Sebagai insan yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa patutlah bersyukur atas
kuasa dan ridho-Nya dalam setiap tapak langkah perjuangan kita. Bahwa setelah
melewati sekelumit problematika, suka dan duka yang mewarnai dinamika aktivitas
organisasi sampailah pula pada muara yang progresif dan revolusioner dalam
merealisasikan amanat Kongres XIX Tahun 2015 di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, yang menegaskan kembali tentang manajemen organisasi yang efektif
dan efisien.
Berdasarkan amanat Kongres XIX itulah Presidium GMNI Periode 2015-2017 telah
melakukan sebuah evaluasi kembali serta merumuskan format baru dalam pelaksanaan
teknis organisasi di semua tingkatan struktural. Bahwa untuk menyamakan gerakan
secara ideologi maupun organisasi maka perlu didistribusikan hasil-hasil sidang komisi
pada Kongres XIX kepada seluruh kader GMNI se-Indonesia agar dapat mengetahui
dan memahami secara baik. Sehingga dalam proses kerja-kerja organisasi di tingkatan
Komisariat, DPC, KORDA dan Presidium terjadi keseragaman dalam menganalisa dan
bertindak. Harapannya dengan didistribusikan hasil-hasil kongres ini dapat menjawab
mimpi besar kita bersama dalam mewujudkan organisasi yang tertib administrasi, tertib
ideologi dan tertib dalam setiap garis perjuangan. .
Dibalik semua mimpi dan harapan besar ini, diperlukan kesadaran dan ketegasan
khusus bagi Komisariat, DPC dan Korda agar dalam menjalankan aktivitas organisasi
tetaplah mengacu pada AD/ART dalam melaksanakan tanggungjawab mulia kita
sebagai Marhaenis sejati menuju sosialisme Indonesia.
Jangan pernah berhenti bermimpi dan bercita-cita jika ingin memiliki semangat hidup
yang kuat. Gelorakanlah terus semangat perjuangan demi kejayaan kita untuk
kemenangan sejati kaum Marhaen.
Merdeka…!!
Presidium GMNI
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR PESERTA KONGRES JAS MERAH KEPULAUAN XIX
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
SIKKA,5-10 SEPTEMBER 2015
1. ARAMIKO ARITONANG
1 ACEH TENGAH 2. ASRA ARISAHPITRA
3. SATRIA DARMAWAN
1. ALBAR MECHTA
2 TANAH KARO 2. PARMIN DAILO MANULLANG
3. DATHA CHARNAIN KABAN
1. SUHAIRI NAHDA PANJAITAN
3 ASAHAN 2. SHOPIA
3. MUHAZIR SIAGIAN
1. NERIANTO GULO
4 TAPANULI UTARA 2. ROY NAPITUPULU
3.YANCI PARDE
1. SITORI MENDROFA
GUNUNG SITOLI
5 2. WARISMAN S. TELAUMBANUA
NIAS
3. FATINIWAO HAREFA
1. RIKARDO LOI
6 NIAS SELATAN 2. PEDRO S. MARUNDURI
3. YONIAMAN BULOLO
1. CHANDRA PANGABEAN
SIANTAR
7 2. LISNAWATI MANURUNG
SIMALUNGAN
1. EDWARK M . LOHY
8 SIBOLGA
1. M. RIDWAN
9 LABUHAN BATU 2. PARAMADI HARAHAP
3. ASIEP MUNANDAR SALEH
1. NINI KARLINA
10 PADANG 2. ABDI JUAN
3. SIO
1. RAHMAD
11 PEKANBARU 2. RIZKIAH IBNUL BARKAH
3. WIDYA FATTAH ALMIS
1.M. ANGGA WIJAYA
12 BATAM 2. JULIANA RAHMASARI
3. JUMANTO
13 TANJUNG PINANG 1. BENN GUSTIANO
3
2. PEBRI PUJIAYANTO
3. DARMAN
1. EDO SYAHPUTRA
14 KARIMUN 2. NURUL IZZATUR RAHMI
3. DARMAN
1. ASUAN TONI
15 BENGKULU 2. RISEN LUBIS
3. AHMAD MASKURI DAULAI
1. FEBRI HABIBI ASRIL
16 LUBUK LINGGAU 2. SYAHBUDDIN
3. M. NASRUDDIN
1. YETRA
17 PALEMBANG 2. JOB FAYOL TAMPUBOLON
3. JANUARI SIAHAAN
1. ALAN NOPRIANSYAH
18 OKU 2. ARAHMAN JULIANTO
3. FEBRI YANTO ADE SAPUTRA
1. SAPRIZAL
BANDAR
19 2. RIA MAHARESTY
LAMPUNG
3.RAHMATULLAH
1. BIHAQ DUHA PRIMA
20 PALANGKARAYA 2. ARIFUDDIN
3. TRI OKTAVIANA
1. WASANTI
21 BALIKPAPAN 2. POWERMAN PUTRA PATANDUNG
3. ABDI SYAIFUL JIHAD
1. ERWIN FEBRIAN S
22 KUTAI TIMUR 2. SUMIYADIN
3. KALETUS LEGI
1. RONI SIANTURI
23 SAMARINDA 2. BERNARD MARBUN
3. STEFANUS KARDI
1. RUVINUS HABRIYADI
24 SINTANG 2. KRISTINA RITA
3. STEFANUS KARDI
1. ZUBAIRI
25 PONTIANAK 2. SUHIRMANTO
3. MARSUM
1.YOHANA MARIS BUDIANTI R
26 JAKARTA TIMUR 2.YUSUF PASARIBU
3. HAWER TRIMARYANTO
1. FEBRI SETIADI
27 SERANG 2. SOLAHUDDIN
3. EDWARD ROMARIO
4
1. DEAN BAYU PRADANA
28 PANDEGLANG 2. INDRA
3. DEDE S. FATURROCHMAN
1. ISMAIL
29 LEBAK 2. YOGI PRAYUDI
3. ANGGIH ARI SUTANTO
1. ABDUR ROZAK
KOTA
30 2. KUSNANDAR DODI RAHMAT
TANGERANG
3. YOPI LESMANA
1. ASEP MULYANA
TANGERANG
31 2. FACHRI HIDAYAT
SELATAN
3. NISA DINIYATY
1. FREDRIK RONALDO YESNATH
32 DEPOK 2. DIAN GAUTOMO
3. NATALIUS
1. JIOVANNO NAHAMPUN
33 BEKASI 2. SATRIYO PURWOKO
3. JALALUDIN
1. MUHARMAN ARSYD
2. NURUL PUSPA INDAH
34 BOGOR
3. ENDRY SETIAWARD HASIBUN
1. FAHMY ISS WAHYUDY
35 BANDUNG 2. DANU KUSNENDAR
3. ANTONIUS DONI M SIMBOLON
1. FACHRULROJI AL-FITRI
36 GARUT 2. ARIF HANBUL
3. SANDI SATRIO
1. WIDA WIDYA
37 CIANJUR 2. JAMAN NURDIN
3. SYAHRIAN US ZAINUDDDIN
1. TOMI SYAHPUTRA
38 PURWAKARTA 2. DEA NUGRAHA
3. ERIKA VIRGIAWAN L.
1. PUTRA MUHAMMAD WIFDI KAMAL
39 KARAWANG 2. CHRISTOFORUS S. TAKAWADA
3. PUTRA MUHAMMAD AZMI
1. FRANSISCO ANTONIO YASSIE
40 SUMEDANG 2. YENGLIS DONGCHE DAMANIK
3. ADE ADRIANTA SINULINGGA
1. DAWEX SAPTA ANUGRAH
41 SUKABUMI 2. RUDINI
3. FAHMI SETIA DWI NUGRAHA
42 SUBANG 1. DARMAWAN SANTOSA
5
2. ANDRES WIDINUGROHO
3. SANDY ARIP SUMARNA
1. AI FITRI NURHAPSARI
43 MAJALENGKA 2. AMELIA
3. ANDIKA
1. AGUS SUPRIATNA
44 KUNINGAN 2. ISMAH WINARTONO
3. MUHAMMAD DICKY HILMAWAN
1. HERNANTO
45 INDRAMAYU 2. WARTONO
3. FARIZ BANI ADAM
1. TITA RATNASARI
46 CIREBON 2. TRI SUTRISNO
3. SYARIFUDDIN REHALAT
1. DWI ANDIKA BARNABAS
47 PURWOKERTO 2. IQBAL LASUARDI
3. AANG SIROJUL MUNIR
1. AZWAR ASARI
2. IMAM SANTOSO
48 TEGAL 3. DEDI KUSDIANTO
1. DELIANA SIRFEFA
90 KAIMANA 2. MUHLIS WARITA
3. MARIA MANUNGGALINA TUMANGLO
1. EDUWARD KUWAY
91 MANOKWARI 2. SIKURI W ROSRES
3. JURINUS NUHAM
1. JEFRI ALASTRA
92 ACEH TENGGARA
2. MURHAM JAYADI
1. MULYADI S.R
93 BENER MERIAH
2. MULYADI
1. ANDI JUNIANTO BARUS
94 MEDAN 2. MAMAN SILABAN
1. ELIATA SIHITE
95 JAKARTA PUSAT
2. BLASIUS JAMREWAV
1. RIZKI
96 JAKARTA BARAT
2. MARTUA SILALAHI
JAKARTA 1. ADE FAUJI RAHMAT
97
SELATAN 2. LEONARD LAIYAN
1. MUHSIN HAMID DAROINI
98 NGAWI
2. PUPUT IRFANTO
1. MAS’UDI
99 PROBOLINGGO
2. MAT ROSIT
1. HELMI YUSUF EVENDI
100 PACITAN
2. YOGA PRATAMA
1. CINDI LEA PRASTINA
101 SUMENAP
2. SUMITRO
1. DIMAS ANGGARA
102 SIDOARJO
2.KOES DIRGANTARA ADI MULIA
SUMBAWA 1. FIFIN ARMADI
103
BARAT 2. ALFIAN MUSLIM
1. YOHANES KABOSU
104 BELU
2. YULIANUS FEKA
9
1. RUSDI
105 LUWUK BANGGAI
2. MUCHLIS MULTADI
1. HERMANSYAH
106 MAJENE
2. ARFIANI
1. HAERUDIN
107 MAMASA
2. MUHAMMAD FAHMIN
1. MUH. FURQON
108 PALOPO
2. BENI HALDI
1. JUMRAN
109 SIDRAP
2. NARSIN
1. ARDIANTO IRWAN
110 GOWA
2. MUCH. NADZIR
1. DIDIN INDRA SAPUTRA
111 PANGKEP
2.NASRUM SADIQ
1. LAODE MUSTAWADHAR
112 KENDARI
2. MUHAMAD AMANG
KORDA 1. CHARLES MUNTE
113 SUMATERA
UTARA
1. NURASEP SAEFUDDIN FIRDAUS
114 KORDA BANTEN
2. REZA FAJAR NUGRAHA
1. MUHAMMAD ALI SHODIKIN
115 KORDA JATIM
2. AGUSTIAN A. SIAGIAN
1. NONATO SARNEATO
116 KORDA NTT
2. ELAS JAWAMAR
1. SAMDAR RERY
KORDA MALUKU
117 2. NURNANGSI BADJO
KORDA 1. CLANCE TEDDY
118
SULAWESI UTARA 2. FARLAND LENGKONG
10
AGENDA PERSIDANGAN KONGRES XIX
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
SIKKA, 5-10 SEPTEMBER 2015
11
- Pembahasan dan Pengesahan Peserta dan
Peninjau Kongres
PLENO II Pimpinan sidang
19.00 - 20.00
10 sementara (Presidium
W IT
- Pembahasan dan Pengesahan Jadwal Acara GMNI)
PLENO III Pimpinan sidang
20.00 - 21.00
11 sementara (Presidium
W IT
- Pembahasan dan Pengesahan Tata Tertib GMNI)
21.00 - 21.30
12 Istirahat, Shalat dan Makan All
W IT
PLENO IV
Pimpinan sidang
21.30 - 22.00
13 sementara (Presidium
W IT - Pemilihan dan Penetapan Pimpinan Sidang
GMNI)
Pleno Kongres
22.00 - 07.00
14 Istirahat Malam All
W IT
12
N
WAKTU AGENDA PJ
O
06.00 – 08.00
24 Makan Pagi All
WIT
08.00 – 09.00
25 Registrasi Peserta Panitia
WIT
PLENO X
9.00 - 12.00
26 Pimpinan sidang pleno
W IT - Pemilihan dan Penetapan Tim Formatur
Kongres.
12.00 – 13.00 Penutupan Sidang – sidang Pleno Kongres XIX
27 Pimpinan sidang pleno
W IT GMNI
13.00 - 14.00
28 Coffee Break Panitia
W IT
Upacara Penutupan Kongres XIX
GMNI;
13
TATA TERTIB PERSIDANGAN KONGRES XIX
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
( GMNI )
BAB I
TUJUAN
14
BAB II
KEABSAHAN KONGRES
Pasal 5
Kongres di anggap sah, apabila penyelenggaraanya memenuhi ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GMNI dan dihadiri oleh minimal 2/3 Cabang
definitif yang berhak diundang.
Pasal 6
PESERTA, PENINJAU, DAN UNDANGAN
(1) Peserta Kongres terdiri dari utusan Cabang definitif maksimal tiga orang,
berdasarkan surat mandat yang sah dari DPC yang bersangkutan.
(2) Peninjau Kongres terdiri dari :
a. Presidium GMNI
b. Utusan Korda dua orang, berdasarkan surat mandat yang sah dari Pengurus
Korda bersangkutan.
c. Utusan Cabang Caretaker dua orang, berdasarkan surat mandat sah dari DPC
Caretaker bersangkutan.
(3) Undangan adalah mereka yang diundang secara khusus oleh Panitia Pelaksana yang
disetujui sebagai pengamat, peliput dan lain-lain yang di anggap berguna bagi
kepentingan organisasi.
Pasal 7
HAK DAN KEWAJIBAN
(1) Peserta mempunyai hak suara dan hak bicara.
(2) Peninjau hanya mempunyai hak bicara.
(3) Peserta dan Peninjau berhak mengajukan pendapat, pertanyaan dan saran-saran
yang berkaitan dengan materi persidangan yang sedang di bahas, dan dilakukan
secara tertib dan teratur sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
(4) Peserta dan Peninjau wajib mengikuti setiap acara persidangan Kongres.
(5) Peserta dan Peninjau wajib hadir dalam setiap acara minimal 15 menit sebelum
acara sidang dimulai.
(6) Peserta dan Peninjau wajib menjaga ketertiban di dalam dan di luar persidangan
tanpa terkecuali.
(7) Setiap Peserta, Peninjau dan Undangan wajib memakai tanda pengenal dan mengisi
daftar hadir yang di sediakan Panitia Kongres.
(8) Undangan hanya berhak untuk melihat dan memantau jalannya kongres dan tidak
memiliki hak suara dan hak bicara.
BAB III
KELENGKAPAN SIDANG
Pasal 8
(1) Persidangan Kongres terdiri dari sidang-sidang pleno / paripurna dan sidang-sidang
Komisi.
(2) Sidang pleno / paripurna dihadiri oleh peserta dan peninjau Kongres dengan
membahas materi-materi sebagai berikut :
15
a. Pembahasan dan penetapan jadwal acara persidangan Kongres, Tata Tertib
Kongres dan pemilihan pimpinan sidang tetap pleno / paripurna Kongres, yang
dipimpin oleh Presidium sebagai pimpinan sidang sementara.
b. Pembacaan Laporan Pertanggungjawaban Presidium GMNI periode 2013-
2015 dan dialog selama 30 menit.
c. Pandangan Umum DPC-DPC dalam sidang pleno / paripurna pandangan
umum.
d. Pembacaan dan pengesahan hasil-hasil sidang Komisi.
e. Pemilihan dan penetapan lembaga-lembaga tingkat nasional Presidium GMNI.
f. Pemilihan dan penetapan tempat penyelenggaraan Kongres XX
g. Pemilihan Presidium GMNI.
(3) Pimpinan Sidang pleno / paripurna dipimpin oleh pimpinan sidang pleno /
paripurna.
(4) Pimpinan Sidang Komisi dipimpin oleh Ketua dan Sekretaris Komisi.
(5) Sidang Komisi terdiri dari :
a. Komisi Program yang akan membahas materi Garis-Garis Besar Program
Perjuangan (GBPP) serta program-program nasional organisasi yang dianggap
penting untuk dilakukan.
b. Komisi Organisasi yang akan membahas Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD-ART) GMNI, tata cara pemilihan Presidium GMNI, serta
hal-hal lain yang dianggap perlu bagi organisasi.
c. Komisi Politik yang akan membahas materi kebijakan politik nasional
organisasi serta sikap politik nasional organisasi.
(6) Pembagian peserta untuk masing-masing sidang Komisi didasarkan pada ketentuan
bahwa dalam komisi yang sama tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu peserta
dari cabang yang sama.
(7) Pembagian peninjau atas masing-masing sidang Komisi di dasarkan pada ketentuan
bahwa dalam komisi yang sama tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu
peninjau dari Korda dan/atau Cabang yang sama.
(8) Pembagian peserta dan peninjau dalam sidang-sidang komisi sepenuhnya
diserahkan pada DPC dan Korda bersangkutan.
Pasal 9
(1) Pimpinan Sidang pleno / paripurna dan sidang-sidang Komisi dipilih diantara para
peserta kongres.
(2) Pimpinan Sidang pleno / paripurna terdiri dari, Ketua Sidang, Wakil Ketua Sidang
dan Sekretaris Sidang.
(3) Pimpinan Sidang Komisi terdiri dari ketua sidang dan Sekretaris Sidang.
(4) Pemilihan pimpinan sidang pleno / paripurna dipimpin oleh Presidium, dan
pemilihan pimpinan sidang Komisi dipimpin oleh pimpinan sidang pleno /
paripurna.
(5) Pimpinan Sidang berkewajiban untuk mengarahkan dan menjaga ketertiban serta
memutuskan kepastian jalannya acara sidang.
