Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN DASAR

BRIGADE PELAJAR ISLAM INDONESI

MUQODDIMAH

Asyhadu Allaa Naaha Illaha, Waasyhadu An-naa Muhammad ar-Rusulullah


Aku bersaksi bahwa tada Tuhan kecuali Allah, dan Aku bersaksi Nabi Muhammad adalah Utusan Allah.

Rodhiitu billahi Rabba, Wa bil-Islamadina, Wabi Muhammadin Nabiyya(n) wa Rasuula.

Katakanlah : "Inilah jalanku (Dien)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan huijah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik"
(Al-Qu'ran : Surat Yusuf ayat 108)

Bahwa sesungguhnya Islam adalah satu-satunya Ad-Dien yang diridhoi Allah SWT, yang bercirikan
tawasuh (jalan tengah), takkaful (menyeluruh), tawazzun (berkesinambungan), dan barang siapa yang
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) darinya dan di akhirat
termasuk orang-orang yang merugi.

Tegaknya nilai-nilai ajaran Islam di muka bumi merupakan jalan untuk menciptakan kehidupan yang
sejahtera lahir-bathin bagi seluruh ummat manusia. Setiap muslim berkewajiban tidak hanya melakukan
perubahan budaya dalam dirinya, yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, tapi juga berkewajiban
untuk melakukan perubahan sosial dan budaya yang ada ditengah masyarakat yang sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam sehingga terciptanya kebudayaan yang beraqidah Islamiyah dan berakhlakul karimah
demi terwujudnya Izzul Islam Wal Muslimin.

insyaf dan sadar akan tanggung jawab pelajar Islam terhadap agama, nusa dan bangsa. Yakin akan
kebenaran Islam untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil dan damai dalam limpahan maghfirah
dan mardhatillah.

Dengan hasrat melatih diri dalam usaha mencapai cita-cita Islam tersebut dengan cara yang teratur, maka
disusunlah Pedoman Dasar Brigade Pelajar Islam Indonesia (PD Brigade PII) sebagai berikut :

BABI
NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Badan ini bernama Brigade Pelajar Islam Indonesia, disingkat Brigade PII.
2. Badan ini dibentuk pada tanggal 6 November 1947 di Ponorogo untuk waktu yang tidak terbatas.
3. Badan ini berkedudukan Di Ibukota republik Indonesia

BAB II
BENTUK DAN DASAR
Pasal 2
1. Badan ini merupakan Badan Otonom dari Pelajar Islam Indonesia (PII)
2. Badan ini dalam setiap aktifitasnya berdasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Al-Hadist.
BAB III
TUJUAN
Pasal 3
Terlaksananya tujuan PII melalui usaha-usaha intelejen disertai dengan terbentuknya kader-kader yang
militan dan memiliki karakter cermat, cekatan, dan efektif.

BAB IV
FUNGSI DAN USAHA
Pasal 4
Badan ini berfungsi melaksanakan program kerja Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam bidang Intelejen
menuju perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai aiaran Islam.

Pasal 5
Usaha-usaha yang dilakukan badan ini adalah:
1. Memelihara dan membela Islam, Umat Islam seta Pelajar Islam khususnya dari segala rongrongan dan
ancaman aqidah, syari'ah dan akhlak.
2. Menjadikan Brigade PII sebagai bagian inti untuk pengamanan terhadap missi dan eksistensi PII.
3. Membentuk kader Brigade PII yang cermat, cekatan dan efektif, yang ditunjang denagn karakter
militan, disiplin tinggi, profesiaonalisme, intelijensia yang tinggi, ketinggian akhlak serta taat pada
pimpinan yang Islami.
4. Menghimpun dan membina kekuatan pelajar Islam di bidang sosial dan kemanusiaan.
5. Menumbuh kembangkan kemampuan, minat dan bakat anggota.

BAB V
SISTEM KADERISASI
Pasal 6
1. Sistem Kaderisasi Brigade PII merupakan bagian dari Sistem Kederisasi PII.
2. Adapun yang berkaitan dengan kekhususan Kaderisasi Brigade PII diatur dengan pedoman Diklat
Korpus Brigade PII

BAB VI
ANGGOTA
Pasal 7
Anggota Brigade PII adalah setiap anggota PII yang telah mengikuti kaderisasi yang dilakukan oleh
Brigade PII dan sanggup dan Menjunjung kode etik Brigade PII

BAB VII
INSTITUSI KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN
Pasal 8
1. Institusi kekuasaan tertinggi tingkat nasional secara hirarkis dipegang oleh Musyawarah Nasional
(Munas), Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN).
2. Institusi kekuasaan tingkat wilayah secara hirarkis dipegang oleh Musyawarah Wilayah (Muswil),
Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) dan Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW).
3. Institusi kekuasaan tingkat daerah secara hirarkis dipegang oleh Musyawarah Daerah (Musda) dan
Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
4. Institusi kekuasaan tingkat komisariat dipegang oleh Musyawarah Komisariat (Muskom).

