Anda di halaman 1dari 21

MUKADIMAH

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta
sesuai dengan tafsir dan jiwa Pancasila 1 Juni 1945, bertanggung jawab untuk mewujudkan cita-
cita kebangsaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bahwa untuk membangun manusia Indonesia yang berkarakter dan berkepribadian nasionalis
sejati, PDI Perjuangan bertanggung jawab melaksanakan pendidikan kebangsaan bagi segenap
bangsa Indonesia, khususnya kader/anggota partai, yang mencakup ideologi, politik, sikap dan
moralitas keagamaan, sampai kepada pengembangan keterampilan dan potensi rakyat menuju
masyarakat adil dan makmur.

Sadar bahwa cita-cita kebangsaan yang diperjuangkan oleh PDI Perjuangan diatas landasan
ideologi Nasionalisme, belum terhayati sepenuhnya oleh sebahagian elemen bangsa, khususnya
di kalangan umat Islam, maka PDI Perjuangan merasakan betapa beratnya mewujudkan cita-cita
kebangsaan tersebut. Untuk itu PDI Perjuangan, memerlukan langkah strategis, yakni pendekatan
kultur keagamaan dikalangan umat Islam, melalui sebuah organisasi keagamaan yang menjadi
bagian dari partai dalam menyukseskan perjuangannya.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dibentuklah organisasi keagamaan keIslaman yang
beranam Baitul Muslimin Indonesia, bertujuan untuk membangun wawasan kebangsaan di
kalangan masyarakat Islam Indonesia melalui pendekatan keagamaan yang bersifat kultural
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Atas dasar itulah disusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga organisasi Baitul
Muslimin Indonesia.

1
ANGGARAN DASAR
BAITUL MUSLIMIN INDONESIA

BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
Organisasi ini adalah organisasi kemasyarakatan bernama Baitul Muslimin Indonesia.

Pasal 2
Waktu
Baitul Muslimin Indonesia didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya.

Pasal 3
Tempat Kedudukan
Wilayah Baitul Muslimin Indonesia meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terbagi sesuai jenjang Administrasi Pemerintahan Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, JATI DIRI DAN WATAK

Pasal 4
Azas
Baitul Muslimin Indonesia berasaskan Pancasila 1 Juni 1945.

Pasal 5
Jati Diri
Jati diri Baitul Muslimin Indonesia adalah Islami, Kebangsaan, dan Keadilan Sosial.

Pasal 6
Watak
Watak organisasi adalah Religius, Demokratis, Nasionalis, Plural, Terbuka dan Kekeluargaan.

BAB III
BENTUK DAN STATUS

Pasal 7
Bentuk
Baitul Muslimin Indonesia merupakan organisasi kemayarakatan yang berbasis keagamaan dan
berwawasan kebangsaan.

Pasal 8
Status
Baitul Muslimin Indonesia merupakan organisasi yang seazas, seidiologi dan seaspirasi dengan
PDI Perjuangan.

2
BAB IV
TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS

Pasal 9
Tujuan Umum
1. Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
2. Membangun masyarakat Indonesia yang religius dan Pancasilais.

Pasal 10
Tujuan Khusus
1. Mewujudkan masyarakat muslim Indonesia yang berwawasan kebangsaan.
2. Memperjuangkan aspirasi masyarakat muslim Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sesuai dengan asas, jati diri dan watak PDI Perjuangan.
3. Membentuk masyarakat muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki kepribadian, dan menjunjung tinggi kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial.

Pasal 11
Fungsi
1. Sarana membentuk dan membangun masyarakat muslim Indonesia yang sesuai dengan
karakter dan kepribadian bangsa.
2. Mendidik dan mencerdaskan masyarakat muslim Indonesia agar bertanggungjawab
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
3. Menghimpun dan menggerakkan masyarakat muslim Indonesia untuk membangun masyarakat
Indonesia yang berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945.

Pasal 12
Tugas
1. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai
pandangan hidup bangsa di kalangan masyarakat muslim Indonesia
3. Membina masyarakat muslim yang demokratis, menghargai kebhinekaan dan toleransi terhadap
sesama.
4. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi serta peran masyarakat muslim Indonesia melalui
kebijakan PDI Perjuangan.
5. Mendukung dan mengamankan perjuangan politik dan kebijakan PDI Perjuangan.

BAB V
ORGANISASI

Bagian Pertama
Jenjang Kepengurusan

Pasal 13
Jenjang kepengurusan dan kedudukan Baitul Muslimin Indonesia disusun sebagai berikut:
a. Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia disngkat PP Baitul Muslimin Indonesia yang
meliputi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, berkedudukan di Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

3
b. Pengurus Daerah Baitul Muslimin Indonesia disingkat PD Baitul Muslimin Indonesia yang
meliputi wilayah Provinsi, berkedudukan di Ibukota Provinsi.
c. Pengurus Cabang Baitul Muslimin Indonesia disingkat PC Baitul Muslimin Indonesia yang
meliputi wilayah Kabupaten/Kota, berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
d. Pengurus Anak Cabang Baitul Muslimin Indonesia disingkat PAC Baitul Muslimin Indonesia
yang meliputi wilayah Kecamatan, berkedudukan di Ibukota Kecamatan.
e. Pengurus Ranting Baitul Muslimin Indonesia disingkat PR Baitul Muslimin Indonesia yang
meliputi wilayah Kelurahan/Desa, berkedudukan di pusat Kelurahan/Desa atau sebutan lain.
f. Pengurus Anak Ranting Baitul Muslimin Indonesia disngkat PAR Baitul Muslimin Indonesia
yang melipuiti wilayah Dusun/Dukuh/Rukun Warga atau sebutan lain, berkedudukan di
Dusun/Dukuh/Rukun Warga atau sebutan lain.

Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai kepengurusan dan tata cara pemilihan pengurus diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga dan/atau Peraturan Organisasi.

Bagian Kedua
Alat Kelengkapan Organisasi

Pasal 15
1. Dalam melaksanakan tugasnya kepengurusan organisasi dilengkapi alat-alat kelengkapan
berupa :
a. Dewan Pembina
b. Dewan Penasehat
c. Departemen
d. Badan
e. Unit Kerja
2. Alat Kelengkapan Organisasi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 Pasal ini dibentuk
sesuai dengan keperluan pada tingkatan kepengurusan
3. Ketentuan tentang Alat Kelengkapan Organisasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Bagian Ketiga
Keanggotaan

Pasal 16
1. Anggota Baitul Muslimin Indonesia adalah Warga Negara Indonesia yang beragama Islam
dan telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai anggota.
2. Keanggotaan Baitul Muslimin Indonesia terdiri atas:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Kehormatan
3. Keanggotaan berakhir apabila:
a. Mengundurkan diri
b. Diberhentikan
c. Meninggal dunia
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) Pasal ini diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.

4
Bagian Keempat
Kedaulatan

Pasal 17
1. Kedaulatan organisasi berada di tangan Anggota yang diwujudkan melalui Musyawarah
Nasional.
2. Ketentuan tentang mekanisme Musyawarah Nasional diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi.

Bagian Kelima
Permusyawaratan

Pasal 18
Permusyawaratan Organisasi disusun dalam jenjang/hierarki sebagai berikut:
1. Musyawarah Nasional
2. Rapat Pimpinan Pusat
3. Musyawarah Daerah
4. Rapat Pimpinan Daerah
5. Musyawarah Cabang
6. Rapat Pimpinan Cabang
7. Musyawarah Anak Cabang
8. Musyawarah Ranting
9. Musyawarah Anak Ranting

Pasal 19
1. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Apabila tidak dicapai kata mufakat, pengambilan keputusan dilakukan dengan pemungutan
suara.
3. Keputusan dan kebijakan organisasi yang bersifat politis dikonsultasikan dengan PDI
Perjuangan selaku induk organisasi.

Bagian Keenam
Jenjang/Hirarki Peraturan Organisasi

Pasal 20
1. Peraturan Organisasi disusun dalam urutan jenjang/hierarki sebagai berikut:
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
b. Keputusan Musyawarah Nasional
c. Keputusan Rapat Pimpinan Pusat
d. Keputusan Rapat Pengurus Pusat
e. Keputusan Musyawarah Daerah
f. Keputusan Rapat Pimpinan Daerah
g. Keputusan Rapat Pengurus Daerah
h. Keputusan Musyawarah Cabang
i. Keputusan Rapat Pimpinan Cabang
j. Keputusan Rapat Pengurus Cabang
k. Keputusan Musyawarah Anak Cabang
l. Keputusan Rapat Pengurus Anak Cabang
m. Keputusan Musyawarah Ranting

5
n. Keputusan Rapat Pengurus Ranting
o. Keputusan Musyawarah Anak Ranting
p. Keputusan Rapat Pengurus Anak Ranting
2. Keputusan organisasi lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan keputusan organisasi
yang lebih tinggi.

Bagian Ketujuh
Keuangan Organisasi

Pasal 21
Keuangan Baitul Muslimin Indonesia berasal dari sumber-sumber sebagai berikut :
a. Iuran Anggota
b. Usaha yang halal
c. Sumbangan dan atau bantuan yang tidak mengikat dan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan dan norma agama.

Bagian Kedelapan
Kesekretariatan

Pasal 22
1. Sekretariat dibentuk di setiap tingkatan kepengurusan organisasi
2. Fungsi kesekretariatan adalah :
a. Menyelenggarakan kegiatan administrasi organisasi.
b. Melayani pengurus, dan alat kelengkapan organisasi lainnya.

BAB VI
LAMBANG, BENDERA DAN MARS/HIMNE

Pasal 23
1. Lambang, Bendera dan Mars/Himne organisasi ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.
2. Bentuk, ukuran dan tata cara penggunaan Lambang, Bendera dan Mars/Himne diatur dalam
Peraturan Organisasi.

BAB VII
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 24
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan di dalam
Musyawarah Nasional.

BAB VIII
PEMBUBARAN

Pasal 25
Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan melalui Musyawarah Nasional yang disetujui
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Daerah, dan dua pertiga dari Jumlah
Pengurus Cabang dan dua pertiga dari jumlah peserta Musyawarah Nasional.