16
(6) Pimpinan Sidang berhak menghentikan pertanyaan/sanggahan, usul yang dianggap
menyimpang dari pokok permasalahan yang sedang dibahas.
(7) Pimpinan Sidang berhak memberikan peringatan terhadap peserta/peninjau yang
mengganggu kelancaran sidang.
(8) Apabila peringatan sebagaimana poin (7) di atas tidak diindahkan, pimpinan sidang
berhak memberikan sanksi atas persetujuan forum sidang.
(9) Apabila pimpinan sidang dianggap tidak mampu lagi melaksanakan kewajibannya,
maka peserta forumpersidangan dapat mengganti pimpinan sidang dengan
memilihpimpinan sidang yang baru dari peserta lainnya.
Pasal 10
TATA CARA PEMILIHAN PIMPINAN SIDANG PLENO DAN KOMISI
(1) Pemilihan pimpinan sidang pleno:
a. Pimpinan sidang pleno dipilih diantara peserta oleh para peserta forum
kongres dengan dipimpin oleh pimpinan sidang sementara.
b. Setiap cabang defenitif berhak mengajukan bakal calon pimpinan
sidang pleno.
c. Setiap bakal calon pimpinan sidang pleno diajukan dalam bentuk nama
cabang dan bukan nama perorangan.
d. Bakal calon yang mendapat dukungan dari minimal sepuluh (10) cabang
ditetapkan sebagai calon pimpinan sidang pleno untuk maju dalam
proses pemilihan.
e. Bila terdapat lebih dari satu (1) calon pimpinan sidang pleno maka
ditempuh mekanisme pemilihan berdasarkan suara terbanyak dengan
ketentuan satu (1) cabang satu (1) suara (voting block).
f. Calon pimpinan sidang pleno yang memperoleh suara terbanyak
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut juga langsung terpilih
sebagaiketua, wakil ketua dan sekretaris sidang pleno.
(2) Pemilihan pimpinan sidang komisi
g. Pimpinan sidang komisi dipilih diantara peserta oleh para peserta forum
kongres dengan dipimpin oleh pimpinan sidang pleno tetap.
h. Setiap cabang defenitif berhak mengajukan bakal calon pimpinan
sidang komisi.
i. Setiap bakal calon pimpinan sidang komisi diajukan dalam bentuk nama
cabang dan bukan nama perorangan.
j. Bakal calon pimpinan sidang komisi yang mendapat dukungan dari
minimal sepuluh (10) cabang ditetapkan sebagai calon pimpinan sidang
komisi untuk maju dalam proses pemilihan.
k. Bila terdapat lebih dari satu (1) calon pimpinan sidang komisi maka
ditempuh mekanisme pemilihan berdasarkan suara terbanyak dengan
ketentuan satu (1) cabang satu (1) suara (voting block).
l. Calon pimpinan sidang komisi yang memperoleh suara terbanyak
pertama dan kedua, secara berturut-turut juga langsung terpilih
sebagaiketua dan sekretaris sidang komisi.
17
Pasal 11
TATA CARA PEMILIHAN PIMPINAN NASIONAL GMNI
(1) Pemilihan Ketua da Sekjen Presidium GMNI dilakukan secara langsung melalui
sidang pleno/paripurna.
(2) Tata cara pemilihan Ketua dan Sekjen presidium GMNI yang meliputi syarat-syarat
dan mekanisme pemilihan ditentukan melalui sidang Komisi Organisasi.
Pasal 12
KEABSAHAN SIDANG
(1) Persidangan dianggap sah (quorum) apabila di hadiri oleh 1/2 + 1 dari jumlah
peserta yang hadir.
(2) Apabila ketentuan pada point 1 tersebut di atas belum dapat dipenuhi, maka sidang
dapat di tunda maksimal 2 x 15 menit.
(3) Apabila ketentuan pada point 2 di atas juga belum terpenuhi, sidang dapat
dilanjutkan dan dianggap sah setelah mendapat kesepakatan dari peserta yang hadir
dan penanggung jawab Kongres.
Pasal 13
TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(1) Semua keputusan pada dasarnya diambil dengan mengedepankan prinsip
musyawarah untuk mufakat, namun apabila musyawarah untuk mufakat tidak juga
mencapai hasil, maka keputusan dapat diambil dengan cara menempuh mekanisme
voting.
(2) Satu peserta dan atau blok delegasi (cabang) hanya mempunyai satu hak suara.
(3) Penggunaan suaratidak dapat diwakilkan kepada siapapun tanpa terkecuali.
(4) Keputusan dianggap sah apabila disetujui oleh mayoritas suara dari peserta yang
hadir.
Pasal 14
TERTIB PESERTA/PENINJAU PERSIDANGAN
(1) Peserta/peninjau yang tidak tercantum namanya di daftar absensi tidak
diperkenankan memasuki ruang sidang.
(2) Setiap peserta/peninjau wajib menjaga ketertiban di dalam dan di luar persidangan
tanpa kecuali.
(3) Setiap peserta/peninjau dilarang meninggalkan sidang yang sedang berlangsung
tanpa meminta izin dari pimpinan sidang terlebih dahulu.
(4) Apabila peserta / peninjau tidak mengikuti 2 pleno secara berturut-turut tanpa
seizin pimpinan sidang maka akan dicabut status kepesertaannya di Kongres XIX
tanpa perlu dimintakan lagi persetujuan dari peserta forum sidang.
Pasal 15
SANKSI PELANGGARAN DISIPLIN
(1) Apabila peserta/peninjau melakukan pelanggaran terhadap tata tertib ini akan
diperingatkan secara lisan ataupun tertulis oleh pimpinan sidang selama berada di
dalam persidangan dan oleh panitia apabila terjadi di luar persidangan.
(2) Apabila peringatan pada point 1 di atas tidak diindahkan, maka peserta/peninjau
tersebut akan dicabut status kepesertaannya di Kongres XIX dan harus
meninggalkan lokasi persidangan setelah mendapat persetujuan dari sidang
18
Pasal 16
ATURAN TAMBAHAN
(1) Seluruh peserta/peninjau wajib mentaati tata tertib ini.
(2) Tata tertib ini berlaku sejak waktu ditetapkan sampai dengan berakhirnya Kongres
XIX.
ttd ttd
19
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 01/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pengesahan Peserta Kongres XIX GMNI
Ttd Ttd
Twedy Noviady Bintar Pradipta
Ketua Sekretaris
20
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 02/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pengesahan Jadwal Acara Kongres XIX GMNI
Ketua Sekretaris
21
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 03/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pengesahan Tata Tertib Kongres XIX GMNI
Ttd Ttd
22
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 04/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pengesahan Pimpinan Sidang Pleno Kongres XIX GMNI
MEMUTUSKAN
23
Ditetapkan di : Sikka – NTT
Pada Tanggal : 7 September 2015
Waktu : 02.43 WITA
24
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 05/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/15
Tentang
Pengesahahan Laporan Pertanggungjawaban Presidium GMNI
Periode 2013-2015
Menimbang : 1. Bahwa Presidium GMNI Periode 2013-2015 sebagai
Pimpinan nasional organisasi, perlu
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas-tugas
ideologis dan keorganisasian dalam forum kongres.
2. Bahwa forum kongres berhak menilai laporan
pertanggungjawaban Presidium GMNI
3. Bahwa hasil penilaian Laporan Pertanggungjawaban
dimaksud perlu disahkan melalui Ketetapan Kongres.
Mengingat : 1. Pasal 13 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 19 Angaran Rumah Tangga GMNI.
Memperhatikan : 1. Materi laporan Pertanggungjawaban Presidium GMNI
Periode 2013-2015 yang disampaikan dalam Sidang
Pleno Kongres.
2. Hasil dialog antara Presidium GMNI periode 2013-
2015 dengan forum Kongres XIX GMNI.
3. Pandangan Umum Cabang-cabang GMNI peserta
Kongres XIX GMNI.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Hasil Penilaian Laporan Pertanggungjawaban Presidium
GMNI Periode 2013-2015.
Pertama : MENERIMA Laporan Pertanggungjawaban Presidium
GMNI Periode 2013-2015.
Kedua : Materi Laporan Pertanggungjawaban Presidium Periode
2013-2015 dan Pandangan Umum Cabang-cabang GMNI
yang dimaksud dalam ketetapan ini sebagaimana
terlampir.
Ketiga : Presidium GMNI Periode 2013-2015, dengan ini dinyatakan
DEMISIONER.
Keempat : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Sikka - NTT
Pada Tanggal : 8 September 2015
Pukul : 05 : 00 WITA
NOMOR : 06/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pengesahan Pimpinan Sidang Komisi-komisi
27
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 07/A/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/15
Tentang
Pengesahan Hasil Sidang Komisi Organisasi
28
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 07/B/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/15
Tentang
Pengesahan Hasil Sidang Komisi Program
Menimbang : 1. Bahwa untuk kelangsungan, dinamika, dan eksistensi
organisasi, dipandang perlu dirumuskan Garis-garis
Besar Program Perjuangan (GBPP) untuk dua tahun
berikutnya.
2. Bahwa Garis-garis Besar Program Perjuangan (GBPP)
dimaksud, perlu dibahas dalam kongres melalui
Sidang Komisi Program.
3. Bahwa hasil Sidang Komisi Program perlu disahkan
melalui Ketetapan Kongres.
Mengingat : 1. Pasal 13 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 19 Angaran Rumah Tangga GMNI.
Memperhatikan : 1. Pemikiran, gagasan, usul, dan saran dalam Sidang
Komisi Program Kongres XIX GMNI.
2. Hasi-hasil Sidang Komisi Program Kongres XIX
GMNI.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Hasil-hasil Sidang Komisi Program.
Pertama : Mengesahkan Garis-garis Besar Program Perjuangan
(GBPP) secara nasional sebagai dasar pijakan dalam
menata dinamisasi dan perjuangan organisasi.
Kedua : Hasil-hasil sidang Komisi Program yang dimaksud dalam
ketetapan ini sebagaimana terlampir.
Keempat : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
29
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 07/C/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pengesahan Hasil Sidang Komisi Politik
30
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 08/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Tempat Penyelenggaraan Kongres XX GMNI
Menimbang : 1. Bahwa pelaksanaan Kongres memerlukan persiapan
secara matang dalam hal ini policy dan teknis baik dari
aspek infrastruktur maupun suprastruktur.
2. Bahwa Kongres berwewenang membahas dan
menetapkan waktu dzn tempat penyelenggaraan
Kongres berikutnya.
3. Bahwa cabang GMNI yang terpilih menjadi tuan
rumah Kongres berikutnya perlu disahkan melalui
Ketetapan Kongres.
Mengingat : 1. Pasal 13 dan 14 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 18 dan 19 Angaran Rumah Tangga GMNI.
Memperhatikan : 1. Pemikiran, gagasan, usul, dan saran dalam Sidang
Pleno Pemilihan Tempat Penyelenggaraan Kongres
XIX GMNI.
2. Hasil pemilihan Cabang Tuan Rumah sebagai tempat
penyelenggaraan Kongres XIX GMNI.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Tempat Penyelenggaraan Kongres XIX GMNI
Pertama : Calon Tempat Penyelenggaraan Kongres XIX GMNI
adalah:
1. DPC GMNI Ambon
2. DPC GMNI Minahasa
3. DPC GMNI Tanah Karo
4. DPC GMNI Bekasi
Kedua : DPC yang akan ditetapkan menjadi tuan rumah Kongres
sebagai penanggungjawab teknis sebagai Panitia Daerah
Kongres XX GMNI.
Ketiga : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
NOMOR : 09/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/2015
Tentang
Pemecatan Status Keanggotan
Menimbang : 1. Bahwa demi menjaga nama baik organisasi, setiap
pelanggaran organisasi akan mendapatkan sanksi.
2. Bahwa telah terjadi pelanggaran organisasi dan tidak
hadir dalam melakukan pembelaan atas pemecatan
sementara oleh DPC.
3. Bahwa untuk melegitimasi sanksi atas pemecatan
status keanggotan Bung Turedo Sitindaon maka perlu
ditetapkan dalam sebuah surat ketetapan.
Mengingat : 1. Pasal 5,6,7,11 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 4,5,6,13,14,15 Anggaran Rumah Tangga
GMNI.
Memperhatikan : 1. Pemikiran, gagasan, usul, dan saran dalam Sidang
Komisi Organisasi dan Sidang Pleno.
2. SK Pemecatan Sementara DPC Caretaker Medan
No:01/SK/DPC.Car GMNI-Medan/IV/2015.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Pemecatan status keanggotan GMNI
Pertama : Memecat dan mencabut status keanggotaan Bung Turedo
Sitindaon.
Kedua : Setelah ditetapkannya pemecatan ini maka Bung Turedo
Sitindaon tidak lagi berhak mengatasnamakan sebagai
kader GMNI.
Ketiga : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
32
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 10/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/15
Tentang
Ketua dan Sekretaris Jenderal Presidium GMNI Periode 2015-2017
Menimbang : 1. Bahwa secara nasional GMNI dipimpin oleh
Presidium yang terdiri atas Ketua dan Sekretaris
Jenderal.
2. Bahwa Ketua dan Sekretaris Jenderal Presidium
GMNI periode 2015-2017 dipilih langsung dalam
sidang pleno Kongres.
3. Bahwa Ketua dan Sekretaris Jenderal Presidium
GMNI periode 2015-2017 terpilih, perlu disahkan
melalui Ketetapan Kongres.
Mengingat : 1. Pasal 13 dan 14 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 18 dan 19 Angaran Rumah Tangga GMNI.
33
SURAT KETETAPAN
NOMOR : 10/TAP/Kongres.XIX/GMNI/IX/15
Tentang
Tim Formatur Kongres XIX GMNI
Menimbang : 1. Bahwa untuk memilih anggota Presidium GMNI
periode 2015-2017 dilakukan melalui Tim Formatur
Kongres.
2. Bahwa Tim Formatur Kongres dipilih dari Cabang-
cabang GMNI Se-Indonesia yang merupakan peserta
kongres.
3. Bahwa Hasil pemilihan Tim Formatur perlu disahkan
melalui Ketetapan Kongres.
Mengingat : 1. Pasal 13 dan 14 Anggaran Dasar GMNI.
2. Pasal 18 dan 19 Angaran Rumah Tangga GMNI.
Memperhatikan : 1. Pemikiran, gagasan, usul , dan saran dalam Sidang
Pleno Pemilihan Tim Formatur Kongres XIX GMNI.
2. Hasil pemilihan Tim Formatur Kongres XIX GMNI.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Tim Formatur Kongres XIX GMNI
Pertama : Mengesahkan Tim Formatur Kongres XIX GMNI.
Kedua : Ketua dan Sekretaris Tim Formatur adalah Ketua dan
Sekretaris Jenderal Presidium GMNI terpilih pada
Kongres XIX GMNI.
Ketiga : Tim Formatur Kongres XIX GMNI yang dimaksud dalam
ketetapan ini adalah sebagaimana terlampir.
Keempat : Tim Formatur terpilih bertugas menyusun komposisi dan
personalia anggota Presidium GMNI periode 2015-2017
dalam tempo 1 x 24 jam dan selambat-lambatnya 30 hari
terhitung sejak Kongres XIX GMNI atau sejak tangggal
ditetapkan.
Kelima : Ketetapan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
: Amila Hatta
: Safrin Titdoy
: Ali Shodikin
: Sitori Mendrofa
35
KETETAPAN FORMATUR KONGRES XIX GMNI
NOMOR : 01/TAP/FORMATUR/Kongres.XIX/GMNI/X/2015
Tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 10 Oktober 2015
36
Tim Formatur Kongres XIX GMNI
Amila Hatta
Safrin Titdoy
Ali Shodikin
Sitori Mendrofa
37
Lampiran
PERIODE 2015-2017
Chrisman Damanik
Ketua
(DPC Purwokerto)
Ahmad Tabroni
Komite Kaderisasi dan Ideologi
(DPC Sumedang)
Remon Amtu
Komite Organisasi
(DPC Ambon)
Faris Rifqi Ihsan
Komite Politik, Keamanan
(DPC Surabaya)
Desta Ardiyanto
Komite Reforma Agraria
(DPC Bogor)
Makruf
Komite Agitasi dan Propaganda
(DPC Pamekasan)
Komite Lintas Sektoral dan Hubungan Antar Jayadi
Lembaga (DPC Sumbawa)
Sitori Mendrofa
Komite Kemaritiman
(DPC Sitoli Nias)
Wasanti
Komite Pergerakan Sarinah
(DPC Balikpapan)
Efniadyansah
Komite Hukum dan Perundang-undangan
(DPC Palembang)
Widia Fattah Almis
Komite Pendidiakan dan Kebudayaan
(DPC Pekanbaru)
Komite Ekonomi Koperasi dan Muhamad Nday
Kewirausahaan (DPC Lebak)
Hermianto
Komite Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda
(DPC Sikka)
Ahmad Maskuri
Komite Sosial dan Bencana Alam
(DPC Bengkulu)
Ariel Saron
Komite Hubungan Luar Negeri
(DPC Bojonegoro)
Pius A Bria
Sekretaris Jenderal
(DPC Kupang)
Christine Walangrei
Bendahara
(DPC Manado)
Andi Juniato Barus
Badan Kaderisasi Nasional
(DPC Medan)
Badan Hukum dan Advokasi Gerakan Ojak Jeremias
38
(DPC Purwokerto)
Refiansyah
Badan Informasi, Riset dan Teknologi
(DPC Jakarta)
Badan Penelitian dan Pengembangan Dwi Agus Setiawan
Nasional (DPC Tegal)
39
ANGGARAN DASAR
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
PEMBUKAAN
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari sepenuhnya tugas
dan tanggung jawab kami sebagai mahasiswa yang berada di tengah-tengah rakyat.
Oleh karena itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, kami
bertekad untuk tetap mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu
terciptanya suatu tatanan masyarakat yang di dalam segala halnya menyelamatkan
kaum Marhaen.
