Anda di halaman 1dari 22

ANGGARAN DASAR

FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH

MUKADIMAH

Bahwa sesungguhnya Diniyah Takmiliyah merupakan lembaga pendidikan nonformal yang secara spesifik
mengajarkan, menggali dan mengembangkan nilai-nilai ajaran Islam yang dapat meletakan dasar-dasar
keilmuan untuk menciptakan masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berakhlaqul karimah .

Bahwa sesungguhnya kelahiran dan perjuangan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) merupakan
sukses besar yang tidak terpisahkan dari cita-cita pendiri (founding fathers) Republik Indonesia untuk
berkhidmat kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju terwujudnya potensi seluruh
komponen bangsa serta potensi yang ada termasuk FKDT secara utuh dan berkelanjutan.

Bahwa cita-cita perjuangan bangsa Indonesia dan upaya-upaya pembangunan nasional hanya terwujud
secara utuh dan berkelanjutan bila seluruh komponen bangsa serta potensi yang ada termasuk FKDT
menanamkan pendidikan dengan pendidikan ke-Islam-an melalui lembaga Pendidikan Madrasah Diniyah.

Dengan kesadaran yang mendalam bahwa kondisi Pendidikan Madrasah Diniyah di Indonesia merupakan
pendidikan tertua dibandingkan dengan pendidikan lainnya, demikian pula besarnya semangat dan
keinginan masyarakat terhadap Pendidikan Madrasah Diniyah untuk membentengi generasi penerus
bangsa dengan pendidikan karakter, sehingga bangsa dan negara ini akan tercipta dalam suasana
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Atas dasar pemikiran tersebut, dengan ini disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (AD/ART FKDT) sebagai berikut :

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1

1. Organisasi ini bernama Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah disingkat FKDT yang didirikan di Jakarta
pada tanggal 14 April 2012.
2. Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

BAB II
AKIDAH DAN AZAS
Pasal 2

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah berakidah Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Pasal 3

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
BAB III
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 4

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) bertujuan mewujudkan Pendidikan yang Islami, demokratis,
adil, dan sejahtera.

Pasal 5

Untuk mewujudkan tujuan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah tersebut, maka usaha-usaha yang
dilakukan adalah :

1. Di bidang agama adalah mengaktualisasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
2. Di bidang pendidikan adalah melakukan pemberdayaan masyarakat, dalam rangka peningkatan
sumber daya manusia yang kritis dan berakhlakul karimah.
3. Di bidang sosial mengupayakan perwujudan masyarakat yang menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia dengan tetap berusaha memelihara jati diri guru diniyah serta meningkatkan harkat dan
martabat bangsa.
4. Di bidang ekonomi mengupayakan peningkatan kesejahteraan guru dan diniyah secara merata adil dan
demokratis.
5. Di bidang lainnya yaitu meningkatkan hubungan dan komunikasi dengan instansi-instansi terkait,
berbagai organisasi keagamaan, kebangsaan, kemasyarakatan dan organisasi sosial serta organisasi
profesi lainnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

BAB IV
KEDAULATAN
Pasal 6

Kedaulatan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) berada di tangan anggota dan sepenuhnya
dilaksanakan pada Musyawarah Nasional (MUNAS).

BAB V
SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 7

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) bersifat keagamaan, pendidikan, sosial dan
kemasyarakatan.

Pasal 8

Fungsi Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) sebagai berikut :


1. Wadah pemberdayaan dan pengembangan SDM pada Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah.
2. Wadah silaturrahim
3. Wadah koordinasi, konsultasi dan interaksi antar diniyah.

BAB VI
ATRIBUT
Pasal 9

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) mempunyai lambang, hymne, mars dan atribut lainnya yang
penggunaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 10

1. Anggota Biasa, yaitu Madrasah Diniyah Takmiliyah dan atau sejenisnya yang terdaftar di Kementerian
Agama RI
2. Anggota Kehormatan, yaitu individu yang peduli dan mau berkontribusi dalam memajukan Madrasah
Diniyah Takmiliyah dan atau sejenisnya.
3. Penjelasan keanggotaaan sebagaimana ayat 1 dan 2 diatur tersendiri dalam Anggaran Rumah
Tangga.

BAB VIII
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 11

Anggota Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) mempunyai hak dan kewajiban yang diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.

BAB IX
STRUKTUR ORGANISASI DAN MASA KHIDMAH
Pasal 12

Struktur Kepengurusan Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1. Pengurus FKDT di tingkat pusat, selanjutnya disebut Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi
Diniyah Takmiliyah yang disingkat DPP-FKDT, berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.
2. Pengurus FKDT di tingkat provinsi, selanjutnya disebut Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi
Diniyah Takmiliyah yang disingkat DPW-FKDT, berkedudukan di Ibu Kota Provinsi.
3. Pengurus FKDT di tingkat Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Dewan Pengurus Cabang Forum
Komunikasi Diniyah Takmiliyah yang disingkat (PC-FKDT), berkedudukan di Ibu Kota Kabupaten/Kota.
4. Pengurus FKDT di tingkat Kecamatan, selanjutnya disebut Dewan Pengurus Anak Cabang Forum
Komunikasi Diniyah Takmiliyah yang disingkat DPAC-FKDT, berkedudukan di Ibu Kota Kecamatan.
5. Pengurus FKDT di tingkat Kelurahan/Desa, selanjutnya disebut Pengurus Ranting Forum Komunikasi
Diniyah Takmiliyah yang disingkat PR-FKDT, berkedudukan di Kelurahan/Desa.

