c. Berdirinya klinik kesehatan dan rumah sakit GPII.
3. Dalam Bidang Penataan
a. Berdirinya Baitul Maal GPII secara terpusat.
b. Berdirinya klaster pertanian, peternakan,
perikanan dan perkebunan terpadu GPII ditiap
tingkat kabupaten kota diseluruh Indonesia.
c. Berdirinya klaster pertambangan GPII ditingkat
kabupaten yang memiliki sumberdaya
pertambangan.
d. Berdirinya perkebunan singkong GPII minimal 100
HA ditiap kabupaten kota.
e. Berdirinya Balai Latihan Kerja (BLK) GPII dan
pemagangan kerja GPII yang melatih dan
menyalurkan tenaga kerja muda potensial dan
profesional bagi dunia industri dan bisnis di
Indonesia.
4. Dalam Bidang Keilmuan dan Kajian
a. Mendirikan lembaga kajian dan survey GPII
b. Melakukan kajian rutin bulanan terhadap situasi
dan kondisi dalam dan luar negeri bangsa
Indonesia terkini.
c. Mendirikan, mengelola dan menyalurkan beasiswa
dalam seluruh disiplin ilmu mulai S1, S2 dan S3
bagi anggota dan pengurus GPII yang memenuhi
syarat dan ketentuan yang berlaku.
5. Dalam Bidang Kepemimpinan
1. Menyiapkan kaderisasi kepemimpinan kelas dunia
yang tangguh sajaah, amanah, fathanah, shiddiq
dan tablig bagi kepemimpinan legislatif, eksekutif,
yudikatif, birokratif dan diplomatik baik tingkat
nasional maupun daerah.
2. Bermitra dengan berbagai lembaga rekrutment,
pendidikan dan pelatihan bagi calon pemimpin
bangsa.
6. Dalam Bidang Pertahanan
a. Pengiriman peserta ditiap jenjang dan angkatan
lemhanas.

71
b. Pengiriman peserta beasiswa S2 studi pertahanan
oleh Kementerian Pertahanan.
c. Pengiriman peserta beasiswa S2 studi pertahanan
oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.

VI. PROGRAM PERJUANGAN


A. Program Perjuangan Umum
1. Peningkatan dan penyempurnaan pelaksanaan protita.
2. Meningkatkan kinerja internal melalui konsolidasi dan
jaringan.
3. Memperkuat struktur pengkaderan dengan
membentuk coprs pengkaderan nasional dan program
kerja 15 tahun.
4. Pengadaan tanah dan bangunan untuk sekretariat
baru yang representatif diseluruh tingkat
kepengurusan mulai dari DPP sampai pengurus
Daerah seluruh Indonesia.
B. Program Khusus Bidang Kaderisasi
1. Mengimplementasikan secara berkesinambungan tiga
jalur konsep pembinaan kaderisasi GPII (training,
kajian dan kursus) yang telah ditetapkan dalam
KONSEP KADERISASI GPII.
2. Tidak ada tawar menawar pelaksanaan kaderisasi
komitmen dan konsistensi ditiap jenjang kepengurusan
dengan penerapan sangsi administratif berupa
pembekuan bagi pengurus daerah dan wilayah tidak
melakukan kaderisasi dalam tempo satu tahun sejak di
SK kan kepengurusannya oleh DPP GPII.
3. Pembentukan coprs instruktur dan mentor kaderisasi
nasional yang otonom dan dikelola secara coprs
ditingkat nasional.
4. Pelaksanaan rekruitmen kaderisasi untuk
menghasilkan sebanyak 1.000.000 (satu juta kader)
dalam 5 protita.
5. Mendirikan puslitbang GPII.
C. Program Khusus Bidang Pendidikan
1. Mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Pemuda Islam
Indonesia.

72
2. Mendirikan Pondok Pesantren SMP dan SMA
Boarding School “Taruna Muda GPII”
3. Mendirikan klinik kesehatan dan rumah sakit GPII.
4. Mendirikan STIP Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan dan
Kesehatan “Burhanudin Harahap”.
D. Program Khusus Bidang Penataan Ekonomi
1. Mendirikan Baitul Maal GPII.
2. Koperasi retail GPII bekerjasama dengan AlfaMaret,
dan lain-lain.
3. Mendirikan klaster pertanian, peternakan, perikanan
dan perkebunan terpadu GPII ditiap tingkat kabupaten
kota diseluruh Indonesia.
4. Mendirikan dan ikut serta mengelola klaster
tambang/tambang rakyat di tingkat kabupaten yang
memiliki sumberdaya pertambangan.
5. Mendirikan perkebunan singkong minimal 100 HA
ditiap kabupaten kota.
6. Mendirikan klaster hutan tanaman industri dan hutan
rakyat GPII.
7. Mendirikan Balai Latihan Kerja (BLK) GPII yang
melatih keterampilan hidup dan menyalurkan tenaga
kerja muda potensial dan profesional bagi dunia indutri
dan bisnis di Indonesia.
8. Melaksanakan program pemagangan tenaga kerja
terlatih dalam dan luar negeri.
E. Program Khusus Bidang Keilmuan dan Kajian
1. Mendirikan lembaga kajian dan survey GPII.
2. Melakukan kajian rutin bulanan terhadap situasi dan
kondisi dalam dan luar negeri bangsa Indonesia
terkini.
3. Mendirikan, mengelola dan menyalurkan beasiswa
dalam seluruh disiplin ilmu mulai S1, S2 dan S3 bagi
anggota dan pengurus GPII yang memenuhi syarat
dan ketentuan yang berlaku.

F. Program Khusus Bidang Kepemimpinan dan Manajemen


1. Pelaksanaan secara rutin dan menyeluruh tiga jalur
konsep pembinaan kaderisasi GPII (training, kajian
dan kursus) guna menyiapkan kaderisasi

73
kepemimpnan kelas dunia yang tangguh sajaah,
amanah, fathanah, siddiq, dan tablig bagi
kepemimpinan legislatif, eksekutif, yudikatif, birokratif
dan diplomatik baik tingkat nasional maupun tingkat
daerah.
2. Bermitra dengan berbagai lembaga rekrutment,
pendidikan dan pelatihan bagi calon pemimpin
bangsa.
3. Menjalin kerjasama beasiswa S2 manajemen bisnis
dan manajemen dengan IPPM.
G. Program Khusus Bidang Pertahanan
1. Pengiriman kader terbaik GPII peserta PPSA ditiap
jenjang dan angkatan Lemhanas.
2. Pengiriman kader terbaik GPII peserta beasiswa S2
studi pertahanan oleh Kementerian Pertahanan RI.
3. Pengiriman kader terbaik GPII peserta beasiswa S2
studi pertahanan oleh Kementerian Pemuda dan
Olahraga.

VII. PENUTUP

Demikianlah GBPP GPII disusun dan ditetapkan sebagai program


dasar penunjuk arah dan target perjuangan GPII yang terukur
kwantitas dan kwalitasnya dalam setiap perkembangan waktu dan di
setiap level kepengurusan GPII. GBPP GPII ini tidak bisa berdiri
sendiri dia adalah merupakan satu kesatuan system yang utuh tak
terpisahkan dari Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, Khittah
perjuangan GPII dan konsep kaderisasi GPII. Secara mendasar juga
perlu pemahaman yang benar-benar akan tujuan GPII adalah
membentuk pemuda yang berpegang teguh kepada al Qur’an wa
Sunnah Rasul yang bertanggung jawab akan terlaksananya dalam
kehidupan pribadi, rumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, dimana titik tekannya adalah perbaikan pribadi. Yaitu
perbaikan pribadi dalam rangka perbaikan bangsa, perbaikan pribadi
adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya sebagai patriot
pembangun perbaikan bangsa. Yaitu juga terkandung mencerdaskan
kehidupan bangsa. Yaitu ketahanan satu bangsa ditentukan oleh
ketahanan pribadi rakyatnya.

74
Oleh sebab itu target, tujuan antara, maupun seluruh program jangka
pendek maupun jangka panjang, program internal dan eksternal
harus mendukung tercapainya tujuan utama yang ditegaskan oleh
bab III pasal 3 AD/ART GPII yaitu membentuk pemuda Indonesia
yang berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa
yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung jawab atas
terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an
wa Sunnah Rasul Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumah tangga
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apabila ada kegiatan
apapun yang kontra produksi atau ketidak patuhan terhadap tujuan
GPII ini sebagai upaya perbaikan bangsa, pada hakekatnya itu
adalah makar bagi Anggaran Dasar dan Anggaan Rumah Tangga
GPII. Maka mereka adalah masuk kontra kepada Laisal birra
antuwallu wujuhakum qibalal masyriki wal magribi walakinnal biira
man amanabillahi billahi wal yaumil akhiri wal malaikatihi wal
nabiyiina, wa aatal maala aa’la hubbihi zawil qurba wal yatama wal
masyakiina wal inbnissabili wassyailina warriqab, wa aqaamashalah
wa ataa zzakaata wal muufuna biahdihim idza ahadu, washabirina fil
ba’syai wadharrai wa hiina wal ba’syi, uulaikaladziina shadaquu
ulaika humul muttaquun.” (Al Baqarah 177). Sama dengan
menghadang GPII mencapai tujuannya.

Mudah-mudahan GBPP GPII ini dapat berdaya berguna bagi


kebangkitan GPII yang sekaligus merupakan upaya perbaikan
bangsa Indonesia tercinta. Kami merasa masih jauh dari
kesempurnaan masih banyak kekurangan dan jauh dari nilai
objektive, dipersilahkan untuk itu kepada hati-hati yang bersih dari
motivasi jahat kami persilahkan melakukan perbaikan satu standard
perbaikan tentunya, yaitu dengan taraktu fiikum amraini in
tamassaktum bihima lan tadhlillu abadan.

Baraqallu lii walakum, wassalamualaikum warahmatullahi wa


barakatuhu.

75
76
KHITTAH PERJUANGAN
GPII

Bismillahirrahmaanirrahiim

KHITTAH PERJUANGAN GPII

MUKADIMAH

Istilah Khittah menurut “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, WJS


Poerwadaminta PN Balai Pustaka, tahun 1984 berasal dari bahasa
Arab artinya adalah langkah, maka berarti Khittah Perjuangan adalah
langkah-langkah perjuangan. Sedangkan menurut kamus bahasa
Qur’an Khittah berasal dari kata Khathaa’ – yakhthu khuthuwan
artinya melangkah. Surat al Baqarah178, 208, al an’am 142, an Nur
21 menyebut istilah “yaa ayyuhalladziina amanu la tattabiuu‟
khuthuwwathis syaithan waman yattabu‟ khuthuawthis syaithan
fainnahu yakmuru bil fahsya wal munkar walau fadlullah a‟alaikum
warahmatuhu maa zakka minkum min ahadin abadan walakinnallahu
yuzakkii mayyasau wallahu samiiun a‟liim.” Jangan mengikuti
langkah-langkah (khittah) syaithan memprovokasi untuk melakukan
perbuatan keji dan mungkar yang berlawanan dengan strategy shalat
yang justru akan memberangus tanha anil fajsya wal munkar (al
AnNur 21).

Jadi istilah Khittah perjuangan GPII adalah langkah-langkah


perjuangan GPII untuk mencapai tujuannya. Lebih tepatnya adalah
langkah strategis untuk mencapai tujuan GPII yaitu “membentuk
pemuda Indonesia yang berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan
Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul serta bertanggung
jawab atas terlaksananya ajaran Allah Tuhan Yang Maha Kuasa
yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul Sunnah dalam kehidupan pribadi,
berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” (BAB III
Pasal 3 AD/ART GPII). Dalam melangkah berjuang mencapai
tujuannya, tentunya GPII tidak bergerak diruang hampa budaya, akan
menghadapi tantangan, bertabrakan, tarik menarik dengan problem
internal manusia, problem organisasi, problem berbangsa maupun
pengaruh permainan global, dimana semua itu sebagai wujud dari
pada skenario syetan yang berkomitmen untuk menyesatkan bani

77
Adam as sampai akhir zaman. Sehingga gerakan mencipta generasi
yang tanha anil fahsya wal munkar, basthathan fil ilmi wal jismi (al
baqarah 247) yaitu membentuk pemuda Indonesia yang berpegang
teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa
Sunnah Rasul serta bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul
Sunnah dalam kehidupan pribadi, berumahtangga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak akan pernah terwujud. Kader GPII
harus menyadari dengan sepenuh jiwa bahwa menegakkan khittah
perjuangan tidak bergerak diruang hampa tanpa bersentuhan dengan
khittah Syetan tersebut.

Dalam langkah perjuangan GPII, maka perlu ditetapkan khittah


perjuangan. Khittah perjuangan ini dibagi menjadi tiga langkah.
Pertama Langkah Perjuangan umum. Kedua Langkah Perjuangan
Internal dan ketiga Langkah Perjuangan Eksternal.

Langkah Perjuangan Umum adalah menjawab tantangan umum


tentang keadaan situasi kondisi umat Islam serta umum dan langkah
yang diambil GPII untuk mencari jalan keluar. Mulai dari perbaikan
konsepsi berfikir keilmuan maupun strategi taktik dan teknis
menghadapi dan mencari jalan keluar bagi problematika
kemasyarakatan tersebut.

Adapun langkah perjuangan internal adalah merinci problematika


umum menjadi problematika internal yang dihadapi GPII dan
memberikan langkah jawaban perbaikan jalan keluar untuk
mengatasi permasalahan internal GPII. Begitu pula langkah
perjuangan eksternal GPII adalah merinci problematika umum
menjadi problematika dan hambatan eksternal yang dihadapi GPII,
menggambarkan langkah jawaban yang harus dilakukan untuk
mengatasi permasalahan tersebut.

Khittah Perjuangan Syetan sebagai tantangan.

Problematika manusia dewasa ini dihadapkan kepada permainan


syetan berupa kenyataan hidup sosial pyramid. Yaitu suatu
gambaran “exploitation of man by human being”. Keadaan yang
demikian ini berlaku di seluruh permukaan bumi baik di dunia barat,

78
dunia timur maupun belahan dunia ketiga dalam negara-negara
nasionalisme. Dimana setiap manusia abad ke-21 ini berada di tepi
jurang neraka kehidupan “ala syafa khufratin minannar”

Sedangkan dihubungkan dengan bahwa manusia adalah makhluk


yang mempunyai kecenderungan hawa nafsu terhadap wanita, anak,
kekayaan berupa emas, perak, kuda yang bagus, binatang-binatang
dan tumbuh-tumbuhan untuk hiasan dunia. Seolah-olah kondisi
seperti ini dibetulkan secara teoritis, bahwa hidup ini harus survival of
the fittes yang kuat menguasai yang lemah, harus globalisasi, harus
pasar bebas yang akibatnya sumberdaya alam seperti tidak cukup
untuk menghidupi manusia diatas muka bumi ini. Timbulnya bencana
di darat dan di laut adalah hasil karya budi daya manusia. Empat
faktor pokok ini kecenderungan dalam kehidupan sosial manusia,
semuanya memainkan peranan penting didalam pengalaman hidup
manusia. Jika manusia menurutkan faktor kehidupannya saja maka
manusia dengan kegiatannya akan menjurus ke arah bencana dan
pertumpahan darah dalam kehidupannya dipermukaan bumi, seperti
yang dikhawatirkan Malaikat saat Allah menciptakan manusia (al
Baqarah 30). Sejarah kemanusiaan penuh tertulis dengan
penyerangan, pembunuhan, perkosaan, perampasan, penjajahan,
imperialisme, kapitalisme dan sebagainya. Pemerasan oleh manusia
satu terhadap manusia lainnya lihat surat al Baqarah 36.

Sifat manusia yang demikian adalah makanan empuk bagi misi


syetan. Satu penghadangan terhadap visi shirathal mustaqin syetan
dengan menjadikan Maghdub (kebencian) dan Dhallin (kesesatan)
sebagai dutanya diatas muka bumi ini:

A. Problem Internasionalisme dan Nasionalisme

Sekarang ini dunia sedang dipertarungkan antara dua raksasa


Amerika dan sekutunya di blok barat melawan China, Moskow,
India dan kawan-kawannya di blok timur. Blok timur dengan
prinsip “dari tiap orang menurut fungsinya dan untuk semua orang
menurut kebutuhannya”. Blok timur menawarkan sosialisme
komunisme dalam penyelesaian problematika kenyataan sosial
dengan diatas dasar dialektika diletakkan “perjuangan kelas”,
yang melalui diktator proletariat mereka impikan “masyarakat

79
tanpa kelas”. Namun dalam kenyataannya malah menambah
kacau balau dalam setiap kehidupan dengan mengadu domba
(devide et empera) kelompok satu dengan yang lain, pemerintah
dengan pemberontak, buruh dengan tuannya dan melakukan
penindasan.

Sedangkan blok barat dengan prinsip “setiap orang dilahirkan


menurut hak-hak tertentu yang harus mendapat perlindungan
(freefight) dalam mencapai penyelesaian sendiri-sendiri dan
masyarakat akan beres dengan sendirinya” dengan liberalisme
menawarkan penyelesaian masalah problem sosial kemanusian.
Namun dalam kenyataan di lapangan mereka menggunakan
“balance of power” masih berakar pada devide et empera
mengangkat yang satu untuk memberi imbangan yang lain, malah
menghancurkan dan melemahkan keduanya dan selanjutnya
dilakukan penindasan terhadap manusia dan bangsa yang lemah.

Selain dua alternatif internasionalisme tersebut lahirlah


nasionalisme yaitu suatu reaksi dari kumpulan emosi dan
sentimen tanpa ukuran menentu, yang diikat oleh sejarah senasib
dan sepenanggungan melanjutkan kebiasaan (kepribadian)
nenek moyang turun temurun. Namun kenyataan pula dilapangan
bahwa nasionalisme tak mampu memberikan jalan keluar
kemanusiaan bahkan menjadi ajang pertarungan antek
keduanya. Akhirnya nasionalisme hanya namanya saja tapi
secara alam pikiran masih diombang-ambing oleh blok pemikiran
barat dan timur. Tiga problem ini dipandang dari segi ilmu politik
satu sama lainnya seolah-olah saling bertentangan dan saling
bertolak belakang, namun dalam praktisnya kenyataan
membuktikan semuanya sama-sama mempraktekkan kehidupan
sosial piramid, penindasan oleh manusia yang satu terhadap
manusia yang lain, semuanya menerapkan pembagian nilai moril
dan materiil yang pincang, dan ini akan memberikan gap
kepincangan yang abadi makin lama makin jauh terus membawa
mala petaka kehancuran kemanusiaan.

80
B. Kondisi Umum Bangsa dan Umat Islam Indonesia

Selama 14 abad umat Islam terbelenggu dalam permainan catur


dari tiga gagasan besar yaitu Liberalisme, Sosialisme dan
Nasionalisme. Demikianlah keadaan umat Islam dewasa ini
dimanapun berada khususnya di Indonesia, mereka mayoritas
tapi bagaikan buih ditengah lautan minoritas, dalam gerakan
bercerai berai tanpa menentu. Situasi dan kondisi seperti ini tak
lepas dari problematika yang sedang dihadapi. Kaum muslimin
sebagai umat saat ini sepeninggal nabi Muhammad dan Khulafai
Rasyidin yaitu:

 Problem Internal adalah perpecahan yang diakibatkan oleh


kaburnya tanggapan (prinsip) dan kejahilan terhadap tujuan,
yang merupakan penyakit yang berbahaya bagi kehidupan
perjuangan;
 Problem Eksternal, tidak adanya pengertian yang mendalam
terhadap problem-problem internasionalisme dan problem-
problem nasionalisme sehingga strategy dan taktik yang
diletakkan menjadi simpang siur dan kacau balau, saling
bertabrakan antara langkah satu dan lainnya malah kian
menjauhkan dari kemungkinan pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, keadaan tidak menentu seperti sekarang ini harus
segera diakhiri. Yang harus dilakukan adalah peninjauan kembali
fondamental dalam keseluruhan mengenai tafsiran tujuan dan
khitahnya, yang meliputi segenap segi dan bidang perjuangan.
Kemudian memperdalam pengertian tentang pokok dari problem
keadaan tadi, yang merupakan “politikal phylosophy” atau
“philosofy of government” dari kenyataan sekarang ini, dan
rangkaian hubungan serta perhitungan kemungkinan-
kemungkinan kesudahannya. Sehingga berdasarkan hasil itu
nanti segeralah dimulai langkah-langkah baru. Dan standard satu-
satunya dalam melakukan peninjauan itu adalah warisan nabi
Muhammad yaitu “Taraktu fikum amraini ma in tamassaktum
bihima lam tadhilu abadan: kitabullah was sunnati rasulih” (HR al
Hakim). Yaitu Tujuan dan Khittah perjuangan nabi Muhammad
yang sudah dibuktikan secara teory dan praktik lapangan.