Sebagai mahasiswa Indonesia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berjiwa Marhaenis, kami bertekad untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang didalamnya terselenggara masyarakat
Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan
berkepribadian di bidang kebudayaan, maka dengan ini kami menyusun suatu
organisasi GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA.
Kemudiandaripada itu, untuk membentuk suatu organisasi sebagai alat
pendidikan kader bangsa dan alat perjuangan untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur sesuai dengan tujuan revolusi berdasarkan cita-cita proklamasi, maka
dibentuklah susunan organisasi yang berkedaulatan dan berkeadilan agar
didalamnya terselenggara suatu tatanan organisasi yang progresif revolusioner
serta berkemampuan dalam menjalankan tugas-tugas kemasyarakatannya.
Untuk itu disusunlah ANGGARAN DASAR GERAKAN MAHASISWA
NASIONAL INDONESIA, sebagai berikut :
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
1. Organisasi ini bernama GERAKAN MAHASISWA NASIONAL
INDONESIA disingkat GMNI
2. Organisasi ini didirikan pada tanggal 23 Maret 1954 untuk waktu yang tidak
ditentukan lamanya
3. Pelaksana organisasi tertinggi berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia
BAB II
AZAS
Pasal 2
1. GMNI berazaskan Marhaenisme, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi
dan Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Marhaenisme yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini sebagai azas perjuangan
GMNI
3.
40
BAB III
TUJUAN DAN SIFAT
Pasal 3
1. GMNI adalah organisasi kader dan organisasi perjuangan yang bertujuan
untuk mendidik kader bangsa dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia
berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945.
2. GMNI adalah organisasi yang bersifat Independen, bebas aktif serta berwatak
kerakyatan.
BAB IV
MOTTO
Pasal 4
GMNI mempunyai motto Pejuang Pemikir-Pemikir Pejuang
BAB V
USAHA
Pasal 5
1. Melaksanakan tujuan organisasi dengan semangat gotong royong melalui
usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan azas perjuangan GMNI.
2. Dalam menyelenggarakan usaha-usaha organisasi senantiasa memperhatikan
kesatuan, persatuan, keutuhan dan peraturan organisasi.
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 6
1. Anggota GMNI adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang menerima dan menyetujui Azas, Tujuan, Sifat, Motto, dan
Usaha Organisasi serta memenuhi dan menerima syarat-syarat yang telah
ditetapkan.
2. Syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
3.
Pasal 7
HAK DAN KEWAJIBAN KEANGGOTAAN
1. Hak-hak anggota :
a. Hak bicara dan hak suara
b. Hak memilih dan dipilih
c. Hak membela diri
d. Hak mendapatkan perlindungan dari organisasi
2. Kewajiban anggota :
a. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan serta
Disiplin organisasi.
b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi, aktif melaksanakan
program dan kegiatan organisasi.
41
BAB VII
SUSUNAN ORGANISASI, PENGURUS DAN WEWENANG
Pasal 8
SUSUNAN ORGANISASI
1. GMNI di tingkat Nasional dipimpin secara kolektif-kolegial oleh Presidium
2. GMNI di tingkat Provinsi dikoordinasi oleh Koordinator Daerah
3. GMNI di tingkatKabupaten/Kotadipimpin oleh Dewan Pimpinan
Cabang(DPC)
4. GMNI di tingkat Universitas/Akademi/Sekolah Tinggi/Jurusan pada akademi
atau sekolah tinggi dipimpin oleh Pengurus Komisariat.
Pasal 9
PRESIDIUM
1. Pimpinan tertinggi yang bersifat kolektif-kolegial dengan keanggotaan yang
ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
2. Memimpin seluruh kegiatan organisasi nasional dan mewakili organisasi
keluar serta kedalam.
3. Berkewajiban menjalankan segala ketetapan Kongres dan
mempertanggungjawabkan seluruh kebijakannya kepada Kongres berikutnya.
4. .Tugas dan wewenang Presidium ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga
5. Pelaksanaan administratif kebijakan Presidium adalah Sekretariat Jenderal
yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
6. Tugas dan wewenang Sekretariat Jenderal ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga.
7. Tata cara pengambilan keputusan dalam Presidium ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
8. Memimpin gerakan pelopor dalam mengejawantahkanmachtsvorming dan
machtsweending bersama Alumni GMNI dan organisasi seasas lainnya di
tingkat nasional
9. Dalam hal menjaga kehormatan dan wibawa organisasi serta menegakkan
disiplin organisasi, Presidium dibantu oleh Komisi Etik dan Kehormatan
Organisasi yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 10
KOORDINATOR DAERAH
1. Badan Koordinatif tertinggi di tingkat daerah bersifat kolektif Kolegial dan
bertugas menjalankan kebijakan Presidium di daerah.
2. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi di tingkat daerah dan
mewakili organisasi keluar serta kedalam daerah yang bersangkutan.
3. Memimpin gerakan pelopor dalam mengejawantahkan machtsvorming dan
machtsweending bersama organisasi seasas lainnya di tingkat daerah.
4. Tugas dan wewenang Koordinator Daerah diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 11
DEWAN PIMPINAN CABANG
1. Pimpinan tertinggi ditingkatKabupaten/Kota dan memimpin kegiatan
organisasi di wilayah DPC yang bersangkutan.
42
2. Berkewajibanmenjalankan setiap ketetapan Konferensi Cabang dan
mempertanggungjawabkan seluruh kebijakannya dalam Konferensi Cabang
berikutnya.
3. Memimpin gerakan pelopor dalam mengejawantahkan machtsvorming dan
machtsweending bersama organisasi seasas lainnya di tingkat cabang
4. Tata cara pengambilan keputusan dalam Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga.
5. Tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 12
PENGURUS KOMISARIAT
1. Pengurus Komisariat adalah pimpinan organisasi di tingkat Komisariat.
2. Berkewajiban menjalankan segala ketetapan-ketetapan Musyawarah Anggota
Komisariat.
3. Memimpin gerakan pelopor dalam mengejawantahkan machtsvorming dan
machtsweending bersama organisasi seasas lainnya di tingkat kampus.
4. Tata cara pengambilan keputusan dalam Komisariat ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
BAB VIII
PERMUSYAWARATAN
Pasal 13
Permusyawaratan organisasi terdiri dari :
a. Kongres
b. Kongres Luar Biasa
c. Rapat Koordinasi Nasional
d. Forum Koordinasi Antar Cabang
e. Konferensi Cabang
f. Konferensi Cabang Khusus
g. Rapat Kordinasi Antar Komisariat
h. Musyawarah Anggota Komisariat
Pasal 14
KONGRES
1. Badan musyawarah tertinggi yang melaksanakan kedaulatan dan memutuskan
kedaulatan serta memutuskan kebijakan nasional dalam organisasi.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.
3. Dapat mengadakan perubahan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga
4. Menyusun dan menetapkan Garis-garis Program Perjuangan (GBPP)
organisasi untuk 2 (dua) tahun berikutnya.
5. Memilih dan menetapkan Ketua dan Sekretaris Jenderal.
6. Berwenang memutuskan dan membatalkan pemecatan keanggotaan sekalipun
tanpa dihadiri oleh yang bersangkuatan (in-absentia).
7. Membatalkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh Dewan
Pimpinan Cabang dan melakukan rehabilitasi.
43
8. Menilai pertanggungjawaban Presidium.
9. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
Pasal 15
KONGRES LUAR BIASA
1. Jika dipandang perlu dapat diadakan Kongres Luar Biasa.
2. Syarat-syarat mengenai penyelenggaraan Kongres Luar Biasa ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 16
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
1. Diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
2. Dapat membuat rekomendasi terhadap perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
3. Dapat membuat rekomendasi tentang perubahan Garis-garis Besar Kebijakan
Politik (GBKP), untuk selanjutnya disahkan dalam Kongres.
4. Penyampaian Progress Report oleh Presidium, Korda, dan DPC dalam rangka
memetakan perkembangan organisasi secara nasional.
5. Memberikan rekomendasi kepada Presidium tentang kebijakan yang sedang
dan akan ditempuhnya.
6. Dapat memberikan rekomendasi untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa
7. Merumuskan dan mengadakan perubahan materi pokok kaderisasi serta
mengevaluasi pelaksanaannya oleh Presidium
8. Apabila dipandang perlu dapat menetapkan perubahan waktu dan tempat
penyelenggaraan Kongres.
9. Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 17
FORUM KOORDINASI ANTAR CABANG
1. Forum Koordinasi Antar Cabang dalam satu Provinsi.
2. Dilaksanakan 2 (dua) tahun sekali dengan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3
DPC di wilayah yang bersangkutan.
3. Tata cara penyelenggaraan Forum Koordinasi Antar Cabang ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 18
KONFERENSI CABANG
1. Badan musyawarah tertinggi di tingkat Cabang.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.
3. Menyusun dan menetapkan program umum Dewan Pimpinan Cabang untuk 2
(dua) tahun berikutnya.
4. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang.
5. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang.
6. Tata cara Konferensi Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 19
KONFERENSI CABANG KHUSUS
1. Jika dipandang perlu dapat diadakan Konferensi Cabang Khusus
44
2. Syarat-syarat Konferensi Cabang Khusus ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga
Pasal 20
RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT
1. Forum musyawarah koordinasi DPC dengan komisariat-komisariat dalam
suatu wilayah cabang.
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.
3. Memberikan rekomendasi kepada DPC tentang kebijakan yang sedang dan
akan ditempuhnya.
4. Dapat memberikan rekomendasi tentang Konferensi Cabang Khusus
5. Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Antar Komisariat diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 21
MUSYAWARAH ANGGOTA KOMISARIAT
1. Badan musyawarah tertinggi di tingkat Komisariat
2. Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
3. Merumuskan dan menetapkan tata cara rekrutmen calon anggota
4. Merumuskan dan menetapkan program komisariat.
5. Menilailaporan pertanggungjawaban pengurus komisariat, serta memilih dan
menetapkan pengurus komisariat periode berikutnya.
6. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Anggota Komisariat ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 22
1. GMNI mempunyai bendera organisasi yang berbentuk segi empat panjang
dengan warna merah di kedua sisinya dan warna putih ditengah yang memuat
gambar bintang segi lima berikut kepala banteng ditengahnya serta tulisan
GMNI di bawahnya.
2. GMNI mempunyai Lambang, Mars, Hymne, dan Panji serta atribut organisasi
lainnya yang ditetapkan kongres.
3. Pembuatan dan pemakaian atribut organisasi diatur dalam peraturan internal
Presidium yang diberlakukan secara nasional.
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 23
Perubahan Anggaran Dasar (AD) hanya dapat dilakukan melalui kongres dengan
mendapat persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari peserta yang
hadir.
45
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
1. Segala sesuatu yang dalam Anggaran Dasar (AD) menimbulkan perbedaan
penafsiran dikoordinasikan melalui hierarki organisasi dan dimusyawarahkan
dalam Rapat Koordinasi Nasional yang selanjutnya dipertanggungjawabkan
dalam kongres.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar (AD), akan diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART), Peraturan dan kebijakan organisasi
lainnya.
3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Dasar
(AD) ini, masih memiliki masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan harus
melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
ditetapkannya Anggaran Dasar (AD) ini.
4. Mekanisme penyesuaian organisasi sebagaimana yang dimaksud ayat 3 (tiga)
di atas, diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
1. Anggaran Dasar (AD) ini disertai Anggaran Rumah Tangga (ART) dan
lampiran penjelasannya yang merupakan bagian tak terpisahkan
2. Anggaran Dasar (AD) ini disempurnakan dalam Kongres GMNI XIX
diAuditorium Universitas Nusa Nipa Maumere, Sikka Provinsi NTT dan
berlaku sejak tanggal ditetapkan.
46
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Keanggotaan GMNI tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama,
etnis, golongan dan status sosial calon anggota.
2. Calon aggota adalah mereka yang masih dalam masa perkenalan selama
1(satu) bulan terhitung sejak tanggal pendaftaran atau sejak dimulainya masa
perkenalan dimaksud.
3. Anggota adalah calon anggota yang sudah mengikuti Pekan Penerimaan
Anggota Baru (PPAB) yang selanjutnya dilakukan seleksi dan pengesahan
oleh DPC.
4. DPC berwenang melakukan seleksi dan pengesahan terhadap calon anggota
yang dihimpun oleh komisariat untuk menjadi anggota melalui Pekan
Penerimaan Anggota Baru (PPAB).
5. DPC berkewajiban menyerahkan daftar anggota kepada Presidium setiap 1
(satu) tahun sekali.
Pasal 2
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN
1. Mengajukan permohonan tertulis kepada DPC melalui komisariat dan
menyatakan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
Pancasila 1 juni 1945. Undang-Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta peraturan-peraturan organisasi
lainnya.
2. Tidak menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sejenis dan atau partai
politik serta TNI-POLRI.
3. Umur maksimum calon anggota 25 tahun sejak tanggal mendaftarkan diri.
4. Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada saat mendaftarkan diri yang dibuktikan
dengan menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).
Pasal 3
1. Setiap anggota yang berpindah tempat diluar wilayah DPC bersangkutan,
wajib membawa surat pengantar dan melaporkannya kepada DPC setempat.
2. 3 (tiga) tahun setelah menyelesaikan masa studinya, anggota masih diakui
sebagai anggota biasa dengan batas usia 30 tahun kecuali melanjutkan studi
kejenjang yang lebih tinggi dengan batas usia maksimum 35 tahun.
Pasal 4
HAK-HAK ANGGOTA
1. Hak suara dan hak bicara dalam rapat-rapat dan permusyawaratan organisasi
selama tidak ada ketentuan lain yang mengatur hal tersebut.
2. Memilih dan dipilih dalam segala jabatan organisasi selama tidak ada
ketentuan lain yang mengatur hal tersebut.
47
3. Bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul kepada pimpinan
secara langsung, baik lisan maupun tertulis berkaitan dengan kebijakan
organisasi.
4. Melakukan pembelaan diri dalam Kongres terhadap pemecatan sementara.
5. Mendapat perlidungan organisasi sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas dan kebijakan organisasi.
Pasal 5
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Mentaati Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) , peraturan
dan keputusan serta ketentuan lainnya dalam organisasi.
2. Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik organisasi.
3. Aktif melaksanakan tujuan, usaha dan program-program organisasi tanpa
terkecuali.
4. Membayar uang iuran anggota yang besarnya ditetapkan melalui
kebijaksanaan DPC.
Pasal 6
KEHILANGAN KEANGGOTAAN
1. Bukan mahasiswa lagi kecuali mereka yang memenuhi ketentuan pasal (3).
2. Bertempat tinggal di luar wilayah DPC yang bersangkutan dan tidak
melaporkan kepindahannya kepada DPC setempat dalam tenggang waktu 6
(enam) bulan.
3. Bukan lagi Warga Negara Republik Indonesia.
4. Atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada DPC.
5. Dipecat dan yang bersangkutan tidak mampu melakukan pembelaan diri dalam
Kongres.
6. Meninggal dunia.
BAB II
PENGURUS
Pasal 7
Presidium
1. Kepengurusan Presidium bersifat kolektif-kolegial dan masing-masing
anggota mempunyai kedudukan yang sederajat.
2. Jumlah pengurus Presidium ditetapkan sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang
dan sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang.
3. Pengurus Presidium dipilih dan ditetapkan dalam kongres.
4. Pengurus Presidium dilarang merangkap jabatan dan keanggotaan dalam :
a. Organisasi peserta pemilu dan partai politik.
b. Organisasi kemasyarakatan pemuda sejenis.
c. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh kongres.
5. Dalam melaksanakan kegiatan organisasi, diantara pengurus Presidium
dilakukan pembagian tugas secara fungsional melalui tata kerja Presidium
yang ditentukan dalam Rapat Presidium.
6. Kepengurusan Presidium maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan
setelah itu tidak dapat dipilih kembali.
48
7. Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman kepengurusan seorang
pengurus Presidium dan/atau dinilai melakukan tindakan yang mengaggangu
eksistensi dan keutuhan organisasi, maka dapat dilakukan Pergantian Antar
Waktu.
8. Pergantian Antar Waktu didasarkan atas rekomendasi Dewan Pimpinan
Cabang asal dan/atau diputuskan melalui Rapat Presidium dan dipertanggung
jawabkan pada Rapat Koordinasi Nasional dan/atau Kongres.
9. Pada masa akhir jabatannya, Presidium menyampaikan laporan
pertanggungjawaban dalam Kongres.
10. Presidium dikoordinasikan oleh seorang Ketua Presidium.
Pasal 8
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta
ketetapan-ketetapan kongres lainnya.
2. Dalam melaksanakan ayat (1), Presidium menetapkan peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusan Presidium.
3. Membentuk Badan–badan dan lembaga-lembaga tingkat nasional.
4. Menyampaikan Progress Report dalam Rakornas.
5. Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap AD/ART yang
kemudian dimusyawarahkan dalam Rakornas dan dipertanggungjawabkan di
Kongres.
6. Menetapkan DPC berdasarkan ketetapan Konfercab atau Konfercabsus.
7. Bila dipandang perlu Presidium berwenang mengupayakan penyelesaian
sengketa pada tingkat organisasi dibawahnya.
8. Menyelenggarakan Rakornas dan Kongres sesuai waktu yang ditetapkan atau
kegiatan nasional lainnya yang dianggap penting.
9. Menegakkan disiplin organsisasi.
10. Membangun sinergisitas dengan Alumni GMNI dan organisasi seasas lainnya
dalam mengejawantahkan machtsvorming dan machtsweending di tingkat
nasional.
11. Disiplin organisasi yang dimaksud pada Ayat (9) termasuk menonaktifkan
status jabatan struktur dari Presidium, KORDA atau DPC/ DPC Caretaker.
12. Menetapkan pengurus Koordinator Daerah (KORDA) berdasarkan usulan
Forum Koordinasi Antar Cabang (Forkorancab) yang dibahas dalam rapat
pleno Presidium.