Pasal 9
Institusi kepemimpinan organisasi terdiri dari Koodinator Pusat (Korpus), Koordinator Wilayah
(Korwil), Koordinator Daerah (Korda), dan Koordinator Komisariat (Korkom).
RAPAT KOMANDO
Pasal 10
Pengertian
1. Rapat Komando merupakan institusi rapat para Komandan Brigade PII setiap tingkat esselon.
2. Rapat Komando hanya dapat diselenggarakan di tingkat Pusat dan Wilayah.
3. Rapat Komando dapat dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode dan disesuaikan
dengan kebutuhan.

Pasal 11
Fungsi
Rapat Komando berfungsi sebagai forum penyikapan terhadap isu-isu strategis dan mendesak bersifat
keumatan dan didalamnya dibutuhkan peran fungsi Brigade PII.

BAB VIII
LEMBAGA KHUSUS DAN LEMBAGA TAKTIS
Pasal 12
Pengertian, Macam dan Kedudukan
1. Lembaga khusus adalah badan pembantu pimpinan yang dibentuk oleh pimpinan brigade PII dengan
tugas-tugas khusus sesuai dengan kebutuhan.
2. Lembaga-lembaga khusus dapat dibentuk diseluru eselon pimpinan sesuai dengan kebutuhan.
3. Periodesasi ke-Koordinatoran lembaga khusus sama dengan struktur pimpinan Brigade PII setingkat.
4. Lembaga Taktis adalah badan pembantu pimpinan yang bertugas terbatas kepada lingkup yang
ditentukan pimpinan.
5. Lembaga Khusus dapat dibentuk diseluruh eselon pimpinan sesuai kebutuhan.
6. Lembaga khusus tidak terkait dengan ke-Koordinatoran yang sama dengan struktur pimpinan
setingkat.

BAB IX
MASA KEPENGURUSAN
Pasal 13
Masa Kepengurusan Brigade PII sama dengan masa Kepengurusan PII pada institusi setingkat.

BAB X
PERBENDAHARAAN
Pasal 14
Perbendaharaan Brigade PII diperoleh dari:
1. Iuran pangkal, iuran wajib dan sumbangan sukarela peserta.
2. Zakat, infaq, shadaqah, hibah dari ummat Islam serta pihak-pihak lain sepanjang sah, halal dan tidak
mengikat.
3. Usaha-usaha produktif dan usaha-usaha lain yang sah, halal dan tidak mengikat.

BAB XI
PENGESAHAN DAN PERUBAHAN
Pasal 15
Pengesahan dan Perubahan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Brigade ini hanya dapat
dilakukan ole Musyawarah Nasional (Munas).

BAB XII
PENGESAHAN
Pasal 16
Lagu wajib Brigade PII adalah Mars Brigade

Pasal 17
Lambang Brigade PII diatur dalam ketentuan tersendiri.
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
1. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Pedoman Dasar akar diatur dalam dalam Pedoman Rumah
Tangga Brigade PII seta peraturan / ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan
Pedoman Dasar dan penjelasannya.
2. Setiap anggota Brigade PII dianggap telah mengetahui isi Pedoman Dasar.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Dasar dapat dikoordinasikan oleh Koordinator Brigade
Pusat.

Ditetapkan di : Balikpapan
Pada tanggal : 19 Syaban 1444 H
10 Mei 2023 M

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL BRIGADE KE-XXVIII
PELAJAR ISLAM INDONESIA

Presidium 1 Presidium 2

Ketua Sekretaris
PEDOMAN RUMAH TANGGA
BRIGADE PELAJAR ISLAM INDONESI

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Anggota Muda adalah kader Pelajar Islam yang telah mengikuti Latihan Intensif Brigade (LIB).
2. Anggota Biasa adalah kader pelajar Islam yang telah mengikuti Basic Training PII dan Latihan
Brigade Tingkat Dasar (LBTD).
3. Anggota Kehormatan adalah Kader pelajar Islam berprestasi atau orang yang berjasa kepada Brigade
PII yang ditetapkan keanggotaannya oleh Koordinator Pusat atau Koordinator Wilayah.

Pasal 2
1. Masa keanggotaan anggota muda ditandai dengan kartu tanda anggota muda yang dikeluarkan oleh
Koordinator Wilayah berlaku untuk 1 (satu) tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang kembali.
2. Masa keanggotaan anggota biasa ditandai kartu tanda anggota biasa yang dikeluarkan oleh
Koordinator Pusat yang berlaku untuk 2 (dua) tahun dan selanjutnya dapat diperpanjang kembali.
3. Khusus untuk Koordinator Pusat, masa keanggotaan anggota biasa ditandai dengan dikeluarkannya
kartu tanda anggota biasa oleh KoordinatorPusat.
4. Masa keanggotaan Brigade PII dapat diperbaharui selama anggota yang bersangkutan masih aktif
dalam kegiatan PII dan belum berusia lebih dari 30 tahun.

Pasal 3
Tatacara pembuatan, pengeluaran, pemberian, dan perpanjangan kartu tanda anggota diatur dalam
ketentuan tersendiri oleh Koordinator Pusat.

Pasal 4
Seorang anggota Brigade PII dapat kehilangan keanggotaannya karena :
a. Telah mencapai usia lebih dari 30 tahun.
b. Berhenti atas permintaan sendiri.
c. Diberhentikan atau dipecat.
d. Meninggal dunia.