81
Secara internal mampu mempersaudarakan kaum Muhajirin dan
Ansyar dalam perikatan persamaan, persaudaraan dan
kemerdekaan. Dapat membebaskan Mekkah dan Bangsa Quraisy
dalam perdamaian abadi bukan hanya bebas dari penjajahan
Romawi dan Persia bahkan Romawi dan Persia takluk dalam misi
perdamaian Muhammad SAW yaitu hidup dalam kemerdekaan,
persamaan dan persaudaraan. Khittah perjuangan Nabi
Muhammad untuk hadapi kondisi internal dan situasi ekternal
bangsa Quraisy saat itu, adalah mempunyai persamaan pokok
dengan kenyataan sosial yang dihadapi bangsa Indonesia diabad
ke-21. Kalau dakwah Muhammad SAW paruh ke dua di akhir
zaman ini adalah berada di Indonesia diantara blok Barat, Timur
dan Nasionalisme Indonesia maka Khittah perjuangan GPII
adalah merupakan satu khittah perjuangan bangsa Indonesia
untuk menyiapkan pemuda pendukung kemerdekaan Indonesia
100% terbebas dan terhapusnya penjajahan liberalisme dan
sosialisme di bumi Indonesia sesuai dengan alinea 1 Mukadimah
UUD 1945 “kemerdekaan adalah hak segala bangsa oleh sebab
itu penjajahan harus hapus dari atas muka bumi…”

 KHITTAH PERJUANGAN UMUM

Khittah perjuangan umum GPII adalah berdasarkan pandangan


umum surat al Fatihah. Perincian oleh surat-surat Panjang
khusus al Muzamiil dan al Mudatsir yang disimpulkan oleh surat
al Kafirun, al Ikhlas dan surat al Falaq.

Pandangan GPII bahwa Al Qur’an Sunnah adalah ilmu (Wahyu)


dari Allah Tuhan Yang Maha Esa yang disampaikan kepada para
rasul melalui Malaikat Jibril bagi seluruh umat manusia
merupakan satu alternatif pilihan pembinaan perdamaian dan
persatuan bagi bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
kecenderungan negatif manusia yang ingin hidup survival of the
fittest dengan menumpahkan darah terhadap terhadap manusia
lainnya, dan menjadi bangsa Indonesia yang hidup saling
mensejahterakan, saling menghampar kasih sayang dan
membagi kemakmuran dalam keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

82
Bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa menyajikan pilihan nilai
shiratal Mustaqim berhadapan dengan pilihan Magdub dan
Dhallin bagi bangsa Indonesia untuk menata kehidupannya. Dan
atas pilihan jawaban bangsa Indonesialah Allah Tuhan Yang
Maha Esa memberikan kepastian hidupnya apakah menjadi
penata kehidupan dalam kelimpahan anamta alaihim atau ingin
menjadi korban permainan dari kehidupan magdub dan dhallin.

Perjuangan nabi Muhammad sebagai patron atau pola dari pada


pelaksanaan eksistensi al Qur’an dalam kenyataan manusia dan
sosialnya. Menghadapi nasionalisme Arab Quraisy diantara
pertentangan dan perang dunia antara Romawi dan Persia,
adalah mempunyai persamaan pokok dengan kenyataan sosial
bangsa Indonesia dan dunia abad ke-21, yang bertarung
menghadapi internasionalisme liberalisme dan sosialisme
bersama nasionalisme Indonesia yang mewarisi nilai-nilai luhur
nenek moyang bangsa Indonesia.

Pandangan GPII bahwa Allah Tuhan Yang Maha Esa yang


menciptakan isi sumber daya alam yang kaya raya melimpah
dengan iklim dan letak strategis didunia bangsa Indonesia. Allah
Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai peredaran sejarah
kebudayaan dan peradaban manusia mulai dari nabi Adam
hingga kelak akhir zaman bermuara didelta kebudayaan dan
peradaban Indonesia. Hendaknya menurut perintah dan larangan
Allah Tuhan Yang Maha Esa bangsa Indonesia mengabdikan
kehidupan bangsa Indonesia melakukan pengabdian memohon
pertolongan hidupnya.

Pandangan GPII bahwa manusia diciptakan oleh Allah Tuhan


Yang Maha Esa untuk menjadi abdun tunduk patuh tanpa
reserve, “wama khalaqtul jinna wal insan illa liyakbudu” namun
Allah Tuhan Yang Maha Esa memberikan pilihan kepada
manusia untuk mengambil pilihan hidupnya apakah akan menjadi
mengemban visi dan misi perdamaian al Qur’an dan Assunnah
sebagai gagasan perubahan perbakan ataukah mengambil
pilihan hidup sebagai abdi setan yang menghancurkan,
menindas dan menjajah manusia lainnya sepanjang sejarah
kemanusiaan “wahadainahu najdain famansa afal yukmin faman

83
sa afal yakfur”. “adzalika nuzulan am sajaratuzzakum”. Dan sikap
manusia terhadap ajaran Allah digambarkan oleh al Baqarah 1-
20 dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu Muttaqin/mukmin,
Kafirin dan aduk-adukan yaitu kelompok abu-abu.

Khittah perjuangan bagi yang mau menata diri dengan pilihan


shirathal Mustaqim dalam surat al Muzammil ayat 1-10 Allah
Tuhan Yang Maha Esa memberikan langkah untuk melakukan
internalisasi nilai kehidupan yang tangguh tiada tanding “inna
sanulqi a‟laika qaulan tsaqiilan” yang nilainya “khairun min alfi
sahrin tanazalul malaikati wa ruh”.

 KHITTAH PERJUANGAN INTERNAL

GPII sadar bahwa “Ketahanan Nasional Indonesia ditentukan


oleh ketahanan individunya” maka Khittah perjuangan internal
adalah fokus pada langkah perbaikan diri individu GPII yang
digambarkan surat Muzammil ayat 1-9 dan 20, surat al Mudatsir
ayat 1-10 dan Quu anfusakum wahlikum naar, tawa tsaubil haq
tawa tsaubisshabr.

Garis Kebijakan Internal GPII adalah :

 GPII sadar bahwa dalam perjuangan Perbaikan Bangsa


adalah dimulai dari perbaikan pribadi. Dimaksud dengan
perbaikan pribadi ini adalah tujuan GPII itu sendiri dalam bab
III pasal 3 anggaran dasar GPII yaitu membentuk pemuda
Indonesia yang berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan
Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul dalam
kehidupan pribadi, berumahtangga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Yaitu membentuk manusia-
manusia yang adil dan beradab menurut ajaran Allah Tuhan
Yang Maha Esa.

 GPII sadar bahwa kader GPII adalah kader bangsa


Indonesia. Perjuangan untuk membina kader bangsa
Indonesia yang tangguh “basthathan fil ilmi wal jismi” dalam
mengaruni perubahan dan pertarungan global dunia yang

84
begitu dahsyat, dituangkan dalam satu langkah pembinaan
dan pembangunan kader GPII agar tercipta kader yang
lincah, skill dan expert dalam berbagai bidang kehidupan.
Langkah ini diwujudkan dengan pembenahan dan
pemberdayaan system kaderisasi GPII yang meliputi
Training, Kursus dan kajian.

 GPII sadar bahwa lemahnya manajemen GPII akan


berkontribusi terhadap lemahnya ketahanan nasional Bangsa
Indonesia, maka GPII akan melakukan penguatan dengan
Pendirian Pusat Kajian dan Research GPII, Balai Latihan
Kerja GPII dan Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren
Taruna GPII sebagai proses kontinuitas pembinaan dan
pembangunan manusia GPII yang melakukan perbaikan
pribadi. Dan untuk melatih dan pembangunan skill
manajemen Kemandirian Ekonomi khususnya, GPII perlu
membangun lembaga Zakat GPII, membangun Klaster
Usaha Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Peternakan
GPII, Membangun Klaster Usaha pertambangan GPII, Klaster
Usaha Kehutanan dan Kelautan GPII, sebagai tempat
pelatihan manajemen terpadu dan dalam rangka sumbangsih
GPII kepada perbaikan bangsa Indonesia.

Proses kaderisasi GPII untuk menjawab tantangan mencipta


manusia Indonesia seutuhnya sebagai patriot pendukung
Proklamasi 17 Agustus 1945, yang dibina dan dibangun dalam 3
pilar orientasi gerakan yang hanya bisa dibedakan namun tak
bisa dipisahkan satu sama lainnya :

 Gerakan Keislaman yaitu pembinaan dan penanaman nilai


ilmu Allah Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an dan
Assunnah Rasul sebagai guidance book yang la raibafihi
(tidak ada keraguan) guna membangun manusia GPII yang
berpegang teguh kepada ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa
yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul, Sunnah dalam kehdiupan
pribadi, berumahtangga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Inilah pilar pembangunan kader GPII sebagai
manusia Indonesia yang seutuhnya, yang berani, jujur,

85
amanah, lincah dan strategis untuk siap dipersembahkan
bagi kemajuan dan kejayaan Indonesia.

 Gerakan Kepemudaan yaitu pembinaan, pembangunan dan


penggeloraan jiwa kepeloroan, kewiraan, leadership
(kepemimpinan), cerdas, dan tangguh dalam ilmu dan
keilmuan, dan lincah dalam manajemen pribadi, manajemen
rumah tangga dan manajemen berbangsa dan bernegara.
Dengan apa dibina, dibangun dan digelorakan gerakan
kepemudaan ini, tentunya al Qur’an sebagai ajaran Tuhan
Yang Maha Esa.

 Gerakan KeIndonesiaan, “hubbul wathan minal iman” bagi


kader GPII, cinta tanah air adalah manifestasi dan eksistensi
dari iman. Yaitu pembangunan jiwa cinta tanah air,
pembinaan dan pembangunan jiwa bela negara dan jiwa
perdamaian dunia. Menanamkan nilai sejarah bangsa
Indonesia 6000 tahun sejak jaman nabi Ibrahim dan plato
hingga terbentuknya bangsa Indonesia hingga merdeka.
Menanamkan kesadaran bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah sebagai Berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa yang
perlu dipertahankan dengan harta dan jiwa raga.
Menanamkan kesadaran akan ancaman dan gangguan yang
dihadapi bangsa Indonesia baik ancaman masa lalu,
sekarang maupun ancaman masa yang akan datang.
Menanamkan kesadaran sejarah bahwa GPII lahir pada
tanggal 2 Oktober 1945 adalah tugas dakwah yaitu
mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia,
negara atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa tanggal
17 Agustus 1945. Tak ada pemisahan perjuangan perbaikan
pribadi, perbaikan rumah tangga, perbaikan bangsa dan
negara sampai kepada perbaikan dunia semua di mulai
dengan perbaikan pribadi. “Ketahanan Nasional Indonesia
ditentukan oleh ketahanan individunya”.

 GPII adalah gerakan dakwah dan kaderisasi yang


menjadikan pembinaan generasi muda, mencetak manusia
kader sebagai konsentrasi bidang garapnya, sebagai bagian
dari kaderisasi bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.

86
Profil Kader dan kepemimpinan GPII yang menjalankan roda
tampuk pimpinan GPII tidak ditentukan suku, kelompok,
dukungan suara terbanyak atau senioritas umur, namun
kader GPII yang diamanatkan sebagai pimpinan adalah
mereka yang paling :

 Aliim, menguasai keilmuan yakni penguasaan ilmu Allah


Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an sunnah Rasul, dalam
hal ini bukan sekedar hapal matan namun penguasaan
makna dan kaidah ilmu dan bahasa. Kalau ada dua orang
atau lebih yang penguasaannya sama maka selanjutnya
siapa yang lebih fasih diantaranya.

 Fasih, adalah menguasai arena dialog dan praktek


pelaksanaan “keilmuan” dilapangan dengan berbagai
kelompok internal, eksternal, menunjukkan para pimpinan
mampu menjadi patron masyarakat atau anggota GPII
sendiri. Kalau masih juga ada yang sama dalam tahapan
penguasaan lapangan, maka pimpinan diamanatkan kepada
mereka yang lebih tua atau senior.

 Tua atau senior, adalah dalam arti waktu siapa yang lebih
dulu menyadari berkesadaran dan melakukan pembinaan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya menurut ajaran
Tuhan Sang pencipta yakni al Qur’an sunnah Rasul, tua disini
bukan dalam arti usia fisik tapi usia ilmu, usia kesadaran.
Senioritas dapat kita lihat dari kematangan sifat kader
sebagai berikut :

Sifat senior kader GPII

1. Sajaah, hidup berani atas pilihan perintah Allah Tuhan


Yang Maha Esa (yaitu al Qur’an wa Sunnah Rasul) untuk
menyelamatkan Bangsa.
2. Amanah, hidup bertanggung jawab dengan al Qur’an
Tuhan Yang Maha Esa, dengan sepenuh hati.
3. Fathanah, hidup ahli dan lincah dalam berbuat teguh
memegah strategi, taktik dan teknik atas pilihan yang

87
disajikan al Qur’an sebagai Hudan bagi manusia mana
saja pun.
4. Siddiq, hidup jujur dengan kejujuran ilmiah dalam satu
kehidupan atas pilihan al Qur’an Tuhan Yang Maha Esa.
5. Tabligh, hidup mencapai tujuan dengan pilihan al Qur’an
Tuhan Yang Maha Esa, yaitu fidunya hasanah wa fil
akhirati hasanah, dunia hasanah yang menentukan
hasanah di akhirat kelak.

Kerangka Bangunan GPII dibentuk atas :

 Iman sebagai Dasar yaitu iman menurut ajaran Allah Tuhan


Yang Maha Esam yaitu al Qur’an wa sunnaturrasul. Dasar
atau azas organisasi GPII dalam Anggaran Dasar (AD) BAB
II pasal 2 azas bentuk dan sifat harus direvisi menyesuaikan
dengan kerangka bangunan GPII ini.
 Islam sebagai Penataan dengan konsepsi dan
pembangunannya;
 Islam Satu Pembinaan dan Pembangunan yaitu pembinaan
dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan 5
langkah pembinaan kesadaran manusia yang Shahadat
Tiada ada Tuhan Yang Maha Esa Kecuali Allah, Shalat
pembinaan dan pembangunan manusia mukmin, Shaum
pembinaan kesadaran, Zakat pembangunan kesadaran
ekonomi, dan Hajji pembangunan kesadaran perdamaian
dunia.
 Islam Satu Konsepsi Penataan yaitu konsepsi untuk
penataan organisasi pribadi manusia Indonesia seutuhnya,
konsepsi untuk penataan organisasi Rumah Tangga baik
rumah tangga keluarga maupun rumah tangga organisasi
GPII dan konsepsi untuk penataan bernegara, konsepsi
untuk perdamaian dunia.
 Ihsan Sebagai Tujuan bahwa tujuan pembentukan kader GPII
adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang akan
mengabdi disegala bidang, mereka adalah abdi yang berbuat
patuh menurut ajaran Allah Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan
GPII bukan orientasi pada hasil tapi kepada ketepatan dan
kebenaran proses pembentukan para abdi negara Indonesia.

88
 Manajemen adalah gerak proses memanage perjuangan
penyelamatan bangsa Indonesia, yaitu proses kerja
mengubah cita proklamasi 1945 menjadi manifesto,
digerakkan sehingga menjadi kenyataan hidup berbangsa
dan bernegara. Manajemen perbaikan bangsa dimulai
dengan perbaikan diri pribadi sebagai eksistensi atau
perwujudan dari cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945
menjadi dunia nyata.

 KHITTAH PERJUANGAN EXTERNAL

Secara umum khittah Perjuangan Eksternal GPII berpegang


kepada surat al Muzammil 10-12, al Mudatsir 10-56 yaitu
penekanan pada “wasbir a’la ma yaqulu wah jurhum hajran
jamila dan wadzarnii wal mukadzdzibiina ulinnikmati
wamahhilhum qaliilalan”, “dzami waman khlaqtu wahidaan”
sebagai rincian dari al Fatihah yang merupakan pandangan
umum khususnya ayat 6-7 yaitu “ihdiina shirathal mustaqim
shirathalladziin anamta alai ghairil maghdub wala dhaliin” dan
disimpulkan dalam “lakum diinukum waliyadi” dan
“Muhamadarasulullah walladziin mahu asiddau alal kuffari
ruhama ubai nahum”. Maahun disini bukan saja seiman tapi
sesama yang mengikat perjanjian dengannya dibuktikan dengan
piagam madinah Nabi Muhammad akan bersikap tegas kepada
siapa yang mengganggu dan mengingkari perjanjian
bersamanya.

Garis Kebijakan GPII Terhadap Negara dan Pemerintahan


Negara Republik Indonesia:

o Sadar bahwa GPII lahir tanggal 2 Oktober 1945 adalah


merupakan stake holder terbesar terhadap terwujudnya
kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. GPII turut
serta menyusun perjuangan kemerdekaan melalui pemuda
jong-jong Islam, aktivis pelajar, mahasiswa, pemuda dan
hizbullah dan sabilillah, yang atas berkah rahmat Allah Yang
Maha Kuasa perjuangan tersebut terwujud menjadi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

89
o GPII sadar bahwa cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yaitu
hapus penjajahan dari permukaan, melindungi segenap
bangsa Indonesia dari penjajahan, melindungi segenap
tumpah darah, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia adalah paralel konruen dan
sebangun dengan semangat pendirian GPII pada tanggal 2
Oktober 1945.

o Sadar bahwa GPII adalah anak kandung REVOLUSI


kemerdekaan Indonesia, memiliki hak dan kewajiban akan
terwujudnya manifestasi dan eksistensi cita proklamasi 17
Agustus 1945 menjadi kenyataan dalam kehidupan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

o GPII sadar bahwa perwujudan pasal 34 UUD dengan


terlaksananya pasal 33 UUD 1945 sebagai konstitusi tertinggi
bangsa Indonesia. Yaitu kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia yaitu yatim piatu dan anak terlantar
dipelihara negara. Dan ini adalah merupakan puncak tertinggi
eksistensi dari bangunan Indonesia. Yaitu bangunan
perjuangan penghapusan penjajahan diatas muka bumi yang
tercantum dalam mukadimah UUD 1945 alinea 1, yang
dijelaskan dan disimpulkan oleh alinea ke empat untuk
mencapai cita proklamasi. Inilah tujuan negara Republik
Indonesia ini dibentuk yaitu untuk memajukan kesejahteraan
umum, melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah
tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut serta menjaga ketertiban dunia. Semua cita
proklamasi menghapus penjajahan tidak akan terwujud tanpa
melalui pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945 secara nyata fakta
dilapangan yaitu;

o Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar


atas azas kekeluargaan, GPII memandang siapapun pelaku
bisnis ekonomi baik BUMN, Private dan koperasi seluruh nilai
lebih adalah dikuasai dalam arti dimiliki oleh negara
didistribusikan kekayaannya dengan azas kekeluargaan,
keluarga besar bangsa Indonesia. Pemerintah dalam arti
eksekutif, legislatif dan yudikatif harus melakukan revisi

90
seluruh undang-undang yang berkaitan dengan perseroan
terbatas, BUMN dan Koperasi apabila tidak sesuai dengan
ayat dan pasal UUD 1945 ini;

o Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang


menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
GPII memandang seluruh cabang produksi yang menguasai
hajat hidup orang banyak seperti tanah dan pertanahan,
modal dan permodalan kemudian tenaga kerja dan ketenaga
kerjaan harus dikuasai dalam arti dimiliki oleh negara, seluruh
tenaga kerja stage holder Indonesia adalah stake holder
produksi yang berhak atas setiap nilai lebih yang dihasilkan
proses produksi, setiap modal menyadap keuntungan tanpa
kerja adalah riba tak ada bagian presentase nilai lebih yang
diberikan untuk modal tanpa keluar keringat, tanah sebagai
faktor produksi penting harus dikuasai oleh negara tidak
boleh bagi hasil tanpa kerja, buruh tani atau sewa lahan,
siapa yang menggarap tanah maka panen adalah menjadi
hak petani keseluruhan, hukum mati bagi spekulan tanah.
Pemerintah dalam arti eksekutif, legislatif dan yudikatif harus
melakukan revisi seluruh undang-undang yang berkaitan
dengan penanaman modal, perbankan, perseroan terbatas,
ketenaga kerjaan apabila tidak sesuai dengan ayat dan pasal
UUD 1945 ini;

o Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di


dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat, seluruh sumberdaya
alam beserta isi yang terkandung didalamnya adalah aset
dan harta yang dikuasai negara, tidak boleh dijadikan aset
individu, kelompok apalagi asing. Tidak diperkenankan
memindah tangankan harta milik rakyat yang diberikan Tuhan
kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan memutar balik
perampokan aset dengan istilah kuasa pertambangan, IUP
pertambangan, pinjam pakai lahan. Pemerintah dalam arti
eksekutif, legislatif dan yudikatif harus melakukan revisi
seluruh undang-undang yang berkaitan dengan sumberdaya
alam apabila tidak sesuai dengan ayat dan pasal UUD 1945
ini.

91
o Garis kebijakan GPII terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah garis kebijakan sebagai stakeholder bangsa
Indonesia, bersikap partisipatif aktif, konstruktif dan kritis
membangun terhadap berbagai bidang program perbaikan
dan pembangunan generasi muda yaitu pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai stake holder, GPII
mempunyai kewajiban dan hak untuk menjaga, mengisi dan
membangun, mengkoreksi dan mengkritisi guna tercapai cita
proklamasi Indonesia.