Pasal 13

Susunan dan personalia pengurus FKDT diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 14

Masa Khidmah pengurus FKDT diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 15

Hak dan kewajiban pengurus FKDT diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB XI
PERMUSYAWARATAN
Pasal 16

1. Bentuk permusyawaratan adalah MUNAS, MUSWIL, MUSCAB, MUSANCAB DAN MUSRAN


2. Jenis permusyawaratan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XII
KEUANGAN
Pasal 17

1. Keuangan organisasi didapat dari iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat dan usaha lain yang
halal dan sah.
2. Pengelolaan keuangan dilakukan oleh masing-masing tingkatan kepengurusan.

BAB XIII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 18

1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh MUNAS yang khusus diadakan untuk itu, dengan
ketentuan quorum.
2. Tata cara pembubaran organisasi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Kekayaan organisasi setelah organisasi dibubarkan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 19
1. FKDT merupakan mitra Kementerian Agama dalam pengembangan Madrasah Diniyah Takmiliyah
2. FDKT memiliki kemitraan dengan badan, lembaga, dan atau sejenisnya dalam peningkatan mutu
pendidikan

BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20

1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini diatur kemudian dalam Anggaran Rumah
Tangga.
2. Anggaran dasar ini hanya dapat diubah oleh MUNAS atau MUNASLUB
3. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Di tetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 06 Mei 2017

DEWAN PENGURUS PUSAT


FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH
(DPP-FKDT)

Ketua Umum Sekretaris Jendral

Drs. H. Lukman Hakim, M.Si Ahmad Munthoi, S.Pd.I


ANGGARAN RUMAH TANGGA
FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH

BAB I
MAKNA LAMBANG DAN PENGGUNAAN LAMBANG
Pasal 1

1. Berbentuk Segi Lima (Rukun Islam & Pancasila)


2. Warna dasar putih (kesucian perjuangan)
3. Bintang (tingginya cita-cita kepada Allah)
4. Padi & kapas (kesejahteraan guru dan warga
diniyah)
5. Kitab terbuka (sumber ilmu, al qur`an dan
assunnah)
6. Tangan berjabat (kekokohan silaturrahim)
7. Pena ditengah kitab (belajar yang terus menerus)

BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2

Anggota FKDT terdiri dari :


1. Anggota Biasa, yaitu penyelenggara, pengelola, dan atau pendidik (asatidz) yang masih aktif
memberikan layanan pada Pendidikan Madrasah Diniyah Takmiliyah jenjang awaliyah, wustha dan
‘ulya
2. Anggota kehormatan ialah setiap orang yang telah berjasa kepada organisasi dan disetujui
penetapannya serta disahkan oleh rapat Pengurus Harian FKDT.

BAB III
TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA
Pasal 3

1. Penerimaan anggota dapat dilakukan di tingkat Kelurahan/Desa, kecamatan, kabupaten/kota dan atau
propinsi domisili calon anggota.
2. Pengelolaan administrasi penerimaan anggota diatur oleh pengurus pusat.
3. Anggota kehormatan diusulkan dalam rapat harian pengurus Kelurahan/Desa, Kecamatan, rapat harian
pengurus Kabupaten/kota, rapat harian pengurus propinsi dan atau rapat harian pengurus pusat.
4. Penetapan anggota kehormatan dilakukan pengurus organisasi pada masing-masing tingkatan setelah
mendapatkan persetujuan dari organisasi.

BAB IV
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 4

Anggota FKDT berkewajiban :


1. Beragama Islam
2. Memiliki akhlaqul karimah.
3. Menjunjung tinggi nama baik dan kehormatan organisasi.
4. Setia kepada organisasi.
5. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan dan keputusan
organisasi.
6. Berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
7. Mendukung dan mensukseskan program-program organisasi.
BAB V
HAK ANGGOTA
Pasal 5

Anggota FKDT berhak :


1. Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi.
2. Memperoleh pelayanan, pendidikan, pelatihan, bimbingan serta pembelaan dari organisasi.
3. Mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, memberikan usul dan saran yang bersifat
membangun.
4. Memilih dan dipilih menjadi pengurus organisasi dan atau melaksanakan tugas lain yang diamanatkan
organisasi.
5. Mendapatkan kemaslahatan dari kegiatan-kegiatan organisasi.

BAB VI
PEMBINAAN ANGGOTA
Pasal 6

Pembinaan terhadap Madrasah Diniyah Takmiliyah dilakukan dalam bentuk pembinaan SDM

Pasal 7
Pembinaan terhadap Anggota Kehormatan dilakukan melalui kegiatan konsultasi, koordinasi dan
konsolidasi.

BAB VII
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Pasal 8

1. Anggota biasa dan anggota kehormatan FKDT berhenti keanggotaannya karena :


a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Melanggar AD/ART
2. Pemberhentian sebagaimana ayat 1 huruf (b) dan (c) ditetapkan dengan Surat Keputusan yang
dikeluarkan oleh pengurus ditingkatan masing-masing.

BAB VIII
DEWAN PEMBINA
Pasal 9

1. Dewan Pembina adalah yang memiliki kewenangan dalam mengambil dan menentukan kebijkan.
2. Dewan Pembina dibentuk dalam kepengurusan FKDT ditingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Anak Cabang
dan Ranting.
3. Dewan Pembina ditetapkan di masing-masing tingkatan kepengurusan sesuai kebutuhan.
4. Dewan Pembina berkewajiban memberikan pertimbangan, saran, nasehat baik diminta maupun tidak
yang dilakukan baik secara perorangan maupun kolektif sesuai dengan tingkatan kepengurusan
masing-masing.
5. Dewan Pembina berhak Mendapatkan laporan secara periodik dari Dewan Pengurus pada
tingkatannya masing – masing.
BAB IX
DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 10