Pasal 5
1. Anggota Brigade PII dapat dijatuhi hukuman apabila:
a. Bertindak mencemarkan dan merugikan nama baik Islam dan ummat Islam.
b. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik Brigade PII, melanggar ketetapan, keputusan
dan peraturan-peraturan organisasi yang telah ditetapkan oleh Brigade PII.
Hukuman kepada anggota berupa peringatan, skorsing, dan pemecatan.
2. Anggota yang diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam Mahkamah Pembelaan
Brigade PII.
3. Ketentuan mengenai tata cara pemberian peringatan, skorsing, pemecatan dan prosedur pembelaan
diatur dalam ketentuan atau peraturan tersendiri.
Pasal 6
Pembelaan

1. Anggota yang dikenakan peringatan, skorsing atau pemecatan oleh korda Brigade harus diberi
kesempatan untuk membela diri dalam forum mahbrida.
2. Anggota yang dikenakan peringatan, skorsing atau pemecatan oleh korwil Brigade harus diberi
kesempatan untuk membela diri dalam forum mahbriwil.
3. Anggota yang dikenakan peringatan, skorsing atau pemecatan oleh korpus Brigade harus diberi
kesempatan untuk membela diri dalam forum mahbriti.

Pasal 7
Mahkamah Pembelaan

1. Mahkamah -mahkamah pembelaan brigade pii terdiri dari :


a. Mahbrida - mahkamah brigade daerah.
b. Mahbriwil - mahkamah brigade wilayah.
c. Mahbriti - Mahkamah brigade tinggi.
2. Makamah - mahkamah dapat dibentuk jika ada persoalan yang sangat penting, guna mengambil
keputusan penting.
3. Mahbrilub ialah mahkamah brigade luar biasa dapat dibentuk pada munas brigade PII.
4. Ketentuan - ketentuan mengenai tata cara skorsing, pemecatan dan prosedur pembelaan diatur dalam
ketentuan atau peraturan tersendiri

Pasal 8
1. Setiap anggota Brigade PII tidak diperbolehkan merangkap menjadi anggota partai politik dan atau
organisasi afiliasinya.
2. Setiap anggota Brigade PII dapat merangkap menjadi anggota pada organisasi massa lain.
3. Anggota Brigade PII yang merangkap menjadi anggota pada organisasi massa lain harus
menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan konstitusi dan peraturan Brigade PII yang berlaku.

Pasal 9
1. Setiap Koordinator Brigade PII tidak diperbolehkankan rangkap jabatan pada organisasi massa lain.
2. Koordinator Brigade PII yang rangkap jabatan pada organisasi lain yang bukan organisasi massa dan
partai politik, harus menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan konstitusi dan peraturan PII lainnya
yang berlak

BAB II
STRUKTUR KEKUASAAN
Pasal 10
1. Musyawarah Nasional adalah institusi kekuasaan tertinggi organisasi disingkat Munas.
2. Munas merupakan forum musyawarah utusan-utusan Wilayah, Daerah, dan Komisariat yang dihadiri
oleh Koordinator Pusat.
3. Munas diselenggarakan setiap bersama rangkaian Mukatamar Nasional Pelajar Islam Indonesia (PII).

Pasal 11
Musyawarah Nasional (Munas) mempunyai fungsi dan wewenang untuk :
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Koordinator Pusat Brigade PII.
b. Menetapkan Rencana Strategis Brigade PII.
c. Menetapkan Pedoman Dasar, Pedoman Rumah Tangga.
d. Menetapkan Kebijakan dan Program Kerja Organisasi serta memilih Koordinator Pusat dengan cara
memilih Komandan / Ketua Dewan Formatur dan 2 (dua) orang Anggota Formatur untuk 1 (satu)
periode ke-Koordinatoran.
Pasal 12
1. Peserta Musyawarah Nasional adalah Koordinator Pusat Badan Otonom, Koordinator Wilayah Badan
Otonom, Koordinator Daerah Badan Otonom, dan Undangan Koordinator Pusat.
2. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari peserta utusan.
3. Ketentuan peserta Munas ditentukan oleh Koordinator Pusat dengan persetujuan Koordinator
Wilayah, dan Koordinator Daerah melalui forum Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN).

Pasal 13
1. Musyawarah Nasional dinyatakan quorum apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah Koordinator Wilayah yang berhak hadir.
2. Apabila ketentuan ayat 1 (satu) tidak terpenuhi, maka Musyawarah Nasional di tunda selama 1 x 24
jam kemudian dinyatakan sah.
3. Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih, kecuali utusan Koordinator Pusat
tidak mempunyai hak memilih.
4. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan presidium sidang.

Pasal 14
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 30 x 24 Jam Komandan/Ketua Formatur dan Dewan formatur
terpilih telah selesai menyusun struktur dan Personalia Koordinator Pusat ditandai dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Dewan Formatur.
2. Selambat-lambatnya dalam waktu 30 x 24 jam setelah personalia Koordinator Pusat terbentuk, panitia
Musyawarah Nasional harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima jabatan
berbarengan dengan Pelantikan PB PII.