 Pembinaan dan kaderisasi internal GPII adalah proses


kerja paralel dengan eksistensi dan perwujudan cita-cita
proklamasi 1945 sebagai manifesto seluruh bangsa
Indonesia, sama dengan menyiapkan kader pemuda
Indonesia yang berpegang teguh kepada ajaran Allah
Tuhan Yang Maha Esa yakni al Qur’an wa Sunnah Rasul
menjadi manusia Indonesia seutuhnya pendukung dan
patriot proklamasi 1945. Kader GPII adalah kader
Indonesia, kader cita proklamasi 1945. Kaderisasi GPII
adalah merupakan proses perbaikan bangsa Indonesia
sebagai bagian pelaksanaan ketertiban dunia adalah
proses yang dimulai dengan perbaikan diri pribadi dan
keluarga yaitu pemindahan cita menjadi dunia nyata
kenyataan hidup manusia Indonesia. Sadar bahwa
Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila; Ketuhanan
YME, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan dan keadilan sosial tidak akan
terwujud tanpa diciptakan manusia Indonesia sebagai
pendukungnya.

 Terhadap Pancasila dan UUD 1945 GPII sudah bersikap


final bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah kontrak
politik antara bangsa Indonesia, yang paralel dengan
dakwah al Qur’an tidak saling potong memotong, bahkan
saling mendukung bahwa KetuhananYang Maha Esa
digambarkan dengan kalimat inti sahadat adalah “la ilaha
illallah” yang bermakna “Tidak ada Tuhan yang Maha Esa
Kecuali Allah”, Al Qur’an adalah ajaran Tuhan Yang Maha

92
Esa yang akan menghasilkan kaderisasi manusia yang
adil dan beradab, untuk tegaknya persatuan Indonesia,
guna hidup musyawarah dalam kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratn
perwakilan agar terwujud keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia orang perorang, tegak menjadi nyata
dalam kehidupan sosial dan berbangsa di Indonesia.

o Garis Kebijakan Terhadap Partai Politik/Golongan Politik

 Dalam sejarahnya, GPII adalah pendiri partai Politik


Masyumi bahkan perdana Menteri Republik Indonesia
Burhanudin Harahap yang berasal dari GPII yang
menyelenggarakan pemilihan umum pertama pada tahun
1955 yang sangat demoktratis tidak ada kecurangan
maupun politik uang. Namun bagi kita kader GPII hasil
pemilu tersebut hingga hari ini masih tetap menyisakan
pertanyaan besar. Yaitu bahwa Islam mayoritas di
Indonesia namun mengapa umat Islam tidak mau memilih
partai Islam? Dimana letak salahnya, dipartaikah, di
umatnyakah atau pemahaman keislaman dari keduanya?

 GPII adalah organisasi kader yang berbasis pemuda


Islam yang independen bukan merupakan underbow dari
satu partai politik peserta pemilu dan bukan pula
underbow dari ormas atau golongan politik manapun.
Akan tetapi sebagai pabrik kader bagi bangsa Indonesia
khususnya kader politik, GPII bekerjasama bersinergi
dengan partai dan ormas yang memperjuangkan
terwujudnya cita proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai
amanah dari Allah Tuhan Yang Maha Esa terhadap
bangsa Indonesia.

 Setiap kader atau alumni GPII yang aktif di berbagai


partai bukan merupakan perwakilan atau representasi
GPII namun lebih merupakan karya sumbangsih GPII
kepada dunia politik Indonesia dengan memberikan kader
terbaiknya.

93
o Garis Kebijakan Terhadap Organisasi Islam

 GPII dalam kebijakannya tidak memihak dan apriori


terhadap satu atau beberapa organisasi dan golongan
Islam dan umat Islam. GPII selalu mengajak dan
memimpin Umat Islam Indonesia kepada kesatuan dan
persatuan dalam menata Indonesia dengan semangat
cinta damai dari Izzul Islam wal Muslimin yang pro
kemerdekaan anti penjajahan menjadi rahmatan lil
alamiin bagi saudara kita sebangsa dan setanah air. GPII
selalu mengajak dan memimpin Umat Islam Indonesia
kepada kesatuan dan persatuan umat Islam dunia dalam
menata perdamaian dunia dengan semangat cinta damai
dari Izzul Islam wal Muslimin pro kemerdekaan anti
penjajahan menjadi rahmatan lil alamiin bagi saudara kita
umat manusia sedunia.

 Terhadap organisasi dan umat Islam yang dikategorikan


berpandangan teroris, GPII akan bersikap tidak
memerangi atau memusuhi namun bersikap pembinaan
dan solutif problem solving terhadap kebersamaan
langkah-langkah kedepan yang lebih indah dan damai
rahmatan lil alamin menurut ajaran Allah Tuhan Yang
Maha Esa yakni al Qur’an wa sunnah Rasul.

 Terhadap pertentangan dan perseteruan internal umat


Islam yang bersikap merasa paling baik, paling berhak
“ana kairu minhu”, GPII tidak mau terlibat dan melibatkan
diri. GPII dengan sikap “waktasimu bi hablilahi jamian
wala tafarraqu”, GPII selalu mengajak dan menganjurkan
perdamaian dalam kemerdekaan, persamaan dan
persaudaraan dengan cara yang hikmah, hangat, indah,
penuh kasih sayang dan damai.

 Terhadap persoalan besar yang dihadapi kaum muslimin


Indonesia yaitu:

 Kedalam, Perpecahan yang disebabkan oleh


kaburnya tanggapan (pemahaman konsepsi dan

94
prinsip) dan kejahilan terhadap tujuan, yang
merupakan penyakit yang berbahaya bagi kehidupan
perjuangan;

 Ke luar, Tidak adanya pengertian yang mendalam


terhadap problem-problem internasionalisme dan
problem-problem nasionalisme sehingga strategy dan
taktik yang mereka letakkan menjadi simpang siur dan
kacau balau, malah kian menjauhkan dari
kemungkinan mendekati tujuan.

 GPII wajib mengajak dan mempelopori melakukan


peninjauan-peninjauan kembali fundamental dalam
keseluruhan mengenai tafsir tujuan dan khittahnya, yang
meliputi segenap segi dan bidang perjuangan. Kemudian
memperdalam pengertian tentang pokok dari problem
keadaan tadi, yang merupakan “politikal phylosphy” atau
philosofy of government” dari kenyataan sekarang ini, dan
rangkaian hubungan serta perhitungan kemungkinan-
kemungkinan kesudahannya. Sehingga berdasarkan hasil
itu nanti segeralah dimulai langkah-langkah baru
bersama-sama. Dan standard satu-satunya dalam
melakukan peninjauan itu adalah warisan nabi
Muhammad yaitu “Taraktu fikum amraini ma in
tamassaktum bihima lam tadhillu abadan, kitabullah was
sunnati rasulih”. (HR al Hakim)

o Garis Kebijakan Terhadap Organisasi dan umat non Islam

 Pandangan GPII terhadap organisasi lain non Islam


adalah bercermin dari piagam Yastrib yang
ditandatangani oleh kaum Muhajirin, Anshar, Majusi,
Nasrani dan Yahudi saat melakukan kontrak sosial
pembangunan Madinatun Munawwarah. Mereka secara
bersama-sama saling melapis membangun persatuan
tegaknya Negara Madinatun Munawwarah yang damai,
aman, sentosa dan penuh kasih sayang, namun tetap
memberlakukan tegas terhadap siapapun yang
melakukan pelanggaran disiplin dengan adil tanpa

95
memihak dan tekanan dari siapapun. Melakukan
supremasi hukum terhadap siapapun meskipun anak nabi
Muhammad apabila melakukan korupsi maka hukum anti
korupsi harus ditegakkan.

 Terhadap organisasi dan umat non Islam, GPII bersikap


santun saling menghormati, saling menghargai
berdasarkan persamaan, kemerdekaan dan
persaudaraan dalam satu bangsa yaitu sebagai bangsa
Indonesia, satu tanah air tanah Indonesia dan satu
bahasa persatuan Bahasa Indonesia. GPII tidak akan
menekan seorang non muslim, GPII akan menentang
setiap orang yang melanggar hak atau melakukan
perbuatan aniaya atau permusuhan dan keonaran
terhadap non muslim dengan ketidak adilan. GPII akan
berlaku damai dan pendamai, namun GPII tetap akan
berlaku adil, akan melakukan cek dan ricek fakta
dilapangan agar tidak diperalat oleh non muslim yang
berlaku curang dan mendesak perdamaian untuk motivasi
dan tujuan curang.

 Terhadap blok barat dan blok timur, penjajahan


individualisme dan sosialisme para komparadornya di
Indonesia. Mereka melakukan perampokan sumberdaya
alam, hutan, tambang, perminyakan, gas. Merekalah
pelaku pemerasan manusia dengan upah buruh murah,
merusak tatanan sosial dengan pembodohan dan politik
adu domba yang diseluruh dunia mengakibatkan
kemiskinan merajalela di Indonesia. Mereka adu antara
TNI dan sipil, mereka adu antara buruh dan majikan,
mereka adu saranisme, sehingga Indonesia jadi sarang
tawuran ditengah merajalela, mereka menguasai deposit
pertambangan malidenum, emas, tembaga, bauksit, nikel,
besi, timah, batu bara, gas minyak bumi. Namun saat
dikatakan “jangan melakukan kerusakan di bumi
Indonesia”, tapi mereka bilang, mereka adalah pelaku
dan agen perdamaian dunia terhadap apa yang telah
mereka lakukan terhadap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.untuk ini GPII bersikap sebagaimana

96
guidance Allah dalam surat Muzammil ayat 11 “wazarnii
wal mukadzdzibina uluin nikmati wamah hilhum qalilah”.
Urusanku (menggilirkan jatuh bangunnya satu
peradaban) kata Allah, tugas yang menjadi langkah GPII
adalah menggambarkan kondisi objektif ini kepada
bangsa Indonesia seumumnya dan kader GPII khususnya
dan ajakan melakukan perbaikan diri hingga nanti sampai
masanya digambarkan surat al Kahfi 97 “gala:” hadza
rahmatanmin rabbii faidza jaa wa’du rabbi jaa’lahu
dakkaan wa kana wa’du rabbi haqqan” ini adalah
rahmatan (lil alamin) maka jika janji Allah tiba di akan
membikin (yakjuj wa makjuj) hancur lebur, sesungguhnya
janji Allah dala al Qur’an adalah benar.

 PENUTUP

Demikian Khittah perjuangan GPII sebagai garis strategi perjuangan


GPII guna terjaganya perjuangan pencapaian tujuan dan eksistensi
GPII diatas muka bumi Indonesia. Maka setiap upaya yang tidak
mengindahkan, melanggar atau menyeleweng dari Khittah
Perjuangan GPII hakekatnya adalah penghancuran dan penguburan
terhadap strategi dan eksistensi GPII. Upaya ini harus diambil
langkah pendisiplinan secara tegas. Khittah GPII yaitu langkah-
langkah strategis perjuangan GPII yang dibagi dalam Khittah umum,
internal dan eksternal agar dijadikan landasan perjuangan setiap
kepengurusan dan anggota GPII dalam mengayuh langkah
perjuangan untuk mencapai tujuan GPII yaitu membentuk pemuda
Islam yang berpegang teguh kepada al Qur’an dan sunnah rasul
serta bertanggung jawab atas terlaksananya ajaran Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Pelanggaran Khittah akan mengakibatkan tujuan kita tidak
akan tercapai hingga bumi ini kiamat sekalipun. Setiap pelanggaran
khttah perjuangan GPII akan mengakibatkan perjuangan GPII tidak
akan pernah mencapai tujuannya, sia-sia dalam perjuangan. Hanya
menghabiskan waktu, biaya dan tenaga untuk sebuah permainan
yang Cuma-Cuma. Untuk itu pandai-pandailah meniti buih, selamat
badan sampai di tujuan, mudah-mudahan Allah berkenan dengan
langkah-langkah khittah perjuangan GPII ini. Amiiinn.

97
98
POLA KEBIJAKAN UMUM
PIMPINAN PUSAT GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (PP GPII)
PERIODE 2013 – 2017

I MUQADDIMAH
Sesuai dengan AD/ART aslinya, nama sesungguhnya dari
Organisasi ini adalah Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(GPII) yang didirikan pada tanggal 2 Oktober 1945. GPII yang
lahir dari rahim revolusi bangsa Indonesia, sejak masa
kelahirannya hingga saat ini tidak pernah lepas dari mahzab
ideologi Islam. Bagi GPII, Islam adalah sumber nilai, keyakinan,
sistem pemikiran serta metode gerakannya. Ideologi Islamlah
yang masih membuat GPII eksis sampai hari ini. Meskipun
dalam perjalanan kesejarahannya tidak mudah
mempertahankan sebuah eksistensi. GPII pernah berjaya pada
masanya dan bahkan pernah hancur lebur pada masanya.
Refleksi sejarah inilah yang harus menjadi cermin buat kita
sebagai kader pelanjut ideologi GPII.

Karakteristik khas pola gerakan GPII sejak awal berdirinya


adalah tidak memisahkan gerakan politik dengan gerakan
keagamaan. Berpolitik bagi GPII adalah suatu keharusan,
sebab untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan GPII haruslah
dilakukan secara politis, sebab itu sudah merupakan watak
asli GPII semenjak lahir

Sebagai kader, kita tentu banyak belajar dari dinamika


internalitas GPII. GPII sebagai organisasi pemah mengalami
kevakuman struktural disebabkan sikap ideologi menolak
kebijakan politik penguasa despotic orde lama, dan kemudian
bangkit kembali menjelang reformasi tahun 1996. Bahkan
kembangkitan ini berhasil dan sukses menggalang seluruh
potensi kader dan konsolidasi organisatoris dengan
diselenggarakannya Muktamar ke IV sekaligus regenerasi
kepemimpinan dari KH. Abdul Qodir Djaelani ke generasi
pelanjut Askodar, Suaib Didu, dan Khoeruddin Amin, Hamka
Hendra Noer, Rahmat Kardi. Inilah titik balik penting dalam
perjalanan GPII hingga sekarang ini.

99
Gerakan GPII mempunyai dinamikanya sendiri dalam setiap
periode dan zamannya. Jika menganalisis GPII dengan
pendekatan historis, maka kita akan menemukan sebuah siklus
perjalanan GPII 10 hingga 20 tahunan. Siklus sepuluh tahun
pertama adalah masa-masa berat bagi organisasi untuk
sebuah perintisan dan pertumbuhan dan sepuluh tahun kedua
adalah masa kesuksesan sekaligus masa "kehancuran" bagi
GPII. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan GPII sejak masa
kelahirannya tanggal 2 Oktober 1945 hingga masa
pembubarannya tahun 1963 berdasarkan Kepres RI No. 139
tahun 1963. Sepuluh tahun pertama hingga tahun 1955 GPII
secara gemilang menempatkan 11 kadernya menjadi anggota
parlemen dari 57 kursi yang didapat dari Partai Masyumi,
bahkan menempatkan kader terbaiknya Ayahanda Burhanudin
Harahap sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia. Ini
kesuksesan GPII terbesar dalam sejarah pergerakan pemuda
Indonesia. Sebuah prestasi yang belum pernah dicapai
organisasi kepemudaan manapun yang mampu menyamai
prestasi GPII Namun apa yang terjadi pada siklus 10 tahun
kedua, GPII harus menerima pil pahit politik berupa
pembubaran. Ini adalah fakta sejarah yang harus selalu
menjadi cermin buat kita kader-kader GPII sekarang ini.

Mengacu dari refleksi sejarah di atas, maka sejak aktif kembali


tahun 1996 hingga sekarang, kita telah berada pada perjalanan
siklus kedua dua puluh tahunan. Di sepuluh tahun pertama
siklus sejarah dengan susah payah seluruh kader GPII
menjaga eksistensi organisasi dengan berbagai pengorbanan
yang dilakukan untuk menjaga tetap tegaknya marwah gerakan
ini. Dalam keyakinan yang ada dan secara bertahap tapi pasti,
maka eksistensi GPII telah memperlihatkan sebuah
kebangkitan kembali diatas peta kepemudaan Indonesia. Hal
ini dapat dilihat ketika Muktamar di Medan yang baru lalu,
GPII telah memiliki 36 PW defenitif. Ini sebuah kerja panjang
dan melelahkan yang layak untuk kita berikan apresiasi. Ke
depan tentunya perlu terus disempurnakan, adanya perbaikan
dan evaluasi sehingga eksistensi dan gerakan GPII menjadi
lebih baik lagi. Kader-kader GPII harus mampu mengikuti
perkembangan zamannya dan sekaligus militan serta istiqomah

100
dalam memegang ideologi Islam sebagai roh geraknya dan
menjadikannya Islam sebagai rahmatan lil alamin.

1.2 DASAR KEBIJAKAN PERJUANGAN GPII

Landasan Ideal : Al-Qur'an dan As-Sunnah


Landasan Idiologis : Khittah Perjuangan GPII
Landasan Konstitusional : AD GPII
Landasan Program : GBPP

1.3 MAKSUD

Program kebijakan umum dirumuskan dengan maksud untuk


menjadi pedoman dalam pengembangan dan peningkatan
program yang berkesinambungan dalam rangka mempersiapkan
program PP GPII selama tiga tahun ke depan. Program dasar
kebijakan umum adalah menjadi kerangka dasar bagi PP GPII
yang akan diderivasi oleh ketua-ketua bidang dalam bentuk
program yang lebih riil dan aktual dan terukur.

1.4 TUJUAN

Tujuan dasar kebijakan umum adalah untuk mewujudkan


kondisi secara bertahap dan berkesinambungan, sehingga
GPII dapat mencapai tujuan yang diatur dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga, dan GBPP melalui rangkaian
program dan kegiatan tiga tahunan.

1.5 PENGERTIAN
- Dasar Kebijakan Umum adalah acuan yang bersifat umum
dan menjadi pedoman dasar bagi perumusan dan
pelaksanaan program-program dan kegiatan-kegiatan
kepengurusan PP GPII selama 4 (empat) tahun mendatang
di setiap tingkatan.
- Landasan adalah perangkat normatif dan
konstitusional yang digunakan sebagai dasar
perumusan program dasar kebijakan umum.
- Arah adalah perspektif yang digunakan dalam dasar

101
kebijakan umum demi kepastian terwujudnya tujuan dan
sasaran-sasaran yang akan ditetapkan kemudian dalam
perumusan, penjabaran dan pelaksanaannya.
- Strategi adalah rangkaian tindakan yang ditetapkan untuk
menjamin terarahnya langkah-langkah perumusan,
penjabaran dan pelaksanaan Dasar Kebijakan Umum.
- Ruang Lingkup adalah acuan perhatian yang dipandang
strategis dalam perumusan, penjabaran dan pelaksanaan
Dasar Kebijakan Umum.
- Dasar Kebijakan Umum adalah bentuk-bentuk program
dan kegiatan yang bersifat umum, sebagai acuan dalam
merumuskan, menjabarkan dan melaksanakan program-
program dan kegiatan-kegiatan nyata kepengurusan PP
GPII selama tiga tahun di setiap tingkatan.
- Tata Hubungan Pelaksanaan Dasar Kebijakan Umum
adalah acuan pelaksanaan program, kegiatan dan pola
interaksi GPII dengan OKP tingkat nasional lainnya, dalam
rangka optimalisasi fungsi dan peran GPII melalui
pelaksanaan program, kegiatan dan interaksi yang terarah,
terkoordinasi dan tersinkronisasi di setiap tingkatan
kepengurusan GPII.

II VISI, MISI, dan NILAI

2.1 VISI:
Terwujudnya kualitas intelektual dan moralitas dalam
mengokohkan basis keumatan GPII dalam membangun citra
organisasi dan penguatan militansi ideologi kekaderan.

Kata kunci rumusan visi:


a. Kualitas Intelektual
Adalah kebiasaan menguji dan memperagakan agar
kebebasan berpikir dialektik, sehingga memiliki kebiasaan
menarik kesimpulan dengan metode Induktif, yang
dibarengi dengan kompetisi praktis, yakni kemampuan
menciptakan lewat proses penalaran yang tepat,
sehubungan dengan suatu tindakan.
b. Kualitas Moralitas

102
Adalah sikap seorang individu terhadap orang lain tentang
pertanggung jawaban terhadap orang lain, masyarakat dan
lingkungannya dengan mengacu pada ajaran Islam, etika
dan nilai-nilai budaya dan tradisi luhur bangsa.
c. Basis Keumatan
Adalah memperkuat kantong-kantong umat Islam diberbagai
strata lapisan dan menjaga serta mengantisipasi kepentingan
umat dengan memberikan pembelaan kepada kepentingan
umat secara komprehensif.
d. Citra Organisasi
Adalah menjaga marwah institusi baik secara internal
maupun eksternal dengan aktifitas pandangan, sikap, dan
program yang dapat memberikan nilai lebih bagi institusi GPII
dan memberikan manfaat secara komprehensif bagi
kepentingan umat.
e. Militansi Ideologi Kader
Adalah memproduksi kader-kader umat yang punya
wawasan keintelektualan yang mempunyai miiitansi ideologi
keislaman yang berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As
Sunnah yang berpihak kepada kebenaran demi
kepentingan umat serta bertanggung jawab atas
terlaksananya Syariat Islam baik dalam kehidupan individu,
bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.