6
BAB IX
PENUTUP

Pasal 26
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi yang tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar.
2. Anggaran Dasar ini untuk pertama kalinya di tetapkan oleh DPP PDI Perjuangan dan mulai
berlaku sejak dideklarasikan pendirian Baitul Muslimin Indonesia.

*****

Anggaran Rumah Tangga...

7
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAITUL MUSLIMIN INDONESIA
BAB I
KEANGGOTAAN

Pasal 1
Penerimaan Anggota

1. Setiap Warga Negara Indonesia yang ingin menjadi anggota, harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada pengurus di tempat yang bersangkutan berdomisili.
2. Pengurus yang bersangkutan meneruskan permohonan tersebut pada ayat 1 Pasal ini kepada
Pengurus Cabang untuk diproses lebih lanjut.
3. Pengurus Cabang dapat menerima atau menolak permohonan calon anggota.
4. Setiap calon anggota yang telah memenuhi syarat disahkan menjadi anggota dengan diberikan
Kartu Tanda Anggota.
5. Pengurus Cabang mempunyai dan memelihara Buku Induk Anggota serta melakukan
pembinaan anggota diwilayahnya.
6. Ketentuan lebih lanjut tentang penerimaan, pembinaan dan pencatatan Buku Induk Anggota
diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 2
Syarat Anggota

Syarat menjadi anggota adalah :


1. Warga Negara Republik Indonesia.
2. Beragama Islam, kecuali untuk anggota kehormatan yang telah dianggap berjasa atas
pengabdiannya terhadap Bangsa dan Negara.
3. Menyetujui dan menaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Organisasi.
4. Bersedia menaati dan menjalankan kewajiban sebagai anggota.
5. Menerima dan bersedia memperjuangkan Asas, Jati Diri dan Watak Organisasi Baitul
Muslimin Indonesia.

Pasal 3
Hak Anggota

Setiap anggota Baitul Muslimin Indonesia berhak :


1. Mendapat perlakukan yang sama di dalam organisasi.
2. Menyampaikan pendapat kepada organisasi, baik secara tertulis maupun lisan.
3. Memilih dan dipilih untuk jabatan di dalam organisasi.
4. Menghadiri rapat-rapat organisasi.
5. Mendapatkan perlindungan dan pembinaan.

Pasal 4
Kewajiban Anggota

Setiap anggota Baitul Muslimin Indonesia wajib :


1. Menjaga nama baik PDI Perjuangan dan Baitul Muslimin Indonesia.
2. Menjunjung tinggi, menaati dan melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Peraturan-peraturan Organisasi Baitul Muslimin Indonesia.
3. Mengikuti dengan sungguh-sungguh kegiatan Baitul Muslimin Indonesia.

8
Pasal 5
Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan Baitul Muslimin Indonesia dinyatakan berakhir karena :


1. Meninggal dunia.
2. Mengundurkan diri, yang dinyatakan secara tertulis.
3. Diberhentikan dari keanggotaan.

BAB II
SANKSI

Pasal 6
Pemberian Sanksi

1. Setiap anggota yang melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi akan dikenakan sanksi
organisasi sesuai tingkatan kesalahannya.
2. Sanksi yang dapat diberikan sebagai berikut :
a. Peringatan.
b. Pembebastugasan dari jabatan.
c. Pembekuan kepengurusan.
d. Pemberhentian sementara (skorsing).
e. Pemecatan.
3. Sanksi pemecatan hanya dapat dilakukan oleh Pengurus Pusat.
4. Pengurus atau anggota yang dapat diberikan sanksi karena :
a. Melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi.
b. Melakukan perbuatan cela.
c. Melakukan tindakan yang merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi
d. Membangkang keputusan organisasi yang lebih tinggi.
e. Lalai atau ingkar terhadap tugas, tanggung jawab dan kewajibannya sebagai Pengurus
maupun Anggota.
f. Terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyalahgunaan Narkotika dan
Psikotropika atau jenis obat terlarang lainnya.
g. Menyalahgunakan nama, lambang, jabatan oganisasi untuk kepentingan pribadi atau orang
lain.
h. Melakukan tindak pidana atau sedang menjalani proses hukum akibat
tindakan/perbuatannya.
5. Pengurus atau anggota yang mendapat sanksi pemecatan dapat melakukan pembelaan dalam
Musyawarah Nasional / Rapat Pimpinan Pusat.
6. Sanksi pembekuan kepengurusan diberikan oleh kepengurusan yang menerbitkan Surat
Keputusan kepada kepengurusan yang terbukti melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi.
7. Ketentuan lebih lanjut tentang sanksi organisasi, diatur dalam Peraturan Disiplin Organisasi.

BAB III
ORGANISASI

Bagian Pertama
Permusyawaratan

Pasal 7
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional merupakan forum tertinggi organisasi .