Pasal 9
Sekretariat Jenderal
1. Dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang dipilih dalam Kongres.
2. Apabila Sekretaris Jenderal berhalangan, fungsi Sekretaris Jenderal untuk
sementara dapat dilaksanakan oleh salah satu pengurus Presidium yang
ditetapkan dalam Rapat Presidium.
3. Sekretaris Jenderal bertugas menggerakkan fungsi administrasi organisasi
secara nasional.
49
4. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris Jenderal dapat membentuk biro-
biro, yang diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat
Presidium.
5. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas biro-biro yang berada dibawahnya.
6. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada
Rapat Presidium.
Pasal 10
Rapat Presidium
1. Pengambilan kebijakan Presidium dilakukan melalui Rapat Presidium.
2. Setiap keputusan dalam Rapat Presidium pada dasarnya diambil berdasarkan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
3. Apabila ayat (2) tidak dapat dilaksanakan dan keputusan yang di ambil
menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi, maka dapat dilakukan
penetapan berdasarkan suara terbanyak.
4. Apabila diantara keputusan yang akan diambil berada diluar ketetapan
Kongres terlebih dahulu perlu mendapat permufakatan Rakornas.
5. Rapat Presidium hanya sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) jumlah pengurus Presidium.
6. Untuk kepentingan keselamatan/eksistensi organisasi yang mendesak dimana
ayat (5) diatas tidak terpenuhi, maka rapat ditunda 3x60 menit. Apabila
penundaan tersebut tidak memenuhi ayat (5), maka Rapat Presidium dianggap
sah bila dihadiri 1/2 n+1 dari jumlah pengurus Presidium dan hasil-hasil
tersebut dilaporkan pada Rapat Presidium berikutnya.
7. Keputusan Rapat Presidium mengikat semua pengurus Presidium.
Pasal 11
Koordinator Daerah
1. Pembagian wilayah KORDA ditetapkan oleh keputusan Presidium
berdasarkan provinsi.
2. Calon-calon pengurus KORDA diusulkan oleh DPC-DPC pada Forum
Koordinasi Antar Cabang.
3. Jumlah anggota atau susunan pengurus KORDA ditetapkan secara
proporsional berdasarkan jumlah DPC di wilayah Provinsi tersebut.
4. Provinsi yang didalamnya terdapat 3 (tiga) sampai 6 (enam) DPC, jumlah
pengurus KORDA sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang. Provinsi yang
didalamnya terdapat 7 (tujuh) sampai 10 (sepuluh) DPC, jumlah pengurus
KORDA sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang. Provinsi yang didalmnya
terdapat lebih dari 10 (sepuluh) DPC, jumlah pengurus KORDA sebanyak-
banyaknya 11 (sebelas) orang.
5. Pengurus KORDA terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang
Bendahara serta komite-komite apabila diperlukan.
6. Keanggotaan KORDA maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah
itu tidak dapat dipilih kembali.
7. Masa kepengurusan KORDA selama 2 (dua) tahun.
8. Dalam menjalankan tugasnya koordinator daerah bertanggung jawab kepada
Presidium.
50
9. Syarat terbentuknya KORDA minimal terdapat 3 (tiga) DPC defenitif di
wilayah Provinsi yang bersangkutan.
Pasal 12
Tugas dan Wewenang
1. Mengkoordinasikan program-program kerja nasional organisasi didaerah
provinsi yang diatur dalam keputusan Presidium dan hasil-hasil Forkorancab.
2. Berwenang menjabarkan program-program kerja nasional organisasi yang
diatur dalam keputusan Presidium untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah
provinsinya.
3. Membantu dan mengupayakan pertemuan-pertemuan antar DPCdi Wilayah
provinsinya.
4. Mempersiapkan pembentukan DPC-DPC baru di wilayah provinsinya.
5. Menyampaikan Progress Report dalam Rakornas.
6. Menyampaikan laporan perkembangan Korda kepada Presidium secara
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.
7. Membangun sinergisitas dengan Alumni GMNI dan organisasi seasas lainnya
dalam mengejawantahkan machtsvorming dan machtsweending di tingkat
daerah.
8. Bersama-sama DPC melaksanakan Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM).
9. Bersama-sama Presidium melaksanakan Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP).
Pasal 13
Dewan Pimpinan Cabang
1. Dalam satu wilayah kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya terdapat 1(satu)
lembaga perguruan tinggi dapat di bentuk DPC Caretaker.Setelah dibentuk
minimal 3(tiga) Komisariat maka ditetapkan sebagai DPC Definitif melalui
Konferensi Cabang.
2. Dalam satu kabupaten/kota hanya ada satu DPC sesuai SK Presidium.
3. Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari DPC bertanggung jawab
kepada Presidium.
4. Pengurus DPC tidak diperkenankan merangkap keanggotaan dan jabatan:
a. Organisasi partai politik peserta pemilu
b. Organisasi kemasyarakatan pemuda sejenis
c. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres
5. Pengurus pemangku sementara (caretaker) DPC yang baru di bentuk oleh
Presidium bertugas menyiapkan KonferensiCabang dalam jangka waktu
minimal 6 (enam) bulan dan maksimal 1 (satu) tahun setelah ditetapkan.
6. Apabila dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun, DPC Caretaker belum
mampu melaksanakan Konferensi Cabang menuju DPC Definitif, maka status
DPC Caretaker tersebut ditinjau kembali.
7. Susunan pengurus DPC terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua,
seorang Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara.
8. Tata kerja DPC ditetapkan dalam Rapat Kerja DPC, dalam melaksanakan
hasil-hasil Konferensi Cabang.
51
9. Jika melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman pengurus DPC maka dapat
dilakukan Pergantian Antar Waktu (PAW) melalui Rapat Koordinasi Antar
Komisariat.
10. Pada akhir masa jabatannya, pengurus DPC mempertanggungjawabkan segala
Program dan kebijakannya dalam Konferensi Cabang.
Pasal 14
Tugas dan Wewenang
1. Melaksanakan program-program kerja nasional organisasi di wilayah cabang
yang diatur dalam keputusan DPC.
2. Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan
Konfercab/ Konfercabsus.
3. Mengesahkan susunan pengurus Komisariat hasil Musyawarah Anggota
Komisariat maksimal 1 (satu) bulan sejak laporan Musyawarah Anggota
Komisariat diterima.
4. Melakukan pemecatan sementara terhadap anggota yang di anggap melakukan
pelanggaran terhadap peraturan dan disiplin organisasi.
5. Mempersiapkan pembentukan Komisariat-Komisariat baru dalam wilayah
cabang bersangkutan.
6. Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar Komisariat dalam wilayah
cabangnya.
7. Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat DPC.
8. Membangun sinergisitas dengan Alumni GMNI dan organisasi seasas lainnya
dalam mengejawantahkan machtsvorming dan machtsweending di tingkat
DPC.
9. Menyampaikan laporan perkembangan DPC dan data base anggota secara
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Presidium.
10. DPC dapat membentuk Koordinator Komisariat bila terdapat minimal 3 (tiga)
Komisariat dalam 1 (satu) Universitas/Perguruan Tinggi.
11. Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi, DPC dapat membentuk dan
mengangkat biro-biro sesuai dengan kebutuhan.
12. Melaksanakan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) minimal 2 (dua) kali dalam 1
(satu) periode kepengurusan.
Pasal 15
Rapat-Rapat Dewan Pimpinan Cabang
1. Dalam menjalankan ketetapan Konferensi Cabang, DPC dapat membuat
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan DPC yang ditetapkan dalam
rapatDPC.
2. Setiap keputusan dalam DPC, pada dasarnya diambil secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
3. Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika
keputusan tersebut menyangkut keselamatan/eksistensi organisasi.
4. Rapat DPC hanya sah jika di hadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah anggota pengurus DPC.
5. Untuk kepentingan keselamatan organisasi yang mendesak dimana ayat (4)
diatas tidak terpenuhi, maka rapat ditunda maksimal 3x60 menit.
52
6. Apabila ayat (4) dan (5) tidak terpenuhi, maka rapat DPC dianggap sah, bila
dihadiri oleh 1/2n+1 dari pengurus DPC dan hasil-hasil tersebut dilaporkan
pada rapat DPC berikutnya.
7. Keputusan rapat DPC mengikat semua pengurus dan anggota
DPCbersangkutan.
Pasal16
Pengurus Komisariat
1. Komisariat dapat dibentuk disetiap Universitas/Akademi/Sekolah
Tinggi/Jurusan pada Akademi atau Sekolah Tinggi yang memilikianggota
minimal 10 orang.
2. Pengurus Komisariat merupakan struktur organisasi yang bertugas melakukan
koordinasi pelaksanaan program operasional ditingkat Komisariat.
3. Pengurus Komisariat dipilih oleh Musyawarah Anggota Komisariat dan
disahkan oleh DPC.
4. Susunan pengurus Komisariat terdiri dari seorang Komisaris, beberapa Wakil
Komisaris, seorang Sekretaris, seorang Bendahara,dan beberapa Biro.
5. Pada Universitas/Akademi/Sekolah Tinggi/Jurusan pada Akademi atau
Sekolah Tinggi yang belum memiliki pengurus Komisariat, dibentuk
pemangku sementara (caretaker) Komisariat oleh DPC yang bertugas
mempersiapkan dan menyelanggarakan Musyawarah Anggota Komisariat.
6. Tata kerja pengurus Komisariat ditetapkan dalam rapat kerja Komisariat.
7. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, pengurus Komisariat
bertanggungjawab kepada DPC.
Pasal 17
Tugas Wewenang Pengurus Komisariat
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan program operasional organisasi ditingkat
Universitas/Akademi/Sekolah Tinggi/Jurusan pada Akademi atau Sekolah
Tinggi
2. Menghimpun calon anggota, menarik uang pangkal, dan iuran serta pengadaan
tentang kebijakan nasional organisasi kepada seluruh anggota ditingkat basis.
3. Melaksanakan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) dan Kaderisasi
Tingkat Dasar (KTD) mininal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode
kepengurusan.
4. Menyampaikan laporan perkembangan Komisariat secara berkala 3 (tiga)
bulan sekali kepada DPC.
5. Melaksanakan pertemuan-pertemuan antar Komisariat.
6. Dalam menjalankan tugas-tugas organisasi,pengurus Komisariat dapat
membentuk Biro-Biro.
BAB III
PERMUSYAWARATAN
Pasal 18
Kongres
1. Diselenggarakan Presidium dengan dibantu oleh kepanitiaan Kongres yang
dibentuk oleh Presidium.
53
2. Rancangan materi, Acara dan tata tertib Kongres dipersiapkan oleh Presidium
untuk selanjutnya dibahas dan ditetapkan oleh sidang-sidang Kongres.
3. Pembahasan Acara dan tata tertib dipimpin oleh Presidium dan selanjutnya
dipimpin oleh pimpinan sidang terpilih.
4. Kongres sah jika dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah DPC Definitif.
Pasal 19
Peserta Kongres
1. Peserta Kongres adalah utusan DPC Definitif yang jumlahnya berdasarkan
kategori DPC yang bersangkutan.
2. Peninjau Kongres adalah Presidium, Badan Tingkat Nasional, dan Biro-Biro
Sekretariat Jenderal, KORDA, DPC Caretaker.
Pasal 20
Pengambilan Ketetapan-Ketetapan Kongres
1. Ketetapan-ketetapan pada dasarnya diambil dengan mengutamakan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Dalam keadaan dimana terdapat pendapat-pendapat yang tidak dapat
dipertemukan, Kongres dapat meminta Presidium untuk menjelaskan pokok
persoalan.
3. Apabila ayat (1) dan (2) tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit.
4. Apabila ayat (1), (2) dan (3) tidak dapat dipenuhi, ketetapan dapat diambil
berdasarkan suara terbanyak. Ketetapan sah jika disetujui oleh minimal 1/2n+1
peserta yang mempunyai hak suara.
Pasal 21
Kongres Luar Biasa
1. Kongres Luar Biasa hanya dapat diselanggarakan dalam keadaan darurat yang
dinilai dapat mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah mendapat
persetujuan minimal 2/3 (dua per tiga) DPC definitif.
2. Rancangan Materi, Acara dan tata tertib Kongres Luar Biasa, dipersiapkan
oleh Presidium untuk selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Kongres
Luar Biasa.
3. Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh Presidium dan selanjutnya
dipimpin oleh pimpinan sidang terpilih.
4. Pelaksanaan Kongres Luar Biasa ditetapkan melalui Rakornas melalui inisiatif
Presidium dan atau DPC yang disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) DPC definitif.
5. Pengambilan keputusan dalam Kongres Luar Biasa mengacu pada pasal 18
Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 22
Rapat Koordinasi Nasional
1. Diselenggarakan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam 1(satu) tahun oleh
Presidium, dan dibantu oleh panitia yang dibentuk oleh Presidium.
2. Apabila ayat (1) tidak dapat diselenggarakan sesuai dengan Anggaran Dasar
(AD) pasal 15 ayat 1, maka DPC-DPC dapat menyelenggarakan Rapat
Koordinasi Nasional bila disetujui minimal2/3 (dua per tiga) DPC definitif.
3. Rancangan materi, acara dan tata tertib disiapkan oleh panitia Rakornas.
54
4. Penyampaian Progress Report secara nasional oleh Presidium, Korda dan
DPC.
5. Pembahasan acara dan tata-tertib dan Sidang-Sidang Pleno dipimpin oleh
Presidium
6. Sidang Komisi dipimpin oleh pimpinan sidang terpilih yang dipilih dari peserta
dan didampingi oleh Pengurus Presidium.
7. Dalam setiap sidang-sidang komisi, Presidium berwenangmenjelaskan materi
persidangan.
8. Rapat Koordinasi Nasional sah jika dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) DPC
definitif.
9. Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Nasional pada dasarnya diambil
dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
10. Apabila ayat (8)tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit
11. Apabila ayat (7) tidak dapat di lakukan, maka ketetapan Rapat Koordinasi
Nasional sah apabila disetujui minimal½ n+1 peserta yang hadir.
Pasal 23
Forum Koordinasi Antar Cabang
1. Diselenggarakan oleh Koordinator Daerah dalam suatu wilayah Provinsi
dan/atau dari hasil kesepakatan DPC-DPC dengan membentuk Kepanitian
dalam rapat antar cabang.
2. Apabila ayat (1) tidak terlaksana maka rancangan materi, acara dan tata tertib
disiapkan oleh panitia Forum Koordinasi Antar Cabang.
3. Ketetapan-ketetapan dalam Forum Koordinasi Antar Cabang pada prinsipnya
diambildengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
4. Forum Koordinasi Antar Cabang memberikan hasil berupa usulan nama-nama
pengurus Koordinator Daerah yang selanjutnya ditetapkan oleh Presidium
melalui Rapat Pleno Presidium.
Pasal 24
Konferensi Cabang
1. Diselenggarakan oleh DPC dibantu oleh panitia Konferensi Cabang yang
dibentuk melalui Rapat DPC.
2. Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh DPC dan selanjutnya dipimpin
oleh pimpinan sidang terpilih.
3. Konferensi Cabang sah jika dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga) Komisariat
definitif.
4. Verifikasi Komisariat dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
penyelenggaraan Konfercab.
5. Ketetapan-ketetapan Konfrensi Cabang pada dasarnya diambil dengan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
6. Apabila ayat (4) tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit.
7. Jika ayat(4) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan dalam Konferensi Cabang
dianggap sah jika disetujui minimal ½ n+1peserta yang hadir.
Pasal 25
55
Konferensi CabangKhusus
1. Konferensi Cabang Khusus hanya dapat diselenggarakan dalam keadaan
darurat yang dinilai mengancam eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah
mendapat persetujuan 2/3 (dua per tiga) Komisariat definitif.
2. Pembahasan acara dan tata tertib dipimpin oleh DPC dan selanjutnya dipimpin
oleh pimpinan sidang terpilih.
3. Rancangan materi, acara dan tata tertib Konferensi CabangKhusus disiapkan
oleh DPC, untuk selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Konferensi
Cabang Khusus.
4. Pelaksanaan Konferensi CabangKhusus ditetapkan melalui Rapat Koordinasi
Antar Komisariat atas inisiatif DPC.
5. Ketetapan dalam Konferensi CabangKhusus diambil berdasarkan musyawarah
untuk mufakat.
6. Apabila ayat (5) tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit.
7. Jika ayat (5) tidak terpenuhi, maka ketetapan Konferensi Cabang Khusus sah
jika disetujui ½ n+1 jumlah peserta yang hadir.
Pasal 26
Rapat Koordinasi Antar Komisariat
1. Diselenggarakan 6 (enam) bulan sekali oleh DPC.
2. Apabila ayat (1) tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan Anggaran Dasar (AD)
pasal 20 ayat (1), maka Komisariat-komisariat dapat menyelenggarakan Rapat
Koordinasi Antar Komisariat bila disetujui oleh minimal ½ n+1 jumlah
Komisariat definitif diwilayah cabang yang bersangkutan.
3. Rapat Koordinasi Antar Komisariat sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya
2/3 (dua per tiga) jumlah Komisariat definitif.
4. Rancangan materi, acara dan tata tertib Rapat Koordinasi Antar Komisariat
disiapkan oleh DPC.
5. Dapat memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan Konferensi Cabang
Khusus.
6. Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Antar Komisariat pada
prinsipnya diambil dengan mengutamakan musyawarah untuk mencapai
mufakat.
7. Apabila ayat (6) tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit
8. Jika ayat (6) tidak dapat terpenuhi maka ketetapan Rapat Koordinasi Antar
Komisariat sah apabila disetujui oleh minimal ½ n+1 jumlah peserta yang
hadir.
Pasal 27
Musyawarah Anggota Komisariat
1. Diselenggarakan oleh pengurus Komisariat.
2. Musyawarah anggota Komisariat sah jika dihadiri oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah anggota Komisariat yang bersangkutan.
56
3. Rancangan materi, acara dan tata tertib musyawarah anggota Komisariat
dipersiapkan oleh pengurus Komisariat, untuk selanjutnya ditetapkan dalam
musyawarah anggota Komisariat.