2,2. MISI

a. Melaksanakan aktivitas untuk meningkatkan dan


mengembangkan kualitas intelektual, moralitas dan kapasitas
kader sehingga memiliki daya saing dalam menghadapi
percaturan global;
b. Menciptakan ruang yang kondusif bagi kader untuk dapat
berkompetisi secara sehat, dengan menjunjung niiai-nilai
keislaman, kejujuran, objektifitas dan berkeadilan.
c. Memelihara sikap dan integritas pemuda Islam yang
berwawasan kebangsaan untuk memelihara kehidupan
berbangsa dalam keragaman untuk persatuan, guna terciptanya
ketahanan nasional yang mampu menjamin kesinambungan
perjuangan dan pembangunan nasional;
d. Berperan aktif daiam seluruh proses pembangunan nasional

103
dalam rangka untuk memberdayakan masyarakat sebagai
upaya mempercepat proses pembangunan nasional demi
terwujudnya masyarakat madani dalam kompetisi global yang
aman, tenteram, damai dan sejahtera.
e. Merekatkan komunikasi antar organisasi kepemudaan sebagai
entitas pemuda Indonesia, untuk mewujudkan persaudaraan
kebangsaan yang Islami.

2,3. NILAI:

Untuk merealisasikan visi, maka dalam pengemban tugas-tugas


organisasi komponen kepemudaan senantiasa dituntut untuk
Berpegang teguh pada nilai-nilai pokok antara lain: Intelektual,
Moralitas, Integritas, Idealisme, Demokratis, Kepeloporan,
Pembaharu, Militansi Ideologi, dan Semangat Kebangsaan.

Ill RUANG LINGKUP


a. Selaras dengan keberadaan GPII sebagai wadah
perjuangan pemuda Islam, dengan memperhatikan arah dan
strategi pelaksanaan program kebijakan umum, maka ruang
lingkup pelaksanaan program kebijakan umum GPII secara
garis besar meliputi hal-hal strategis, terdiri dari : lingkup
Organisasi, Pengembangan Sumber Daya Pemuda, Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hubungan Luar Negeri.
b. Dalam upaya pembentukan jati diri Bangsa, maka agama
dan budaya menjadi suatu kekuatan moral dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
Pemuda Islam harus tampil sebagai pendorong dan pelopor
dalam pembentukan watak dan karakter masyarakat dalam
menjaga agenda reformasi menyongsong Indonesia Baru
yang Islami.
c. Generasi Muda sebagai insan pembangunan sekaligus
dituntut tanggung jawabnya untuk mampu berkembang
dan lahir sebagai pendobrak dan pembaharu demi
kemajuan ekonomi, khususnya penciptaan golongan
masyarakat ekonomi menengah baru.
d. Pemantapan dan pengembangan jati diri pemuda
Indonesia yang dijiwai oleh wawasan kebangsaan yang
tinggi, nilai-nilai kejuangan Bangsa yang lestari, serta

104
pembudayaan sikap kritis, konstruktif, solutif, dan
pembudayaan sikap disiplin terhadap norma dan aturan
yang berlaku, serta peningkatan kualitas kepemimpinan
melalui proses kaderisasi.
e. Peningkatan kualitas komunikasi dan peningkatan kualitas
partisipasi antara GPII dengan Organisasi Kepemudaan dan
antara GPII dengan Wadah Kemahasiswaan, LSM, serta
institusi-institusi kepemudaan lainnya.
f. Peningkatan kualitas peran dan kepedulian pemuda dalam
rangka menanggapi secara kritis dan konstruktif setiap
masalah yang menyangkut kedaulatan bangsa dan negara
dan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat pada
umumnya, serta masalah-masalah yang menyangkut
kepentingan pemuda pada khususnya.
g. Peningkatan kualitas peran pemuda Islam dalam
mengantisipasi dan menanggapi perkembangan global
secara kritis dan pro-aktif, terutama yang berkaitan dengan
ketahanan nasional, masalah-masalah internasional guna
mencapai masyarakat adil dan makmur dalam bingkai
keislaman.

3.1 RUANG LINGKUP KEBIJAKAN


A. Penguatan dan Peningkatan Kerja Organisasi
Pemantapan dan peningkatan kualitas kerja organisasi
diarahkan dalam rangka penataan struktur kelembagaan,
musyawarah dan rapat-rapat untuk mengoptimalisasi kebijakan
organisasi yang berdaya guna dan berhasil guna.

Penataan mekanisme/sistem kerja dan musyawarah-


musyawarah/rapat-rapat.

Mengembangkan sumber daya insani personalia


kepengurusan untuk mengoptimalisasi personalia
kepengurusan dalam melaksanakan peran, fungsi, tugas, dan
wewenangnya dalam organisasi.

Penataan administrasi melalui penyediaan sarana dan


prasarana yang lebih modern, serta pengelolaan keuangan

105
secara efektif dan efisien untuk mendukung pelaksanan
program kerja.

B. Penguatan dan Peningkatan Kualitas Koordinasi


Pemantapan dan peningkatan kualitas koordinasi adalah
koordinasi secara struktural Kekuasaan dan kepemimpinan
antar kelembagaan GPII dari pusat sampai kecamatan
secara koordinatif dan meningkatkan intensitas komunikasi
dan informasi secara timbal balik, khususnya yang berkaitan
dengan permasalahan aktual kenegaraan dan
kemasyarakatan.

Mengintensifkan upaya sosialisasi Kebijakan umum


organisasi dan silaturrahim timbal balik antar personalia
kepengurusan dalam membina persaudaraan dan solidaritas
pemuda antar jenjang kepengurusan.

C. Penguatan dan Peningkatan Kualitas Komunikasi


Pemantapan dan peningkatan kualitas komunikasi adalah
komunikasi antara GPII dengan OKP serta organisasi
kepemudaan lainnya, diarahkan dalam wujud :

Menjalin hubungan yang harmonis dengan dilandasi nilai-


nilai keseimbangan dalam hakekat keberhimpunan yang
tidak bersifat mengikat tetapi secara sukarela;

Membina kerjasama yang sinergis dengan dilandasi nilai-


nilai kebersamaan dalam rangka untuk mengembangkan
kualitas pemuda Indonesia sebagai pewaris masa depan;

Mengembangkan inovasi baru dengan dilandasi nilai-nilai


kejuangan dan kepeloporan dalam rangka memecahkan
masalah kepemudaan pada khususnya, dan masalah-masalah
yang dihadapi oleh negara pada umumnya.

D. Penguatan dan Peningkatan Kualitas Partisipatif


Pemantapan dan peningkatan kualitas partisipasi GPII
dengan kelembagaan lainnya dalam arti perwujudan

106
tanggungjawab pemuda sebagai bagian integral dari
masyarakat dan bangsa, diarahkan dalam wujud:
a. Partisipasi GPII daiam mensukseskan kebijakan
Pembangunan nasional, baik dalam bentuk
pengawasan, rumusan konsepsional maupun dalam
bentuk karya nyata, dalam rangka mensukseskan
agenda reformasi nasional yang tertunda sebagai wujud
tanggungjawab dan kepeloporan pemuda bersama
kelembagaannya terhadap negara;
b. Partisipasi GPII daiam kegiatan kelembagaan
kemasyarakatan lainnya, untuk memberdayakan
masyarakat dalam meningkatkan harkat dalam posisinya
sebagai subjek Pembangunan.
c. Partisipasi GPII dalam memantapkan komitmen
keutuhan negara kesatuan dan terciptanya masyarakat
madani, dengan menjunjung sikap demokratis dan
menghormati hak-hak asazi manusia;

3.2 RUANG LINGKUP PROGRAM RUTIN


Adalah program yang sifatnya rutinitas dilakukan oleh GPII
sepanjang perjalanan kepengurusannya yang bersentuhan
langsung dan mempunyai kontribusi yang konstruktif terhadap
umat.

A. PROGRAM MANDIRI
Adalah program yang sifatnya dilakukan secara mandiri oleh
kelembagaan GPII tanpa keterlibatan dan dukungan
kelembagaan lainnya, meskipun ruang lingkupnya internal
ataupun melibatkan kelembagaan lainnya sebagai
partisipan, misalnya; Pertemuan Islam se-rantau dan se-
Asia Tenggara, dll.

B. PROGRAM KEMITRAAN
Adalah program yang sifatnya dilakukan secara kerjasama
timbal balik antara kelembagaan GPII dengan kelembagaan
lainnya, misalnya ; Desa Binaan, camp pemuda Islam dll.

107
C. PROGRAM PARTISIPASI
Mendorong program yang sifatnya dilaksanakan oleh
kelembagaan yang lain, dengan melibatkan kelembagaan
GPII sebagai partisipan. Tata hubungan pelaksanaan
program GPII dengan organisasi kepemudaan dan institusi
lainnya.

Sesuai dengan fungsi GPII sebagai organisasi


kepemudaan dan wadah perjuangan pemuda Islam, maka
pelaksanaan program kerja dapat diatur dengan tata
hubungan sebagai berikut:
a. GPII bersama organisasi pemuda lainnya dapat
memosisikan diri sebagai perencana, pelaksana,
monitoring dan evaluasi;
b. Program GPII dan organisasi kepemudaan dapat
dijadikan landasan dalam melaksanakan program
pemberdayaan Kepemudaan;
c. GPII sebagai organisasi kepemudaan Islam dapat
melaksanakan program yang bersifat strategis,
akomodatif dan integratif bagi pemuda Indonesia
untuk meningkatkan partisipasi terhadap
Pembangunan nasional;
d. GPII bersama organisasi kepemudaan lainnya dapat
melaksanakan program yang lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia pemuda
islam, yakni kualitas intelektual, moralitas dan
keterampilan yang berwawasan kebangsaan dan
memiliki kemampuan daya saing.

Dalam penjabaran dan pelaksanaan Dasar Kebijakan Umum,


harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penjabaran Dasar Kebijakan Umum hendaknya
memperhatikan status GPII sebagai wadah
perjuangan pemuda Islam;
b. Dasar Kebijakan Umum harus dijabarkan dalam seluruh
aktifitas organisasi, yang menggambarkan adanya nilai
tambah bagi pemberdayaan pemuda Islam dan
masyarakat lainnya dalam wadah negara bangsa;

108
c. Dasar Program Kebijakan Umum hendaknya dilakukan
dalam rangka memperkokoh wawasan kebangsaan,
persatuan dan keragaman, komitmen kebersamaan dan
olidaritas antara sesame pemuda islam dan masyarakat,
serta memperteguh idealisme, jiwa kejuangan,
kepeloporan dan pembaharuan;
d. Dasar Kebijakan Umum harus didukung dengan tingkat
kemantapan optimal dari segenap perangkat organisasi
GPII secara struktural;
e. Dalam melaksanakan program kerja, masing-masing
tingkat kepengurusan GPII bertindak sebagai fasilitator,
motivator, dinamisator dan akselerator secara
optimal, dengan memperhatikan karakteristik masing-
masing pengurus Wilayah dan daerah, sesuai dengan
mekanisme kerja yang disepakati bersama dalam
menetapkan program kerja.

IV ARAH DAN STRATEGI KEBIJAKAN

4.1 ARAH
Pengembangan dan peningkatan potensi serta kualitas
Gerakan Pemuda Islam Indonesia dilaksanakan dalam
rangka:
a. Memberi nilai tambah pada aspek ketaqwaan, mental
ideologis, wawasan kebangsaan, kepemimpinan,
pengetahuan dan keterampilan, sehingga mampu
mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sekaligus
mampu menjawab berbagai permasalahan yang
berkembang, seperti: pemantapan demokrasi, pelaksanaan
HAM, pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya,
peningkatan kesejahteraan rakyat, peningkatan kualitas
sumber daya manusia yang memberikan jaminan terhadap
keamanan, kesehatan, produktivitas, estetika dan budaya
manusia serta penegakkan supemasi hukum.
b. Mendorong Gerakan Pemuda Islam Indonesia untuk
berperan aktif, kritis dan konstruktif dalam menentukan
corak dan wujud masa depannya dalam kerangka

109
perwujudan Cita-cita nasional.
c. Gerakan Pemuda Islam Indonesia membangun
kebersamaan ide, gagasan dan langkah-langkah dalam
keragaman latar belakang, visi, dan persepsi, demi
terlaksananya aktifitas nyata yang memungkinkan GPII
dapat menjalankan tugas-tugas keumatan sesuai dengan
panggilannya untuk berperan aktif dalam memberikan
warna Islami.

Sejalan dengan pemikiran di atas, maka Dasar Kebijakan Umum


Gerakan Pemuda Islam Indonesia diarahkan pada:
a. Pengembangan moral spiritual, mental ideologi,
wawasan kebangsaan, kepemimpinan dan ketrampilan,
penguasaan Umu Pengetahuan, Teknologi dan
pengembangan ekonomi, sehingga mampu berperan aktif
dan kritis sebagai subyek dalam kegiatan Pembangunan
Nasional.
b. Pengembangan komitmen kepemudaan, kebangsaan,
kemanusiaan, demokratisasi, keadilan dan kesejahteraan
dikalangan pemuda islam, sebagai aktualisasi dari
kesadaran untuk mewujudkan Pembangunan yang
bermoral dan beretika.
c. Pemantapan keberadaan, fungsi dan peran GPII pada
dinamika kepemudaan, sehingga tercapai kemampuan
optimal dalam melaksanakan tugas-tugas pengembangan
organisasi serta mampu mengakomodir, mengemban,
dan menyalurkan aspirasi serta kepentingan pemuda
Islam,
d. Pengoptimalan kebersamaan, kesatuan dan saling
menghormati dari segenap potensi kepemudaan,
dalam usaha meningkatkan peran aktif pemuda Islam
dalam pemberdayaan Pembangunan nasional.

4.2 STRATEGI

Berdasarkan arah kebijakan, maka strategi pelaksanaan Dasar


Kebijakan Umum disusun sebagai berikut:

110
A. Strategi Jangka Pendek
Strategi Jangka Pendek sesungguhnya merupakan
rangkaian untuk mewujudkan Strategi Jangka Panjang
dengan menitikberatkan pada kondisi Bangsa , yang meliputi
upaya-upaya sebagai berikut:
a. Memantapkan fungsi dan keberadaan GPII sebagai
Wadah Organisasi Kepemudaan dan Wadah Perekat
Pemuda Islam dalam rangka mengoptimalkan segenap
fungsi, peran dan perangkat organisasi GPII, untuk ikut
serta memantapkan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam memperkukuh
persatuan dan kesatuan.
b. Memberi optimalisasi dukungan bagi pemantapan
GPII, baik dari segi kelembagaan, keanggotaan,
kaderisasi maupun program, sebagai upaya peningkatan
kualitas sumberdaya manusia Indonesia untuk dapat
bersaing dalam era global.
c. Peningkatan kesadaran atau perubahan paradigma
menyangkut eksistensi diri GPII dengan mengutamakan
pengembangan ideologi keislaman dan intelektual
kepemudaan;
d. Meningkatkan kesadaran nasional, disiplin nasional
dan tanggung jawab nasional Gerakan Pemuda Islam
Indonesia, sebagai subyek yang ikut berperan daiam
memantapkan terselenggaranya sistem dan mekanisme
Pembangunan Nasional.
e. GPII perlu membangun hubungan kemitraan dengan
Pemerintah, lembaga-lembaga swasta nasional serta
lembaga-lembaga informal dan lembaga-lembaga
internasional lainnya, agar pelaksanaan program dapat
berjalan secara terpadu, terkoordinasi, dan lancar
sesuai perencanaan.
f. Meningkatkan partisipasi yang proaktif dalam menyikapi
fenomena masyarakat yang ada.

B. Strategi Jangka Panjang


Strategi Jangka Panjang meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
a. Pemantapan iklim pengembangan Pemuda yang kondusif,
dalam rangka menumbuhkan komitmen dan penjiwaan

111
yang tinggi terhadap wawasan kebangsaan, sikap perilaku
etis, moral, spiritual, semangat kepeloporan, pembaharuan
dan disiplin diri menuju terwujudnya kernandirian pemuda
islam.
b. Peningkatan keberanian moral, konsistensi dan
kemampuan GPII dalam mengartikulasikan dan
mengagregasikan kepentingan dan aspirasi pemuda Islam
secara menyeluruh, untuk kepentingan umat dalam segala
aspek kehidupan.
c. Memperkokoh rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan di
kalangan pemuda Indonesia pada semua sektor kehidupan,
dalam rangka memperjuangkan kepentingan Pemuda
islam sejalan dengan dinamika Pembangunan Nasional.
d. Peningkatan dan pemantapan profesionalisme sumber
daya GPII dalam menghadapi tantangan globalisasi dan
dalam membangun hubungan antar bangsa sesuai
dengan kepentingan Nasional.

V. POKOK-POKOK PROGRAM UMUM


Pokok-pokok Program Umum merupakan acuan yang bersifat
umum dan mendasar bagi perumusan program-program
kepengurusan GPII di setiap tingkatan selama satu periode,
sesuai dengan arah dan strategi Dasar Kebijakan Umum GPII
yang disusun secara terpadu, terarah dan menyeluruh.
Pokok-Pokok Program Umum terdiri dari:

5.1 Internal
a. Konsolidasi
Konsolidasi adalah wahana memperkokoh interna!
organisasi dalam menstabilisasi struktur yang teratur dan
terstruktur sesuai dengan aturan yang ada, dan konsolidasi
dikembangkan dengan strukturisasi, restrukturisasi,
pemberdayaan struktur organisasi dan sistem administrasi.

b. Kaderisasi
GPII telah menegaskan dirinya sebagai organisasi kader,
maka sebagai sebuah kewajiban penyiapan kader
organisasi, agar GPII bisa hidup dengan panjang dan baik,

112
hal yang demikian akan terwujud apabila GPII ditopang
oleh kualitas kader. Untuk mewujudkan sebagaimana
diterangkan diatas harus melalui proses kaderisasi yang
benar dan serius dengan konsep yang matang, sehingga
GPII menjadi pesantren politik yang akan melahirkan kader-
kader politik lslam, yang memiliki keberanian dan
kemampuan ijtihad politik yang cerdas dan bermoral,
sehingga bangsa ini memiliki politikus-politikus yang
mampu mendefinisikan Islam dan Indonesia pada
jamannya. Kaderisasi GPII berawal dengan merumuskan
citra kader GPII yang diharapkan, sebagai panduan dan lajur
pokok kaderisasi.

c. Pembangunan SDM
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
mendapat perhatian yang baik sebagai komunitas yang
bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa, maka
GPII harus memiliki daya concern yang tinggi dalam
Pembangunan manusia yang menjadi tenaga
Pembangunan manusia dalam berorganisasi, berbangsa,
dan bernegara.

d. Penguatan dan peningkatan kualitas Organisasi.


Penguatan dan peningkatan, kualitas Organisasi diarahkan
dalam rangka:
a) Penataan struktur kelembagaan dan mekanisme
kerja organisasi di setiap tingkatan kepengurusan
b) Optimalisasi personalia kepengurusan serta
mekanisme kerja organisasi di setiap tingkatan
kepengurusan.
c) Pengadaan sarana dan prasarana yang memadai
melalui penataan manajemen organisasi dalam rangka
mendukung pelaksanaan program kerja,
d) Penyediaan sistem informasi manajemen organisasi
secara modern.
e) Pemantapan Pola Hubungan antara GPII dengan
Organisasi Kepemudaan secara efektif dan efisien
dalam mendukung pelaksanaan program kerja GPII
secara komprehensif.

113
5.2 Eksternal

5.2.1. Pemantapan Rasa Kebangsaan untuk Menangkal


Ancaman Desintegrasi

Pemantapan rasa kebangsaan untuk menangkal


ancaman desintegrasi dapat diwujudkan melalui
program-program yang dapat meningkatkan harkat dan
martabat bangsa. Program-program tersebut adalah
yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak
langsung dengan akar permasalahan yang dapat
mengakibatkan desintegrasi seperti kesenjangan sosial
akibat korupsi yang merajalela, pembangkangan daerah
sebagai ekses pelaksanaan otonomi daerah dan
intervensi asing sebagai konsekwensi logis dari dunia
tanpa batas.

Memantapkan rasa kebangsaan dapat dibangun dengan


menciptakan sense of belonging dengan cara melakukan
perang total terhadap koruptor.

GPII dapat mengkoordinir OKP dan berbagai institusi


kepemudaan lainnya untuk melakukan berbagai
program pengakajian dan aksi yang diharapkan dapat
menghukum para koruptor secara sosial. Agar program
ini dapat terarah dan tidak melanggar hukum maka
lembaga negara yang kompeten seperti KPK harus
dilibatkan. Demikian juga dengan LSM seperti ICW, ITI
yang sudah mempunyai reputasi dalam memerangi
korupsi dapat dilibatkan perencanaan program
dimaksud.

Konflik-konflik daerah baik berupa konflik horizontal


antara sesama komponen masyarakat maupun konflik
vertikal antara pemerintah daerah dan pusat akan
cenderung meningkat dimasa mendatang sehingga
apabila tidak ditangani secara bijaksana dikhawatirkan
akan mengarah ke desintegarasi Bangsa. GPII dapat

114
berperan menjadi katalisator para pihak yang bertikai
dengan cara melakukan program yang berdimensi
budaya yang mengakui dan menghargai pluralitas.
Sedangkan untuk memecahkan konflik vertikal peran
serta Keluarga Besar GPII pada semua strata
pengabdian diharapkan tepat menjembatani
komunikasi pusat dan daerah.