9
2. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.
3. Musyawarah Nasional diadakan 5 (lima) tahun sekali.
4. Peserta Musyawarah Nasional terdiri dari :
a. Pengurus Pusat.
b. Utusan Pengurus Daerah.
c. Utusan Pengurus Cabang.
5. Pengurus Pusat dapat menetapkan undangan lain sebagai peninjau.
6. Jumlah Utusan Daerah dan Cabang diatur dalam Peraturan Organisasi.
7. Musyawarah Nasional dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan cabang dan utusan daerah
yang terdiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Daerah dan dua pertiga
dari jumlah Pengurus Cabang.
8. Pimpinan Sidang Musyawarah Nasional dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Nasional.
9. Musyawarah Nasional dipimpin oleh Pengurus Pusat sampai dengan terpilihnya Pimpinan
Sidang dari dan oleh peserta Musyawarah Nasional.
10. Dalam keadaan mendesak, Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan, dengan
ketentuan atas persetujuan Pengurus Pusat dan didukung oleh lebih dari separuh Pengurus
Daerah dan Cabang.
11. Wewenang Musyawarah Nasional Luar Biasa sama dengan wewenang Musyawarah Nasional.

Pasal 8
Wewenang Musyawarah Nasional

Musyawarah Nasional memiliki wewenang :


1. Merubah dan mengesahkan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, aturan-aturan pokok,
garis-garis perjuangan organisasi dan program kerja nasional.
2. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat.
3. Memilih Pengurus Pusat dengan tata cara yang disepakati dalam Musyawarah.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan atau ketetapan lain.
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Nasional berikutnya.

Pasal 9
Rapat Pimpinan Pusat

1. Rapat Pimpinan Pusat adalah rapat Pengurus Pusat yang diperluas.


2. Rapat Pimpinan Pusat diselenggarakan dan dipimpin oleh Pengurus Pusat.
3. Rapat Pimpinan Pusat dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat.
b. Alat Kelengkapan tingkat Pusat.
c. Pengurus Daerah yang ditentukan oleh Pengurus Pusat.
d. Undangan lain jika dianggap perlu.

Pasal 10
Wewenang Rapat Pimpinan Pusat

Rapat Pimpinan Pusat memiliki wewenang :


1. Membahas isu-isu Nasional yang berkaitan dengan masalah keagamaan dan masalah lainnya.
2. Merumuskan dan memutuskan kebijakan organisasi dalam rangka pengembangan organisasi
maupun kebijakan untuk mendukung terwujudnya tujuan PDI Perjuangan.
3. Evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja organisasi dan konsolidasi organisasi di seluruh
Indonesia.

10
Pasal 11
Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah merupakan forum tertinggi organisasi ditingkat Provinsi.


2. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah.
3. Musyawarah Daerah diadakan 5 (lima) tahun sekali.
4. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari :
a. Pengurus Daerah.
b. Utusan Pengurus Cabang.
5. Pengurus Daerah dapat menetapkan undangan lain sebagai peninjau.
6. Jumlah utusan Cabang diatur dalam Peraturan Organisasi.
7. Musyawarah Daerah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan cabang yang terdiri sekurang-
kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Cabang.
8. Musyawarah Daerah dipimpin oleh Pengurus Pusat didampingi oleh Pimpinan Sidang yang
dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Daerah.
9. Dalam keadaan mendesak, Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diselenggarakan, dengan
ketentuan atas persetujuan Pengurus Pusat dan di dukung oleh lebih dari separuh Pengurus
Cabang.
10. Wewenang Musyawarah Daerah Luar Biasa sama dengan wewenang Musyawarah Daerah.

Pasal 12
Wewenang Musyawarah Daerah

Musyawarah Daerah memiliki wewenang :


1. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Daerah.
2. Memilih Pengurus Daerah.
3. Merubah dan mengesahkan program kerja organisasi di tingkat provinsi.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan atau ketetapan lain di tingkat Provinsi yang tidak
bertentangan dengan peraturan/keputusan organisasi yang lebih tinggi.
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Daerah berikutnya.

Pasal 13
Rapat Pimpinan Daerah

1. Rapat Pimpinan Daerah adalah rapat Pengurus Daerah yang diperluas.


2. Rapat Pimpinan Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Daerah.
3. Rapat Pimpinan Daerah di pimpin oleh Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Daerah.
4. Rapat Pimpinan Daerah dihadiri oleh :
a. Pengurus Pusat.
b. Pengurus Daerah.
c. Alat Kelengkapan tingkat Daerah.
d. Pengurus Cabang yang ditentukan oleh Pengurus Daerah.
e. Undangan lain jika dianggap perlu.

Pasal 14
Wewenang Rapat Pimpinan Daerah

Rapat Pimpinan Daerah memiliki wewenang :


1. Membahas isu-isu yang berkaitan dengan masalah keagamaan dan masalah lainnya ditingkat
provinsi.

11
2. Merumuskan dan memutuskan kebijakan organisasi ditingkat provinsi dalam rangka
pengembangan organisasi maupun kebijakan untuk mendukung terwujudnya tujuan PDI
Perjuangan.
3. Evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja organisasi dan konsolidasi organisasi di tingkat
provinsi.
4. Membahas dan memberikan rehabilitasi sanksi pengurus sesuai tingkatannya.