4. Ketetapan-ketetapan dalam musyawarah anggota Komisariat, pada dasarnya
diambil dengan musyawarah untuk mufakat.
5. Apabila ayat (4) tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan mekanisme lobi
maksimal 2x15 menit
6. Jika ayat (5) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan musyawarah anggota
Komisariat sah bila disetujui oleh minimal ½ n+1 peserta yang hadir.
7. DPC hadir dalam musyawarah anggota Komisariat sebagai peninjau, pengurus
Komisariat sebagai anggota peserta kehormatan, dan utusan Komisariat
lainnya sebagai undangan.
BAB IV
PENTAHAPAN KADERISASI
Pasal 28
1. Pentahapan Kaderisasi pada dasarnya adalah proses kaderisasi untuk
menunjang kesinambungan, kualitas kepemimpinan dan pengabdian
organisasi.
2. Setiap anggota adalah kader berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh
Presidium.
3. Kaderisasi dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu :
a. Kaderisasi Tingkat Dasar disingkat KTD
b. Kaderisasi Tingkat Menengah disingkat KTM
c. Kaderisasi Tingkat Pelopor disingkat KTP
BAB V
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 29
1. Dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik
organisasi.
2. Dilarang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pertentangan dan
perpecahan dalam tubuh organisasi serta tindakan lainnya yang menyimpang
dari kebijakan organisasi.
3. Dilarang menyebarluaskan paham, isu serta fitnah yang dapat menimbulkan
permusuhan diantara anggota dan masyarakat pada umumnya.
4. Larangan sebagaimana dalam ayat (1), (2) dan (3) tersebut diatas berlaku bagi
seluruh anggota tanpa membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi.
Pasal 30
Penilaian Pelanggaran Organisasi
(1) Penilaian pelanggaran disiplin anggota dilakukan langsung oleh pengurus
Komisariatbersangkutan dan secara tidak langsung oleh DPC.
57
(2) Penilaian pelanggaran disiplin oleh pengurus Komisariat dilakukan oleh DPC
dengan memperhatikan pandangan anggota.
(3) Penilaian pelanggaran disiplin oleh DPC dilakukan oleh Presidium dengan
memperhatikan pandangan pengurus Komisariat dan/atau anggota.
(4) Penilaian pelanggaran disiplin oleh Presidium dilakukan oleh Rapat
Presidium, dibahas dan disahkan dalam Rapat Koordinasi Nasional dan atau
Kongres.
Pasal 31
Pelaksanaan Tindakan Disiplin
1. Pelaksanaan tindakan disiplin dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi.
2. Jenis tindakan disiplin dan mekanisme pelaksanaannya diatur dalam peraturan
dan keputusan organisasi.
3. Presidium dapat melakukan pemecatan sementara terhadap salah satu dan atau
beberapa Presidium yang melakukan pelanggaran disiplin.
4. Anggota Presidium yang mengalami pemecatan sementara dapat melakukan
pembelaan diri dalam Kongres.
5. Presidium dapat melakukan penonaktifan terhadap pejabat pada struktur
KORDA atau DPC/ DPC Caretaker yang melakukan pelanggaran disiplin
organisasi
6. DPC dapat melakukan pemecatan sementara terhadap anggota yang
melakukan pelanggaran disiplin.
7. Anggota yang mengalami pemecatan sementara dapat melakukan pembelaan
diri dalam Kongres.
8. Pemecatan diputuskan dalam Kongres setelah yang bersangkutan tidak dapat
membela diri dalam Kongres.
BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 32
1. Yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah perselisihan diantara
anggota yang membahayakan keutuhan organisasi.
2. Pedoman penyelesaian sengketa adalah kemurnian azas, keluhuran budi,
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Organisasi,
persatuan dan kesatuan serta keutuhan organisasi.
Pasal 33
Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa
1. Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi.
2. Apabila dipandang perlu, dapat dibentuk tim khusus yang disetujui oleh pihak-
pihak yang bersengketa.
3. Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dan sengketa tersebut dinilai
membahayakan keutuhan organisasi, maka pengurus organisasi pada hierarki
diatasnya berhak mengambil kebijaksanaan yang dianggap perlu.
BAB VII
KEKAYAAN ORGANISASI
58
Pasal 34
1. Yang dimaksud dengan kekayaan organisasi adalah seluruh harta benda yang
dimiliki oleh organisasi.
2. Organisasi berkewajiban memelihara harta benda dan diinventarisasikan
secara baik.
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 35
Keuangan organisasi diperoleh dari uang pangkal, iuran anggota, sumbangan yang
tidak mengikat dan usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
BAB IX
HIERARKI PERATURAN ORGANISASI
Pasal 36
Tata urutan peraturan organisasi disusun secara hierarki sebagai berikut :
a) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
b) Ketetapan Kongres
c) Keputusan Rapat Koordinasi Nasional
d) Peraturan Presidium
e) Keputusan Presidium
f) Instruksi Presidium
g) Ketetapan Forum Koodinasi Antar Cabang
h) Ketetapan Konferensi Cabang
i) Keputusan Rapat Koordinasi Antar Komisariat
j) Peraturan Dewan Pimpinan Cabang
k) Keputusan Dewan Pimpinan Cabang
l) Instruksi Dewan PimpinanCabang
m) Ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat
n) Keputusan Pengurus Komisariat
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
1. Segala sesuatu dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) yang menimbulkan
perbedaan penafsiran, dimusyawarahkan dalam Rapat Koodinasi Nasional.
2. Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) ini,
akan diatur dalam peraturan dan kebijakan organisasi.
3. Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Rumah
Tangga (ART) ini masih memiliki masa kepengurusan lebih dari 6 (enam)
59
bulan, harus melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini.
4. Mekanisme organisasi untuk melakukan penyesuaian sebagaimana dimaksud
dengan ayat (3) adalah :
a. DPC melalui mekanisme Konferensi Cabang
b. Pengurus Komisariat dipilih melalui mekanisme Musyawarah Anggota
Komisariat.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
1. Anggaran Rumah Tangga (ART) ini merupakan bagian tak terpisahkan dari
Anggaran Dasar.
2. Anggaran Rumah Tangga(ART) ini disempurnakan kembali dalam Kongres
XIX di Universitas Nusa Nipa Maumere, Sikka Provinsi NTT 9 September
2015 dan berlaku sejak ditetapkan.
Ttd Ttd
Donatus Seda Moh Nawawi Namsa
Ketua Sekretaris
60
PENJELASAN
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
UMUM
Penjelasan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari AD/ART, dikeluarkan
dengan maksud untuk memperjelas ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga GMNI sehingga seluruh anggota GMNI dapat memiliki
pemahaman yang sama dalam menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan
perjuangan organisasi, sesuai dengan ketetapan-ketetapan Kongres XIX GMNI di
Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
ANGGARAN DASAR
PEMBUKAAN
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Ayat 1,2,3 (cukup jelas)
BAB II
AZAS
Pasal 2
Ayat 1,2(cukup jelas)
BAB III
TUJUAN DAN SIFAT
Pasal 3
Ayat 1 (cukup jelas)
Penjelasan ayat 2 :
GMNI adalah organisasi yang bersifat :
- Independen; tidak memiliki hubungan instruktif dengan organisasi apapun.
- Berwatak Kerakyatan; dalam orientasi gerakkannya selalu berpihak kepada rakyat
yang tertindas oleh sistem kapitalisme.
61
BAB IV
MOTTO
Pasal 4
(cukup jelas)
BAB V
USAHA
Pasal 5
Ayat 1,2 (cukup jelas)
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Ayat 1, 2 (cukup jelas)
Pasal 7
Ayat 1 (cuku jelas)
Ayat 2 (Peraturan; lihat ART BAB IX pasal 36)
BAB VII
SUSUNAN ORGANISASI, PENGURUS DAN WEWENANG
Pasal 8
SUSUNAN ORGANISASI
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
Pasal 9
PRESIDIUM
Ayat 1 (lihat ART BAB II pasal 7)
Ayat 2, 3, 5 (cukup jelas)
Ayat 4 (lihat ART BAB II pasal 8)
Ayat 6 (lhat ART BAB II pasal 9)
Ayat 7 (lihat ART BAB II pasal 10)
Pasal 10
KOORDINATOR DAERAH
Ayat 1,2 (cukup jelas)
Ayat 3 (lihat BAB II Pasal 11)
Pasal 11
DEWAN PIMPINAN DPC
Ayat 1,2 (cukup jelas)
62
Ayat 3 (lihat ART BAB II Pasal 15)
Ayat 4 (lihat BAB II Pasal 14)
Pasal 12
KOMISARIAT
Ayat 1 (lihat ART BAB II Pasal 16)
Ayat 2 (lihat ART BAB II PAsal 17)
Ayat 3 (lihat ART BAB II Pasal 27)
Pasal 13
PERMUSYAWARATAN
1. A. Lihat ART BAB III Pasal 18
B. Lihat ART BAB III Pasal 21
C. Lihat ART BAB III Pasal 22
D. Lihat ART BAB III Pasal 23
E. Lihat ART BAB III Pasal 24
F. Lihat ART BAB III Pasal 25
G. Lihat ART BAB III Pasal 26
H. Lihat ART BAB III Pasal 27
Pasal 14
KONGRES
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 (cukup jelas)
Pasal 15
KONGRES LUAR BIASA
Cukup jelas
Lihat ART BAB III Pasal 21
Pasal 16
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 (cukup jelas)
Pasal 17
FORUM KOORDINASI ANTAR DPC
Penjelasan :
Ayat 1, 2, 3, 5 (cukup jelas)
Ayat 4 (lihat ART BAB III Pasal 23)
Pasal 18
KONFERENSI DPC
AYAT 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
AYAT 6 (lihat ART BAB III Pasal 24)
Pasal 19
KONFERENSI DPC KHUSUS
Ayat 1 (cukup jelas)
Ayat 2 (lihat ART BAB III Pasal 25)
Pasal 20
RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT
Ayat 1, 2, 3, 4 (cukup jelas)
63
Ayat 5 (lihat ART BAB III Pasal 26)
Pasal 21
MUSYAWARAH ANGGOTA KOMISARIAT
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
Ayat 6 (lihat ART BAB III Pasal 27)
BAB IX
ATRIBUT
Pasal 22
Ayat 1, 2, 3 (cukup jelas)
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 23
(cukup jelas)
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Ayat 1, 2, 3 (cukup jelas)
Ayat 4 (lihat ART BAB X Pasal 37)
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
(cukup jelas)
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
Pasal 2
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
Pasal 3
Ayat 1,2 (cukup jelas)
Pasal 4
HAK-HAK ANGGOTA
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
Pasal 5
KEWAJIBAN ANGGOTA
Ayat 1, 2, 3, 4, 5 (cukup jelas)
64
Pasal 6
KEHILANGAN KEANGGOTAAN
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6 (cukup jelas)
BAB II
PENGURUS
Pasal 7
PRESIDIUM
Ayat 1, 2, 3, 4 huruf a dan c, 5, 6, 7, 9, 10 (cukup jelas)
Penjelasan ayat 4 huruf b :
Yang di maksud dengan organisasi kemasyarakatan pemuda sejenis adalah :
1. Organisasi yang bernaung di dalam Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI);
2. Organisasi mahasiswa ekstra kampus berskala nasional yang terdaftar
di Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.
Penjelasan ayat 8 :
Pergantian Antar Waktu (PAW)dapat dilakukan terhadap anggota Presidium yang tidak
melakukan aktivitas organisasi di Presidium selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.
Jika dalam proses Pergantian Antar Waktu (PAW) tersebut, DPC asal anggota
Presidium yang di PAW tidak mengusulkan nama pengganti, maka fungsi dan tugas
anggota Presidium yang telah di PAW tersebut dijalankan oleh anggota Presidium yang
lain dan atau Presidium mengusulkan DPC diluar asal anggota DPC yang bersangkutan.
Penjelasan ayat 9 :
Yang di maksud dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dalam kongres
adalah termasuk penyerahan aset organisasi secara simbolik kepada Presidium terpilih.
Pasal 8
TUGAS DAN WEWENANG
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 (cukup jelas) Penjelasan ayat 12 : Presidium
menetapkan struktur kepengurusan Koordinator Daerah berdasarkan usulan nama-nama
calon pengurus yang dihasilkan dalam Forum Koordinasi Antar Cabang (Forkorancab).
Pasal 9
SEKRETARIS JENDERAL
(cukup jelas)
Pasal 10
RAPAT-RAPAT PRESIDIUM
(cukup jelas)
Pasa7 11
KOORDINATOR DAERAH
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 7 (cukup jelas)
Penjelasan ayat 6:
Dalam pertanggungjawabannya dilakukan dalam Forum Koordinasi AntarDPC.
Pasal 12
TUGAS DAN WEWENANG
Ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (cukup jelas)
65
Pasal 13
TUGAS DAN WEWENANG
Cukup jelas
Pasal 14
RAPAT-RAPAT DEWAN PIMPINAN DPC
Cukup jelas
Pasal 15
PENGURUS KOMISARIAT
Cukup jelas
Pasal 16
TUGAS DAN WEWENANG
Cukup jelas
BAB III
PERMUSYAWARATAN
Pasal 17
KONGRES
Cukup jelas
Pasal 18
PESERTA KONGRES
Cukup jelas
Pasal 19
PENGAMBILAN KETETAPAN-KETETAPAN DALAM KONGRES
Cukup jelas
Pasal 20
KONGRES LUAR BIASA
Cukup jelas
Pasal 21
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
Cukup jelas
Pasal 22
FORUM KOORDINASI ANTAR CABANG
Ayat 1, 2, 3 Cukup jelas
Penjelasan ayat 4 :
Forum Koordinasi Antar Cabang tidak memiliki kewenangan menetapkan struktur
kepengurusan Koordinator Daerah dan hanya mengusulkan nama-nama calon pengurus,
selanjutnya struktur kepengurusan Koordinator Daerah akan dibahas dan ditetapkan
dalam rapat pleno Presidium.
Pasal 22
KONFERENSI CABANG
Cukup jelas
Pasal 23
KONFERENSI CABANG KHUSUS
Cukup jelas
66
Pasal 24
RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT
Cukup jelas
Pasal 25
MUSYAWARAH ANGGOTA KOMSARIAT
Cukup jelas
BAB 1V
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
PENILAIAN PELANGGARAN DISIPLIN
Cukup jelas
Pasal 28
PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN
Cukup jelas
BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
PELAKSANAAN PEYELESAIAN SENGKETA
Cukup jelas
BAB VII
KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 31
Cukup jelas
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 32
Cukup jelas
BAB IX
HIERARKI PERATURAN ORGANISASI
Pasal 33
Cukup jelas
67
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
Cukup jelas
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35
Cukup jelas
68
KRITERIA DAN TATA CARA PEMILIHAN PIMPINAN NASIONAL GMNI
PERIODE 2015-2017
70
Realitas tersebut di atas adalah pil pahit yang harus ditelan oleh rakyat
Indonesia akibat pengkhianatan rejimyang berkuasa terhadap cita-cita bangsa, sehingga
Indonesia yang seharusnya menjadi negara yang berdaulat dan merdeka kini hanya
menjadi negara satelit dari negara-negara adikuasa. Untuk itu sebagai organisasi kader
sekaligus organisasi perjuangan sudah menjadi kewajiban bagi GMNI untuk
menyelamatkan kehidupan rakyat Indonesia dari segala bentuk penindasan dan
penghisapan seperti yang terjadi saat ini, dan oleh karenanya maka GMNI harus mampu
menjadi wadah perjuangan bagi seluruh kader bangsa yang peduli dan sadar terhadap
realitas kehidupan kebangsaan Indonesia saat ini. GMNI harus mempu mencetak kader-
kader bangsa yang akan menyelamatkan dan membawa kehidupan rakyat Indonesia
menuju cita-cita kebangsaan yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur dalam sebuah kehidupan negara yang merdeka dan berdaulat. Sebagai lembaga
perjuangan kader, maka GMNI dituntut menjadikan tubuhnya sebagai lembaga
pendidikan bagi kader bangsa dengan tugas pokok menyusun segala strategi perjuangan
yang akan digunakan para kader untuk mewujudkan cita-cita kebangsaan tersebut.
Dasar Perjuangan GMNI
Dasar perjuangan GMNI adalah Marhaenisme yaitu: Sosio Nasionalisme,
Sosio Demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sosio Nasionalisme adalah satu asas
kehidupan rakyat Indonesia yang berdasarkan pada nilai-nilai semangat kebangsaan
Indonesia. Nasionalisme Indonesia muncul dan tumbuh dari sejarah ketertindasan
bangsa oleh kapitalisme dan imperialisme. Oleh karena itu nilai-nilai yang dianut oleh
nasionalisme Indonesia adalah nilai-nilai kebangsaan yang menginginkan penegakan
nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, zonder exploitation de lhomme par
lhomme dan zonder exploitation de nation par nation, dan bersifat melindungi serta
menyelamatkan kehidupan seluruh rakyat Indonesia.
Sosio-nasionalisme adalah ide yang dijadikan sebagai asas pergaulan hidup
bangsa maupun antar bangsa-bangsa yang dilandasi oleh semangat cinta terhadap
manusia dan kemanusiaan. Lebih jauh, sosio-nasionalisme tidak menghendaki sebuah
susunan masyarakat yang chauvinistic ataupun yang ultra nasionalis, melainkan
menghendaki susunan masyarakat yang humanis, namun tetap memiliki sikap yang
tegas dan revolusioner terhadap segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh sistem
feodalisme, kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme sebagai sebuah kesadaran dan
keharusan sejarah (historische notwendeigheit).
Sosio demokrasi adalah asas kehidupan rakyat Indonesia yang pemaknaannya
meliputi demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Demokrasi politik adalah sistem
kehidupan politik ketata-negaraan Indonesia yang memberikan keadilan serta
kesetaraan hak politik kepada seluruh rakyat Indonesia, dan tidak mengabdi pada
kepentingan segolongan masyarakat semata melainkan mengabdi kepada seluruh
golongan masyarakat. Demokrasi politik Indonesia adalah demokrasi yang memberikan
hak penuh kepada seluruh rakyat Indonesia sebagai entitas merdeka untuk
mengartikulasikan seluruh kemerdekaan politiknya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Demokrasi politik Indonesia mengedepankan nilai-nilai solidaritas
kebangsaan daripada kepentingan individu, kelompok maupun golongan.