Pasal 15
1. Musyawarah Wilayah adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat kedua disingkat Muswil.
2. Musyawarah Wilayah merupakan forum musyawarah utusan-utusan Koordinator Daerah dan
Koordinator Komisariat yang dihadiri oleh Koordinator Wilayah.
3. Musyawarah Wilayah di selenggarakan 2 (dua) tahun sekali oleh Koordinator Wilayah.

Pasal 16
Musyawarah Wilayah mempunyai fungsi dan wewenang :
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggung jawaban Koordinator Wilayah PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Koordinator Wilayah.
c. Memilih Koordinator Wilayah dengan cara memilih Komandan/formatur dan 2 (Dua) anggota formatur.
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil Musyawarah Wilayah Badan Otonom.

Pasal 17
1. Peserta Musyawarah Wilayah adalah Koordinator Wilayah dan Koordinator Wilayah Badan Otonom,
Koordinator Daerah dan Koordinator Daerah Badan Otonom, Koordinator Komisariat, dan Undangan
Koordinator Wilayah.
2. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta Musyawarah Wilayah ditentukan oleh Koordinator Wilayah dengan persetujuan
Koordinator Daerah dan Koordinator Komisariat melalui forum Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW).

Pasal 18
1. Musyawarah Wilayah dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih
satu dari jumlah Koordinator Daerah dan Koordinator Komisariat yang berhak hadir.
2. Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih kecuali utusan Koordinator
Wilayah tidak mempunyai hak memilih.
3. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif, atas permintaan presidium sidang
Pasal 19
1. Selambat-lambatnya dalam waktu 15 x 24 Jam Komandan/Ketua Formatur dan Dewan formatur
terpilih telah selesai menyusun struktur dan personalia PW PII ditandai dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Dewan Formatur.
2. Selambat-lambatnya 15 x 24 jam setelah struktur dan personalia Koordinator Wilayah terbentuk,
panitia Musyawarah Wilayah harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima jabatan
berbarengan dengan Pelantikan Pengurus Wilayah.

Pasal 20
1. Musyawarah Daerah adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat ke-tiga.
2. Musyawarah Daerah merupakan forum musyawarah utusan-utusan Komisariat yang dihadiri oleh
Koordinator Daerah.
3. Musyawarah Daerah diselenggarakan setiap 1 (satu) Periode sekali oleh Koordinator Daerah.

Pasal 21
Musyawarah Daerah mempunyai fungi dan wewenang:
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban Koordinator Daerah Brigade PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Koordinator Daerah
c. Memilih Koordinator Daerah dengan cara memilih Komandan/formatur dan 2 (Dua) orang Anggota
Formatur.
d. Menetapkan dan mengesahkan hasil-hasil Musyawarah Daerah Badan Otonom

Pasal 22
1. Peserta Musyawarah Daerah adalah Koordinator Daerah, Koordinator Komisariat, dan Undangan
Koordinator Daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta Musyawarah Daerah ditentukan ole Koordinator Daerah dengan persetujuan
Koordinator Komisariat melalui forum Rapat Pimpinan Daerah.

Pasal 23
1. Musyawarah Daerah dinyatakan quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu
dari jumlah Koordinator komisariat yang berhak hadir.
2. Seluruh peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih, kecuali peserta utusan
dari Koordinator Daerah yang tidak mempunyai hak memilih.
3. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan presidium sidang.

Pasal 24
1. Selambat-lambatnya 7 x 24 jam Komandan/Ketua Formatur dan Dewan Formatur terpilih harus telah
selesai menyusun struktur dan personalia Koordinator Daerah ditandai dengan keluarnya Surat
Keputusan Dewan Formatur.
2. Selambat-lambatnya 15 x 24 jam setelah struktur dan personalia Koordinator daerah terbentuk,
panitia Musyawarah Daerah harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima jabatan
berbarengan dengan pelantikan Pengurus Daerah.

Pasal 25
1. Musyawarah Komisariat adalah institusi kekuasaan organisasi tingkat ke-empat.
2. Musyawarah Komisariat merupakan forum musyawarah anggota-anggota Komisariat.
3. Musyawarah Komisariat diselenggarakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Koordinator Komisariat.

Pasal 26
Musyawarah Komisariat mempunyai fungsi dan wewenang :
a. Mendengar dan mengevaluasi laporan Koordinator Komisariat PII.
b. Menetapkan kebijakan dan program kerja Koordinator Komisariat.
c. Memilih & menetapkan Komandan dan Personalia serta melakukan pelantikan Koordinator Komisariat.
Pasal 27
1. Peserta Musyawarah Komisariat adalah Koordinator Komisariat, anggota biasa, anggota muda dan
undangan Koordinator Komisariat.
2. Peserta Musyawarah Komisariat terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau.
3. Ketentuan peserta ditentukan oleh Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 28
1. Seluruh peserta utusan mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih.
2. Peserta peninjau hanya mempunyai hak bicara pasif atas permintaan peserta sidang.