1. Dewan Pertimbangan ditetapkan dalam kepengurusan FKDT ditingkat Pusat, Wilayah, Cabang, Anak
Cabang, dan Ranting.
2. Dewan Pertimbangan ditetapkan oleh Dewan Pembina berdasarkan Rapat Dewan Pembina di masing-
masing tingkatan kepengurusan sesuai kebutuhan.
3. Dewan Pertimbangan merupakan badan kepengawasan yang berkewajiban:
a. Menilai, memberikan pertimbangan, saran, nasehat baik diminta maupun tidak, berdasarkan
laporan maupun temuan, secara perorangan maupun kolektif sesuai dengan tingkatan
kepengurusan masing-masing.
b. Melaporkan hasil penilaian terhadap kinerja pengurus organisasi sesuai dengan tingkatan
kepengurusan masing-masing kepada Dewan Pembina.
c. Dalam hal terjadi kevakuman kepengurusan maka Dewan Pertimbangan mengambil alih pengurus
pada masing – masing tingkatan dan dilakukan pemilihan pengurus baru.
4. Dewan Pertimbangan berhak mendapatkan laporan secara periodik dari pengurus di masing-masing
tingkatan.

BAB X
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI
Pasal 11
Dewan Pengurus Pusat

1. Pengurus Harian Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKDT) adalah
pengurus yang menerima amanat Munas sebagai pengurus dan memegang tanggung jawab tertinggi
organisasi baik kedalam maupun keluar.
2. Pengurus Harian Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKDT) terdiri
dari : Ketua Umum, waketum, beberapa wakil ketua, sekretaris jendral, beberapa wakil sekretaris,
Bendahara, wakil bendahara, departemen dan lembaga-lembaga
3. Kepengurusan Harian Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-FKDT)
disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan perubahan Akta Notaris.
4. Kepengurusan Departemen dan Lembaga disahkan dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP-
FKDT)

Pasal 12
Dewan Pengurus Wilayah

1. Pengurus Harian Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPW-FKDT)
adalah pengurus yang menerima amanat Musyawarah Wilayah (MUSWIL) sebagai pengurus dan
memegang tanggung jawab organisasi di tingkat Provinsi baik kedalam maupun keluar.
2. Pengurus Harian Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPW-FKDT) dapat
dibentuk di tiap Provinsi atau Daerah Istimewa dimana telah berdiri paling sedikit lima Dewan Pengurus
Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPC-FKDT) dan atau di sesuaikan dengan kondisi
masing-masing.
3. Pengurus Harian Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPW-FKDT) terdiri
dari : Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, Beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil
Bendahara, Departemen dan Lembaga.
4. Pengurus Harian Dewan Pengurus Wilayah Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPW-FKDT)
disahkan dan ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP-
FKDT).
5. Dalam hal ayat (2) di atas tidak terpenuhi, Pengurus Harian Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi
Diniyah Takmiliyah (DPP-FKDT) dapat membentuk Pelaksana Harian Kepengurusan di Provinsi.
Pasal 13
Dewan Pengurus Cabang

1. Pengurus Harian Dewan Pengurus Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPC-FKDT) adalah
pengurus di tingkat Kabupaten/Kota yang menerima amanat Musyawarah Cabang (MUSCAB) sebagai
pengurus dan memegang tanggung jawab organisasi di tingkat Kabupaten/Kota baik ke dalam maupun
keluar.
2. Pengurus Harian Dewan Pengurus Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPC-FKDT) dapat
dibentuk ditiap Kabupaten/Kota dimana telah berdiri paling sedikit 3 (tiga) Dewan Pengurus Anak
Cabang (DPAC-FKDT).
3. Pengurus DPC-FKDT Kabupaten/Kota terdiri dari : Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa
Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara, Departemen dan Lembaga.
4. Pengurus Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPC-FKDT) disahkan dan ditetapkan oleh
Pengurus Wilayah (DPW-FKDT).

Pasal 14
Pengurus Anak Cabang

1. Pengurus Harian Anak Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PAC-FKDT) adalah pengurus
di tingkat Kecamatan yang menerima amanat Musyawarah Anak Cabang (MUSANCAB) untuk dan
memegang tanggung jawab di tingkat Kecamatan baik kedalam maupun keluar.
2. Pengurus Anak Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PAC-FKDT) dapat dibentuk di
Kecamatan.
3. Pengurus Anak Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PAC-FKDT) terdiri dari : Ketua,
beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara,
Departemen dan Lembaga.
4. Pengurus Anak Cabang Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PAC-FKDT) disahkan dan ditetapkan
oleh Dewan Pengurus Cabang (DPC-FKDT)

Pasal 15
Pengurus Ranting

1. Pengurus Harian Ranting Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PR-FKDT) adalah pengurus di
tingkat Kelurahan/Desa yang menerima amanat Musyawarah Ranting untuk dan memegang tanggung
jawab di tingkat Kecamatan baik kedalam maupun keluar.
2. Pengurus Harian Ranting Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PR-FKDT) dapat dibentuk di daerah
Kelurahan/Desa.
3. Pengurus Harian Ranting Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PR-FKDT) terdiri dari : Ketua,
beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara,
Departemen dan Lembaga.
5. Pengurus Harian Ranting Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (PR-FKDT) disahkan dan ditetapkan
oleh Pengurus Cabang (PC-FKDT)

BAB XI
MASA KHIDMAH
Pasal 16

1. Dewan Pengurus Pusat (DPP-FKDT) dipilih untuk masa khidmah 5 tahun, dan dapat dipilih kembali,
kecuali untuk jabatan Ketua Umum hanya dapat dipilih untuk dua kali masa Khidmah.
2. Dewan Pengurus Wilayah (DPW-FKDT) dipilih untuk masa khidmah 5 tahun dan dapat dipilih kembali,
kecuali untuk jabatan Ketua hanya dapat dipilih untuk dua kali masa Khidmah.
3. Dewan Pengurus Cabang (DPC-FKDT) dipilih untuk masa khidmah 5 tahun dan dapat dipilih kembali,
kecuali untuk jabatan Ketua hanya dapat dipilih untuk dua kali masa Khidmah.
4. Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC-FKDT) dipilih untuk masa khidmah 4 tahun dan dapat dipilih
kembali, kecuali untuk jabatan Ketua hanya dapat dipilih untuk dua kali masa khidmah.
5. Pengurus Ranting (PR-FKDT) dipilih untuk masa khidmah 4 tahun dan dapat dipilih kembali, kecuali
untuk jabatan Ketua hanya dapat dipilih untuk dua kali masa khidmah.