Pasal 15
Musyawarah Cabang

1. Musyawarah Cabang merupakan forum tertinggi organisasi ditingkat Kabupaten/Kota.


2. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang.
3. Musyawarah Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali.
4. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari :
a. Pengurus Cabang.
b. Utusan Pengurus Anak Cabang.
5. Pengurus Cabang dapat menetapkan undangan lain sebagai peninjau.
6. Jumlah utusan Anak Cabang diatur dalam Peraturan Organisasi
7. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan Anak Cabang yang terdiri
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Anak Cabang.
8. Musyawarah Cabang dipimpin oleh Pengurus Daerah didampingi oleh Pimpinan Sidang yang
dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Cabang.
9. Dalam keadaan mendesak, Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan, dengan
ketentuan atas persetujuan Pengurus Daerah dan di dukung oleh lebih dari separuh Pengurus
Anak Cabang.
10. Wewenang Musyawarah Cabang Luar Biasa sama dengan wewenang Musyawarah Cabang.

Pasal 16
Wewenang Musyawarah Cabang

Musyawarah Cabang memiliki wewenang :


1. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Cabang.
2. Memilih Pengurus Cabang.
3. Merubah dan mengesahkan program kerja organisasi di tingkat Kabupaten/Kota.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan atau ketetapan lain di tingkat Kabupaten/Kota yang
tidak bertentangan dengan peraturan/keputusan organisasi yang lebih tinggi.
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Cabang berikutnya

Pasal 17
Rapat Pimpinan Cabang

1. Rapat Pimpinan Cabang adalah rapat Pengurus Cabang yang diperluas.


2. Rapat Pimpinan Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang
3. Rapat Pimpinan Cabang di pimpin oleh Pengurus Daerah dan atau Pengurus Cabang
4. Rapat Pimpinan Cabang dihadiri oleh :
a. Pengurus Daerah.
b. Pengurus Cabang.
c. Alat Kelengkapan tingkat Cabang.
d. Pengurus Anak Cabang yang ditentukan oleh Pengurus Cabang.
e. Undangan lain jika dianggap perlu.

12
Pasal 18
Wewenang Rapat Pimpinan Cabang

Rapat Pimpinan Cabang memiliki wewenang :


1. Membahas isu-isu yang berkaitan dengan masalah keagamaan dan masalah lainnya. ditingkat
Kabupaten/Kota.
2. Merumuskan dan memutuskan kebijakan organisasi ditingkat Kabupaten/Kota dalam rangka
pengembangan organisasi maupun kebijakan untuk mendukung terwujudnya tujuan PDI
Perjuangan.
3. Evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja organisasi dan konsolidasi organisasi di tingkat
Kabupaten/Kota.
4. Membahas dan memberikan rehabilitasi sanksi pengurus sesuai tingkatannya.

Pasal 19
Musyawarah Anak Cabang

1. Musyawarah Anak Cabang merupakan forum tertinggi organisasi ditingkat Kecamatan.


2. Musyawarah Anak Cabang diselenggarakan oleh Pengurus Anak Cabang.
3. Musyawarah Anak Cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali.
4. Peserta Musyawarah Anak Cabang terdiri dari :
a. Pengurus Anak Cabang.
b. Utusan Pengurus Ranting.
5. Pengurus Anak Cabang dapat menetapkan undangan lain sebagai peninjau.
6. Jumlah utusan Ranting diatur dalam Peraturan Organisasi.
7. Musyawarah Anak Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan Ranting yang terdiri
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Ranting.
8. Musyawarah Anak Cabang dipimpin oleh Pengurus Cabang didampingi oleh Pimpinan Sidang
yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Anak Cabang.

Pasal 20
Wewenang Musyawarah Anak Cabang

Musyawarah Anak Cabang memiliki wewenang :


1. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Anak Cabang.
2. Memilih Pengurus Anak Cabang.
3. Merubah dan mengesahkan program kerja organisasi di tingkat Kecamatan.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan atau ketetapan lain di tingkat Kecamatan yang tidak
bertentangan dengan peraturan/keputusan organisasi yang lebih tinggi.
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Anak Cabang berikutnya.

Pasal 21
Musyawarah Ranting

1. Musyawarah Ranting merupakan forum tertinggi organisasi ditingkat Kelurahan.


2. Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Ranting.
3. Musyawarah Ranting diadakan 5 (lima) tahun sekali.
4. Peserta Musyawarah Ranting terdiri dari :
a. Pengurus Ranting
b. Utusan Pengurus Anak Ranting
5. Pengurus Ranting dapat menetapkan undangan lain sebagai peninjau di dalam Musyawarah
Ranting.
6. Jumlah utusan Ranting diatur dalam Peraturan Organisasi

13
7. Musyawarah Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh utusan Anak Ranting yang terdiri
sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Anak Ranting.
8. Musyawarah Ranting dipimpin oleh Pengurus Anak Cabang didampingi oleh Pimpinan Sidang
yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Ranting.

Pasal 22
Wewenang Musyawarah Ranting

Musyawarah Ranting memiliki wewenang :


1. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Ranting.
2. Memilih Pengurus Ranting.
3. Merubah dan mengesahkan program kerja organisasi di tingkat Kelurahan.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan atau ketetapan lain di tingkat Kelurahan yang tidak
bertentangan dengan peraturan/keputusan organisasi yang lebih tinggi.
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Ranting berikutnya.