BAB IN
SIDANG DEWAN PLENO
Pasal 29
1. Sidang Dewan Pleno merupakan institusi musyawarah para pimpinan organisasi yang bertujuan
untuk mengawasi dan meningkatkan kinerja organisasi serta mengambil kebijakan yang bersifat
khusus atau mendesak.
2. Sidang Dewan Pleno Brigade PII berbarengan dengan Sidang dewan Pleno badan Induk

Pasal 30
Sidang Dewan Pleno mempunyai fungi dan wewenang :
a. Melaporkan hasil pelaksanaan program kerja organisasi.
b. Mengevaluasi pelaksanaan dan atau rencana pelaksanaan keputusan institusi kekuasaan PII setingkat.
c. Menyempurnakan kebijakan dan strategi pelaksanaan program kerja organisasi.
d. Menentukan ketentuan-ketentuan tentang peserta Musyawarah Nasional.
e. Memecahkan masalah-masalah organisasi

Pasal 31
1. Sidang Dewan Pleno Nasional merupakan institusi kekuasaan tertinggi setelah Musyawarah Nasional
yang dihadiri oleh pimpinan PII tingkat Wilayah dan Daerah
2. Sidang Dewan Pleno Nasional diselenggarakan oleh Koordinator Pusat sekurang-kurangnya satu (1)
kali di tengah periode ke-Koordinatoran.

BAB IV
RAPAT PIMPINAN
Pasal 32
1. Rapat Pimpinan Brigade PII merupakan rapat kerja para pimpinan organisasi yang bertujuan untuk
kegiatan konsolidasi, peningkatan kinerja dan sinergitas organisasi.
2. Rapat Pimpinan diselenggarakan di tingkat Nasional yang disebut dengan Rapat Pimpinan Nasional
(Rapimnas), ditingkat Wilayah disebutkan dengan Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil), dan
ditingkat Daerah disebut dengan Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda).
3. Rapat Pimpinan Brigade PII berbarengan dengan Rapat Pimpinan Badan Induk Setingkat.

Pasal 33
Rapat Pimpinan mempunyai fungsi dan wewenang :
a. Sosialisasi Kebijaksanaan organisasi
b. Sosialisasi program kerja dan strategi pelaksanaannya.
c. Pengawasan terhadap kinerja instansi pimpinan setingkat dibawahnya.
d. Memecahkan masalah-masalah organisasi.
Pasal 34
1. Rapat Pimpinan Nasional merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat nasional yang dihadiri oleh
pimpinan-pimpinan PII di tingkat Wilayah
2. Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan oleh Koordinator Pusat sekurang-kurangnya satu (1) kali
dalam satu periode keKoordinatoran. Apabila dipandang perlu PB PII dapat mengundang pimpinan-
pimpinan PII di tingkat Daerahdan Komisariat.

Pasal 35
1. Rapat Pimpinan Wilayah merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat Wilayah yang dihadiri oleh
pimpinan-pimpinan PII di tingkat Daerah.
2. Rapat Pimpinan Wilayah diselenggarakan oleh Koordinator Wilayah sekurang-kurangnya satu (1)
kali dalam satu periode keKoordinatoran.
3. Apabila dipandang perlu PW PII dapat mengundang pimpinan-pimpinan PII di tingkat Komisariat.

Pasal 36
1. Rapat Pimpinan Daerah merupakan rapat pimpinan organisasi tingkat Daerah yang dihadiri oleh
pimpinan-pimpinan PII tingkat Komisariat.
2. Rapat Pimpinan Daerah diselenggarakan oleh Koordinator Daerah sekurang-kurangnya satu (1) kali
dalam satu periode keKoordinatoran.

BAB V
PIMPINAN
Pasal 37
1. Koordinator Pusat adalah institusi pimpinan tertinggi organisasi PII.
2. Masa jabatan Koordinator Pusat Disesuaikan Esselon setingkat terhitung sejak berakhirnya
penyelenggaraan Musyawarah Nasional yang memilihnya.
3. Koordinator Pusat berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Pasal 38
1. Koordinator Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Komandan, Ka.Staff Pendidikan Latihan dan
Ka.Staff Administrasi.
2. Badan Khusus dan Lembaga Khusus Koordinator Pusat, termasuk anggota Pleno Koordinator Pusat.

Pasal 39
Koordinator Pusat mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Musyawarah Nasional.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting yang
berhubungan dengan organisasi Brigade PII kepada Kader Brigade PII secara nasional.
c. Mengesahkan dan melantik Koordinator Wilayah Brigade PII.
d. Memberikan peringatan, skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap anggota/Koordinator sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e. Menyelenggarakan SDPN dan Rapimnas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode bersama
PB PII.
f. Menyelenggarakan Rapat Komando minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan.
g. Menyelenggarakan Musyawarah Nasional pada akhir periode.
h. Menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban kepada anggota melalui Musyawarah Nasional.
i. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan Brigade PII.

Pasal 40
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Koordinator Pusat maksimal 2 (dua) periode penuh.
2. Personalia Koordinator Pusat adalah seorang anggota biasa yang pernah menjadi Koordinator
Wilayah serta telah mengikuti Advance Training dan Pendidikan Instruktur serta LBTD.
Pasal 41
1. Koordinator Wilayah adalah institusi pimpinan kedua organisasi.
2. Masa jabatan Koordinator Wilayah Disesuaikan Esselon setingkat terhitung sejak berakhirnya
Musyawarah Wilayah yang memilihnya.
3. Koordinator Wilayah berkedudukan di Ibu Kota Provinsi bersama Badan Induk.
4. Koordinator Wilayah harus mentaati kebijakan KoordinatorPusat.