BAB XII
SYARAT-SYARAT MENJADI PENGURUS
Pasal 17

Anggota biasa FKDT dapat dipilih menjadi Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Dewan Pengurus Cabang,
Pengurus Anak Cabang, dan Pengurus Ranting dengan syarat :
1. Berprestasi, berdedikasi dan loyal kepada organisasi.
2. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
3. Berakhlaqul karimah.

BAB XIII
KEWAJIBAN PENGURUS
Kewajiban Dewan Pengurus Pusat (DPP-FKDT)
Pasal 18

Dewan Pengurus Pusat berkewajiban :


1. Menjalankan semua ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
keputusan MUNAS dan keputusan organisasi.
2. Melaksanakan Munas.
3. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Nasional (MUNAS).
4. Mengesahkan dan menetapkan Pengurus Wilayah.
5. Menentukan kebijakan umum sesuai AD/ART untuk menjalankan organisasi.
6. Memberikan perlindungan dan pembelaan kepada anggota yang memerlukan.
7. Memperhatikan dan melaksanakan saran-saran Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.

Pasal 19
Kewajiban Dewan Pengurus Wilayah (DPW-FKDT)
Dewan Pengurus Wilayah berkewajiban :
1. Menjalankan semua ketentuan yang tercantum dalam AD/ART keputusan Munas, keputusan
musyawarah wilayah dan raker wilayah.
2. Melaksanakan Musyawarah Wilayah (MUSWIL).
3. Mengesahkan dan menetapkan Pengurus Cabang.
4. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Wilayah (MUSWIL).
5. Memberikan perlidungan dan pembelaan kepada anggota yang memerlukan.
6. Memperhatikan dan melaksanakan saran-saran Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.

Pasal 20
Kewajiban Dewan Pengurus Cabang (DPC – FKDT)
Dewan Pengurus Cabang berkewajiban :
1. Menjalankan semua ketentuan yang tercantum dalam AD/ART keputusan Munas, keputusan Muswil,
dan keputusan Muscab.
2. Melaksanakan musyawarah Cabang (Muscab)
3. Mengesahkan dan menetapkan Pengurus Anak Cabang
4. Memberikan pertanggungjawaban kepada musyawarah Cabang (Muscab).
5. Memberikan perlindungan dan pembelaan kepada anggota yang memerlukan.
6. Memperhatikan dan melaksanakan saran-saran Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
Pasal 21
Kewajiban Dewan Pengurus Anak Cabang(DPAC-FKDT)

Pengurus Anak Cabang berkewajiban :


2. Menjalanakan semua ketentuan yang tercantum dalam AD/ART keputusan Munas, keputusan Muswil,
Keputusan Muscab.
3. Melaksanakan Musyawarah Anak Cabang (Musancab)
4. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Anak Cabang (Musancab).
5. Memberikan perlidungan dan pembelaan kepada anggota yang memerlukan.
6. Memperhatikan dan melaksanakan saran-saran Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.

Pasal 22
Kewajiban Pengurus Ranting (PR-FKDT)

Pengurus Ranting berkewajiban :


1. Menjalanakan semua ketentuan yang tercantum dalam AD/ART keputusan Munas, keputusan Muswil,
Keputusan Musran.
2. Melaksanakan Musyawarah Ranting (Musran)
4. Memberikan pertanggungjawaban kepada Musyawarah Ranting (Musran).
5. Memberikan perlidungan dan pembelaan kepada anggota yang memerlukan.
6. Memperhatikan dan melaksanakan saran-saran Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.

BAB XIV
HAK PENGURUS
Pasal 23
Hak Dewan Pengurus Pusat

Dewan Pengurus Pusat berhak :


1. Mengambil kebijakan organisasi tingkat pusat.
2. Membuat Surat Keputusan dan ketetapan untuk Pengurus Wilayah se Indonesia
3. Membatalkan keputusan atau kebijaksanaan Pengurus Wilayah yang bertentangan dengan AD/ART
atas usulan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
4. Membekukan Pengurus Wilayah.
5. Menerbitkan KTA (Kartu Tanda Anggota) untuk anggota biasa dan anggota kehormatan.
6. Memberikan penghargaan kepada pengurus FKDT berdasarkan pertimbangan pengurus.

Pasal 24
Hak Dewan Pengurus Wilayah

Dewan Pengurus Wilayah berhak :


1. Mengambil kebijakan organisasi tingkat Wilayah
2. Membuat Surat Keputusan dan ketetapan untuk Pengurus Cabang se Provinsi.
3. Membatalkan keputusan atau kebijaksanaan Pengurus Cabang yang bertentangan dengan AD/ART
atas usulan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
4. Membekukan Pengurus Cabang.
5. Merekomendasikan data untuk diterbitkan KTA (Kartu Tanda Anggota) kepada Pengurus Besar
6. Memberikan penghargaan kepada pengurus FKDT berdasarkan pertimbangan pengurus.