Pasal 23
Musyawarah Anak Ranting

1. Musyawarah Anak Ranting merupakan forum tertinggi organisasi ditingkat Dusun/Dukuh atau
sebutan lain.
2. Musyawarah Anak Ranting diselenggarakan oleh Pengurus Anak Ranting.
3. Musyawarah Anak Ranting diadakan 5 (lima) tahun sekali.
5. Musyawarah Anak Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua
pertiga dari jumlah anggota.
6. Musyawarah Anak Ranting dipimpin oleh Pengurus Ranting didampingi oleh Pimpinan Sidang
yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Anak Ranting.

Pasal 24
Wewenang Musyawarah Anak Ranting

Musyawarah Anak Ranting memiliki wewenang :


1. Menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Anak Ranting.
2. Memilih Pengurus Anak Ranting.
3. Merubah dan mengesahkan program kerja organisasi di tingkat Dusun/Dukuh atau sebutan lain.
4. Membuat dan mengesahkan keputusan stsu ketetapan lain di tingkat Dusun/Dukuh yang tidak
bertentangan dengan peraturan/keputusan organisasi yang lebih tinggi
5. Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Anak Ranting berikutnya

Bagian Kedua
Kepengurusan

Pasal 25
Persyaratan Pengurus

Syarat untuk dapat dipilih menjadi Pengurus :


1. Yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi Pengurus Pusat adalah Anggota yang berakhlak baik,
sekurang-kurangnya telah empat tahun terus menerus menjadi Anggota, pernah menjadi
pengurus organisasi di tingkat Provinsi dan bersedia berdomisili di Ibukota Negara.
2. Yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi Pengurus Daerah adalah Anggota yang berakhlak
baik, sekurang-kurangnya telah tiga tahun terus menerus menjadi Anggota, pernah menjadi

14
pengurus organisasi di tingkat Kabupaten/Kota dan berdomisili di wilayah Provinsi pada
kepengurusan yang bersangkutan.
3. Yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi Pengurus Cabang adalah Anggota yang berakhlak
baik, sekurang-kurangnya telah dua tahun terus menerus menjadi Anggota dan berdomisili di
wilayah Kabupaten atau kota pada kepengurusan yang bersangkutan
4. Yang dapat dipilih dan ditetapkan menjadi Pengurus Anak Ranting, Pengurus Ranting dan
pengurus Anak cabang adalah Anggota yang berakhlak baik, dan berdomisili di wilayah
kepengurusan yang bersangkutan.
5. Pembentukan kepengurusan di setiap tingkatan diatur dalam Peraturan Organisasi.
6. Pengecualian Pasal ini dapat dilakukan untuk kepengurusan yang dibentuk sebelum
Musyawarah organiasi pertama di setiap tingkatan dilaksanakan.

Pasal 26
Pengurus Pusat

1. Pengurus Pusat merupakan pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi di tingkat Nasional


berdasarkan AD-ART dan Peraturan Organisasi.
2. Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.
3. Pengurus Pusat mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
perwakilan luar negeri.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi di tingkat Pusat
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada struktural organisasi yang ada di
bawahnya.

4. Pengurus Pusat memiliki wewenang :


a. Membuat dan menetapkan pedoman dan peraturan organisasi berdasarkan AD-ART dan
keputusan Musyawarah Nasional.
b. Pengurus Pusat mengesahkan struktur, komposisi dan personalia Pengurus Daerah dan
Pengurus Cabang.
c. Melaksanakan Musyawarah Nasional pada waktu yang telah ditetapkan pada Musyawarah
Nasional sebelumnya.
d. Memberikan sanksi organisasi terhadap Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan anggota
yang melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi.
5. Pengurus Pusat mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Nasional, kecuali ditentukan
lain oleh Musyawarah Nasional
Pasal 27
Personalia Pengurus Pusat

1. Struktur Komposisi Pengurus Pusat terdiri dari :


a. Ketua Umum
b. Wakil Ketua Umum
c. Beberapa Ketua
d. Sekretaris Jenderal
e. Beberapa Wakil Sekretaris Jenderal
f. Bendahara Umum
g. Beberapa Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Pusat yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali untuk
satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Pusat selanjutnya diatur dalam
Peraturan Organisasi.

15
4. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana
mestinya maka dapat dipilih pejabat Ketua Umum oleh Rapat Pleno Pengurus Pusat.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Pusat diatur
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 28
Pengurus Daerah

1. Pengurus Daerah merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di tingkat Provinsi berdasarkan


AD-ART dan Peraturan Organisasi.
2. Pengurus Daerah dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Daerah.
3. Pengurus Daerah mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi di tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Provinsi.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi di tingkat Daerah.
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada struktural organisasi yang ada di
bawahnya.
4. Pengurus Daerah memiliki wewenang :
a. Membuat dan menetapkan program kerja Daerah berdasarkan AD-ART dan keputusan
Musyawarah Daerah.
b. Mengesahkan struktur, komposisi dan personalia Pengurus Cabang.
c. Melaksanakan Musyawarah Daerah pada waktu yang telah ditetapkan pada Musyawarah
Daerah sebelumnya.
d. Memberikan sanksi terhadap Pengurus Cabang dan Anggota yang melanggar AD-ART
dan Peraturan Organisasi.
5. Pengurus Daerah mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Daerah, kecuali ditentukan
lain oleh Musyawarah Daerah.