Desintegrasi sebagai akibat intervensi asing hanya dapat


ditangkal dengan cara mengetahui pola-poia intervensi
yang dikembangkan oleh kekuatan asing tersebut
sehingga untuk dapat menangkalnya GPII harus
memperluas pengetahuan internasionalisasinya
sehingga dapat lebih "outward looking". Disamping
secara rutin dan konsisten mengikuti program-program
yang bersifat internasional, juga harus diupayakan untuk
menjalin kerjasama dengan berbagai organisasi pemuda
di luar negeri.

5.2.2 Penguatan Kualitas Kepemimpinan Pemuda Islam


sebagai Upaya Mengatasi Krisis Kepemimpinan
Nasional.

Hasil survei beberapa lembaga yang cukup ternama di


negara ini memperlihatkan hasil yang sangat
mengkhawatirkan terutama bagi pemuda sebagai
leader for tomorrow. Survei yang dilakukan untuk
meneropong kepemimpinan nasional tersebut
menghasilkan kesimpulan bahwa saat ini Indonesia
sedang mengalami krisis kepemimpinan nasional.

Pemimpin nasional seharusnya dihasilkan melalui


pengkaderan-pengkaderan di partai-partai politik.
Disamping sebagai sarana memilih para pemimpin
nasional, partai politik adalah juga sarana menyalurkan
aspirasi masyarakat untuk kemudian diperjuangkan
melalui parlemen.

115
Oleh sebab itu GPII harus mendorong para pemuda
untuk turut aktif dalam berbagai partai politik. Disamping
itu GPII bersama-sama OKP dapat mempelopori
pendidikan, pelatihan dan penataran-penataran di
bidang kepemimpinan. Kurikulum yang dikembangkan
di lemhannas dapat dijadikan acuan sedangkan dalan
pelaksanaannya dapat dijalin kerjasama dengan
berbagai lembaga yang sudah mempunyai kredibilitas
seperti Lemhannas dan lain-lain.

5.2.3. Pemberdayaan ekonomi dan penguatan


Jaringan

Di setiap tingkatan GPII dapat bekerjasama dengan


Departemen dan Kementerian untuk mengadakan
pelatihan-pelatihan ketrampilan yang dibutuhkan di
daerahnya masing-masing.

Untuk menciptakan wirausahawan-wirausahawan muda,


GPII dapat bekerja sama dengan KADIN, HIPMI dan
Departemen Koperasi. Para usahawan muda berbakat
dapat dijadikan sebagai supplier atau penghasil
produk-produk yang akan disalurkan pada para
pengusaha-pengusaha besar. Untuk mendukung upaya
ini, GPII diharapkan dapat meloby pemerintah untuk
mengeluarkan kebijakan yang melarang penguasaan
satu mata rantai usaha dari hulu hingga kehilir. Untuk
mendukung permodalan para wirausahawan muda
tersebut.

Kerjasama yang baik dan saling menguntungkan akan


memungkinkan GPI bersama-sama OKP dapat
menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.
Disamping itu GPII diharapkan dapat mendobrak
hambatan birokrasi yang hingga saat ini masih
merupakan masalah yang krusial.

116
VI MANAGEMEN ORGANISASI

A. Struktur Organisasi

Dalam upaya menyelenggarakan pokok-pokok program


umum GPII tersebut diatas, maka perlu dijabarkan dalam
bentuk struktur organisasi agar sasaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Struktur organisasi adalah
kerangka antar hubungan dari satuan-satuan organisasi
atau bidang-bidang kerja yang didalamnya terdapat
pimpinan, tugas dan wewenang serta peran masing-masing
personalia dalam totalitas organisasi.

Dalam organisasi GPII struktur organisasi yang digunakan


adalah dalam bentuk organisasi garis dan fungsionai,
dimana wewenang Ketua Umum dideiegasikan kepada
satuan organisasi atau bidang-bidang kerja yang dipimpin
oleh para Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal, Wakil
Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum.

Pimpinan dari setiap satuan organisasi atau bidang kerja itu


mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pelaksanaan tugas bidangnya masing-masing. Kemudian
secara fungsional tanggung jawab itu dipertanggung
jawabkan oleh pimpinan masing-masing bidang kerja
kepada Ketua Umum.

Struktur organisasi Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda


Islam Indonesia teridir dari 3 Wakil Ketua Umum dan 15
Ketua Bidang sesuai bidang kerja utama, yaitu:
1. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
2. Ketua Bidang Kaderisasi
3. Ketua Bidang Sosial Politik
4. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga
5. Ketua Bidang Da’wah
6. Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan
7. Ketua Bidang Hukum & HAM
8. Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Syariah

117
9. Ketua Bidang Hubungan Internasional
10. Ketua Bidang Informasi & Komunikasi
11. Ketua Bidang Pendidikan & Budaya
12. Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan
13. Ketua Bidang Kajian Strategis
14. Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial
15. Ketua Bidang Aksi dan Propaganda

B. Komposisi Personalia

Komposisi Personalia Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda


Islam Indonesia (PP GPII) diisi oleh anggota GPII yang
memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam AD/ART atau ketentuan lain. Komposisi personalia
yang mengisi struktur bidang kerja tersebut terbagi dalam 2
(dua) bagian posisi, yaitu Pengurus Harian dan Pengurus
Departemen. Pengurus Harian terdiri dari Ketua Umum,
Wakil Ketua Umum, Para Ketua-Ketua Bidang, Sekretaris
Jenderal, Wakil-wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum
dan para Bendahara. Sedangkan Pengurus Departemen
sebanyak-banyak 4 (empat) orang anggota disetiap
Departemen, sehingga Pimpinan Pusat GPII sebanyak-
banyaknya berjumlah 71 orang, yang terdiri dari 24 orang
Pengurus Harian dan 47 orang Pengurus Departemen.
Komposisi personalia yang mengisi struktur organisasinya
adalah sebagai berikut:

KETUA UMUM
Wakil Ketua Umum Bidang Internal
Wakil Ketua Umum Bidang Eksternal
Wakil Ketua Umum Bidang Kaderisasi

Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi


Ketua Bidang Kaderisasi
Ketua Bidang Sosial Politik
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga
Ketua Bidang Da’wah
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan
Ketua Bidang Hukum & HAM

118
Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Syariah
Ketua Bidang Hubungan Internasional
Ketua Bidang Informasi & Komunikasi
Ketua Bidang Pendidikan & Budaya
Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan
Ketua Bidang Kajian Strategis
Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial
Ketua Bidang Aksi dan Propaganda

SEKRETARIS JENDERAL

Wakil Sekretaris Pembinaan Aparat Organisasi


Wakil Sekretaris Kaderisasi
Wakil Sekretaris Sosial Politik
Wakil Sekretaris Hubungan Antar Lembaga
Wakil Sekretaris Da’wah
Wakil Sekretaris Penelitian dan Pengembangan
Wakil Sekretaris Hukum & HAM
Wakil Sekretaris Pengembangan Ekonomi Syariah
Wakil Sekretaris Hubungan Internasional
Wakil Sekretaris Informasi & Komunikasi
Wakil Sekretaris Pendidikan & Budaya
Wakil Sekretaris Pertahanan dan Keamanan
Wakil Sekretaris Kajian Strategis
Wakil Sekretaris Kesejahteraan Sosial
Wakil Sekretaris Aksi dan Propaganda

BENDAHARA UMUM

Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara
Wakil Bendahara

119
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN

Departemen Pembinaan Wilayah


Departemen Kursus dan Training
Departemen Hubungan Pemerintah dan OKP
Departemen Otda, Pemilu dan Pilkada
Departemen Informasi dan Teknologi
Departemen Pengembangan SDM
Departemen Advokasi Hukum dan HAM
Departemen Wirausaha, UMKM, Koperasi dan BMT
Departemen Kajian Pemikiran Islam dan Barat
Departemen Sosial

LEMBAGA KHUSUS
Direktur LBH GPII
Direktur Kewirausahaan GPII
Direktur Lembaga Pers
Direktur Lembaga Da’wah, Seni dan Budaya Islam
Direktur Lembaga Pengembangan Ekonomi Ummat
Kepala Biro Rumah Tangga

BADAN - BADAN OTONOM


Komandan Brigade GPII
Korps GPII Putri

MAJELIS DEWAN SYURO

VII TATA HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM


KEBIJAKAN UMUM

Sesuai dengan fungsi GPII sebagai salah satu organisasi ideologi


keislaman, maka pelaksanaan program Kerja diatur dengan tata
hubungan sebagai berikut:
a. GPII memosisikan dirinya sebagai perencana,
pengagregasi dan pengevaluasi program dan kegiatan
bersama dengan Organisasi Kepemudaan.
b. Dasar Kebijakan Umum GPII sebagai landasan pelaksanaan
kegiatan.

120
c. GPII sebagai salah satu wadah kepemudaan Islam
melaksanakan program yang bersifat strategis, akomodatif
dan integratif bagi kepentingan keumatan.
d. Dasar Kebijakan Umum GPII lebih diarahkan kepada
aspek peningkatan kualitas sumber daya manusia,
Kepemimpinan, Wawasan kebangsaan dan wawasan
Internasional seperti : forum-forum Internasional yang
dilaksanakan, mewakili pemuda Indonesia dalam
forum internasional yang berorientasi kepemimpinan
pemuda dan kegiatan strategis lainnya.
e. GPII bersama Organisasi Kepemudaan lainnya
melaksanakan program yang lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas partisipasi pemuda islam terhadap
Pembangunan Nasional.

Dalam penjabaran dan pelaksanaan Dasar Kebijakan Umum


GPI, harus memperhatikan hal-hal sebagai terikut:
a. Dasar Kebijakan Umum GPII harus dijabarkan oleh
pelaksana program dalam seluruh gerak dan tindak
organisasi, yang menggambarkan adanya nilai tambah
(value added) bagi pemuda islam pada khususnya dan
bangsa Indonesia pada umumnya.
b. Penjabaran Dasar Kebijakan Umum GPII hendaknya
dilakukan dalam rangka memperkokoh wawasan
kebangsaan, persatuan dan kesatuan, komitmen
kebersamaan dan solidaritas antara sesama Pemuda islam
dan masyarakat, serta mempertebal idealisme, jiwa
kejuangan, kepeloporan dan pembaharuan yang
merefleksikan nafas keislaman.
c. Dasar Kebijakan Umum GPII harus didukung dengan
tingkat kemantapan optimal dari segenap perangkat
organisasi GPII, termasuk seluruh perangkat Organisasi GPI
yang ada di Wilayah, daerah, dan kecamatan.
d. Dasar Kebijakan Umum GPII hendaknya memperhatikan
status GPII sebagai wadah gerakan pemuda Islam dan
anak kandung umat Islam.
e. Dalam melaksanakan Dasar Kebijakan Umum GPII,
masing-masing tingkat kepengurusan GPII bertindak
sebagai fasilitator, motivator, dinamisator dan akselerator

121
kepemudaan secara optimal, sesuai dengan mekanisme
kerja organisasi yang disepakati bersama untuk
menetapkan program kerja.

Dari jabaran kegiatan PP GPII sebagaimana arah dan tujuan


organisasi, maka GPII masa bakti 2013-2017 berorientasi pada :
Organisasi, Pengembangan Sumber Daya Pemuda, Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hubungan Luar Negeri dengan
mengacu pada prinsip-prinsip yaitu; (1) Prinsip keislaman, (2)
Prinsip Organisasi, (3) Prinsip Kaderisasi, (4) Prinsip
Komunikasi, (5) Prinsip Partisipasi, (6) Prinsip Kepeloporan
dan (7) Prinsip Kebersamaan.

VIII PENUTUP
Pokok-pokok Dasar Kebijakan Umum GPII ini merupakan awal
dari strategi jangka panjang organisasi, yang akan mengantar
GPII untuk meraih masa depan yang lebih cemerlang. Pokok-
pokok Program Kebijakan Umum GPII ini dalam realisasinya
sangat tergantung kepada peran aktif seluruh perangkat
organisasi GPII baik dari Pusat sampai ke Daerah bahkan
kecamatan, dengan dilandasi pada sikap mental, tekad dan
semangat serta ketaatan dan disiplin para pelaksana program
dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya.

122
123
PEDOMAN ORGANISASI
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA (GPII)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Definisi dan Pengertian Umum

1. Pedoman Organisasi ini berfungsi sebagai acuan baku bagi


semua eselon pimpian GPII yang memaparkan berbagai
instrument strategis institusi GPII dan terdiri dari Deskripsi
Kerja Pimpinan ( DKP ), Standarisasi Kinerja Pimpinan ( SKP
), dan Pedoman Pelaksanaan Pelantikan dan Pengesahan
Pimpinan.
2. Deskripsi Kerja Pimpinan ( DKP ) merupakan referensi kerja
bagi setiap fungsionaris di semua eselon Pimpinan GPII dalam
mengimplementasi setiap kebijakan institusional, yang berisi
deskripsi kerja, batasan kewenangan dan amanah tanggung
jawab, serta berbagai pola alur pengambilan kebijakan yang
berlaku di dalam tubuh Pimpinan GPII.
3. Standarisasi Kinerja Pimpinan ( SKP ), adalah sejumlah
variabel parametrik yang diformula untuk mengukur berbagai
asumsi dan indikator keberhasilan implementasi program dan
kebijakan institusional.
4. Pimpinan Pleno adalah forum pimpinan setiap eselon secara
lengkap sebagai penanggung jawab kolektif organisasi, mulai
dari ketua umum/ ketua ( di tingkat daerah dan cabang ) hingga
departemen, badan otonom, badan-badan khusus dan biro.
5. Pimpinan Harian merupakan forum pelaksana harian pimpinan
yang secara hierarkis mulai dari ketua umum/ ketua ( di tingkat
daerah dan cabang ) hingga wakil bendahara serta koordinator
badan otonom bertanggung jawab kepada pimpinan harian.

124
BAB II
DESKRIPSI KERJA PIMPINAN ( DKP )

Pasal 2
Hierarki Konstitusi

1. Al-Qur’an dan al-Hadits


2. Anggaran Dasar GPII
3. Keputusan dan Ketetapan Muktamar GPII
4. Keputusan dan Ketetapan SDO dan Mukernas GPII
5. Peraturan Khusus ( PERSUS ) yang dibuat dan ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat GPII
6. Surat Keputusan ( SK ) di setiap eselon pimpinan GPII.

Pasal 3
Struktur Organisasi

Untuk mengakomodir setiap dinamika dan tuntutan institusional


dalam pengembangan program amaliyah di kalangan masyarakat
pemuda, maka sesuai dengan amanah Muktamar Medan Pimpinan
GPII memiliki struktur organisasi dengan klasifikasi komposisi
sebagai berikut: Pimpinan Harian, lapis Departemental, Koordinator-
koordinator Wilayah, Badan-badan Khusus Badan Otonom, dan Biro
Rumah Tangga.

Pasal 4
Pembagian Fungsi, Kewenangan dan Tanggung Jawab

A. Ketua Umum / Ketua

Sebagai pemegang mandataris Muktamar/ Musyararah Wilayah


/ Musyawarah Daerah / Musyawarah Cabang, memiliki
wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Penanggung jawab utama institusi yang akan bertindak


untuk dan atas nama institusi ke dalam maupun ke luar.
Bertanggung jawab pada Muktamar / Musyawarah Wilayah/
Musyawarah Daerah / Musyawarah Cabang.

125
2. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi berbagai kebijakan beserta program-program
amaliyah seluruh anggota pimpinan yang telah ditetapkan.
3. Melakukan segenap sikap dan tindakan konstitusional yang
diperlukan demi peneguhan misi dan eksistensi GPII.
4. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua Umum
dibantu oleh para Ketua Bidang ( di tingkat Pusat ), Wakil
Ketua ( di tingkat Daerah dan Cabang )

B. Sekretaris Jenderal / Sekretaris Umum / Sekretaris

1. Mendampingi Ketua Umum / Ketua dalam melaksanakan


tugas-tugasnya, termasuk merumuskan berbagai kebijakan
umum organisasi
2. Melakukan koordinasi dan pengendalian aktivitas
kesekretariatan
3. Melakukan koordinasi layanan dan tatalaksana administratif
bagi pengimplementasian berbagai kebijakan beserta
program-program amaliyah ketua bidang dan anggota
pimpinan yang telah ditetapkan
4. Merumuskan dan mengembangkan pola komunikasi internal
kelembagaan yang efektif, baik antar eselon Pimpinan,
hingga eselon di bawahnya
5. Merumuskan standarisasi dan referensi baku tata laksana
administrasi kelembagaan ( di tingkat Pusat )
6. Mempersiapkan dan memelihara konsistensi pelaksanaan
berbagai pertemuan organisasi
7. Melakukan registrasi dan penyusunan data base
keanggotaan
8. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Sekretaris
Jenderal/ Sekretaris Umum/ Sekretaris dibantu oleh para
wakil Sekretaris Jenderal / Wakil Sekretaris Umum/ Wakil
Sekretaris
9. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

C. Bendahara Umum/ Bendahara

1. Membantu Ketua Umum/ Ketua dalam melaksanakan


tugas-tugas pengendalian dan pengkoordinasian berbagai

126
kebijakan administrasi keuangan organisasi serta
merumuskan berbagai kebijakan umum organisasi
2. Melakukan koordinasi dan pengendalian aktivitas
penyelamatan inventaris dan asset material organisasi
3. Melakukan koordinasi dan laanan managemen keuangan
organisasi dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan
pimpinan yang telah ditetapkan
4. Atas nama Ketua Umum / Ketua melaksanakan tugas-tugas
khusus kebendaharaan
5. Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya
Bendahara Umum dibantu oleh para wakil bendahara
6. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

D. Ketua Bidang Pemberdayaan Aparatur Oraginasasi /


Internal / Wakil Ketua I

1. Prioritas pertama pemegang tanggung jawab institusi jika


Ketua Umum / Ketua berhalangan, yang akan bertindak
untuk dan atas nama institusi ke dalam maupun ke luar
2. Merumuskan pola kebijakan bidang internal yang
merupakan turunan dan interpretasi dari Pola Kebijakan
Umum GPII
3. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan internal lembaga beserta program-
program pengembangan internal structural lainnya yang
telah ditetapkan
4. Merumuskan standarisasi, monitoring dan evaluasi
terhadap kinerja aparatur kelembagaan baik secara vertical
maupun horizontal
5. Melakukan pengendalian terhadap konsolidasi structural
kelembagaan ke daerah-daerah yang secara eksistensial
belum terjamah GPII bekerja sama dengan coordinator-
coordinator wilayah yang berada di daerah ( di tingkat Pusat
)
6. Melakukan standarisasi, monitoring dan evaluasi secara
periodik terhadap kinerja aparatur kelembagaan pada
eselon Pimpinan, melalui proses verifikasi intensif bekerja
sama dengan koordinator-koordinator wilayah yang berada
di daerah ( di tingkat Pusat )

127
7. Memimpin setiap pertemuan organisasi yang berkaitan
dengan setiap permasalahan internal struktural lembaga
GPII
8. Mengidentifikasi dan menghimpun setiap problematika
keummatan yang berkembang, berkaitan dengan
permasalahan internal struktural lembaga GPII
9. Melakukan standarisasi dan klasifikasi status keanggotaan
GPII secara nasional ( di tingkat Pusat )
10. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua
Bidang Internal/ Wakil Ketua I dibantu oleh Lembaga
Kesekretariatan dan jajaran departemental, serta struktur-
struktur terkait lainnya
11. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

E. Ketua Bidang Eksternal/ Wakil Ketua 2

1. Prioritas kedua pemegang tanggung jawab institusi secara


nasional jika Ketua Umum / Ketua berhalangan yang akan
bertindak untuk dan atas nama institusi ke dalam maupun
ke luar
2. Merumuskan pola kebijakan bidang eksternal yang
merupakan turunan dan interpretasi dari Pola Kebijakan
Umum / GPII
3. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan Eksternal beserta program-program
pengembangan program relasi antar structural lainnya yang
telah ditetapkan
4. Merumuskan pola komunikasi dan relationship antar
institusi dalam berbagai kerangka kepentingan, termasuk
peluang kemitraan dalam pengembangan ekonomi ummat
dan lembaga
5. Mengindentifikasi dan menghimpun data informasi terhadap
setiap perkembangan actual untuk dibahas dalam rapat-
rapat organisasi
6. Memimpin setiap pertemuan organisasi yang berkaitan
dengan perkembangan actual dan internasional serta pola
kerja sama yang dibangun dengan lembaga-lembaga
lainnya

128
7. Merumuskan pola sikap dan peran Gerakan Pemuda Islam
Indonesia secara institusional menjawab setiap dinamika
yang terjadi
8. Merumuskan strategi dan pendekatan terhadap upaya-
upaya penegakan syari’at Islam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
9. Merumuskan strategi dan pendekatan terhadap program
pengembangan civil society secara efektif dan
komprehensif dalam kerangka institusional building dan
Human Resources Development
10. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua
Bidang Eksternal/ Wakil Ketua 2 dibantu oleh Lembaga
Kesekretariatan dan jajaran departemental, serta struktur-
struktur terkait lainnya
11. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