Pasal 25
Hak Dewan Pengurus Cabang

Dewan Pengurus Cabang berhak :


1. Mengambil kebijakan organisasi Pengurus Cabang
2. Membuat Surat Keputusan dan ketetapan untuk Pengurus Anak Cabang se Kabupaten/Kota.
3. Membatalkan keputusan atau kebijaksanaan Pengurus Anak Cabang yang bertentangan dengan
AD/ART atas usulan Dewan Pembina.
4. Membekukan Pengurus Anak Cabang se Kabupaten/Kota
5. 4. Merekomendasikan Data untuk diterbitkan KTA (Kartu Tanda Anggota) kepada Pengurus Wilayah.
6. 5. Memberikan penghargaan kepada pengurus FKDT berdasarkan pertimbangan pengurus

Pasal 26
Hak Dewan Pengurus Anak Cabang

Pengurus Anak Cabang berhak :


1. Mengambil kebijakan organisasi Pengurus Anak Cabang
2. Mengusulkan KTA (Kartu Tanda Anggota) kepada Pengurus Cabang.

Pasal 27
Hak Pengurus Ranting

Pengurus Anak Ranting berhak :


1. Mengambil kebijakan organisasi Pengurus Ranting
2. Mengusulkan KTA (Kartu Tanda Anggota) kepada Pengurus Ranting.

BAB XV
PEMBEKUAN PENGURUS
Pasal 28

1. Pengurus Pusat dapat dibekukan melalui Munaslub dengan memperhatikan saran dan pertimbangan
Dewan Pertimbangan.
2. Pengurus Pusat dapat membekukan Pengurus Wilayah melalui Muswilub dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan Dewan Pertimbangan.
3. Pengurus Wilayah dapat membekukan Pengurus Cabang melalui Muscablub dengan memperhatikan
saran dan pertimbangan Dewan Pertimbangan.
4. Pengurus Cabang dapat membekukan Pengurus Anak Cabang melalui Musancablub dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pertimbangan.
5. Pembekuan tersebut didasarkan atas keputusan sekurang-kurangnya rapat pengurus harian dengan
memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pertimbangan..
6. Alasan pembekuan harus benar-benar kuat baik ditinjau dari segi syarat maupun AD/ART organisasi,
antara lain :
a. Dewan Pengurus Pusat (DPP)
1) Melanggar AD/ART Organisasi (tidak melaksanakan Munas/Muskernas/Rakernas/Rakornas,
dan laporan pertanggungjawaban).
2) Melanggar nilai-nilai akhlaqul karimah.
b. Dewan Pengurus Wilayah (DPW)
1) AD/ART Organisasi (Tidak melaksanakan Muswil/Muskerwil/Rakerwil/Rakorwil, dan laporan
pertanggungjawaban).
2) Melanggar nilai-nilai akhlaqul karimah.
c. Dewan Pengurus Cabang (DPC)
1) AD/ART Organisasi (Tidak melaksanakan Muscab/Muskercab/Rakercab/Rakorcab, dan
laporan pertanggungjawaban).
2) Melanggar nilai-nilai akhlaqul karimah.
d. Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC)
1) AD/ART Organisasi (Tidak melaksanakan Musancab/Muskerancab/Rakerancab/Rakorancab,
dan laporan pertanggungjawaban).
2) Melanggar nilai-nilai akhlaqul karimah.
BAB XVI
PENGGANTIAN PENGURUS
Pasal 29

1. Penggantian pengurus dapat dilakukan sebelum masa Khidmahnya berakhir apabila yang
bersangkutan tidak dapat menunaikan kewajibannya sebagai pengurus.
2. Tata cara penggantian pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini akan diatur dalam
Peraturan Organisasi (PO) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat melalui pertimbangan dari Dewan
Pembina dan Dewan Pertimbangan.

BAB XVII
PENGISIAN KEKOSONGAN JABATAN ANTAR WAKTU
Pasal 30
1. Apabila terjadi kekosongan jabatan dalam masa Khidmah kepengurusan FKDT, maka diisi oleh
pejabat sementara yang ditetapkan dalam rapat pleno sampai diselenggarakannya Munas, Muswil,
Muscab dan Musancab.
2. Tata cara pengisian kekosongan jabatan akan diatur dalam Peraturan Organisasi (PO).

BAB XVIII
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 31
1. Forum permusyawaratan untuk pengambilan keputusan organisasi meliputi:
a. Tingkat Pusat: Munas, Munaslub, Rakernas, Rakornas, dan Rapimnas.
b. Tingkat Wilayah: Muswil, Muswillub, Rakerwil, Rakorwil dan Rapimwil.
c. Tingkat Cabang: Muscab, Muscablub, Rakercab, Rakorcab dan Rapimcab.
d. Tingkat Anak Cabang: Musancab, Musancablub, Rakerancab, Rakorancab, dan Rapimancab.
2. Rapat untuk pengambilan keputusan organisasi, meliputi: rapat harian, rapat pleno, dan rapat
departemen/lembaga.

Pasal 32
Musyawarah Nasional (MUNAS)

1. Munas sebagai permusyawaratan dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi yang
diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun.
2. Munas diselenggarakan untuk :
a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat.
b. Menetapkan program umum organisasi.
c. Menilai dan Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
d. Merumuskan kebijaksanaan organisasi berkaitan dengan pendidikan, kebangsaan dan
kemasyarakatan.
3. Munas diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat.
4. Munas dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Pusat
d. Pengurus Wilayah
e. Pengurus Cabang
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.
5. Munas dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Pengurus
Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang yang sah.
6. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Pusat memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih
d. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih
e. Pengurus Cabang memiliki hak bicara, memilih dan di pilih.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus, memiliki hak bicara.
7. Tata Tertib Munas dan tata cara pemilihan ketua Umum dibuat oleh Pengurus Pusat dengan
pengesahan sidang pleno Munas.
8. Pembentukan Pengurus Pusat melalui rapat Tim Formatur.
9. Menentukan Tim Formatur yang diatur dalam Peraturan Organisasi (PO)
10. Menyusun kelengkapan pengurus besar melalui Tim Formatur.