Pasal 29
Personalia Pengurus Daerah

1. Struktur Komposisi Pengurus Daerah terdiri dari :


a. Ketua,
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Beberapa Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Daerah yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali untuk
satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Daerah selanjutnya diatur
dalam Peraturan Organisasi.
4. Apabila Ketua berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka dapat dipilih pejabat Ketua oleh Rapat Pleno Pengurus Daerah dengan persetujuan
Pengurus Pusat.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Daerah diatur
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 30
Pengurus Cabang

1. Pengurus Cabang merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di tingkat Kabupaten/Kota


berdasarkan AD-ART dan Peraturan Organisasi.

16
2. Pengurus Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang.
3. Pengurus Cabang mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi di tingkat Kabupaten/Kota.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Kabupaten/Kota.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi ditingkat Kabupaten/Kota.
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada struktural organisasi yang ada di
bawahnya.

4. Pengurus Cabang memiliki wewenang :


a. Membuat dan menetapkan Program Kerja Cabang berdasarkan AD-ART, Peraturan
Organisasi dan keputusan Musyawarah Cabang.
b. Mengesahkan struktur, komposisi dan personalia Pengurus Ranting
c. Melaksanakan Musyawarah Cabang pada waktu yang telah ditetapkan pada Musyawarah
Cabang sebelumnya.
d. Memberikan sanksi terhadap Pengurus Ranting dan Anggota yang melanggar AD-ART dan
Peraturan Organisasi.

5. Pengurus Cabang mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Cabang kecuali ditentukan


lain oleh Musyawarah Cabang.

Pasal 31
Personalia Pengurus Cabang

1. Struktur Komposisi Pengurus Cabang terdiri dari :


a. Ketua,
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Beberapa Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Cabang yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali untuk
satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Cabang selanjutnya diatur
dalam Peraturan Organisasi.
4. Apabila Ketua berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka dapat dipilih pejabat Ketua oleh Rapat Pleno Pengurus Cabang dengan diketahui
Pengurus Daerah dan dengan persetujuan Pengurus Pusat.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Cabang diatur
dalam Peraturan Organisasi

Pasal 32
Pengurus Anak Cabang

1. Pengurus Anak Cabang merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di tingkat Kecamatan


berdasarkan AD-ART dan Peraturan Organisasi.
2. Pengurus Anak Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Anak Cabang.
3. Pengurus Anak Cabang mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi di tingkat Kecamatan.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Kecamatan.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi ditingkat Kecamatan.
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada struktural organisasi yang ada di
bawahnya.

17
4. Pengurus Anak Cabang memiliki wewenang :
a. Membuat dan menetapkan Program Kerja Anak Cabang berdasarkan AD-ART, Peraturan
Organisasi dan keputusan Musyawarah Anak Cabang.
b. Mengesahkan struktur, komposisi dan personalia Pengurus Ranting
c. Melaksanakan Musyawarah Anak Cabang pada waktu yang telah ditetapkan pada
Musyawarah Anak Cabang sebelumnya.
d. Memberikan sanksi peringatan terhadap Pengurus Anak Ranting dan Anggota yang
melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi.
5. Pengurus Anak Cabang mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Anak Cabang
kecuali ditentukan lain oleh Musyawarah Anak Cabang.

Pasal 33
Personalia Pengurus Anak Cabang

1. Struktur Komposisi Pengurus Anak Cabang terdiri dari :


a. Ketua,
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Beberapa Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Anak Cabang yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali
untuk satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Anak Cabang selanjutnya
diatur dalam Peraturan Organisasi.
4. Apabila Ketua berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka dapat dipilih pejabat Ketua oleh Rapat Pleno Pengurus Anak Cabang dengan diketahui
Pengurus Cabang dan dengan persetujuan Pengurus Daerah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Anak Cabang
diatur dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 34
Pengurus Ranting

1. Pengurus Ranting merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di tingkat Desa/Kelurahan atau


sebutan lain berdasarkan AD-ART dan Peraturan Organisasi.
2. Pengurus Ranting dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Ranting.
3. Pengurus Ranting mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi di tingkat Desa/Kelurahan atau
sebutan lain.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi ditingkat Desa/Kelurahan atau sebutan lain.
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada struktural organisasi yang ada di
bawahnya.
4. Pengurus Ranting memiliki wewenang :
a. Membuat dan menetapkan Program Kerja Ranting berdasarkan AD-ART, Peraturan
Organisasi dan keputusan Musyawarah Ranting.
b. Melaksanakan Musyawarah Ranting pada waktu yang telah ditetapkan pada Musyawarah
Ranting sebelumnya.
c. Memberikan sanksi terhadap Anggota yang melanggar AD-ART dan Peraturan Organisasi.
5. Pengurus Ranting mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Ranting kecuali ditentukan
lain oleh Musyawarah Ranting.

18
Pasal 35
Personalia Pengurus Ranting

1. Struktur Komposisi Pengurus Ranting terdiri dari :


a. Ketua,
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Ranting yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali untuk
satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Ranting selanjutnya diatur
dalam Peraturan Organisasi.
4. Apabila Ketua berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka dapat dipilih pejabat Ketua oleh Rapat Pleno Pengurus Ranting dengan diketahui
Pengurus Anak Cabang dan dengan persetujuan pengurus Cabang.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Ranting diatur
dalam Peraturan Organisasi.