71
Demokrasi ekonomi adalah bangunan sistem perekonomian nasional yang
berpijak pada pondasi nilai-nilai ideologi, dimana manusia Indonesia menjadi sebuah
kedirian (entity) bebas yang hak dan kewajibannya diletakkan di dalam suatu
kepentingan bersama. Setiap warga negara berhak memperoleh penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan dan bebas berusaha demi perkembangan kemanusiaannya (pasal 27
UUD 1945). Namun demikian, negara juga menjamin bahwa setiap cabang produksi
dan kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak akan dikuasai (dikelola)
oleh negara untuk dipergunakan seluas-luasnya untuk kemakmuran rakyat (pasal 33
UUD 1945).
Dasar penyusunan perekonomian nasional juga harus didasarkan pada upaya
mewujudkan nilai-nilai (asas) kekeluargaan, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk
ekonomi koperasi sebagai badan hukum (recht persoon) utama dalam perekonomian
nasional. Sebab koperasi adalah sebuah badan hukum yang mampu mengintegrasikan
sistem kepemilikan pribadi dalam naungan kebersamaan.
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah asas kehidupan rakyat Indonesia yang
berketuhanan. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah nilai-nilai yang menjadi landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara seluruh rakyat Indonesia karena setiap nilai-nilai
Ketuhanan (agama) akan mengajarkan kepada rakyat tentang hakekat kemanusiaan dan
keluhuran budi nurani manusia Indonesia. Nilai-nilai Ketuhanan tersebut diletakkan
dalam Ketuhanan yang berkebudayaan, yang meletakkan nilai-nilai luhur budaya
bangsa dengan cara saling hormat-menghormati sesama pemeluk agama dan
kepercayaan.
Tujuan Perjuangan GMNI
Tujuan perjuangan GMNI adalah terciptanya keadilan sosial dalam kehidupan
kebangsaan yang bebas, merdeka dan berdaulat. Setiap individu masyarakat Indonesia
merupakan entitas merdeka yang berhak memperoleh penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan dan bebas berusaha demi perkembangan kemanusiaanya (Social
Conscience of Man). Atas dasar dan tujuan revolusi tersebut maka kehidupan
kebangsaan Indonesia harus dibangun dalam konstruksi kehidupan negara bangsa yang
berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang
kebudayaan.
Berdaulat di bidang politik diletakkan dalam kerangka negara bangsa yang
mengabdi kepada rakyat dengan kewajiban melindungi segenap kehidupan rakyat
Indonesia dari segala bentuk penindasan dan penghisapan. Oleh karena itu, negara tidak
boleh terikat maupun bergantung secara politik dengan kekuatan lain, baik kekuatan
permodalan ataupun kekuatan asing lainnya, Negara diharapkan hanya tunduk kepada
kedaulatan rakyat dan mengabdi kepada rakyat.
Berdikari di bidang ekonomi diletakkan dalam kerangka negara bangsa yang
mendasarkan perekonomiannya pada potensi bangsa (ilmu pengetahuan, teknologi,
sumber daya alam, dan lain-lain) tanpa tergantung dengan kekuatan lain (modal dan
negara asing) yang terbukti tidak progressif. Susunan perekonomian Indonesia juga
72
harus didasarkan pada nilai-nilai (asas) kekeluargaan yang mengintegrasikan sistem
kepemilikan pribadi dalam naungan kebersamaan. (the variants of private ownership
include individual, partnership, cooperative and enterpreise).
Berkepribadian di bidang kebudayaan diletakkan dalam kerangka negara
bangsa yang mendasarkan pergaulan hidupnya pada budaya bangsa sendiri. Budaya
bangsa adalah bangunan karakter kebangsaan rakyat Indonesia dalam semangat
persatuan (nasionalisme) yang berkesadaran sejarah, humanis dan percaya kepada
kekuatan sendiri (self reliance).
73
Neo imperialisme adalah fenomena baru paska perang dunia kedua
berkembang dalam kedok pemberian kemerdekaan bagi negara-negara jajahan, namun
kedaulatannya tetap di bawah kekuatan politik negara penjajah. Bahkan dalam
perkembangan terakhir, selain dengan menggunakan kekuatan modal dan jebakan
hutang, negara-negara maju dalam upaya menjajah negara-negara dunia ketiga adalah
dengan menggunakan kekuatan militer terselubung dengan kedok penegakan hak asasi
manusia dan penjaga perdamaian dunia. Namun dibalik semua kedok tersebut,
kepentingan yang diharapkan dari pengerahan kekuatan militer tersebut adalah
penguasaan sumber daya alam milik negara-negara dunia ketiga khususnya sumber
daya alam yang menyangkut energi. Sebab energi (minyak) saat ini pemegang kekuatan
utama negara-negara maju untuk menggerakkan mesin-mesin industri yang
memproduksi barang.
Neoliberalisme adalah runtutan dari sejarah perkembangan kapitalisme dunia
yang telah berlangsung hampir dua abad lamanya. Neoliberalisme berakar dari ekonomi
neo-klasik, yang menuntut kebebasan dari campur tangan negara terhadap segala
kegiatan ekonomi, karena negara dianggap sebagai penghalang berjalannya mekanisme
pasar, yang berarti juga sebagai penghalang terwujudnya pertumbuhan ekonomi
(economic growth).
Feodalisme
Dalam kesejarahan bangsa di seluruh wilayah nusantara, kaum marhaen
Indonesia telah diperintah oleh raja-raja kerajaan Hindustan dalam tatanan kehidupan
feodal. Kaum marhaen hanya menjadi alat kepuasan para raja dengan segala bala
keningratannya. Kaum marhaen tidak memiliki hak menentukan nasibnya sendiri (self
determination). Akibat sistem feodalisme yang berlangsung selama berpuluh-puluh
abad tersebut telah membentuk mental masyarakat Indonesia yang lemah, tidak percaya
diri (minder),sungkan dan ewuh pakewuh terhadap kelas yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan yang lebih tinggi. Mental-mental warisan feodalisme tersebut adalah faktor
penghambat terwujudnya revolusi Indonesia karena kontradiktif dengan syarat-syarat
revolusi yang menginginkan kejuangan bersifat progressif, revolusioner, radikal dan
kritis.
Kekuatan Kontra Revolusi
Kekuatan kontra revolusi yang menjadi musuh utama GMNI adalah: kaum
kapitalis, tuan-tuan tanah (landlords), para komprador, kaum federalis yang
menginginkan perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kaum ortodoks,
konservatif dan kaum doktriner formalistik (otoriter), kaum oportunis dan politisi-
politisi korup serta spekulan-spekulan ekonomi yang selama ini telah menjadi para
pelaku yang membawa bangsa ini dalam kungkungan kekuatan kapitalisme global.
Alat-Alat Perjuangan GMNI
Alat-alat perjuangan GMNI adalah semua kekuatan-kekuatan elemen bangsa
yang memiliki kesesuaian dengan cita-cita organisasi yaitu terwujudnya sosialisme
74
Indonesia (masyarakat yang adil dan makmur) dalam kerangka “tri sakti”: berdaulat di
bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, berkepribadian di bidang kebudayaan.
Keseluruhan hal tersebut tentu akan membawa GMNI pada ketahanan sosial
yang tidak mudah disusupi apalagi diobrak-abrik oleh pihak-pihak diluar GMNI yang
tidak berkepentingan terhadap terjadinya harmonisasi sosial di tubuh GMNI, yang mana
harmonisasi tersebut dapat menjadi jembatan untuk menjadikan GMNI sebagai
organisasi yang bulat, kuat dan utuh tidak hanya sebagai kekuatan politik yang me-
representasikan kaum nasionalis muda akan tetapi juga sebagai satu kekuatan sosial
yang utuh dan memiliki daya tahan terhadap berbagai serangan yang bertujuan untuk
memecah belah GMNI.
76
Mental borjuis kecil sebagai prilaku kelas mahasiswa juga secara perlahan /
reformatif harus diupayakan digeser kearah mentalitas yang lebih marhaenistis, agar api
semangat perjuangan untuk bisa berdiri berdampingan dengan massa marhaen tetap bisa
terjaga dengan baik dalam kerangka mendorong perubahan secara revolusioner demi
perbaikan bangsa dan negara. Fungsi mahasiswa yang saat ini bernuansa elitis dan
cendrung menjadi puritan dari berbagai persoalan massa harus dibalikkan sehingga
fungsi tersebut dapat berubah kembali kepada khittah dan fitrahnya yang lebih
bernuansa egaliter terhadap massa dalam lingkup pembangunan basis-basis marhaen.
Budaya kreatif, etika dan estetika anggota juga harus terus menerus diasah
dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai religiusitas yang harapannya menjadikan
kader-kader GMNI sebagai sosok manusia yang kreatif, egaliter, arif dan bijaksana,
rendah hati serta theis dalam prilaku sehari-hari. Karena selain sebagai bagian dari
upaya untuk memperbaiki citra GMNI dimata publik sekaligus juga untuk mengasah
mental dan budaya yang jauh lebih bermoral dalam melaksanakan gerakan perjuangan
yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur yang sama sekali
percaya kepada Tuhan.
Keamanan / Security
Selain daripada itu, organisasi juga harus mulai membangun suatu lembaga
rahasia yang difungsikan sebagai kontra inteligen untuk mengimbangi penyusupan-
penyusupan yang dilakukan oleh pihak luar GMNI. Selain juga berfungsi untuk
melakukan investigasi-investigasi yang bersifat tertutup dan rahasia demi mendukung
langkah-langkah serta strategi dan taktik perjuangan GMNI.
Struktural
77
dapat mendukung serta mengarahkan gerakan perjuangan GMNI kearah yang lebih
kontekstual-dinamis.
78
Pedoman Operasional dan Tata Tertib Organisasi (POTTO)
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
Pedoman Operasional
80
ke dalam front marhaenis
masyarakat luas
c. strategi penerangan propaganda
d. media penerangan propaganda
e. peneranga-penerangan propaganda kontra propaganda, agitas kontra agitas,
intrik kontra intrik, isu kontra isu
5. Pengelolaan dana
a. perkiraan kebutuhan dana
b. keadaan dana perjuangan sekarang
c. sumber-sumber dana
d. administrasi pengelolaan
e. perimbangan pendapatan komisariat, DPC, Korda dan Presidium
6. Pengajaran kader, pembinaan, penugasan, inventarisasi kader
a. arti pengajaran kader
b. tiga tahap pengkaderan
c. sasaran:
output GMNI adalah kader bangsa
kebutuhan tenaga kader dalam mekanisme
d. kualitas dan kuantitas yang diharapkan
e. program pembinaan formal
f. program pembinaan lapangan
g. penugasan dan evaluasi
7. Pendidikan dan pengembangan ilmu
a. maksud dan tujuan
b. multi fungsi Gemini Study Club
c. bimbingan test
d. lembaga kajian
8. Penelitian dan pengembangan organisasi
a. maksud dan tujuan
b. pengumpulan data
81
c. perpustakaan organisasi
d. konsep-konsep menjelang kongres
e. konsep-konsep ke masa dating
9. Kesejahteraan/hiburan
a. maksud dan tujuan
b. bidang-bidang kegiatan
c. pentingnya kegiatan ini dalam membentuk kesatuan sosial
d. kesejahteraan dan latihan berkoperasi
10. Pembudayaan masyarakat
a. maksud dan tujuan
b. bidang-bidang kegiatan
c. sasaran sebagai komunikasi dengan warga marhaen
d. pendekatan GMNI pada warga marhaen
e. penghayatan kepada nasib si marhaen, perombakan mental kader yang masih
feodal dan borjuis
11. Keamanan gerakan
a. maksud dan tujuan
b. latar belakang
lawan-lawan perjuangan GMNI
pola gerakan lawan
pengaburan ideologi
intelejen
12. Keputrian/ Sarinah
a. maksud dan tujuan
b. latar belakang masalah
c. strategi pembinaan kader sarinah
13. Organisasi
a. maksud dan tujuan
b. bagaimana membentuk komisariat baru
c. bagaimana membentuk cabang baru
82
d. bagaimana membentuk korkom dan Korda
e. Keanggotaan
o PPAB
o Kaderasasi
o Pelantikan
o Penyumpahan
o Indentitas anggota
14. Kesekretariatan
a. maksud dan tujuan
b. kearsipan
c. surat menyurat
Petunjuk Teknis
Tahap-Tahap Pembangunan
1. Perlunya tahap-tahap pembangunan
2. Pembangunan GMNI tidak selesai dalam satu periode
3. Perlunya kesinambungan satu periode dengan periode selanjutnya
4. Dengan pentahapan memudahkan evaluasi
Pentahapan disesuaikan:
periode jabatan
rakornas, lokakarya, kongres
perkembangan politik nasional
I. PROGRAM INTERNAL
1. Konsolidasi Organisasi
Dualisme Kepemimpinan Nasional yang terjadi di GMNI, mau tidak
mau memunculkan kurangnya komunikasi yang terbangun antar cabang-
cabang pendukung tiap Kepresidiuman. Meskipun tidak dipungkiri, bahwa
dibeberapa wilayah, komunikasi tersebut telah terbangun cukup baik.
Tugas mendesak bagi Presidium ke depan adalah, melakukan
konsolidasi seluruh cabang se-Indonesia. Konsolidasi tersebut dapat dilakukan
lewat menggelar pertemuan-pertemuan skala nasional yang tujuannya dapat
mempererat hubungan emosional segenap cabang agar tercipta sinergisitas
organisasi.
83
Menggelar pertemuan berskala nasional dan regional minimal 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) pengurusan untuk membangun hubungan emosional
segenap cabang, Korda dan Presidium, diluar agenda Kongres dan Rakornas
serta melaksanakan Rakornas sesuai amanah AD/ART
2. Penataan Organisasi
Untuk memaksimalkan terwujudnya cita-cita idelogi, organisasi harus
ditata sedemikian rupa. Penataan organisasi meliputi :
a. Tertib Administrasi
- Tertib administrasi ini adalah bertujuan agar tercipta
sinergi kerja organisasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan
melakukan pendataan seluruh anggota diseluruh daerah.
Dan pendataan ini juga harus diikuti dengan pengarsipan
data anggota tersebut sehingga jelas secara kuantitas
berapa keseluruhan jumlah kader di seluruh daerah di
Indonesia.
- Presidium harus menginfentarisir data base kader setiap
enam bulan sekali dan DPC wajib menyerahkan data base
anggota setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Presidium.
- DPC dan Korda wajib menyerahkan laporan berkala
setiap 6 (enam) bulan sekali mengenai perkembangan
organisasi di wilayah bersangkutan.
- Penerbitan buku panduan organisasi dan silabus
kaderisasi.
- Presidium wajib menerbitkan KTA Pengurus Presidium,
Pengurus Korda, Pengurus DPC berdasarkan data yang
diserahkan oleh Korda dan DPC.
- DPC wajib menerbitkan KTA pengurus dan anggota
Komisariat.
b. Pendataan Cabang-Cabang
- Cabang-cabang lama yang sudah definitif harus didata
kembali dan dibuatkan arsip tiap-tiap cabang berikut
jumlah kader tiap-tiap cabang. Pendataan ini juga
menyangkut cabang-cabang caretaker dengan mengikuti
pola cabang-cabang definitif
- Membuat data base On line.
Disamping hal tersebut, Presidium ke depan dibantu oleh Korda dan
DPC, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas teknis surat-menyurat,
yang meliputi, kop surat dan stempel organisasi, nomor surat dll. Selain
penyeragaman teknis surat menyurat, Presidium bersama Korda dan DPC juga
harus melakukan penyeragaman perangkat-perangkat organisasi, berupa,
bendera, seragam organisasi dll.
84
Untuk teknisnya, Presidium dapat memberikan petunjuk lewat surat
yang akan disampaikan ke seluruh cabang.
3. Pembentukan Cabang-Cabang
Presidium yang baru nanti, harus mengupayakan pembentukan cabang-
cabang baru, sehingga upaya penyebaran ideologi dapat secara massif
dilakukan. Disamping sebuah upaya penyebaran ideologi, keberadaan GMNI
didaerah-daerah yang belum memiliki basis GMNI, diharapkan dapat
menghempang keberadaan isu-isu politik yang berbasis sektarian dan
kewilayahan sebagai lawan dari ideologi GMNI.
Selain itu, keberadaan cabang-cabang baru tersebut adalah salah satu
bukti bahwa tugas kader untuk menyebarkan benih-benih marhaenisme,
menjadi kenyataan. Dan tentunya proses pembentukan cabang-cabang
tersebut, diharapkan mengikuti apa yang sudah digariskan dalam AD/ART
organisasi.
Presidium harus melakukan pemetaan daerah yang akan digarap lewat
DPC dalam satu wilayah dengan mengoptimalkan kinerja Korda-korda yang
ada maka presidium harus membentuk 10 cabang baru se-Indonesia/se-
nusantara, setiap DPC harus membentuk minimal 3 komisariat baru di wilayah
DPC yang bersangkutan.
4. Mengupayakan Usaha Pendanaan Organisasi
Dana dalam sebuah organisasi menjadi hal yang sangat penting.
Kemandirian ekonomi dalam sebuah organisasi akan memungkinan organisasi
tersebut mandiri dalam menentukan sikap-sikap politiknya.
Untuk itu Presidium, Korda, DPC dan Komisariat ke depan, harus
meng-optimalkan dan kreatif dalam pencarian dana abadi, tanpa harus
melanggar prinsip-prinsip organisasi. Untuk pendanaan cabang-cabang,
kesadaran segenap kader harus dimaksimalkan, lewat penarikan iuran anggota,
yang nominalnya disesuaikan dengan AD/ART.