F. Ketua Bidang Kaderisasi/ Wakil Ketua 3

1. Prioritas ke-tiga pemegang tanggung jawab institusi secara


nasional jika Ketua Umum/ Ketua berhalangan yang akan
bertindak untuk dan atas nama institusi ke dalam maupun
ke luar
2. Merumuskan pola kebijakan bidang kaderisasi yang
merupakan turunan dan interpretasi dari Pola Kebijakan
Umum GPII
3. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan kaderisasi yang telah ditetapkan
4. Merumuskan pola dan sistem kaderisasi GPII secara efektif
dan menyeluruh ( di tingkat Pusat )
5. Merumuskan pola dan sistem pembinaan aparatur
kelembagaan dalam kerangka pemahaman disiplin dan tata
aturan organisasi
6. Memimpin setiap pertemuan organisasi yang berkaitan
dengan perkembangan kaderisasi
7. Merumuskan strategi terhadap warna dan akhlak gerakan
yang efektif dan sesuai dengan kaidah Syari‟at Islamiyyah
8. Merumuskan strategi dan pendekatan terhadap eksplorasi
dan pengembangan sistem kaderisasi

129
9. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua
Bidang Kaderisasi / Wakil Ketua 3 dibantu oleh Lembaga
Kesekretariatan dan jajaran departemental, serta struktur-
struktur terkait lainnya
10. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

G. Ketua Bidang Keilmuan/ Wakil Ketua 4

1. Prioritas ke-empat pemegang tanggung jawab institusi


secara nasional jika Ketua Umum/ Ketua berhalangan, yang
akan bertindak untuk dan atas nama institusi ke dalam
maupun ke luar
2. Merumuskan pola kebijakan bidang pengembangan
keilmuan yang merupakan turunan dan interpretasi dari
Pola Kebijakan Umum / GPII
3. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan bidang keilmuan yang telah
ditetapkan
4. Merumuskan pola dan sistem pengembangan keilmuan
dalam internal kelembagaan
5. Memimpin setiap pertemuan organisasi yang berkaitan
dengan perkembangan kualitas keilmuan kader GPII
6. Merumuskan program-program pengkajian dan penelitian
dalam upaya memecahkan problematika keummatan ( AD
GPII pasal 3 )
7. Merumuskan strategi dan pendekatan terhadap kajian
konsepsi penegakan syariat islamiyah
8. Merumuskan strategi penumbuhkembangan semangat dan
kemampuan kader GPII dalam menguasai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi ( AD GPII pasal 4 ayat 7 )
9. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua
Bidang Keilmuan/ Wakil Ketua 4 dibantu oleh Lembaga
Kesekretariatan dan jajaran departemental, serta struktur-
struktur terkait lainnya
10. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

130
H. Ketua Bidang Politik/ Wakil Ketua 5

1. Prioritas ke-lima pemegang tanggung jawab institusi secara


nasional jika Ketua Umum/ Ketua berhalangan, yang akan
bertindak untuk dan atas nama institusi ke dalam maupun
ke luar
2. Merumuskan pola kebijakan bidang politik yang merupakan
turunan dan interpretasi dari Pola Kebijakan Umum / GPII
3. Melakukan koordinasi dan pengendalian terhadap
implementasi kebijakan bidang politik yang telah ditetapkan
4. Memimpin setiap pertemuan organisasi yang berkaitan
dengan perkembangan politik local, nasional, dan global
5. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, Ketua
Bidang Politik/ Wakil Ketua 5 dibantu oleh Lembaga
Kesekretariatan dan jajaran departemental, serta struktur-
struktur terkait lainnya
6. Bertanggung jawab pada Ketua Umum/ Ketua

I. Wakil Sekretaris Jenderal 1/ Wasekum 1/ Wakil Sekretaris 1

1. Mendampingi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/


Sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk
merumuskan berbagai kebijakan administrative GPII
2. Sebagai prioritas pertama pemegang tanggung jawab
administrasi kelembagaan, manakala Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Umum/ Sekretaris berhalangan
3. Melakukan layanan dalam tatalaksana administrative bagi
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah
Ketua Bidang Internal/ Wakil Ketua I yang telah ditetapkan
4. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam pengelolaan setiap dinamika
kesekretariatan
5. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam proses registrasi dan pemeliharaan data
base anggota Gerakan Pemuda Islam
6. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam mempersiapkan dan memelihara
konsistensi pelaksanaan pertemuan organisasi yang

131
membahas permasalahan pembinaan aparatur
kelembagaan GPII
7. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Umum/ Sekretaris

J. Wakil Sekretaris Jenderal 2/ Wasekum 2/ Wakil Sekretaris 2

1. Mendampingi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/


Sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk
merumuskan berbagai kebijakan administrative GPII
2. Sebagai prioritas ke-dua pemegang tanggung jawab
administrasi kelembagaan, manakala Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Umum/ Sekretaris berhalangan
3. Melakukan layanan dalam tatalaksana administrative bagi
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah
Ketua Bidang Eksternal/ Wakil Ketua 2 yang telah
ditetapkan
4. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam pengelolaan data dan pengarsipan
berbagai produk administrative, baik secara internal
maupun eksternal
5. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam mempersiapkan dan memelihara
konsistensi pelaksanaan pertemuan organisasi yang
membahas permasalahan kerjasama antar lembaga
6. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Umum/ Sekretaris

K. Wakil Sekretaris Jenderal 3/ Wasekum 3/ Wakil Sekretaris 3

1. Mendampingi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/


Sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk
merumuskan berbagai kebijakan administratif GPII
2. Sebagai prioritas ke-tiga pemegang tanggung jawab
administrasi kelembagaan, manakala Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Umum/ Sekretaris berhalangan
3. Melakukan layanan dalam tatalaksana administrative bagi
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah

132
Ketua Bidang Kaderisasi/ Wakil Ketua 3 yang telah
ditetapkan
4. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam pengadimistrasian proses monitoring dan
evaluasi perkembangan eselon pimpinan di bawahnya
5. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam mempersiapkan dan memelihara
konsistensi pelaksanaan pertemuan organisasi yang
membahas problematika kaderisasi
6. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Umum/ Sekretaris

L. Wakil Sekretaris Jenderal 4/ Wasekum 4/ Wakil Sekretaris 4

1. Mendampingi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/


Sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk
merumuskan berbagai kebijakan administratif GPII
2. Sebagai prioritas ke-empat pemegang tanggung jawab
administrasi kelembagaan, manakala Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Umum/ Sekretaris berhalangan
3. Melakukan layanan dalam tatalaksana administrative bagi
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah
Ketua Bidang Keilmuan/ Wakil Ketua 4 yang telah
ditetapkan
4. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam pengelolaan data dan pengarsipan
berbagai produk pengembangan keilmuan
5. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam mempersiapkan dan memelihara
konsistensi pelaksanaan pertemuan organisasi yang
membahas problematika pengembangan keilmuan
6. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Umum/ Sekretaris

M. Wakil Sekretaris Jenderal 5/ Wasekum 5/ Wakil Sekretaris 5

1. Mendampingi Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/


Sekretaris dalam melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk
merumuskan berbagai kebijakan administratif GPII

133
2. Sebagai prioritas ke-lima pemegang tanggung jawab
administrasi kelembagaan, manakala Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Umum/ Sekretaris berhalangan
3. Melakukan layanan dalam tatalaksana administratif bagi
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah
Ketua Bidang Politik/ Wakil Ketua 5 yang telah ditetapkan
4. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam pengelolaan informasi dan data base
perkembangan perpolitikan mutakhir
5. Membantu Sekretaris Jenderal/ Sekretaris Umum/
Sekretaris dalam mempersiapkan dan memelihara
konsistensi pelaksanaan pertemuan organisasi yang
membahas problematika perpolitikan aktual
6. Bertanggung jawab kepada Sekretaris Jenderal/ Sekretaris
Umum/ Sekretaris

N. Wakil Bendahara

1. Mendampingi Bendahara Umum/ Bendahara dalam


melaksanakan tugas-tugasna, termasuk merumuskan
berbagai kebijakan administrasi keuangan organisasi
2. Membantu Bendahara Umum/ Bendahara melakukan
koordinasi dalam pemeliharaan penggunaan inventaris dan
asset lembaga
3. Melakukan koordinasi layanan dan tatalaksana administrasi
keuangan bagi pengimplementasian berbagai kebijakan
beserta program-program amaliyah ketua bidang/ Wakil
Ketua dan anggota pimpinan lainnya
4. Membantu Bendahara Umum/ Bendahara dalam
mengidentifikasi, mengkaji dan menindak-lanjuti berbagai
peluang penggalian serta pengembangan dana
kelembagaan
5. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, wakil
bendahara bertanggung jawab kepada bendahara umum/
bendahara

134
O. Departemen-departemen

1. Membantu ketua-ketua bidan / wakil ketua dalam


melaksanakan tugas-tugasnya, termasuk memberikan
kontribusi dan layanan teknis yang diperlukan dalam
merumuskan berbagai kebijakan organisasi di masing-
masing gugus fungsional
2. Melakukan koordinasi dan layanan dalam
pengimplementasian berbagai kebijakan program amaliyah
masing-masing ketua bidang yang telah ditetapkan
3. Menghadiri setiap rapat pleno dan pertemuan lainnya yang
membahas berbagai permasalahan organisasi
4. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, staf
departemen bertanggung jawab kepada para ketua bidang/
wakil ketua pada gugus fungsional masing-masing

P. Badan Khusus

1. Merupakan lembaga Think Tank yang hanya berada di


eselon Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah
2. Merumuskan berbagai konsepsi strategis organisasi untuk
dibahas dan ditetapkan dalam rapat harian organisasi
3. Memberikan pertimbangan, saran dan masukan pada setiap
kebijakan yang diambil oleh organisasi dengan
memperhatikan berbagai aspek dan sisi pandang
4. Menghadiri setiap rapat pleno dan pertemuan lainnya yang
membahas berbagai permasalahan organisasi
5. Dalam melakukan tugas dan kewenangannya, badan
khusus bertanggung jawab secara langsung kepada Ketua
Umum/ Ketua

135
Pasal 5
Musyawarah Organisasi

Selain pertemuan-pertemuan formal yang telah diatur dalam


Anggaran Dasar Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), maka
dalam optimalisasi pengembanan amanah perjalanan roda organisasi
terdapat pertemuan-pertemuan lainnya, dengan deskripsi sebagai
berikut:

A. Rapat Pleno

1. Forum musyawarah organisasi di semua level


kepemimpinan yang berhak dihadiri oleh anggota pleno
dan membahas persoalan-persoalan kelembagaan yang
berkaitan dengan berbagai kebijakan organisasi
2. Agenda pembahasan dalam rapat pleno dibahas dalam
rapat harian
3. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam rapat pleno
dapat dibawa ke forum Sidang Dewan Organisasi ataupun
Musyawarah Kerja untuk dibahas lebih lanjut,
disosialisasikan ataupun ditetapkan sebagai kebijakan
organisasi
4. Rapat pleno dipimpin oleh Ketua Umum dan dilaksanakan
oleh sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 bulan

B. Rapat Harian

1. Forum musyawarah organisasi di semua level


kepemimpinan yang berhak dihadiri oleh jajaran Pimpinan
Harian dan membahas persoalan-persoalan strategis yang
berkaitan denan berbagai kebijakan organisasi
2. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam rapat harian
dapat dibawa ke rapat pleno untuk dibahas lebih lanjut
ataupun ditetapkan sebagai kebijakan organisasi
3. Rapat harian dipimpin oleh Ketua Umum dan
dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam setiap
bulan

136
C. Rapat Gugus Fungsional

1. Forum musyawarah organisasi di semua level


kepemimpinan yang dihadiri oleh setiap aparatur bidang
secara lengkap, guna membahas, mempersiapkan dan
mengevaluasi proses implementasi berbagai kebijakan
organisasi yang telah ditetapkan
2. Musyawarah dipimpin langsung oleh masing-masing ketua
bidang sesuai dengan agenda pembahasannya masing-
masing
3. Rapat gugus fungsional dilaksanakan sekurang-kurangnya
satu kali dalam setiap implementasi program
4. Hasil-hasil keputusan rapat dilaporkan kepada pleno

D. Rapat Kerja

1. Forum musyawarah organisasi di semua level


kepemimpinan yang dihadiri oleh aparatur lengkap
masing-masing eselon pimpinan, guna merumuskan
berbagai kebijakan organisasi, perencanaan program
amaliyah, dan membahas permasalahan-permasalahan
strategis lainnya
2. Musyawarah dipimpin langsung oleh ketua umum
3. Rapat kerja dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu periode kepengurusan
4. Hasil-hasil keputusan rapat dilaporkan kepada pleno

BAB V
STANDARISASI KINERJA

Pasal 6

1. Standarisasi Kinerja Pimpinan ( SKP ), dirumuskan sebagai


acuan pimpinan pusat GPII dalam mengukur efisiensi capaian
pelaksanaan berbagai kebijakan pimpinan, oleh setiap aparatur
kelembagaan GPI
2. Standarisasi Kinerja Pimpinan ( SKP ), bukan merupakan
proses sistematisasi penekanan dan penghakiman terhadap
keberadaan personalia pimpinan secara structural

137
3. Dalam rangka optimalisasi dan efektivitas implementasi
berbagai kebijakan, setiap aparatur kelembagaan selalu
mengacu pada standarisasi ini, sehingga capaian yang
diharapkan dapat terukur, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif
4. Parameter atau standar yang dipakai untuk mengukur kinerja
setiap aparatur organisasi dalam mengemban amanah
strukturalnya terdiri dari:

 manajemen, bagaimana program dan kebijakannya


direncakan, dikelola dan dievaluasi melalui setiap
pentahapan secara konsisten, professional dan sistematis
 signifikansi program, yakni proses komparasi antara
perencanaan program secara menyeluruh dengan jumlah
program yang dapat terealisir dalam satuan waktu yang
telah ditetapkan, serta kesesuaian antara perencanaan
masing-masing program dengan realisasinya
 profesionalisme, diukur melalui efektifitas dan
keakurasian pilihan strategi yang digunakan dalam
pencapaian sejumlah asumsi dan out come dari setiap
program yang direncanakan
 kedisiplinan, wujud sikap dan tanggung jawab aparatur
lembaga dalam setiap musyawarah organisasi
 briliansi gagasan, yang diukur dari tingkat kepekaan para
aparatur lembaga terhadap setiap dinamika dan
perkembangan yang terjadi dan berkorelasi dengan pos
jobnya
 kreativitas, bagaimana sekap aparatur kelembagaan
menghadapi tantangan dan kendala yang ditemukan
dalam pelaksanaan program
 efisiensi, efektivitas penggunaan anggaran dan
pengalokasian waktu utuk melaksanakan setiap program
yang direncanakan

138
BAB VI
PEDOMAN PELANTIKAN DAN PENGESAHAN
PIMPINAN

Pasal 7
Ketentuan Umum

1. Pelantikan pimpinan adalah peresmian jajaran kepemimpinan


GPII ang dilakukan oleh Pelaksanan Pelantikan berdasarkan
Surat Keputusan yang telah dikeluarkan oleh Pimpinan GPII
yang berhak menetapkan pengesahannya, sebagaimana
ketentuan Anggaran Rumah Tangga Pasal 21.
2. Pelaksanaan pelantikan dilakukan setelah para anggota
Pimpinan yang bersangkutan mengikuti Training Centre (Rapat
Kerja) kepemimpinan GPII.

Pasal 8
Pelaksanaan Pelantikan

Pelaksana pelantikan adalah anggota Pimpinan GPII yang mendapat


Surat Tugas untuk melantik dari eselon pimpinan yang berhak
melaksanakan pelantikan tersebut, dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. Pelantikan Dewan Formatur di semua eselon pimpinan yang


akan membentuk kepengurusan berdasarkan hasil pemilihan
pimpinan dalam permusyawaratan organisasi dalam salah satu
sidang pleno permusyawaratan dimaksud (Muktamar Nasional/
Musywil/ Musyda/ Musycab)

b. Pelantikan Pimpinan Pusat dilakukan atas komposisi


kepengurusan berdasarkan hasil kerja Dewan Formatur Pusat
oleh ketua umum Pimpinan Pusat Terpilih

c. Pelantikan Pimpinan Wilayah dilakukan atas komposisi


kepengurusan berdasarkan hasil kerja Dewan Formatur
Wilayah hasil Musywil oleh fungsionaris Pimpinan Pusat yang
diberi tugas untuk itu

139
d. Pelantikan Pimpinan Daerah dilakukan atas komposisi
kepengurusan berdasarkan hasil kerja Dewan Formatur Daerah
hasil Musyda oleh fungsionaris Pimpinan Wilayah yang diberi
tugas untuk itu

e. Pelantikan Pimpinan Cabang dilakukan atas komposisi


kepengurusan berdasarkan hasil kerja Dewan Formatur Cabang
hasil Musycab oleh fungsionaris Pimpinan Daerah yang diberi
tugas untuk itu

Pasal 9
Pengesahan Pimpinan

Pengesahan Pimpinan GPII dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:

a. Pengesahan Dewan Formatur di semua eselon pimpinan yang


akan membentuk kepengurusan dilakukan melalui surat
ketetapan presidium sidang dalam permusyawaratan organisasi
dimaksud (Muktamar Nasional/ Musywil/ Musyda/ Musycab)
b. Pengesahan Pimpinan Pusat dilakukan melalui Surat
Keputusan Pimpinan Pusat yang ditandatangani langsung oleh
Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal pada kepengurusan yang
sedang berjalan
c. Pengesahan Pimpinan Wilayah dilakukan melalui Surat
Keputusan Pimpinan Pusat atas dasar permohonan tertulis dari
Dewan Formatur Wilayah ( dengan melampirkan seluruh
keputusan dan ketetapan Musyawarah Wilayah dan ditanda
tangani oleh seluruh Anggota Formatur Wilayah)
d. Pengesahan Pimpinan Daerah dilakukan melalui Surat
Keputusan Pimpinan Pusat atas dasar rekomendasi tertulis dari
Pimpinan Wilayah (dengan melampirkan komposisi
kepengurusan yang terbentuk dan ditanda tangani oleh seluruh
Anggota Formatur Daerah)
e. Pengesahan Pimpinan Cabang dilakukan melalui Surat
Keputusan Pimpinan Wilayah atas dasar rekomendasi tertulis
dari Pimpinan Daerah (dengan melampirkan komposisi
kepengurusan yang terbentuk dan ditanda tangani oleh seluruh
Anggota Formatur Daerah)

140
Pasal 10
Peserta Pelantikan

Peserta pelantikan adalah:

1. Pelaksana Pelantikan
2. Pimpinan GPII yang dilantik
3. Audiens yang diundang dan turut menyaksikan

Pasal 11
Prosedur Pelantikan

Pelantikan dilakukan dalam sebuah acara formal dengan mekanisme


sebagai berikut:

1. Panitia pelantikan yang merupakan bagian integral dari


kepanitiaan permusyawaratan organisasi (Muktamar Nasional/
Musywil/ Musyda/ Musycab) mempersiapkan instrument-
instrumen pelantikan yang meliputi:

 Naskah Ijab Qabul Pelantikan


 Naskah Ikrar Pelantikan
 Berita Acara Pelantikan yang ditanda tangani oleh Ketua
Umum/ Ketua Pimpinan yang dilantik, Pelaksana
Pelantikan dan 3 (tiga) orang saksi
 Surat Keputusan dari eselon Pimpinan yang berhak
menerbitkannya

2. Pada tahap pertama dilakukan pembacaan Surat Keputusan


kepemimpinan oleh Sekretaris Jenderal/ Sekretaris pada eselon
Pimpinan yang dilantik saat pembacaan Susunan Pimpinan
(dalam lampiran SK dimaksud) setiap anggota pimpinan yang
dipanggil tampil berdiri di depan Pelaksana Pelantikan
3. Sebelum pelantikan dilaksanakan Pelaksana Pelantikan
mempersilakan pembawa acara untuk meminta dengan hormat
agar segenap hadirin berdiri
4. Pelaksana Pelantikan melaksanakan ijab-qabul dengan
pimpinan GPII yang dilantik, tentang kesediaan dan

141
kesungguhannya dalam menerima idealisme dan amanah
perjuangan GPII
5. Pembacaan Ikrar Pelantikan dipimpin oleh Pelaksana
Pelantikan diikuti oleh Pimpinan yang dilantik
6. Setelah dilakukan pembacaan ikrar pelantikan, selanjutnya
diikuti dengan ijab-qabul dan penandatanganan berita acara
serah terima kepemimpinan dengan format terlampir
7. Pembacaan do’a pelantikan oleh salah seorang audiens yang
ditunjuk oleh panitia pelantikan
8. Acara Musafaha (ucapan do’a / selamat)

a. Pembawa acara mengumumkan agar para hadirin


dimohon menyampaikan ucapan do’a / selamat kepada
para anggota Pimpinan yang baru dilantik, dimulai
dengan Pelaksana Pelantikan sendiri kemudian jajaran
pimpinan GPII yang hadir serta para hadirin yang lainnya,
jika hadirin terlalu banyak pelaksana musafahah cukup
diwakili oleh beberapa tamu undangan tertentu saja
b. Di antara anggota Pimpinan yang dilantik saling
mengucapkan do’a / selamat.