Pasal 36
Pengurus Anak Ranting

1. Pengurus Anak Ranting merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di tingkat Dusun/Dukuh


atau sebutan lain berdasarkan AD-ART dan Peraturan Organisasi.
2. Pengurus Anak Ranting dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Anak Ranting.
3. Pengurus Anak Ranting mempunyai tugas :
a. Melaksanakan peraturan, keputusan dan program organisasi di tingkat Dusun/Dukuh atau
sebutan lain.
b. Melaksanakan konsolidasi di seluruh wilayah Dusun/Dukuh atau sebutan lain.
c. Menyelenggarakan manajemen organisasi ditingkat Dusun/Dukuh atau sebutan lain.
d. Memberikan bimbingan dan pengawasan kepada Anggota.

4. Pengurus Ranting memiliki wewenang :


a. Membuat dan menetapkan Program Kerja Anak Ranting berdasarkan AD-ART, peraturan
Organisasi dan keputusan Musyawarah Anak Ranting.
b. Melaksanakan Musyawarah Anak Ranting pada waktu yang telah ditetapkan pada
Musyawarah Anak Ranting sebelumnya.
c. Mengusulkan pemberian sanksi terhadap Anggota yang melanggar AD-ART dan Peraturan
Organisasi ke Pengurus Ranting dan Pengurus Anak Cabang.
5. Pengurus Anak Ranting mengucapkan sumpah/janji di dalam Musyawarah Anak Ranting kecuali
ditentukan lain oleh Musyawarah Anak Ranting.

Pasal 37
Personalia Pengurus Anak Ranting

1. Struktur Komposisi Pengurus Anak Ranting terdiri dari :


a. Ketua,
b. Beberapa Wakil Ketua
c. Sekretaris

19
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
2. Personalia Pengurus Anak Ranting yang baru menjabat 1 (satu) periode dapat dipilih kembali
untuk satu kali periode berikutnya.
3. Uraian tugas, tata kerja dan sistim prosedur organisasi Pengurus Anak Ranting selanjutnya
diatur dalam Peraturan Organisasi.
4. Apabila Ketua berhalangan tetap atau tidak dapat menjalankan tugas sebagaimana mestinya
maka dapat dipilih pejabat Ketua oleh Rapat Pleno Pengurus Anak Ranting dengan diketahui
Pengurus Ranting dan dengan persetujuan Pengurus Anak Cabang.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian jabatan lowong Personalia Pengurus Anak Ranting
diatur dalam Peraturan Organisasi

Pasal 38
Alat Kelengkapan Organisasi

1. Alat Kelengkapan Organisasi dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada kepengurusan


organisasi sesuai tingkatannya.
2. Pembina merupakan Alat Kelengkapan Organisasi yang hanya ada di tingkat Pusat.
3. Penasehat merupakan Alat Kelengkapan Organisasi yang berfungsi untuk memberikan
saran/pertimbangan kepada kepengurusan di tingkatannya baik diminta maupun tidak diminta.
4. Departemen merupakan Alat Kelengkapan Organisasi yang berfungsi mengumpulkan dan
menganalisa data untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Pengurus
ditingkatannya.
5. Badan merupakan Alat Kelengkapan Organisasi yang berfungsi sebagai lembaga taktis
organisasi yang menangani bidang-bidang khusus.
6. Unit Kerja merupakan Alat Kelengkapan Organisasi yang bersifat sementara (ad hoc) dan
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai Alat Kelengkapan Organisasi diatur dalam Peraturan
Organisasi.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

1. Pembentukan kepengurusan di setiap tingkatan organisasi sebelum Musyawaran


diselenggarakan untuk pertama kalinya, dilakukan melalui mekanisme formatur dan ditetapkan
dengan cara lain yang menyimpang dari ketentuan Anggaran Rumah Tangga ini.
2. Pelantikan atau pengucapan sumpah/janji pengurus di setiap tingkatan organisasi sebelum
Musyawarah diselenggarakan untuk pertama kalinya, dilakukan melalui cara lain yang
menyimpang dari ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB V
KETENTUAN PERUBAHAN
Pasal 40

1. Perubahan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan melalui
Musyawarah Nasional yang dihadiri sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah Pengurus
Daerah dan dua pertiga dari jumlah Pengurus Cabang.

20
2. Rancangan perubahan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga disampaikan
kepada peserta Musyawarah Nasional selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musyawarah
Nasional dilaksanakan.
BAB VI
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 41

Setiap anggota Baitul Muslimin Indonesia diwajibkan untuk memahami dan mengetahui isi
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB VII
PENUTUP

Pasal 42
1. Hal-hal yang belum di atur dalam Anggaran Rumah Tangga ini selanjutnya akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Organisasi yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
2. Apabila terdapat perbedaan Penafsiran dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga ini,
maka tafsir yang sah adalah yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
3. Anggaran Rumah Tangga ini untuk pertama kalinya di tetapkan oleh DPP PDI Perjuangan
sebagai Pendiri Baitul Muslimin Indonesia.

*****

21

Anda mungkin juga menyukai