Pasal 42
1. Koordinator Wilayah sekurang-kurangnya terdiri dari Komandan, Ka.Staff Pendidikan dan Latihan dan
Ka.Staff Admilog.
2. Badan Khusus dan Lembaga Khusus Koordinator Wilayah termasuk anggota Pleno Koordinator Wilayah
Brigade PII.
3. Susunan struktur Koordinator Wilayah disesuaikan dengan kebutuhan Wilayah bersangkutan dengan
mempertimbangankan struktur kelembangaan di atasnya.

Pasal 43
Koordinator Wilayah mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Musyawarah Wilayah.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan seta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi Brigade PII kepada Kader Brigade PII di Wilayah yang bersangkutan.
c. Membentuk, Mengesahkan dan melantik KoordinatorDaerah.
d. Memberikan peringatan, skorsing, dan rehabilitasi terhadap anggota/Koordinator sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Melaporkan secara berkala setiap 6 (enam) bulan perkembangan situasi dan kondisi Wilayah secara
tertulis kepada Koordinator Pusat terhitung sejak Pelantikan yang bersangkutan.
f. Menyelenggarakan SDPW dan Rapimwil sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode.
g. Menyelenggarakan Rapat Komando minimal satu kali dalam satu periode kepengurusan.
Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah pada akhir periode.
h. Menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban kepada anggota melalui Musyawarah Wilayah.
i. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan Brigade PII di bawahnya.

Pasal 44
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai pengurus Koordinator Wilayah maksimal 2 (dua)
periode penuh.
2. Personalia Koordinator Wilayah adalah anggota biasa yang pernah menjadi Koordinator Daerah dan
telah mengikuti Advance Training dan Pendidikan Instruktur serta LBTD.

Pasal 45
Tata cara pembentukan Koordinator Wilayah Brigade PII di Propinsi yang belum ada Brigade PII nya
akan diatur dalam ketentuan tersendiri oleh Koordinator Pusat.

Pasal 46
1. Koordinator Daerah adalah institusi kepemimpinan ketiga organisasi.
2. Masa jabatan Koordinator Daerah Disesuaikan Esselon setingkat terhitung sejak berakhirnya
Musyawarah Daerah yang memilihnya.
3. Koordinator Daerah berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota bersama Badan Induk.

Pasal 47
1. Koordinator Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari Komandan, Ka.Staff Pendidikan dan Latihan
dan Ka.Staff Administrasi.
2. Badan Khusus dan Lembaga Khusus serta Badan termasuk anggota Pleno Koordinator Daerah.
3. Susunan struktur Koordinator Daerah disesuaikan dengan kebutuhan Daerah bersangkutan dengan
mempertimbangankan struktur kelembangaan diatasnya.
Pasal 48
Koordinator Daerah mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Musyawarah Daerah.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan seta segala hal penting yang berhubungan
dengan organisasi PII kepada aparat PII di Daerah yang bersangkutan.
c. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah pada akhir periode.
d. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada anggota melalui Musyawarah Daerah.
e. Menyelenggarakan Rapat Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode.
f. Mengesahkan dan melantik Koordinator Komisariat Brigade PII.
g. Memberikan peringatan, skorsing, dan rehabilitasi terhadap anggota/Koordinator sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
h. Melaporkan secara berkala setiap 4 (empat) bulan perkembangan situasi dan kondisi Daerah secara
tertulis kepada Koordinator Wilayah terhitung sejak Pelantikan yang bersangkutan.
i. Melakukan monitoring terhadap seluruh institusi kepemimpinan Brigade PII dibawahnya

Pasal 49
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Koordinator Daerah maksimal 3 (dua) periode penuh.
2. Personalia Koordinator Daerah adalah anggota biasa yang pernah menjadi Koordinator Komisariat
dan telah mengikuti intermediate Training dan Pendidikan Pemandu Serta Telah Lulus LIB

Pasal 50
1. Koordinator Daerah dapat dibentuk berdasarkan :
a. Permohonan anggota.
b. Pengembangan daerah dari institusi Koordinator daerah yang telah ada.
2. Dalam satu daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk satu atau lebih Koordinator Daerah dengan
mempertimbangkan :
a. Jarak dan luas daerah.
b. Jumlah Koordinator komisariat yang ada.
c. Jenjang dan jenis pendidikan anggotanya.
d. Tatacara pembentukan Koordinator Daerah diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 51
1. Koordinator Komisatiat adalah institusi kepemimpinan keempat organisasi.
2. Masa jabatan Koordinator Komisariat Disesuaikan Esselon Setingkat terhitung sejak berakhirnya
musyawarah komisariat yang memilihnya.
3. Koordinator Komisariat berkedudukan di kecamatan-kecamatan, Sekolah-sekolah, Pondok
Pesantren, Masjid-masjid, dan Basis-basis aktivitas lain yang ditunjuk dengan batas-batas
teritorialnya ditetapkan oleh Koordinator Daerah.
4. Koordinator Komisariat harus mentaati kebijakan Koordinator Daerah.