Pasal 33
Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB)

1. Dalam keadaan istimewa Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu atas:
a. Saran dan pertimbangan Dewan Pertimbangan.
b. Usulan Pengurus Pusat
c. Permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
2. Munaslub dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
b. Pengurus Pusat
c. Pengurus Wilayah
d. Pengurus Cabang, dan
e. Undangan yang ditetapkan panitia.
3. Munaslub diadakan dan dipimpin oleh panitia yang dibentuk oleh Dewan Pembina, Dewan
Pertimbangan dan atau Pengurus Pusat.
4. Munaslub dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Wilayah.
5. Hak suara dalam Munaslub diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Besar memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih
d. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih
e. Pengurus Cabang memiliki hak bicara, memilih. Dan di pilih.
f. Undangan yang ditetapkan panitia, memiliki hak bicara.
6. Tata tertib Munaslub dan tata cara pemilihan ketua ditetapkan melalui sidang pleno Munaslub.
7. Pembentukan Pengurus Pusat melalui rapat Tim Formatur.
8. Masa Khidmah kepengurusan hasil Munaslub meneruskan masa khidmah sebelumnya.

Pasal 34
Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS)

1. Rakernas diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Pusat atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
2. Rakernas diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat.
3. Rakernas dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Wilayah yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakernas diadakan untuk merumuskan program-program kerja.
6. Rakernas dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat
b. Pengurus Wilayah
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.
Pasal 35
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
1. Rakornas diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Pusat atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
2. Rakornas diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat.
3. Rakornas dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Wilayah yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakornas diadakan untuk membicarakan hal-hal teknis dan pengorganisasian pelaksanaan program
kerja.
6. Rakornas dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat
b. Pengurus Wilayah
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 36
Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas)
1. Rapimnas diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Pusat atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Wilayah yang sah.
2. Rapimnas diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat
3. Rapimnas dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Wilayah yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rapimnas diadakan untuk :
a. Membicarakan hal-hal penting yang timbul selama kepengurusan.
b. Merumuskan materi yang dipersiapkan sebagai bahan Munas dan atau Munaslub.
c. Melakukan penilaian dan evaluasi atas kinerja pengurus dalam pelaksanaan program kerja.
6. Rapimnas dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat
b. Pengurus Wilayah
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 37
Musyawarah Wilayah (Muswil)
1. Musyawarah Wilayah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali oleh Dewan Pengurus Wilayah.
2. Musyawarah Wilayah diadakan untuk :
a. Meminta pertanggungjawaban Pengurus Wilayah.
b. Menetapkan program kerja Pengurus Wilayah.
c. Memilih Pengurus Wilayah.
3. Muswil diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah.
4. Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Pusat (minimal 1 orang)
d. Pengurus Wilayah
e. Pengurus Cabang.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.
5. Muswil dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Pengurus
Cabang yang sah.
6. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Pusat memiliki hak bicara.
d. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih
e. Pengurus Cabang memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus memiliki hak bicara.
7. Tata Tertib Muswil dan tata cara pemilihan ketua dibuat oleh Pengurus Wilayah dengan pengesahan
sidang pleno Muswil.
8. Pembentukan Pengurus Wilayah melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 38
Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswillub)
1. Dalam keadaan istimewa Musyawarah Wilayah Luar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu atas:
a. Saran dan pertimbangan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
b. Usulan Pengurus Wilayah
c. Permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Cabang yang sah.
2. Muswillub dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Pusat (minimal satu orang)
d. Pengurus Wilayah
e. Pengurus Cabang
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.

3. Muswillub diadakan dan dipimpin oleh panitia yang dibentuk oleh Dewan Pembina , Dewan
Pertimbangan dan atau Pengurus Wilayah.
4. Muswillub dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Cabang yang sah.
5. Hak suara dalam Muswilub diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Pusat memiliki hak bicara
d. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara, hak memilih dan hak dipilih
e. Pengurus Cabang memiliki hak bicara dan hak memilih.
f. Undangan yang ditetapkan panitia memiliki hak bicara.
6. Tata tertib Muswillub dan tata cara pemilihan ketua ditetapkan melalui sidang pleno Muswillub.
7. Pembentukan Pengurus Wilayah melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 39
Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
1. Rakerwil diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Wilayah atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Cabang yang sah.
2. Rakerwil diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah.
3. Rakerwil dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakerwil diadakan untuk merumuskan program-program kerja.
6. Rakerwil dihadiri oleh :
a. Pengurus Wilayah
b. Pengurus Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.
Pasal 40
Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil)
1. Rakorwil diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Wilayah atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Cabang yang sah.
2. Rakorwil diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah.
3. Rakorwil dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakorwil diadakan untuk membicarakan hal-hal teknis dan pengorganisasian pelaksanaan program
kerja.
6. Rakorwil dihadiri oleh :
a. Pengurus Wilayah
b. Pengurus Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 41
Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil)
1. Rapimwil diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Wilayah atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Cabang yang sah.
2. Rapimwil diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Wilayah.
3. Rapimwil dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rapimwil diadakan untuk :
a. Membicarakan hal-hal penting yang timbul selama kepengurusan.
b. Merumuskan materi yang dipersiapkan sebagai bahan Muswil dan atau Muswillub.
c. Melakukan penilaian dan evaluasi atas kinerja pengurus dalam pelaksanaan program kerja.
6. Rapimwil dihadiri oleh :
a. Pengurus Wilayah
b. Pengurus Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 42
Musyawarah Cabang (Muscab)
1. Musyawarah Cabang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali oleh Pengurus Cabang atau dalam
keadaan istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah)
lebih satu dari utusan Pengurus Anak Cabang yang sah.
2. Musyawarah Cabang diadakan untuk :
a. Meminta pertanggungjawaban Dewan Pengurus Cabang.
b. Menetapkan program kerja Dewan Pengurus Cabang.
c. Memilih Dewan Pengurus Cabang.
3. Muscab diadakan dan dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang.
4. Musyawarah Cabang dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Wilayah
d. Pengurus Cabang.
e. Pengurus Anak Cabang
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.
5. Muscab dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Pengurus
Anak Cabang yang sah.
6. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara.
d. Pengurus Cabang memiliki hak bicara, hak memilih dan hak dipilih.
e. Pengurus Anak Cabang memiliki hak bicara dan hak memilih.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus memiliki hak bicara.
7. Tata Tertib Muscab dan tata cara pemilihan ketua dibuat oleh Pengurus Cabang dengan pengesahan
Muscab.
8. Pembentukan Pengurus Cabang melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 43
Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub)
1. Dalam keadaan istimewa Musyawarah CabangLuar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu atas:
a. Saran dan pertimbangan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
b. Usulan Pengurus Cabang
c. Permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Anak Cabang yang
sah.
2. Muscablub dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Wilayah
d. Pengurus Cabang
e. Pengurus Anak Cabang
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.
3. Muscablub diadakan dan dipimpin oleh panitia yang dibentuk oleh Dewan Pembina, Dewan
Pertimbangan dan atau Pengurus Cabang.
4. Muscablub dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Dewan Pengurus Anak Cabang.