5. Media Organisasi
1. Meningkatkan kualitas Website GMNI.
2. Email untuk menginventarisasi issue
3. Jurnal dan Majalah Presidium,Korda dan DPC
Media ini sangat penting bagi terbangunnya komunikasi antar kader.
Disamping itu, pertukaran ide dapat terjadi lewat tulisan-tulisan tiap
cabang/kader yang akan dimuat dalam media cetak atau elektronik.
Selain mengasah kemampuan menulis tiap kader, buletin ini juga
menjadi media propaganda organisasi ke luar. Untuk itu, perlu dibuat buletin
organisasi yang sifatnya untuk internal dan eksternal.
85
6. Kaderisasi
a. Penyelenggaraan lokakarya nasional kaderisasi, organisasi, politik dan
kemandirian ekonomi. Dalam Lokakarya Nasional membahas :
- Kursus kader bersama yang berkesinambungan
- Memastikan diadakannya proses kaderisasi pada semua
jenjang di semua daerah
- Kaderisasi khusus sesuai kemampuan kader
- Mengevaluasi pelaksanaan silabus kaderisasi.
b. Pelaksanaan kaderisasi tingkat menengah dan kaderisasi tingkat pelopor
minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) masa periode kepengurusan.
c. Lokakarya nasional sarinah.
d. Sertifikasi kaderisasi mulai dari KTD,KTM, KTP sesuai dengan jenjang
kaderisasi. (membuat schedule KTD, KTM, KTP)
e. Presidium wajib membentuk sekaligus memfasilitasi tim kajian dari
beberapa cabang untuk melakukan kajian ilmiah mengenai marhaenisme
sebagai asas GMNI. Kajian Marhaenisme tersebut berangkat dari
ontologi, epistomologi dan aksiologi, sehingga kerangka teori
marhaenisme menjadi kuat.
f. Hasil kajian teoritik marhaenisme wajib dibukukan oleh Presidium dan
didistribusikan oleh-cabang-cabang di Indonesia, sehingga untuk menjadi
bahan referensi kader-kader disetiap cabang.
g. Perlu adanya jembatan kaderisasi pada setiap tingkatan pengakderan
formil dalam bentuk kursus kader sehingga calon kader yang mengikuti
proses pengkaderan tidak gagap.
7. Membuat dan menerbitkan silabus kaderisasi(hasil evaluasi pelaksanaan
silabus kaderisasi) dan memasukan materi kesarinahan didalam kaderisarisasi.
Jenjangnya :
1. PPAB (Pengantar Ke-sarinahan)
2. KTD ( Kesarinahan, Perspektif Gender, Aplikasi Marhaenisme terhadap
gerakan Sarinah)
8. Presidium memfasilitasi atribut-atribut organisasi harus lengkap dari tingkat
Korda sampai DPC. DPC memfasilitasi atribut-atribut organisasi sampai
tingkat komisariat, kemudian diverifikasi kelayakannya dalam satu tahun
sekali
9. Penerbitan SK DPC dan Korda maksimal 1 (satu) bulan setelah permohonan
SK diterima Presidium. Penerbitan SK Komisariat maksimal 1 (satu) bulan
setelah permohonan SK diterima DPC.
86
10. Mendorong pembentukan Korda-Korda sesuai dengan kebutuhan cabang-
cabang yang bersangkutan.
11. Pendistribusian buku-buku Nasional dalam 1 paket :
a) DBR Jilid I
b) DBR Jilid II
c) Manipol Usdek
d) Sarinah
e) Pancasila 1 Juni 1945
f) Indonesia menggugat.
12. Presidium, Korda, DPC dan Komisariat wajib melakukan diskusi rutin dan
membuat perpustakaan di sekretariat masing-masing.
13. Membentuk biro-biro riset untuk mengetahui potensi masing-masing cabang.
14. Mengumpulkan dan mendokumentasikan sejarah GMNI dari berdiri sampai
saat ini secara nasional dan lokal kemudian dibukukan serta didistribusikan.
15. Mendorong Presidium agar lebih jelih yaitu dalam menjalankan tugas, terlebih
khusus segera membentuk Korda di masing-masing daerah agar dalam
kaderisasi KTD,KTM dan KTP bisa ada jaringan koordinasi antara Korda dan
DPC.
16. Membentuk organ taktis gerakan GMNI dari tingkat pusat sampai ke daerah.
a.Membentuk dan mendeklarasikan Gerakan Siswa Nasional Indonesia
(GSNI) ditingkat pusat dan mengintruksikan DPC untuk membentuk
ditingkatan daerah masing-masing.
b. Membentuk organ taktis dalam bidang kebudayaan dan kesenian mengingat
kedua hal tersebut selalu menjadi isu seksi dilingkungan.
II. Program Eksternal
1. Penguatan Jaringan
Untuk mempercepat keberhasilan cita-cita ideologi, diperlukan
jaringan yang bisa berjuang secara bersama-sama. Jaringan yang sudah
terbangun selama ini tetap harus dikuatkan, dan diperlukan untuk membangun
jaringan yang baru.
Jaringan yang dimaksud adalah kelompok organisasi mahasiswa
sejenis berikut kelompok-kelompok mahasiswa yang berbasis kelompok-
kelompok aksi maupun diskusi, bila perlu dengan membentuk semacam sayap-
sayap GMNI di tingkatan mahasiswa, untuk memudahkan melakukan
penetrasi kepada kelompok-kelompok mahasiswa tersebut. Disamping
memudahkan upaya penetrasi, usaha ini juga harus dimaknai sebagai sebuah
strategi, dengan memperbanyak kelompok-kelompok perlawanan, sehingga
isu-isu dapat dimainkan tanpa harus memunculkan GMNI.
Disamping jaringan di tingkatan mahasiswa, GMNI juga harus
mengupayakan pembangunan jaringan di tingkatan rakyat lainnya. Upaya ini
87
dapat dimulai dengan membentuk organisasi-organisasi rakyat, apakah itu
Tani, Buruh, Nelayan, Pemuda, dll.
Gerakan Mahasiswa Naional Indonesia (GMNI) harus mampu
mengagas jaringan dengan organisasi pemuda dan mahasiswa secara
internasional.
Kaderisasi
Setiap peserta KTP harus membuat karya ilmiah tentang konsep marhaenisme yang
relevansi dengan materi marhaen sebagai objek perjuangan GMNI.
88
mereka sehingga diharapkan kesadaran rakyat segera pulih dan akan
memunculkan benih-benih perlawanan di dalam diri rakyat.
Upaya ini juga bisa ditindak lanjuti dengan mengadakan kursus-kursus
politik, ekonomi maupun hukum bagi tiap-tiap organisasi rakyat yang telah
dibangun.
Membuat gerakan secara nasional maupun advokasi kebijakan publik
sebagai bargaining position GMNI untuk melahirkan pemikiran-pemikiran
yang konsultif.
Oleh karena itu presidium harus mampu bekerjasama dengan Korda dan
DPC guna mengemas isu dalam menanggapi masalah-masalah di tiap-tiap
daerah tanpa harus menunggu instruksi dari Presidium.
GMNI harus juga dapat melakukan gerakan dalam kancah dinamika
bangsa, dan juga harus mampu melakukan advokasi, pertanian dan pendidikan.
4. Membangun Opini
Untuk mengkampanyekan wacana-wacana GMNI, diperlukan pembangunan
opini ke segala lini organisasi maupun individu masyarakat. Pembangunan
opini ini dapat dilakukan dengan menggalang pertemuan-pertemuan dan
diskusi dengan segala organisasi, baik sipil maupun militer. Opini yang harus
dibangun adalah :
- Menyelenggarakan pameran Budaya Nasional, produk-produk rakyat
dalam rangka membangun opini
- Presidium harus membuat pernyataan resmi di media massa sesuai
dengan issu kekinian yang berhubungan dengan masalah kebangsaan.
89
Program Pokok Perjuangan
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
2015-2017
Pendahuluan
Dalam GBPP telah dirumuskan Adagium Perjuangan bangsa dan kewajiban GMNI
dalam perjuangan bangsa. Adagium ini memuat pen-definisi-an situasi global. Dimana
negara kapitalisme global melalui paradigma pembangunan Neo-Liberal melakukan
penjajahan gaya baru yang memiskinkan banyak negara terutama di belahan benua
Asia, Amerika dan Afrika. Dalam bab ini juga diterangkan bahwa situasi Indonesia pada
hari ini masih dalam posisi negara yang terhisap dan terjebak dalam setting agenda
kapitalisme internasional. Hal ini ditandai dengan sulitnya Indonesia keluar dari
ketergatungan hutang luar negeri pada lembaga donor internasional seperti IMF, World
Bank dan ADB.
Berangkat dari situasi tersebut, Marhaenisme sebagai pedoman dasar perjuangan GMNI
yang menggariskan Sosio Nasionalisme, Sosio Demokrasi dan ketuhan YME sebagai
tawaran sistem yang mampu mengangkat nasib rakyat, harus ter-artikulasi-kan secara
berkesinambungan. Hal ini terkait dengan tujuan perjuangan GMNI yaitu mewujudkan
masyarakat Sosialisme Indonesia yang ditandai dengan berdaulatnya rakyat di bidang
politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya. Hal tersebut
dapat terwujud manakala GMNI mampu memenuhi kewajiban perjuangannya yaitu
menciptakan kesadaran revolusioner masyarakat, mengorganisir segenap kekuatan
revolusioner serta mengarahkan secara tepat dengan kekuatan penuh sehigga mampu
meruntuhkan bangunan sistem yang berbasis pada kapitalisme.
Selain itu anasir feodalisme yang telah berkembang lama di bangsa ini masih perlu
menjadi pokok sasaran kritik. Mentalitas rakyat terjajah menghambat bangkitanya
kontradiksi yang dibangun. Perasaan bangsa yang lebih rendah dibandingkan bangsa
lain membuat proses hegemoni budaya yang dilakukan negara-negara kapitalisme pusat
berlangsung tanpa perlawanan. Sementara disisi yang lain ekstrimitas feodalisme
muncul melalui mereka yang menggunakan “agama” sebagai alat untuk merebut
kekuasaan.
Dengan memperhatikan beberapa point diatas maka mutlak bagi kita melakukan
langkah-langkah kerja yang sistematis. Perencanaan, pelaksanaan serta evalusi program
harus dalam koridor yang digariskan GBPP. Untuk itu usaha-usaha pokok perjuangan
GMNI dalam bidang politik, ekonomi dan kebudayaan harus dirancang lebih
komprehensif.
Landasan operasional
Pancasila 1 Juni 1945
UUD 1945
Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga
91
Visi GMNI 2015-2017
Tujuan program
a. Lahirnya sistem serta kebijakan politik, ekonomi dan kebudayaan yang mampu
melindungi dan mensejahterakan rakyat miskin
b. Rakyat mampu mengorganisir diri dalam merebut kedaulatannya
c. Terbangunnya sistem organisasi yang mampu menopang pemecahan masalah-
masalah kerakyatan
d. Kader sebagai penggerak organ memiliki kemampuan mendorong arah, proses
serta out put program sesuai dengan garis organisasi
Indikator keberhasilan
a. Paradigma GMNI diadopsi dalam kebijakan politik, ekonomi dan kebudayaan
b. Terbangunnya Organisasi Rakyat dampingan GMNI
c. Terbangunnya sistem organisasi progresif
d. Terbentuknya kader yang memiliki daya analisis kritis, ketrampilan
organisatoris dan watak kerakyatan yang kuat
92
Rendahnya tradisi organisatoris
Belum terbangunnya sistem security organisasi
Opportunities (kesempatan)
Krisis kapitalisme dunia
Rakyat makin gelisah atas Kegagalan program2 neoliberal negara
Meningkatnya partisipasi demokrasi rakyat
Threats (ancaman)
Arus budaya pragmatisme, konsumerisme dan hedonisme
Meningkatnya Refresifitas aparatur negara
Meningkatnya gelombang fundamentalisme keagamaan dan kesukuan
Strategi kekuatan-kesempatan
Mentransformasikan kepada seluruh komponen pokok-pokok pikiran berbasis
ideologi sebagai jawaban atas krisis kapitalisme dunia
Menggerakan struktur secara nasional untuk mampu menangkap kegelisahan
rakyat atas kegagalan program2 neoliberal dan menggerakannya untuk
melakukan perubahan
Mendistribusikan peran kader sesuai bidang keahliannya masing-masing
dalam kerangka membangun kesadaran masyarakat terhadap kebijakan
neoliberal.
Strategi Kekuatan-Ancaman
Transformasi nilai-nilai ideologi kepada masyarakat dalam kerangka Nation
Character Building
Mendorong lahirnya kebijakan pembentukan Nation Character Building
berbasis pada nilai-nilai ideologi
Mengefektifkan kerja struktur nasional dalam melakukan kontrol terhadap
peran aparatus negara
Mengefektifkan distribusi peran kader dalam pembentukan organisasi rakyat
Strategi kelemahan-kesempatan
Memfasilitasi pelaksanaan program peningkatan nalar kritis kader dalam
membedah problem krisis kapitalisme dunia dan kegagalan program neoliberal
Memfasilitasi pelaksanaan program peningkatan ketrampilan kader dalam
mengorganisir potensi perubahan
Belajar sistem security organisasi pada organisasi rakyat
94
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
I. MARHAENISME
Marhaenisme yang dijadikan sebagai asas, asas perjuangan dan strategi
perjuangan GMNI mengandung 3 (tiga) nilai-nilai dasar yaitu: sosio nasionalisme, sosio
demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
a. Sosio Nasionalisme
Sosio nasionalisme adalah satu asas kehidupan rakyat Indonesia yang
berdasarkan pada nilai-nilai nasionalisme Indonesia. Nasionalisme Indonesia muncul dan
tumbuh atas kesadaran sejarah ketertindasan bangsa oleh kapitalisme dan imperialisme.
Oleh karena itu nilai-nilai yang dianut oleh nasionalisme Indonesia adalah nilai-nilai
kebangsaan yang menginginkan penegakan nilai-nilai kemanusiaan yang beradab,
zonder exploitation de nation par nation dan zonder exploitation de nation par nation, dan
bersifat melindungi serta menyelamatkan kehidupan seluruh rakyat Indonesia, dan
bertindak berdasarkan hukum-hukum yang berlaku dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat.
Sosio-nasionalisme adalah idea yang dijadikan sebagai asas pergaulan hidup
rakyat dan bangsa Indonesia, yang dilandasi oleh semangat cinta terhadap manusia dan
kemanusiaan. Sosio nasionalisme adalah idea tentang sebuah susunan masyarakat
Indonesia yang tidak chauvist melainkan humanis, tegas dan revolusioner terhadap
segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh feodalisme, kapitalisme, kolonialisme
dan imperialisme sebagai sebuah kesadaran dan keharusan sejarah (historische
notwendeigheti)
b. Sosio Demokrasi
Sosio demokrasi adalah asas kehidupan rakyat Indonesia yang memiliki 2
(dua) makna demokrasi yaitu: demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Demokrasi
politik adalah sistem kehidupan politik ketata-negaraan Indonesia yang memberikan
keadilan kepada seluruh rakyat Indonesia, dan tidak mengabdi pada segolongan
masyarakat. Demokrasi politik Indonesia adalah demokrasi yang memberikan hak penuh
kepada seluruh rakyat Indonesia sebagai entitas merdeka untuk mengartikulasikan
seluruh kemerdekaan politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demokrasi
politik Indonesia mengedepankan nilai-nilai solidaritas kebangsaan daripada kepentingan
individu, kelompok maupun golongan.
Demokrasi ekonomi adalah bangunan sistem perekonomian nasional yang
berpijak pada pondasi nilai-nilai ideologi, dimana manusia Indonesia menjadi sebuah
kedirian (entity) bebas yang hak dan kewajibannya diletakkan di dalam suatu
kepentingan bersama. Setiap warga negara berhak memperoleh penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan dan bebas berusaha demi perkembangan kemanusiaannya. Dasar
penyusunan perekonomian nasional juga harus didasarkan pada upaya mewujudkan
nilai-nilai (asas) kekeluargaan, yang kemudian oleh Bung Karno dijabarkan lebih lanjut
dalam bentuk ekonomi koperasi sebagai badan hukum (recht persoon) utama dalam
95
perekonomian nasional. Sebab koperasi adalah sebuah badan hukum yang mampu
mengintegrasikan sistem kepemilikan privat dalam naungan kebersamaan.
d. Historis Materialisme
Historis materialisme adalah metode berpikir (dehk methode) yang digunakan
untuk mengetahui jalannya sejarah sekaligus mencari cara untuk mengubahnya. Dengan
historis materialisme dapat diketahui bahwa segala kejadian, segala alam pikiran
manusia di dalam setiap masa, di semua kehidupan bangsa, adalah pencerminan dari
keadaan-keadaan sosial ekonomi. Jika keadaan sosial ekonornis materiilnya berubah,
maka alam pikiran manusia pun ikut berubah. Sehingga setiap perubahan dalam alam
pikiran manusia akan selalu mengikuti perubahan-perubahan sosial ekonomi di dalam
setiap komunitas manusia (masyarakat).
Secara prinsip, historis materialisme akan membuka pikiran kita tentang
sejarah yang akan terns dan selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya pertentangan (kontradiksi) nilai dalam setiap kehidupan sejarah manusia.
Setiap perubahan tersebut adalah sebuah proses akumulasi kuantitatif yang kemudian
bergerak menuju kualitatif (the law of the quantitative change into the qualitative
change). Perubahan tersebut akan menuju sebuah arah perubahan yang dipandang lebih
baik dibandingkan dengan kondisi kehidupan sebelumnya (the law of the negation of the
negation).
Historis materialisme oleh GMNI digunakan sebagai pisau analisa untuk
mencari jawaban terhadap segala perubahan-perubahan sejarah yang terjadi sekaligus
mencari cara untuk menyusun perubahan-perubahan tersebut menuju perubahan yang
lebih baik sesuai dengan cita-cita ideologi. Historis materialisme akan memberikan
seluruh perangkat kepada nilai-nilai marhaenisme agar dapat terbumikan dalam
kehidupan sejarah manusia. Sebab historis materialisme telah memberikan metode
untuk mengetahui segala jenis dan bentuk perubahan sejarah yang sekaligus memberikan
jawaban untuk merubahnya.