Pasal 52
1. Koordinator Komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari KomandanKa.Staff Diklat dan Ka.Staff ADM.
2. Susunan struktur Koordinator Komisariat disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan di komisariat

Pasal 53
Koordinator komisariat mempunyai tugas, kewajiban, dan wewenang :
a. Melaksanakan hasil-hasil Ketetapan Musyawarah Komisariat.
b. Menyampaikan ketetapan-ketetapan, perubahan-perubahan serta segala hal penting yang
berhubungan dengan organisasi PII dalam teritorial komisariat yang bersangkutan.
c. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dari satuan kegiatan (sagiat) yang ada.
d. Menyelenggarakan Musyawarah Komisariat pada akhir periode.
e. Menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada anggota melalui Musyawarah Komisariat.
f. Memberikan peringatan dan skorsing serta rehabilitasi terhadap anggota/Koordinator sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
g. Melaporkan secara berkala setiap 4 (empat) bulan perkembangan situasi dan kondisi Komisariat
secara tertulis kepada Koordinator Daerah

Pasal 54
1. Seorang anggota biasa dapat menjabat sebagai Koordinator Komisariat maksimal 2 (dua) periode penuh.
2. Personalia Koordinator Komisariat adalah anggota muda yang telah mengikuti kegiatan Brigade PII.

Pasal 55
1. Koordinator komisariat dapat dibentuk berdasarkan :
a. Permohonan anggota.
b. Pengembangan komisariat dari institusi Koordinator komisariat yang telah ada
2. Pembentukan dan pengembangan komisariat dilakukan dengan mempertimbangkan :
a. Jarak dan luas kecamatan.
b. Jumlah anggota komisariat yang bersangkutan.
c. Jenjang pendidikan angggotanya
3. Tatacara pembentukan Koordinator Komisariat diatur dalam ketentuan tersendiri.

BAB VI
BADAN-BADAN DAN LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS
Pasal 56
Badan-badan khusus adalah badan pembantu pimpinan yang dibentuk oleh dan merupakan bagian dari
institusi pimpinan PII dengan tugas-tugas khusus sesuai dengan kebutuhan

Pasal 57
Badan-badan khusus mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan oleh institusi pimpinan PII sesuai dengan fungsi
dan bidang kerja masing-masing.
b. Meningkatkan keahlian anggota PII melalui pendidikan dan penelitian untuk mendorong
profesionalisasi anggota PII sesuai dengan bidang kerjanya.

Pasal 58
1. Struktur keKoordinatoran Badan Khusus sekurang-kurangnya terdiri dari seorang ketua dan dua
orang anggota.
2. Koordinator Badan Khusus dietapkan dan disahkan oleh institusi PII setingkat.
3. Masa Jabatan Koordinator Badan Khusus disesuaikan dengan institusi pimpinan setingkat.
4. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan Badan Khusus diatur dalam ketentuan tersendiri.

Pasal 59
Lembaga-Lembaga Khusus adalah lembaga pembantu pimpinan yang dibentuk oleh pimpinan PII dengan
tugas-tugas khusus PII yang berhubungan langsung dengan masyarakat dalam bentuk permanen atau semi
permanen sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 60
Lembaga khusus mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Mengelola, mengembangkan dan mendayagunakan sumber-sumber dana organisasi sebagaimana
tersebut dalam Anggaran Dasar secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kualitas SDM PII
dalam bidang perekonomian serta memberikan peningkatan pemasukan dana bagi operasional
organisasi PII.
b. Membina, mengembangkan dan meningkatkan peranan PII dalam mengembangkan kualitas
sumberdaya masyarakat dalam mengapresiasi dan mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
c. Membina dan mengembangkan peranan PII dalam melakukan penegakan hak-hak pelajar.
Pasal 61
1. Koordinator lembaga khusus disahkan ole institusi PII setingkat baik langsung maupun tidak
langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam lembaga tersebut.
2. Masa jabatan Koordinator lembaga-lembaga khusus tidak terikat periodeisasi keKoordinatoran
institusi pimpinan PII terkait.
3. Seseorang yang dapat menjadi Koordinator lembaga khusus adalah tidak terikat pada keanggotaan
PII dengan kriteria ahli di bidang kerjanya.

BAB VII
KEUANGAN
Pasal 62
1. Pusatnya uang pangkal anggota biasa ditetapkan dan dipungut oleh Koordinator Pusat dan dibayar
satu kali selama keanggotaan.
2. Pusatnya iuran bulanan anggota muda ditetapkan dan dipungut oleh Koordinator Komisariat.
3. Pusatnya iuran bulanan anggota biasa ditetapkan dan dipungut oleh institusi pimpinan masing-masing.

Pasal 63
1. Uang pangkal dibayar pada saat anggota memenuhi persyaratan resmi menjadi anggota Biasa.
2. Uang pangkal dibayarkan melalui dan dikumpulkan oleh Koordinator Komisariat atau Koordinator
Wilayah untuk diserahkan kepada Koordinator Pusat.
3. Iuran anggota dan ZIS dibayarkan kepada dan dikumpulkan oleh institusi Koordinator dimana
anggota itu aktif.