5. Hak suara, memilih dan dipilih dalam Muscablub diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Wilayah memiliki hak bicara.
d. Pengurus Cabang memiliki hak bicara, hak memilih dan hak dipilih.
e. Pengurus Anak Cabang memiliki hak bicara dan hak memilih.
f. Undangan yang ditetapkan panitia memiliki hak bicara.
6. Tata tertib Muscablub dan tata cara pemilihan ketua ditetapkan melalui sidang pleno Muscablub.
7. Pembentukan Pengurus Cabang melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 44
Rapat Kerja Cabang (Rakercab)
1. Rakercab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Anak Cabang yang sah.
2. Rakercab diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Cabang.
3. Rakercab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakercab diadakan untuk merumuskan program-program kerja.
6. Rakercab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.
Pasal 45
Rapat Koordinasi Cabang (Rakorcab)
1. Rakorcab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Anak Cabang yang sah.
2. Rakorcab diadakan dan dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang.
3. Rakorcab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakorcab diadakan untuk membicarakan hal-hal teknis dan pengorganisasian pelaksanaan program
kerja.
6. Rakorcab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 46
Rapat Pimpinan Cabang (Rapimcab)
1. Rapimcab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Cabang atau atas permintaan
sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah Pengurus Anak Cabang yang sah.
2. Rapimcab diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Cabang.
3. Rapimcab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rapimcab diadakan untuk :
a. Membicarakan hal-hal penting yang timbul selama kepengurusan.
b. Merumuskan materi yang dipersiapkan sebagai bahan Muscab dan atau Muscablub.
c. Melakukan penilaian dan evaluasi atas kinerja pengurus dalam pelaksanaan program kerja.
6. Rapimcab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 47
Musyawarah Anak Cabang (Musancab)
1. Musyawarah Anak Cabang diselenggarakan 4 tahun sekali oleh Pengurus Anak Cabang atau dalam
keadaan istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah)
lebih satu dari Madrasah Diniyah yang diselenggarakan di wilayah kecamatan.
2. Musyawarah Anak Cabang diadakan untuk :
a. Meminta pertanggungjawaban Pengurus Anak Cabang.
b. Menetapkan program kerja Pengurus Anak Cabang.
c. Memilih Pengurus Anak Cabang.
3. Musancab diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Anak Cabang.
4. Musyawarah Anak Cabang dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Cabang.
d. Pengurus Anak Cabang.
e. Utusan Madrasah Diniyah.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus.
5. Musancab dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari
Madrasah Diniyah yang diselenggarakan di wilayah kecamatan.
6. Hak suara diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Cabang memiliki hak bicara.
d. Pengurus Anak Cabang memiliki hak bicara, hak memilih dan hak dipilih.
e. Utusan Madrasah Diniyah memiliki hak bicara dan hak memilih.
f. Undangan yang ditetapkan pengurus memiliki hak bicara.
7. Tata Tertib Musancab dan tata cara pemilihan ketua dibuat oleh Pengurus Anak Cabang dengan
pengesahan sidang pleno Musancab.
8. Pembentukan Pengurus Anak Cabang melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 48
Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa (Musancablub)
1. Dalam keadaan istimewa Musyawarah Anak Cabang Luar Biasa dapat diadakan sewaktu-waktu atas:
a. Saran dan pertimbangan Dewan Pembina dan Dewan Pertimbangan.
b. Usulan Dewan Pengurus Anak Cabang
c. Permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Madrasah Diniyah yang
diselenggarakan di wilayah kecamatan.
2. Musancablub dihadiri oleh :
a. Dewan Pembina (minimal satu orang)
b. Dewan Pertimbangan (minimal satu orang)
c. Pengurus Cabang
d. Pengurus Anak Cabang
e. Utusan Madrasah Diniyah
f. Undangan yang ditetapkan panitia.
3. Musancablub diadakan dan dipimpin oleh panitia yang dibentuk oleh Dewan Pembina dan atau Dewan
Pengurus Anak Cabang.
4. Musancablub dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari
jumlah Dewan Pengurus Anak Cabang.
5. Hak suara dalam Musancablub diatur sebagai berikut :
a. Dewan Pembina memiliki hak bicara.
b. Dewan Pertimbangan memiliki hak bicara.
c. Pengurus Cabang memiliki hak bicara.
d. Pengurus Anak Cabang memiliki hak bicara, hak memilih dan dipilih.
e. Utusan Madrasah Diniyah memiliki hak bicara dan memilih.
f. Undangan yang ditetapkan panitia, memiliki hak bicara.
6. Tata tertib Musancablub dan tata cara pemilihan ketua ditetapkan melalui sidang pleno Musancablub.
7. Pembentukan Pengurus Anak Cabang melalui rapat Tim Formatur.