Pasal 12
Ijab Qabul dan Ikrar Pelantikan

1. Ijab Qabul Pelantikan

Ijab qabul Pelantikan adalah Tanya-jawab antara Pelaksana


Pelantikan dengan eselon calon yang akan dilantik, dengan
redaksi sebagai berikut:

1. Apakah saudara-saudara siap berjanji setia dan taat


kepada Allah dan Rasul- Nya?
2. Apakah saudara-saudara sudah memaklumi idealisme
perjuangan GPII dan bersedia ikut memperjuangkannya?
3. Apakah saudara-saudara bersedia berikrar untuk
mengikuti dan melaksanakan qaidah-qaidah perjuangan
GPII?

142
4. Jika jawaban-jawaban YA, maka dilanjutkan dengan
pembacaan Ikrar Pelantikan yang dipimpin oleh pelaksana
pelantikan

2. Ikrar Pelantikan

Asyhadu Alla Ilaha Illallah Wa Ashadu Anna Muhammadar


Rasulullah

Rodlitu Billahi Rabba Wa Bil Islama Diena Wabi Muhammadin


Nabiyya Warosula Robbuna Robbussamawati Wal Ardhi
Lannad‟uwa Min Dunihi Ilaha

Insyaf akan tanggung jawab sebagai pemuda Islam terhadap


agama, nusa, dan bangsa untuk membentuk masyarakat yang
sejahtera, adil, dan damai yang diridhoi Allah swt.

Bahwa tugas dakwah adalah tanggung jawab semua pemeluk


Islam, kapanpun dan dimanapun sebagai pelaksanaan dari
perintah Allah swt.

Bahwa Gerakan Pemuda Islam Indonesia adalan salah satu


media bagi pemuda dalam rangka melaksanakan dakwah
Islamiyyah.

Menyadari akan hal-hal di atas, demi Allah swt dengan ini kami
berikrar :

1. - Bersedia mengemban amanah dan tanggung jawab


menjadi Ketua Umum (Pimpinan Pusat/ Wilayah) atau
Ketua (Pimpinan Daerah / Cabang) Gerakan Pemuda
Islam Indonesia (GPII) ……Periode…….(Khusus untuk
Ketua Umum/ Ketua)

- Bersedia mengemban amanah dan tanggung jawab


menjadi pengurus Pimpinan Pusat/ Wilayah/ Daerah/
Cabang Gerakan Pemuda Islam Indonesia
(GPII)……Periode…….(untuk semua peserta yang
dilantik)

143
2. Siap menyediakan diri menjadi abdi Allah, dalam suasana
dan tempat bagaimanapun juga demi kemaslahatan
ummat
3. Siap melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Khittah Perjuangan dan Peraturan-peraturan
lainnya yang berlaku dalam organisasi GPII.
4. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Gerakan Pemuda
Islam Indonesia (GPII )

Semoga Allah swt memberikan kekuatan dan bimbingan


kepada kita sekalian untuk tetap berada di jalan-Nya. Amin Ya
Rabbal „Alamin

BAB VII
KHOTIMAH

Pasal 13

1. Pedoman Organisasi ini dibahas dan ditetapkan dalam


Mukernas I GPII.
2. Pedoman Organisasi ini berlaku sejak ditetapkan.

144
145
PEDOMAN TATA LAKSANA ADMINISTRASI
GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA
( GPII )

BAB I
MUQADDIMAH

“Sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang yang


berjuang di jalan Allah dalam barisan yang teratur laksana
bangunan yang kokoh”(QS. 61: 4)

Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) sebagai salah satu


komponen dakwah yang bekerja di lapis masyarakat pemuda, sejak
kelahirannya telah menisbahkan diri sebagai sebuah organisasi yang
bertujuan untuk membentuk pemuda Islam yang berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan al-Hadits serta bertanggung jawab atas
terlaksananya ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Idealitas hajat tersebut merupakan sebuah keinginan yang


seyogyanya dapat diwujudkan dalam sebuah rancang bangun yang
sistematis. Seperti ungkapan dari Sayyina Ali Ibn Abi Thalib:
“Kebaikan yang tidak tertata secara sistematis akan dapat dikalahkan
oleh kebatilan yang terorganisir”. Oleh karenanya pilihan penataan
struktur dan instrumen gerakan secara institusional merupakan
keniscayaan bagi segenap civitas Gerakan Pemuda Islam.

Pedoman Tata Laksana Administrasi ini dirumuskan menggunakan


berbagai sumber konstitusional yang pernah ada di GPII. Sumber-
sumber tersebut kemudian dielaborasi sesuai dengan perkembangan
dan tuntutan kebutuhan managemen organisasi mutakhir. Tata
aturan ini dimaksudkan dalam kerangka menciptakan corak yang
khas dan memudahkan proses penyelenggaraan administrasi secara
nasional.

146
A. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Secara sederhana Pedoman Tata Laksana Administrasi ini


dirumuskan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I. Muqaddimah, yang memaparkan landasan umum
dari proses penyelenggaraan administrasi di GPII;
BAB II. Tata Laksana Administrasi, berisikan proses-
proses yang akan dilakukan oleh para
penyelenggara administrasi menyangkut
kesekretariatan dan pengelolaan keuangan;
BAB III. Atribut Organisasi, menguraikan pedoman baku
semua atribut keorganisasian beserta
penggunaannya; dan
BAB IV. Khotimah, sejumlah asumsi dan harapan yang
diinginkan dalam proses tata laksana administrasi

BAB II
TATA LAKSANA ADMINISTRASI

Untuk merencanakan, melakukan dan mengevaluasi sebuah system


administrasi yang efektif, keberadaan tim administrasi kesekretariatan
merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat terelakkan. Tim solid
ini dapat secara intensif memberikan irama dan layanan pada semua
instrument administrasi kelembagaan. Sehingga setiap dinamika
gerakan dapat dilakukan secara terencana, efektif, terukur, dan
efisien. Sebuah organisasi tanpa pendistribusian tugas dan
kewenangan administrative yang efektif akan melahirkan iklim kerja
yang kacau. Benturan-benturan dan tumpang tindihnya tugas dan
kewenangan mesti akan terjadi.

Secara umum, komponen penyelenggara administrasi terdiri dari


Sekretaris Jenderal (di tingkat Pusat) Sekretaris Umum (di tingkat
Wilayah) Sekretaris (di tingkat Daerah) beserta seluruh staf
kesekretariatan; Bendahara Umum dan wakilnya serta Biro Rumah
Tangga yang akan mengelola dinamika kesekretariatan secara
teknis. Masing-masing pos job memiliki differensiasi tugas dan
kewenangan tersendiri, sehingga proses penyelenggaraan dapat
dilaksanakan dalam tata aturan yang harmonis dan tentu saja efisien.

147
Differensiasi job pelaksana administrasi kesekretariatan ini dapat kita
lihat dalam job description yang telah dirumuskan oleh Pimpinan
Pusat.

A. PERANGKAT PENTING BAGI PENYELENGGARA


ADMINISTRASI

Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya seorang


penyelenggara administrasi sebaiknya senantiasa
mempersiapkan dan memelihara perangkat-perangkat standar
penyelenggaraan administrasi kesekretariatan, sehingga setiap
tugas dapat dilakukan dengan lancar dan efektif.

1. Perangkat standar yang seyogyanya tersedia di


secretariat terdiri dari:
2. Pesawat Telepon/ Faksimili dan media rekam pesan
tertulis
3. Personal Computer (PC) lengkap dengan perangkat
pendukungnya
4. Sejumlah meja kerja dan papan tulis
5. Perangkat informasi waktu dan tanggal
6. Papan Informasi agenda-agenda insidental dan schedule
aktivitas lembaga
7. Sejumlah Boks Arsip surat menyurat (Ordner Map) dan
map khusus
8. Buku Tamu, Buku Ekspedisi, Buku Kas, Buku Surat Arsip,
Buku Presensi Rapat dan Buku Notulensi Rapat
9. Sejumlah referensi organisasi

Perangkat-perangkat tersebut harus ditata sedemikian rupa


sehingga dapat mempermudah layanan administrasi yang
dibutuhkan bagi setiap dinamika kesekretariatan.

B. SURAT MENYURAT DAN PENYELENGGARAANNYA

Pada dasarnya secara konvensional format surat yang berlaku


di GPI mengacu pada format surat-surat resmi yang biasa

148
dipakai di Indonesia, akan tetapi telah mengalami modifikasi
untuk memenuhi estetika administrative.

B.1. Macam-macam Jenis Surat

Secara umum bentuk surat terdiri dari Surat Biasa dan


Surat Khusus. Surat biasa merupakan alat komunikasi
tertulis yang diterbitkan secara regular untuk maksud
tertentu dalam dinamika kelembagaan yang bersifat
rutinitas. Berdasarkan tujuan diterbitkannya, surat biasa
terbagi dalam Surat Keluar Eksternal dan Surat Keluar
Internal. Surat keluar internal diterbitkan dengan tujuan
kepada internal institusi, sebaliknya surat keluar eksternal
diterbitkan dengan berbagai tujuan kepada institusi-
institusi di luar institusi GPII. Kedua jenis surat tersebut
terdiri dari : Surat Undangan, Permohonan, Pengantar,
Konfirmasi/ Peberitahuan, dan surat apresiatif (surat
ucapan, dsb)

Surat biasa ini terformat dalam pola sebagai berikut:


 Nomor, perihal dan lampiran ditulis di sudut kiri atas,
persis di bawah kop surat mulai dari margin kiri
penulisan
 Tanggal surat, ditulis di sudut kanan atas, persis di
bawah kop surat sejajar dengan baris Nomor, perihal,
dan lampiran surat. Menggunakan 2 model
pendekatan waktu (hijriyyah dan miladiyyah)
 Tujuan surat, ditulis berselang 2 kait di bawah perihal
surat. Penulisannya dimulai dari huruf pertama dari
kata isi perihal surat. Tujuan surat ini dicetak dengan
penebalan (untuk memperjelas tujuan)
 Salam Pembuka, ditulis berselang 2 kait di bawah
tujuan surat. Penulisannya dimulai dari huruf pertama
kata isi perihal surat
 Isi Surat, penulisannya dengan format rata kiri-kanan,
satu kait di bawah salam pembuka, yang dimulai pada
alinea pertama dengan rangkaian do’a yan diberikan
kepada tujuan surat. Pada wlinea ke dua, berisikan
paparan padat ringkas, dan jelas tentang maksud

149
penerbitan surat tersebut. Alinea berikutnya, berisikan
uraian penutup surat dan ucapan terima kasih kepada
pihak ke mana surat tersebut dialamatkan.
 Salam Penutup, ditulis sejajar dengan isi surat secara
keseluruhan, sama seperti salam pembuka. Dimulai
dengan kata Billahittaufiq wal Hidayah.
 Instansi Penerbit Surat, dicetak dengan huruf capital
di sebelah kanan, persis di bawah salam penutup
beserta periodisasinya.
 Tanda Tangan, berisikan nama jelas dan ruang
secukupnya untuk tempat pembubuhan tanda tangan
dari pananggung jawab penerbitan surat tersebut
berdasarkan diferensiasi perihal surat yang
bersangkutan.
 Antara alinea satu dengan lainnya ditulis dengan jarak
1 kait
Sementara Surat Khusus adalah surat-surat yang
diterbitkan dalam even-even dan keperluan-keperluan
khusus, seperti dalam permusyawaratan-
permusyawaratan organisasi, dan berbagai kebijakan-
kebijakan khusus lembaga. Jenis-jenisnya adalah Surat
Keterangan, Surat Keputusan/ Ketetapan, Surat Mandat,
Surat Tugas, Surat Peringatan, dan lain sebagainya.

 Surat keterangan, merupakakan surat yang diterbitkan


dengan maksud menjelaskan keshahihan identitas
seseorang, dalam kaitannya dengan suatu keperluan
tertentu, yang membutuhkan otetitas eksistensial.

 Surat keputusan dan ketetapan, adalah surat yang


diterbitkan dalam kerangka legitimasi yuridis atas
suatu kebijakan tertentu yang diambil secara
institusional, untuk suatu kebutuhan tertentu dari
lembaga yang mengeluarkan surat. Perlu diungkapkan
secara rinci klausul-klausul obyektif yang
dipertimbangkan (baik secara konstitusional maupun
faktual) dan mendasasri dibuatnya keputusan tersebut.
Surat keputusan hanya bersifat teknis dan mengikat
secara internal kelembagaaan, sedangkan surat

150
ketetapan diterbitkan lebih bersifat konsepsional untuk
memberikan legitimasi secara internal maupun
eksternal yang berkaitan dengan hasiul sebuah
musyawarah organisasi (baik yang mengikuti ataupun
yang tidak mengikuti musyawarah tersebut).
Konsideran dalam surat keputusan dan ketetapan ini
terdiri dari:

a) Menimbang, yang menjelaskan kondisi obyektif


dan latar belakang diterbitkannya keputusan
tersebut.
b) Mengingat, berisi landasan konstitusional yang
berlaku dan berhubungan langsung dengan
keputusan yang diambil
c) Memperhatikan, yang memaparkan factor
pendukung lainnya yang membuat keputusan
tersebut diambil.

 Surat tugas, adalah surat yang diterbitkan dalam


keperluan penugasan. Menyatakan secara jelas
deskripsi tugas yang diembankan kepada personil
dalam surat tersebut untuk menyelesaikan sesuatu
masalah. Dalam paparan, perlu pula diungkapkan limit
waktu pelaksanaan tugas, dan kewajiban pengemban
tugas untuk memberikan laporan kepada institusi
terkait (pemberi tugas) setelah melaksanakan
tugasnya.

 Surat mandat, adalah surat yang diberikan kepada


seseorang ataupaun institusi yang memuat penegasan
bahwa yang bersangkutan adalah delegasi/ utusan
organisasi untuk mengikuti even atau kegiatan sesuai
dengan undangan ataupun keperluan tertentu. Selama
melakukan amanah mandat tersebut, pemeganga
mandate tidaka diperkenankan mengambil keputusan
tertentu, tanpa izin mandat. Dalam isi pemandatan
perlu dirincikan dengan detail maksud pemandatan,
limit waktu pelaksanaan, dan kewajiban pengemban
mandat untuk memberikan laporan kepada institusi

151
pemberi mandat setelah melaksanakan pemandatan
tersebut.

 Cetakan kartu, adalah surat dalam bentuk cetakan


yang dibuat untuk maksud-maksud strategis tertentu,
seperti undangan ceremony, ucapan, dan lain
sebagainya.

B.2 Format Baku Pembuatan Surat GPII

Sebagaimana penjelasan di atas, berikut ini adalah uraian


baku penulisan surat-menyurat GPII :

 Kop Surat, merupakan prasyarat media resmi dalam


penerbitan surat-surat GPII. Setiap surat yang
diterbitkan harus menggunakan kertas ber-kop dengan
unsur-unsur:
 Lambing GPII yang dicetak di sudut kiri atas surat,
sejajar dengan identitas institusi penerbit surat
 Pimpinan yang menerbitkan surat (Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah
ataupun Pimpinan Cabang) dicetak dengan huruf
capital
 Kalimat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
disertai pola penulisan dalam bahasa Arab dan
Inggris di bawahnya, yang juga dicetak dengan
huruf bold capital
 Alamat Sekretariat institusi penerbit surat yang
memuat alamat jelas beserta kodepos, email dan
telepon yang dapat dihubungi
 Identitas institusi penerbit surat tersebut dicetak
dengan format centring (di tengah)
 Kalimat “Bismillaahirrahmaanirrahiim” persis di
bawah garis datar tipis dengan format centring

 Penomoran Surat, dibuat untuk menciptakan


ketertiban pengarsipan surat. Format baku penomoran
surat dibuat sebagai berikut:

152
a) Surat Biasa

 Untuk surat keluar internal, sebelum nomor


surat didahului oleh kode huruf A, sedangkan
untuk surat keluar eksternal sebelum nomor
surat didahului oleh kode huruf B. contoh : A.29
atau B.321
 Kode institusi penerbit surat (PP/PW/PD/PC)
yang diikuti dengan lembaga pengarsip surat
(sek/bnd/bo) contoh : PP-Sek, PW-Sek, PW-
bnd, PD-Sek
 Bulan penerbitan surat, menggunakan
perhitungan bulan hijriyyah ditulis
menggunakan angka romawi sesuai dengan
urutan bulan saat surat diterbitkan
 Tahun penerbitan, menggunakan perhitungan
tahun hijriyyah ditulis 2 digit terakhir tahun saat
surat diterbitkan

Contoh lengkap penomoran surat:


 A.72/ JPP-Sek/III/ 25, artinya surat keluar
internal ke-72 yang diterbitkan PP GPII bulan
Rabi’ul awal 1425 H
 B.39/ PW-sek/ IX / 24, artinya surat keluar
eksternal ke-39 yang diterbitkan PW GPII bulan
Ramadhan 1424 H

b) Surat Mandat dan Surat Tugas

Penomoran surat mandat dan surat tugas pada


dasarnya sama dengan surat biasa, akan tetapi
ditambahkan kode mdt/ tgs sebelum nomor bulan
penerbitan surat.

Contoh lengkap penomoran surat:


 A.15 / PP-sek / mdt / III/ 25, artinya surat
mandate ke-15 yang diterbitkan PP GPII bulan
Rabiul awal 1425 H

153
 B.19/PW-sek/ mdt/IX/ 24, artinya surat
mandate ke-19 yang diterbitkan PW GPI bulan
Ramadhan 1424 H
 A.63 / PP-sek/ tgs / I/ 25, artinya surat tugas
ke-63 yang diterbitkan PP GPII bulah
Muharram 1425 H
 A.11/ PW-sek/ tgs / VII/29, artinya surat tugas
ke-11 yang diterbitkan PW GPII bulan rajab
1429 H

c) Surat Keputusan dan Ketetapan

Penomoran surat keputusan dan surat ketetapan


pada dasarnya juga sama dengan surat biasa,
akan tetapi terdapat perbedaan mendasar sebagai
berikut:

 Tidak menggunakan kode internal maupun


eksternal
 Ditambahkan dengan kode “kpts” sebelum
nomor bulan penerbitan untuk surat keputusan
 Didahului oleh kode “TAP” untuk surat
ketetapan sebelum nomor surat
 Dibubuhkan kode nama event musyawarah,
jika merupakan keputusan atau ketetapan
sebuah musyawarah formal organisasi semisal
Muknas, Rapimnas ataupun SDO.

Contoh lengkap penomoran surat:


 12/ PP-sek / kpts/ III/ 22, artinya surat
keputusan ke-12 yang diterbitkan PP GPII
bulan Rabiul awal 1422 H
 TAP/ 29/ MUKNAS XII/ IX/ 27, artinya surat
ketetapan ke-29 yang diterbitkan dalam
MUKNAS ke-12 GPII bulan Ramadhan 1427 H
 17/ PW-sek/ kpts/ II/ 28, artinya surat
keputusan ke-17 yang diterbitkan oleh PW GPII
bulan Safar 1428 H

154
 TAP/ 08/ MUSYWIL X/ IX/ 27, artinya surat
ketetapan ke-8 yang diterbitkan dalam Musywil
10 GPI bulan Ramadhan 1427 H
 18/ kpts / MUKNAS XII/ IX/ 2, artinya surat
keputusan ke-15 yang diterbitkan dalam
Musywil ke-2 GPII bulan Ramadhan 1427 H
 15/ kpts/ MUSYWIL II/ IX/ 27, artinya surat
keputusan ke-15 yang diterbitkan dalam
musywil dalam musywil ke-2 GPII bulan
Ramadhan 142 H

d) Surat Panitia

Penomoran surat dalam sebuah kepanitiaan pada


dasarnya juga tidak berbeda dengan surat biasa,
akan tetapi terdapat perbedaan dengan
membubuhkan kode “pan” setelah inisial institusi
penerbit surat

Contoh lengkap penomoran surat:


 A.35/ PP/ pan/ III/ 28, artinya surat keluar
internal ke-35 sebuah kepanitiaan di tingkat
pusat yang diterbitkan bulan rabiul awal 1428 H
 B.49/ PW/ pan/ IX/ 27, artinya surat keluar
eksternal ke-49 sebuah kepanitiaan di tingkat
wilayah yang diterbitkan bulan ramadhan 1427
H

e) Sertifikat

Untuk penomoran berbagai sertifikat, perbedaan


mendasar dengan penomoran jenis surat lain
adalah pembubuhan kode “stf” dalam
penomorannya yang diikuti oleh kode event yang
mengeluarkan tersebut.

Contoh lengkap penomoran surat:

155
 12/ PP/ stf-gt/ III/ 22, artinya sertifikat ke-12
yang diterbitkan oleh PP GPII dalam event
Great training bulan Rabiul awal 1422 H
 12/ PW/ stf-ft / II/ 25, artinya sertifikat ke-17
yang diterbitkan oleh PW GPI dalam even
fundament training bulan Safar 1425 H

 Penulisan Lampiran

Dalam setiap surat yang menggunakan lampiran


metode penulisannya sebagai berikut.
Lamp: 1 (satu) berkas / 1 (satu) exp

Sedangkan dalam isi lampirannya, di pojok kiri atas


dituliskan kode nomor surat ataupun keputusan dsb,
dengan menggunakan garis bawah dan cetak italic.