BAB VIII
PERUBAHAN PRT
Pasal 64
1. Perubahan PRT hanya dapat dilakukan dalam forum Musyawarah Nasional.
2. Reputusan perubahan PRT harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta utusan
Musyawarah Nasional.
3. Perubahan PRT dilakukan dengan mengajukan rancangan perubahan pasal-pasal dalam PRT kepada
peserta.

BAB IX
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 65
1. Apabila Komandan KoordinatorPusat PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan
Penanggung jawab (PJ) dalam forum Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) dengan terlebih dahulu
memilih Penanggung jawab sementara (PJS) dalam forum Pleno Koordinator Pusat.
2. Apabila Komandan Koordinator Wilayah PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan
Penanggung jawab (PJ) dalam forum Sidang Dewan Pleno Wilayah (SDPW) dengan terlebih dahulu
memilih Penanggung jawab sementara (PJS) dalam forum Pleno Koordinator Wilayah.
3. Apabila KomandanKoordinator Daerah PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan
Penanggung jawab (PJ) dalam forum Pleno Koordinator Daerah.
4. Apabila KomandanKoordinatorKomisariat PII berhalangan tetap, maka dapat dipilih dan ditetapkan
Penanggung jawab (PJ) dalam forum Pleno Koordinator Komisariat.
5. Dalam hal kekosongan kepemimpinan, institusi Setingkat memiliki wewenang menunjuk
Penanggungjawab Sementara (PJS) sampai terlaksananya Sidang Dewan Pleno.

Pasal 66
Yang dimaksud berhalangan tetap adalah :
1. Meninggal dunia
2. Sakit yang berkepanjangan
3. Diberhentikan atau dipecat
Pasal 67
1. Semua badan atau instansi dan lembaga-lembaga yang menggunakan nama atau atribut Brigade PII
diatur dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.
2. Setiap anggota Brigade PII dianggap telah mengetahui isi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah
Tangga ini setelah ditetapkan.
3. Setiap anggota Brigade PII berkewajiban untuk mengetahui, mentaati dan melaksanakan Pedoman
Dasar dan Pedoman Rumah Tangga.
4. Masa implementasi perubahan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga organisasi berlaku masa
transisi untuk penyesuaian selama 6 (enam) bulan setelah ditetapkan.

BAB X
PENGESAHAN
Pasal 68
Pedoman Rumah Tangga ini pertama kalinya disahkan pada Munas I Brigade PII tahun 1947 di
Yogyakarta dengan perubahan-perubahan penyempurnaannya terakhir pada Musyawarah Nasional
XXVIII Brigade PII tahun 2023 di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Billaahitaufiq walhidayah.

Ditetapkan di : Balikpapan
Pada tanggal : 19 Syaban 1444 H
10 Mei 2023 M

PIMPINAN SIDANG KOMISI


MUSYAWARAH NASIONAL BRIGADE KE-XXVIII
PELAJAR ISLAM INDONESIA

Dto Dto

Ketua Sekretaris
KETETAPAN MUSYAWARAH NASIONAL KE-28
BRIGADE PELAJAR ISLAM INDONESIA (B-PII)

Nomor: 03/TAP/MUNAS-B-XXVIII/1444-2023

Tentang

PEDOMAN DASAR DAN PEDOMAN RUMAH TANGGA


BRIGADE PELAJAR ISLAM INDONESIA

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Musyawarah Nasional ke-28 Pelajar Islam Indonesia (PII) setelah :


MENIMBANG : 1. Bahwa keberlangsungan organisasi dalam melakukan perkembangan
memerlukan penyelenggaraan organisasi yang rapi dan memang di perlukan
oleh organsasi, maka di pandang perlu untuk melakukan penyesuaian dan
pembaruan terkait PD PRT Brigade PII.
2. Bahwa untuk tindak lanjut dari point (1) di atas, maka perlu di sahkan di
sahkan di dalam sebuah keputusan.
MENGINGAT : 1. Anggaran Dasar PII BAB VIII Pasal 17.
2. Anggaran Rumah Tangga PII BAB VII Pasal 62,63,64,65,66,67,68,69,70

MEMPERHATIKAN : Hasil-hasil sidang komisi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga
Brigade Pelajar Islam Indonesia serta saran-saran serta aspirasi yang
berkembang dalam sidang pleno 4 Musvawarah Nasional ke-XXVIII PII.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : 1. Mengesahkan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Brigade Pelajar
Islam Indonesia periode sebagaimana terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal dikeluarkannya dan akan ditinjau
kembali bila terdapat kekeliruan dalam pelaksanaannya.

Billahitaufiq Wal Hidayah

Ditetapkan di : Balikpapan
Pada tanggal : 19 Syaban 1444 H
10 Mei 2023 M

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL BRIGADE KE-XXVIII
PELAJAR ISLAM INDONESIA

Presidium 1 Presidium 2

Ketua Sekretaris

Anda mungkin juga menyukai