Pasal 49
Rapat Kerja Anak Cabang (Rakerancab)
1. Rakerancab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Anak Cabang atau atas
permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Madrasah Diniyah yang diselenggarakan
di wilayah kecamatan.
2. Rakerancab diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Anak Cabang.
3. Rakerancab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakerancab diadakan untuk merumuskan program-program kerja.
6. Rakerancab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Utusan Madrasah Diniyah
d. Undangan yang ditetapkan pengurus.
Pasal 50
Rapat Koordinasi Anak Cabang (Rakorancab)
1. Rakorancab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam keadaan
istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Anak Cabang atau atas
permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Madrasah Diniyah yang diselenggarakan
di wilayah kecamatan.
2. Rakorancab diadakan dan dipimpin oleh Pengurus Anak Cabang.
3. Rakorancab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rakorancab diadakan untuk membicarakan hal-hal teknis dan pengorganisasian pelaksanaan program
kerja.
6. Rakorancab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Utusan Madrasah Diniyah
d. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 51
Rapat Pimpinan Anak Cabang (Rapimancab)
1. Rapimancab diadakan paling sedikit 2 (dua) kali dalam satu periode kepengurusan dan dalam
keadaan istimewa dapat diadakan sewaktu-waktu atas penetapan Pengurus Anak Cabang atau atas
permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari Madrasah Diniyah yang diselenggarakan
di wilayah kecamatan.
2. Rapimancab diadakan dan dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Cabang.
3. Rapimancab dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah
Pengurus Anak Cabang yang sah.
4. Setiap keputusan dianggap sah apabila telah disetujui sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.
5. Rapimancab diadakan untuk membicarakan hal-hal teknis dan pengorganisasian pelaksanaan
program kerja.
6. Rapimancab dihadiri oleh :
a. Pengurus Cabang
b. Pengurus Anak Cabang
c. Utusan Madrasah Diniyah
d. Undangan yang ditetapkan pengurus.

Pasal 52
Rapat-Rapat Lain
1. Rapat pleno adalah rapat pengurus harian untuk membahas dan memutuskan sesuatu hal tertentu
pada kasus luar biasa dalam organisasi
2. Rapat harian adalah rapat pengurus harian untuk membahas dan memutuskan hal-hal tertentu yang
diselenggarakan setiap 1 (satu) bulan sekali.
3. Rapat terbatas adalah rapat pengurus harian yang dilakukan untuk membahas dan memutuskan hal
tertentu pada kasus luar biasa dalam organisasi atas permintaan sekurang-kurangnya ½ (setengah)
lebih satu dari pengurus yang ada.

BAB XIX
QUORUM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 53

Permusyawaratan dan rapat adalah sah apabila memenuhi quorum yakni yang dihadiri sekurang-
kurangnya ½ (setengah) lebih satu dari jumlah peserta yang hadir.
Pasal 54

Pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak mungkin, maka
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

Pasal 55

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dihadiri sekurang-kurangnya ½ (setengah)
lebih satu dari jumlah peserta yang hadir.
2. Keputusan diambil dengan musyawarah untuk mufakat sekurang-kurangnya ½ (setengah) lebih satu
dari jumlah peserta yang hadir.

BAB XX
KEUANGAN
Pasal 56
Keuangan organisasi di dapat dari :
1. Iuran anggota
2. Sumbangan dari para dermawan, instansi pemerintah dan badan-badan swasta yang halal dan tidak
mengikat organisasi.
3. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, aturan organisasi dan atau hukum negara.

BAB XXI
TATA CARA PEMILIHAN
Pasal 57
1. Tata cara pemilihan ketua diatur dalam Tata Tertib Pemilihan pada masing-masing tingkat
kepengurusan FKDT berdasarkan musyawarah-mufakat, adil dan demokratis.
2. Pembentukan pengurus pada masing-masing tingkat kepengurusan FKDT dilakukan oleh Ketua
teripilih dan dibantu Tim Formatur yang dipilih oleh permusyawaratan.

BAB XXII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 58
1. Pembubaran organisasi dapat diterima apabila diusulkan secara tertulis kepada Dewan Pembina
Pusat sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang
yang sah.
2. Pembahasan pembubaran organisasi dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah usulan
diterima melalui Munas.
3. Pembubaran organisasi dilaksanakan di hadapan badan hukum (notaris).
BAB XXIII
PENUTUP
Pasal 59
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur kemudian dalam Peraturan
Organisasi.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh Munas dan atau Munaslub.
3. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Di tetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 06 Mei 2017

DEWAN PENGURUS PUSAT


FORUM KOMUNIKASI DINIYAH TAKMILIYAH
(DPP-FKDT)

Ketua Umum Sekretaris Jendral

Drs. H. Lukman Hakim, M.Si Ahmad Munthoi, S.Pd.I

Anda mungkin juga menyukai