Contoh:
Lampiran SK PP GPII Nomor : 12/PP-sek/kpts/III/ 22

 Penulisan Perihal Surat

Penulisan surat yang menggambarkan maksud umum


terbitnya surat, dituliskan secara ringkas, padat
(maksimal 4 kata) dan lugas. Perihal surat harus
berhubungan dengan isi utama surat (tidak
membingungkan pembaca surat).
Isi dari perihal surat, dicetak tebal bergaris bawah.

Contoh:
Perihal : Permohonan Bantual Finansial
Perihal : Kesediaan Fasilitator Training

 Penggandaan Surat

Surat substansi atau isinya sama dapat disampaikan


kepada beberapa orang berbeda, maka suatu surat

156
bisa digandakan. Untuk memenuhi keperluan tersebut,
alternatif yang dapat mempermudah adalah dengan
men-fotocopy surat yang sudah ditandatangani, akan
tetapi dengan stempel basah (asli).

 Tembusan Surat

Tembusan surat merupakan proses pemberian salinan


surat kepada instansi yang setingkat ataupu memiliki
hierarki vertical kebijakan, yang karena kedudukannya
maka harus mengetahui substansi penerbitan surat.

Misalnya surat-surat dari PD GPII ke PP GPII harus


ditembuskan ke PW GPII. Surat-surat PW GPII ke
Presiden harus ditembuskan ke PP GPII, DPR,
maupun DPRD Propinsi, dan sebagainya.
Penulisannya terletak di kiri bawah surat (di bawah
tanda tangan unsure ketua).

Contoh:
Tembusan disampaikan kepada YKH:
- Ketua DPRD Propinsi Jawa Timur, di Surabaya
- Pimpinan Pusat GPII di Jakarta
- Pertinggal

 Pengarsipan Surat

Setelah surat didistribusikan, salinan surat harus


disimpan sebagai data otentik organisasi atas
eksistensi dan maksud surat tersebut. Untuk
mempermudah proses pengelolaan maka surat baik
yang masuk maupun yang keluar dalam proses
penyimpanannya harus terklarifikasi secara teratur.

Secara umum pengarsipan surat dapat diklasifikasikan


menjadi 2, yakni surat masuk dan surat keluar. Lebih
rinci, pola pengarsipan dilakukan sebagai berikut:

157
Surat
Ekstern
Kartu
SURAT PW
MASUK PD
Intern
PC

Surat Biasa
Mandat
Tugas
Keterangan
Ekstern SK
Persus
Cetakan Kartu
SURAT Pengurus
KELUAR PW
PD
PC
Intern

C. PENGELOLAAN ADMINISTRASI KEUANGAN

Penyusunan Pedoman Tata Laksana Administrasi keuangan


GPII disusun dalam kerangka mengembangkan dan
mempermudah sistem dan pola manajerial asset GPII yang
efektif dan efisien. Karena pada saat sumber dana GPII sesuai
dengan Anggaran Dasar GPII Bab VII pasal 9 pada dataran
fungsional telah dapat dioptimalkan, maka pengelolaan dana
tersebut harus betul-betul memberikan kemanfaatan yang
optimal bagi implementasi semua program amaliyah gerakan.
Pada akhirnya akuntabilitasnya dapat dipertanggungjawabkan
dengan obyektif, transparan, dan syar‟iyyah.

Untuk mengefisienkan arus dana, maka sistem pemasukan dan


pengeluaran dana organisasi sebaiknya melalui satu pintu,

158
dengan sebanyak-banyaknya mengoptimalkan peran lembaga
bendahara dan kesekretariatan, termasuk dalam sistem
kepanitiaan pada setiap implementasi program. Artinya bahwa
setelah perumusan jumlah anggaran dalam suatu kebutuhan
program yang memenuhi aspek prioritas, rasional, jelas dan
bertanggungjawab, maka proses pengajuan anggaran tersebut
selanjutnya diteruskan kepada lembaga-lembaga tersebut,
melalui sebuah disposisi yang jelas. Realisasi pencairan
anggaran dilakukan berdasarkan disposisi tersebut.

Perangkat-perangkat teknis yang diperlukan dalam tata laksana


administrasi keuangan ini dapat dilihat di bagian lampiran
pedoman ini.

D. ABSENSI DAN NOTULENSI RAPAT

Untuk mendokumentasi setiap perkembangan organisasi


melalui berbagai pertemuan, maka hal yang perlu diperhatikan
adalah absensi dan rekaman proses / notulensi rapat. Sehingga
seluruh proses pengambilan berbagai kebijakan yang diambil
dalam pertemuan-pertemuan tersebut dapat terekam dengan
jelas, mulai dari latar belakang hingga substansinya. Di
kemudian hari, catatan rapat ini menjadi dokumen otentik pada
saat proses evaluasi dilaksanakan. Oleh karenanya notulensi-
notulensi harus ditulis dengan rapi dan teratur dalam buku
khusus.

Kemudian agar notulensi pertemuan dapat dengan mudah


difahami, maka sebaiknya dibuat dengan sistematika yang
efektif. Setidaknya menjelaskan mengenai:

 Waktu pelaksanaan
 Tempat pelaksanaan
 Klasifikasi / title rapat
 Agenda pembahasan
 Audiens yang hadir

159
 Rekaman seluruh proses, baik perkembangan wacana,
maupun solusi akhir dari pembahasan dalam setiap mata
agenda pembahasan, dan
 Kesimpulan-kesimpulan ataupun keputusan-keputusan yang
dapat dihasilkan dalam rapat-rapat tersebut.

Demikian juga halnya dengan absensi rapat, sebaiknya ada


media khusus yang disediakan. Sehingga absensi itu dapat
tersusun rapi (tidak tercecer). Format standar absensi dan
notulensi rapat dapat dilihat dalam lampiran.

BAB III
KELENGKAPAN DAN ATRIBUT ORGANISASI

Salah satu perangkat standar yang harus ada dalam sebuah


organisasi formal semacam GPII adalah, adanya pedoman baku
atribut organisasi. Karena tidak dapat kita pungkiri bahwa atribut juga
merupakan identitas resmi sebuah organisasi. Sedikit tidaknya
ketidakjelasan pedoman baku kelengkapan dan atribut organisasi
akan berimplikasi pada kesan ketidakprofesionalan sebuah
organisasi dalam memanage gerakannya.

Lingkup pembahasan bab ini meliputi jenis-jenis Atribut Baku GPII


Beserta Ukuran Standarnya.

A. LOGO, BENDERA DAN PAPAN NAMA


a) Format Dasar Logo
 Bentuk dasar adalah gambar balok Warna Hijau, BULAN
(sabit) BINTANG dalam posisi miring ke kanan
menghadap sudut balok
 Bulan Bintang kuning emas..
 Font tulisan GPII Bernard MT Condensed

160
b) Makna Filosofis

Bulan-Bintang, penerang dan pedoman perjalanan hidup


yang selalu muncul di antara kegelapan

Bentuk bulan sabit (bulan muda) adalah personifikasi dari


generasi muda pelopor ummat

Warna hijau melambangkan keluhuran idealisme yang


rahmatan lil’alamin

c) Bendera
Bendera dapat terbuat dari kain berwarna HIJAU
berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan
gambar logo dan nama singkatan GPII yang tersusun
secara horizontal.

Proporsi dan perbandingan lebar terhadap panjang


bendera adalah 2 : 3 dengan ukuran standar 90 cm x 135
cm, akan tetapi dapat dibuat di luar ukuran standar
tergantung dengan kebutuhan-kebutuhan khusus.
Warna logo sesuai dengan bentuk standar lambang GPII
dengan tulisan vertikal GPII berwarna kuning emas
Lebih jelasnya lihat contoh.

161
d) Papan Nama
 Papan nama adalah tada pengenal organisasi yang
ditempatkan di depan kantor sekretariat
 Bahannya (sedapat mungkin) terbuat dari flat seng
dengan kerangka besi atau kayu, akan tetapi dapat
pula disesuaikan dengan kemampuan.
 Seperti bendera proporsi dan perbandingan lebar
terhadap panjang bendera adalah 2 : 3
 Papan nama dipasang dengan diberi tiang besi / kayu
ataupun digantung pada dinding muka sekretariat
dengan ketinggian dari permukaan tanah 1,5 m
 Lebih jelasnya lihat contoh

162
163
B. ATRIBUT ADMINISTRASI

Atribut administrasi GPII meliputi Kertas Kop, Amplop dan


Stempel/ Cap. Untuk format kop surat dan amplop telah
diuraikan di bagian terdahulu pedoman ini. Sedangkan stempel
cap lembaga GPII terformat sebagai berikut:

 Bentuk dasar bundar dengan susunan satu garis tebal


lingkaran di lingkaran luar dan dua garis tipis di lingkaran
dalamnya. Jarak garis lingkaran luar dengan dalam adalah 1
mm
 Tingkat pimpinan ditulis singkat: PW, PD, PC, PR. Adapun
nama wilayah/ daerah/ cabang/ ranting ditulis lengkap.
Tetapi jika ruangannya tidak mencukupi, nama tersebut
dapat ditulis singkatannya yang lazim (baku), misalnya NTB,
dan lain-lain.
 Logo GPII terletak di tengah cap, dengan ukuran dan
proporsi sebagai yang ditetapkan.
 Ukuran stempel/ cap seluruh tingkat pimpinan GPII sama,
berdiameter garis luar 3,7 cm
 Tinta yang dipergunakan dalam keperluan stempel untuk
semua tingkatan pimpinan berwarna hijau.

C. PAKAIAN SERAGAM

Pakaian seragam GPII berupa jaket/ jas, dibuat dengan warna


dasar Hitam dan dilengkapi dengan badge dan identitas
tingkatan pimpinan.

164
165
BAB IV
KHOTIMAH

A. Asumsi Dasar

Pada saat acuan baku ini ditetapkan secara konsisten dan


bertanggung jawab, maka sesungguhnya kita akan dapat
melihat dengan jelas potret gerakan kita. Apa saja yang harus
diperbaiki, dikembangkan dan dirintis dari gerakan kita akan
tergambar dengan jelas. Sebaliknya jika pedoman tata laksana
administrasi ini tidak terimplementasi secara optimal, maka sulit
kiranya bagi kita melihat berbagai kelemahan (baik struktural
maupun program) yang harus kita perbaiki.

B. Harapan dan Penutup

Demikian pedoman yang dapat kami rumuskan. Kami yakin


dalam pedoman ini masih banyak terdapat kekurangan. Akan
tetapi semoga hal ini dapat menjadi stimulasi awal dari proses
penataan organisasi secara menyeluruh di masa kini dan masa
yang akan datang. Faidzaa „azamta fatawakkal „alalLah,
WalLahu „alam bisshawab.

166
167
PERATURAN KHUSUS
Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah Bersama
Gerakan Pemuda Islam Indonesia ( GPII )

MUQADDIMAH

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan


saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih
mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu
yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.”(QS. At Taubah:23 )

“Sesungguhnya Allah amat menyukai orang-orang yang berjuang di


jalan Allah dalam barisan yang teratur laksana bangunan yang
kokoh” (QS. 61: 4)

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (Agama) Allah dan janganlah
kamubercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamukarena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk. (Qs. 3 : 103)

Dari Amirul Mu‟minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu,


dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam
bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia
niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan)
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan
Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang

168
dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka
hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

BAB I
NAMA, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

1. Forum Permusyawaratan di tingkat regional Gerakan Pemuda


Islam Indonesia (GPII) dalam masa transisi ini bernama
Musyawarah Wilayah Bersama Gerakan Pemuda Islam
Indonesia (GPII) di singkat dengan Musywilber GPII
2. Musywilber GPII dilaksanakan sebagai tindak-lanjut dari
Muktamar Medan, dalam membentuk Pimpinan Wilayah GPII se-
Indonesia
3. Tujuan pelaksanaan Musywilber GPII adalah untuk memberikan
legitimasi konstitusional dalam pembentukan Pimpinan Wilayah
GPII se-Indonesia

BAB II
LANDASAN

Pasal 2

Landasan penyelenggaraan Musywilber GPII ini adalah :


1. Qur’an dan As.Sunah
2. Anggaran Dasar GPII
3. Anggaran Rumah Tangga GPII
4. Kesepakatan Al-Azhar

BAB III
TEMPAT DAN WAKTU

Pasal 3
Tempat

Musywilber GPII dilaksanakan di Tingkat Regional / Propinsi di


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

169
Pasal 4
Waktu

1. Musywilber GPII dilaksanakan pasca Muktamar Medan


2. Semua wilayah telah melaksanakan Musywilber selambat-
lambatnya pada bulan Juni 2014

BAB IV
KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN

Pasal 5
Kedudukan

Musywilber GPII merupakan forum permusyawaratan dan pengambil


kekuasaan tertinggi di tingkat regional selama masa transisional

Pasal 6
Fungsi dan Kewenangan

Musywilber GPII memiliki fungsi dan wewenang :


1. Penyampaian Laporan Pertanggung Jawaban PW GPI dan PW
GPII di hadapan institusinya masing-masing
2. Menetapkan Pendemisioneran PW GPI dan PW GPII
3. Menetapkan penyatuan nama menjadi PW GPII sebagai turunan
dari kebijakan Muktamar Bersama GPI / GPII
4. Memilih dan menetapkan Ketua Umum Wilayah beserta Dewan
Formateur
5. Menyusun dan Menetapkan Kebijakan Program Amaliah PW GPII
dalam 1 periodesasi kepengurusan

BAB V
PENYELENGGARAAN

Pasal 7
Pelaksana

1. Musywilber GPII dilaksanakan oleh lembaga yang


“merefresentasikan”*) PW GPI dan atau PW GPII definitif

170
2. Kepanitiaan Musywilber dibentuk bersama oleh PW GPI dan PW
GPII
3. Apa bila di satuan tingkat provinsi terdapat PW GPII atau PW GPII
saja, maka secara otomatis di tetapkan sebagai PW GPII definitif
4. Pada poin 3, apabila masa kepengurusan sudah habis mengacu
pada AD/ART, maka diwajibkan untuk mempersiapkan Muswil.

BAB VI
QUORUM MUSYWILBER

Pasal 8

1. Musywilber GPII dianggap syah apabila dihadiri oleh lembaga


yang “merefresentasikan” PW GPI dan atau PW GPII
2. Musywilber GPII dianggap syah apabila dihadiri oleh setengah
plus satu dari Jumlah Pimpinan Daerah GPI dan atau Pimpinan
Cabang GPII
3. Jika Quorum belum tercapai, maka Musywilber GPII di discorsing
1 x 24 jam dan setelah itu dinyatakan syah oleh surat keputusan
Presidium sidang sementara Musywilber GPII
4. Persidangan Pleno Musywilber GPII dianggap syah apabila
dihadiri oleh setengah plus satu dari peserta utusan yang berhak
hadir
5. Jika Quorum belum tercapai, maka Persidangan Pleno Musywilber
GPII di discorsing 1 x 60 menit dan setelah itu dinyatakan syah
oleh Presidium sidang Musywilber GPII

BAB VII
KEPESERTAAN

Pasal 9
Peserta

1. Kepesertaan Musywilber GPII terdiri dari Peserta Utusan dan


Peserta Peninjau
2. Peserta Utusan Musywilber GPII terdiri dari :
- 1(satu) orang Utusan PW GPI

171
- 1(satu) orang Utusan PW GPII
- 1(satu) orang Utusan PD GPI
- 1(satu) orang Utusan PC GPII
- 1(satu) orang Utusan PP GPII
3. Peserta Peninjau Musywilber GPII terdiri dari :
- Keluarga Besar GPII dan GPI di wilayah bersangkutan yang
diundang oleh panitia
- Masing-masing 1 (satu) orang dari unsur peserta utusan
- Unsur lain yang diundang oleh Panitia Musywilber GPII
4. Peserta Utusan Musywilber GPII dan Peninjau dari unsur aktif
organisasi disyaratkan bermandat

Pasal 10
Hak Peserta

1. Seluruh peserta Utusan Musywilber GPII memiliki Hak Suara dan


Hak Bicara
2. Seluruh peserta Peninjau Musywilber GPII memiliki Hak Bicara
3. Setiap Peserta Musywilber GPII hanya berhak mengajukan
interupsi dalam hal Meminta penjelasan tentang pokok materi
persidangan dan usulan mengenai tekhnis proses persidangan

Pasal 11
Kewajiban Peserta

Seluruh Peserta Musywilber GPII memiliki Kewajiban :


1. Menghadiri seluruh sidang pleno Musywilber GPII
2. Menjaga dan memelihara kelancaran dan ketertiban seluruh
persidangan Musywilber GPII
3. Mentaati semua ketentuan yang diatur dalam peraturan khusus
Musywilber GPII
4. Melakukan registrasi kepesertaan dan selalu mengisi daftar hadir
dalam setiap persidangan

172
BAB VIII
PERMUSYAWARATAN DALAM MUSYWILBER GPII

Pasal 12

1. Persidangan Musywilber GPII terdiri dari Sidang Pleno dan Sidang


Komisi
2. Sidang Komisi dilaksanakan untuk membahas secara spesifik
agenda-agenda substansial dari fungsi penyelenggaraan
Musywilber GPII
3. Persidangan Komisi Musywilber GPII terdiri dari :
- Komisi Program Amaliyah
- Komisi Rekomendasi
- Komisi Imamah
- Komisi Badan Otonom
4. Persidangan Pleno Musywilber GPII dilaksanakan untuk
membahas, memutuskan dan menetapkan Tata Tertib, Agenda
acara, LPJ PW GPI/PW GPII, Pendemisioneran PW GPI/PW GPII
dan hasil-hasil persidangan komisi
5. Dalam penyelenggaraan sidang pleno Imamah, persidangan akan
dipimpin oleh suatu badan yang dibentuk oleh komisi imamah
yang selanjutnya disebut sebagai Panitia Pemilihan

Pasal 13
Pimpinan Sidang

1. Persidangan Pleno Musywilber GPII dipimpin oleh suatu badan


yang selanjutnya disebut sebagai Presidium Sidang
2. Sebelum Presidium Sidang terbentuk, maka sidang pleno
Musywilber GPII dipimpin oleh Presidium Sementara yang berasal
dari unsur Steering Commitee Musywilber GPII
3. Persidangan Komisi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris Komisi
yang dipilih dari dan oleh anggota masing-masing komisi secara
aklamasi
4. Pimpinan Sidang memiliki Hak Prerogatif dan Kewajiban :
- Menjaga kelancaran dan ketertiban persidangan
- Memperkenankan dan atau membatasi hak bicara musyawirin
berdasarkan korelasi substansi dari aspirasi yang berkembang

173
- Melakukan proses notulensi setiap bahasan dalam setiap
agenda persidangan
- Memberikan prioritas dan atau menolak Interupsi dari
musyawirin yang hanya terkait dengan tekhnis pelaksanaan
persidangan
- Mengarahkan dan menyimpulkan agenda-agenda persidangan
berdasarkan saran, usul dan pendapat yang disampaikan
dalam setiap agenda persidangan
- Menetapkan Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh komisi
imamah
- Menerbitkan Surat Keputusan dan Ketetapan Musywilber GPII
yang telah disepakati dalam setiap persidangan

Pasal 14
Pengambilan Keputusan

1. Proses pengambilan keputusan dalam Musywilber GPII dilakukan


secara musyawarah mufakat
2. Jika dalam Pengambilan keputusan melalui proses musyawarah
mufakat tidak tercapai maka pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara pemungutan suara atau voting
3. Keputusan dan ketetapan persidangan dibuat dalam bentuk surat
keputusan dan atau surat ketetapan presidium sidang
4. Hasil persidangan Komisi disyahkan dan ditetapkan oleh
presidium sidang sebagai ketetapan Musywilber GPII dalam
sidang pleno Musywilber GPII
5. Setiap surat keputusan dan ketetapan Musywilber GPII dilengkapi
dengan risalah persidangan yang ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris presidium sidang serta memuat dokument yang
menjelaskan mengenai hasil bahasan dalam setiap persidangan
6. Dalam hal pengambilan keputusan melalui voting, maka system
yang dipergunakan adalah “one delegation one vote”

174
BAB IX
KETENTUAN UMUM

Pasal 15

1. Bahan-bahan dan atau materi persidangan dipersiapkan oleh


Steering Commitee Musywilber GPII
2. Peraturan Khusus ini bersifat final dan mengikat
3. Segala sesuatu yang belum diatur dalam peraturan khusus ini
akan dibahas dan diputuskan oleh presidium sidang dalam
Musywilber GPII atas persetujuan dari utusan Pimpinan Pusat dan
musyawirin serta tidak bertentangan dengan tata aturan yang
berlaku di GPII

BAB X
KHOTIMAH

Pasal 16

Peraturan Khusus ini mulai berlaku serta memiliki legitimasi yuridis


setelah ditetapkan dalam Rapat Pleno Pimpinan Pusat GPII

175

Anda mungkin juga menyukai