2. Feodalisme
Dalam kesejarahan bangsa di seluruh wilayah nusantara, kaum marhaen
Indonesia telah diperintah oleh raja-raja kerajaan Hindustan dalam tatanan kehidupan
feodal. Kaum marhaen hanya menjadi alat kepuasan para raja dengan segala bala
keningratannya. Kaum marhaen tidak memiliki hak menentukan nasibnya sendiri (self
determination). Akibat sistem feodalisme yang berlangsung selama berpuluh-puluh abad
tersebut telah membentuk mental masyarakat Indonesia yang lemah, tidak percaya diri
(minder), sungkan dan ewuh pakewuh terhadap kelas yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan yang lebih tinggi. Mental-mental warisan feodalisme tersebut adalah faktor
penghambat terwujudnya revolusi Indonesia karena kontradiktif dengan syarat-syarat
revolusi yang menginginkan kejuangan bersifat progressif, revolusioner, radikal dan
kritis.
3. Masyarakat Indonesia
a. Politik
Dalam perkembangannya saat ini, neoliberalisme telah mengakibatkan terjadinya
sebuah perubahan politik ketatanegaraan yang ternyata mengarah pada
penguatan kapitalisme global di seluruh wilayah (daerah) Indonesia.
Kebijakan otonomi daerah adalah salah satu bentuk pengingkaran terhadap
nilai-nilai kedirian bangsa yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menginginkan adanya kesatuan gerak dan perjuangan dalam upaya
mewujudkan bangsa yang adil dan makmur.
Kedirian itu adalah sebuah wujud komitmen atas kesamaan nasib sejarah
ketertindasan bangsa-bangsa di wilayah nusantara. Namun, dengan adanya
97
kebijakan otonomi daerah, bangsa ini telah dibawa pada sebuah perpecahan
solidaritas kejuangan yang melupakan atas kesamaan nasib tersebut. Setiap
daerah diberikan kewenangan untuk mengelola daerahnya melalui perjanjian-
perjanjian internasional tanpa perlu membuat kesepakatan bersama antar
daerah. Tentu saja kebijakan itu akan mempermudah kekuatan kapitalisme
global melakukan penetrasi modal, pasar dan sumber daya alam di seluruh
wilayah nusantara Otonomi daerah adalah sebuah contoh terhadap quo
vadisnya visi kebangsaan kita akibat euphoria dalam memaknai transisi
demokrasi termasuk didalamnya masalah amandemen UUD 1945 yang
sebagian besar isinya telah mengarah pada bentuk-bentuk federalisme yang
jelas-jelas bertentangan dengan nilai-nilai ideologi negara dan konstitusi.
Perkembangan sistem multipartai dalam transisi demokrasi Indonesia saat ini
juga berimplikasi terjadinya perubahan realitas politik Indonesia yang
mengarah pada penguatan kekuatan-kekuatan kelompok yang mengatas
namakan agama, kesukuan dan bentuk-bentuk golongan lainnya. Dalam
perspektif penguatan daya kritis masyarakat dapat dipandang sebagai sebuah
perkembangan yang cukup positif dalam kehidupan ketatanegaraan di
Indonesia. Namun jika kekuatan-kekuatan kelompok tersebut tidak dapat
dibingkai dalam kerangka kesatuan bangsa maka tentu akan mengakibatkan
fragmentasi perjuangan yang akan menghambat konsentrasi kekuatan nasional
dalam upaya memuluskan jalan revolusi yang sedang ditempuh.
Sejatinya, sistem multi partai yang berkembang saat ini harus menempatkan
partai sebagai avantgarde atau pelopor dalam kejuangan mewujudkan cita-cita
revolusi sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai
partai pelopor, maka tugas utama partai politik adalah melakukan pendidikan
politik dan pemberdayaan terhadap seluruh masyarakat Indonesia agar tercipta
peran serta aktif masyarakat dalam segala tingkat perubahan yang hendak dan
akan dicapai.
b. Ekonomi
Di negara dunia ketiga khususnya di Indonesia, neoliberalisme telah tumbuh
dan menguat sejak awal 70-an dibawah kepemimpinan rejim militer Orde
Baru. Jika mau jujur, tumbuhnya neoliberalisme tersebut sebenarnya telah
membawa kematian “negara” di Indonesia. Mengutip teori dependensianya
Paul Baran (Direktur ECLA), jebakan hutang (dept trap) yang digunakan MNC
melalui World Bank dan IMF kepada Indonesia telah memaksa negara ini
menjadikan wilayahnya sebagai pasar global melalui liberalisasi dan
deregulasi, dan membiarkan MNC mengeruk sumber daya alam melalui
privatisasi.
Tidak cukup itu, pos-pos anggaran yang dianggap “tidak produktif (seperti
pendidikan dan kesehatan) dan segala jenis subsidi pun harus dipotong. Aturan
main yang ditetapkan IMF dan World Bank ini adalah bagian dari political
game MNC yang telah disahkan dalam sidang tahunan IMF dan World Bank
di Washington DC sejak tahun 1976, sebagai syarat bagi negara-negara
penghutang termasuk Indonesia.
98
Implikasinya, negara ini pada akhirnya harus terjerembab dalam jurang
kemiskinan sebagai negara koloni (jajahan) baru di era globalisasi akibat
keterjebakannya pada hutang dan ketergantungannya pada investasi MNC.
Sehingga wajar jika sampai saat ini, walaupun telah terjadi proses pergantian
kepemimpinan nasional sebanyak tiga kali paska Orde Baru (Habibie, Gus Dur
dan Megawati), negara ini tetap saja tidak mampu melepaskan diri dari
cengkraman neoliberalisme, bahkan perannya semakin melenyap karena terus
terdikte oleh permainan MNC.
Akhirnya, negara yang sebenarnya memiliki tanggung jawab ideologi, sebagai
pengemban “amanat penderitaan rakyat”, karena dipilih oleh rakyat, pada
akhirnya harus membunuh nilai-nilai ideologi (Pancasila), konstitusi (UUD
1945) dan konstituennya (rakyatnya) sendiri, yang seharusnya menjadi sumber
dari segala kebijakannya.
Sebagai negara subordinat kekuatan MNC, negara Indonesia secara efektif
telah mematikan nilai-nilai demokrasi atas nama “stabilitas pembangunan”
demi kepentingan pasar. Orde Baru secara massif membungkam kekuatan
demokrasi demi memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para investor.
Bahkan selama 33 tahun pemerintahannya, segala gerakan berbau sosialis
terutama yang bersumber pada ajaran marxis menjadi larangan dan masuk
kategori subersif. Tidak cukup itu, Orde Baru pun memaksa merendahkan nilai
paja, mempermurah upah buruh dan membungkam setiap pemogokan buruh
dengan kekuatan militernya, sebagai varian pendukung kebijakan meraih
simpati para investor dalam kebijakan penanaman modal asing.
c. Sosial Budaya
Harus disadari bahwa globalisasi saat ini telah membawa proses perubahan
nilai terhadap masyarakat Indonesia tentang hidup dan eksistensi hidup.
Globalisasi secara massif telah memaksa masyarakat Indonesia untuk membuat
sebuah pandangan baru tentang eksistensi dirinya yang diarahkan pada
kemampuan membeli barang (konsumerisme). Pandangan bam tersebut
ternyata mampu membuat sebuah perubahan besar-besaran dalam sejarah
peradaban bangsa-bangsa di dunia. Bangunan baru tersebut dikemas dalam
image “modernisme” yang dipropagandakan kapitalisme global melalui media-
media informasi yang juga telah mengglobal.
Propaganda media itu diarahkan pada upaya pembangunan image (pencitraan)
terhadap barang dalam bungkus “modernisme”. Di Indonesia, pencitraan
tersebut telah efektif memasuki kisi-kisi bangunan pergaulan hidup
masyarakat Indonesia akibat masih kuatnya budaya feodal yang membuat
sebagian besar masyarakat mengalami penyakit minder karena merasa
bangsanya adalah bangsa kecil dan primitif dibandingkan dengan
perkembangan budaya negara-negara maju. Implikasinya, semua perubahan
sosial dan budaya masyarakat Indonesia sepenuhnya dikendalikan oleh
kekuatan kapitalisme global terutama dalam budaya pergaulan hidup yang
hedonis, konsumeris dan pragmatis.
Harus diakui bahwa propaganda media iklan kapitalis telah memasukkan
sebuah episteme baru yang memaksa pandangan masyarakat berubah tentang
99
kemajuan dan modernisme yang diarahkan pada kepentingan pasar. Pandangan
itu pun pada akhirnya menjadi sebuah “rejim kebenaran” ketika masyarakat
Indonesia membenarkan dan menerapkannya. Dan pada akhirnya
konsumerisme pun menjadi budaya hidup yang merubah tatanan peradaban
masyarakat dengan segala asumsinya atas episteme mayoritas yang dimiliki
(hegemoni wacana liberal). Implikasinya, budaya hidup tersebut pada akhirnya
telah membawa masyarakat pada sebuah tatanan kehidupan masyarakat yang
mengarah pada patronase peradaban yang berkembang di negara-negara maju.
d. Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan nasional seharusnya tetap menjadi tanggung jawab negara dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang telah menjadi
amanat cita-cita konstitusi. Pendidikan gratis adalah kerangka ideal yang hams
segera diwujudkan oleh negara demi terjangkaunya biaya pendidikan oleh
seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya diskriminasi ras, suku, agama, gender
maupun tingkat sosial.
Privatisasi pendidikan melalui kebijakan otonomi kampus adalah bentuk
pengingkaran dari konstitusi dimana negara secara tidak langsung telah
melepas tanggung jawabnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan privatisasi pendidikan tersebut maka lembaga pendidikan secara
otomatis. telah mengalami disfungsionalisasi dari lembaga sosial (nirlaba)
menjadi lembaga profit dimana setiap kampus dituntut untuk membiayai
secara otonom kelembagaannya yang berarti setiap lembaga pendidikan akan
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dalam upaya memajukan sarana
dan prasarana pendidikannya. Secara mendasar konsepsi kebijakan otonomi
kampus tersebut jelas telah mengalami quo vadis visi karena bertentangan
dengan kebangsaan Indonesia saat ini.
Otonomi pendidikan seharusnya dipandang lebih pada upaya pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dimana setiap kampus diberikan kebebasan
dan keleluasaan untuk menyusun kurikulum pendidikannya yang akan
disesuaikan dengan kultur dan natur daerah (wilayah) kampus sendiri. Dengan
otonomi kurikulum tersebut diharapkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
mampu berkembang lebih pesat karena bersinggungan dengan basic material
masyarakat secara langsung. Sehingga ilmu pun tidak sebatas untuk ilmu,
tetapi ilmu untuk perjuangan yang akan mendukung jalannya revolusi sosial di
Indonesia (science is not for science but science for struggle).
e. Peran Agama dan Kepercayaan
Agama pada dasarnya pemegang kunci strategis dalam nation and character
building. Sebab nilai-nilai agama adalah nilai-nilai universal yang syarat
dengan ajaran-ajaran kebenaran, kebaikan, kemanusiaan dan keadilan yang
sebenarnya menjadi roh kunci dari ideologi bangsa. Oleh karena itu, agama
sudah seharusnya tidak boleh dicampur-adukkan dengan kepentingan-
kepentingan politik apalagi kekuasaan. Simbolisasi pertarungan elite yang
kadangkala membawa-bawa agama, adalah salah satu contoh konkrit yang
cukup ironis bagaimana agama telah menjadi alat justifikasi politik dalam
perebutan kekuasaan elite. Apalagi dalam beberapa kurun waktu terakhir,
100
kekuatan-kekuatan agama yang muncul justru membawa bangsa ini pada
sebuah konflik sosial terlebih belakangan ini atas nama agama juga dijadikan
pembenaran dalam melakukan tindakan – tindakan kekerasan terhadap agama
lainnya yang mengarah pada disintegrasi bangsa. Padahal nilai-nilai
Ketuhanan masyarakat Indonesia sebenarnya adalah nilai-nilai Ketuhanan
yang berkebudayaan dimana setiap pemeluk agama menjunjung tinggi nilai-
nilai kebersamaan dalam semangat saling menghargai dan menghormati dalam
bingkai kesatuan.
f. Hukum dan Kekuasaan
Selama kepemimpinan rejim Orde Baru sampai dengan rezim saat ini, disadari
bahwa hukum di Indonesia telah menjadi salah satu kekuatan politik rejim
untuk menjustifikasi setiap tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah. Kita juga dapat melihat bagaimana hukum di Indonesia dapat
dipermainkan oleh para mafia hukum yang juga penanganannya terkesan main
– main dan tebang pilih yang hanya untuk kepentingan Rezim, sehingga
banyak kasus – kasus hukum di negeri ini berujung pada ketidakjelasan atau
bahkan tidak terselesaikan sampai saat ini. Selain itu sebagian besar produk-
produk hukum tersebut merupakan produk yang dibuat oleh pemerintah untuk
kepentingan kekuatan modal asing dalam upaya pembangunan pasar,
penanaman modal dan penggerukan sumber daya alam. Bahkan hampir
keseluruhan produk-produk hukum tersebut secara kasat mata telah
bertentangan dengan roh cita-cita kebangsaan sebagaimana yang tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945.
Produk-produk hukum yang dibuat oleh Rejim tersebut adalah sebagai bentuk
konsekuensi politik dari posisi pemerintah yang menyerahkan negara menjadi
subordinat (antek) kekuatan kapitalisme global. Wajar jika implikasi politik
yang harus diterima adalah ketidakmampuan negara dalam menahan setiap
intervensi kapitalisme global dalam bentuk penetrasi politik dengan memaksa
negara melakukan deregulasi ekonomi dengan merubah dan membuat aturan-
aturan hukum baru yang dapat memberi peluang kepada kekuatan kapitalisme
global untuk melancarkan kepentingannya.
Penetrasi politik dalam bentuk intervensi kebijakan hukum di Indonesia oleh
kekuatan kapitalisme global tersebut sampai saat ini belum mampu teratasi secara
signifikan karena lemahnya bargaining negara akibat ketergantungannya
terhadap hutang dan investasi asing. Walaupun saat ini terdapat beberapa produk
hukum baru yang mending upaya menuju perubahan nasib yang lebih baik
seperti aturan hukum yang membahas masalah korupsi, narkotika dan HAM,
namun belum mampu menunjukkan sebuah perubahan yang signifikan. Faktor
pokok yang menghambat efektifitas produk hukum baru tersebut lebih banyak
disebabkan Oleh faktor penegak hukum yang masih lemah dan tidak bisa
dipercaya. Beberapa kasus menonjol adalah dalam penanganan masalah
korupsi dimana aparat penegak hukum belum mampu melawan intervensi
politik dari kekuatan luar dan dalam negeri sehingga membuat berlarut-larutnya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
101
Faktor pokok yang harus diperhatikan oleh negara dalam mengeluarkan produk
hukum adalah harus tetap berpijak pada nilai-nilai yang berkembang di masyarakat
terutama hal-hal yang menyangkut adat-istiadat, budaya dan hal-hal lain yang
dipandang adil dan benar oleh masyarakat. Dengan demikian, maka secara tidak
langsung negara telah melakukan kontrak social (kesepakatan) dengan
masyarakat dalam setiap pembuatan kebijakan hukum yang tentunya lebih
obyektif. Kesalahan pokok negara selama ini dalam setiap membuat kebijakan
hukum adalah atas dasar kepentingan kekuasaan atau kepentingan lain yang
justru bertolak belakang dengan kepentingan masyarakat.
Implikasinya, sebagian besar produk hukum yang dikeluarkan selalu mendapatkan
aksi protes (penolakan) dari masyarakat karena dianggap tidak berkeadilan dan
bertentangan dengan hati nurani (kebenaran) masyarakat. Padahal Bung Karno
telah menegaskan bahwa sosio-nasionalisme harus berpihak pada wet-wetnya
(hukum) masyarakat.
g. Ideologi
- Stigmatisasi ideologi
- Tripolarisme (nasionalisme, sekulerisme, agama)
107
KEPUTUSAN KOMISI POLITIK KONGRES XIX GMNI
POINTER SIKAP POLITIK GMNI PERIODE 2015-2017
109
LAMPIRAN
110
Lampiran :
1. Panji/Bendera GMNI
111
Lebar Bendera 2/3 (dua per tiga) dari ukuran Panjang. Pada dasar putih,
terdapat lukisan lambang GMNI (Bintang Merah beserta Kepala Banteng
Hitam), serta dibawah bintang tertulis logo GMNI.
Khusus Panji:
Panjang 120 cm, Lebar 90 cm, pada tiap pinggir dilengkapi dengan rumbai
berwarna Kuning Emas, panjang rumbai 5 cm. Selain itu Panji dilengkapi
dengan tongkat Panji dan Tali hias warna Kuning. Panjang tongkat 2 meter
dengan warna kayu asli.
2. Lambang/Simbol GMNI
Lambang GMNI berbentuk Perisai bersudut enam, atau tiga sudut diatas, dan
tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang Merah mengapit
bidang Putih, tegak vertikal. Di tengah perisai terdapat lukisan Bintang Merah
dengan Kepala Banteng Hitam sebagai pusat. Dibawah Bintang terdapat logo
GMNI.
112
2. Tiga Sudut bawah Perisai melambangkan Tri Dharma Perguruan
Tinggi
3. Warna Merah berarti Berani, warna putih berarti suci. Makna
komposisi: Keberanian dalam menegakkan Kesucian.
4. Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi
5. Kepala Banteng melambangkan Potensi rakyat Marhaen. Warna Hitam
melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas
perjuangan.
3. Logo GMNI
GmnI
Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf "G", "m",
"n", "I" dengan komposisi sebagai berikut:
1. Huruf "G" yaitu kependekan dari kata "GERAKAN" ditulis dalam huruf
Kapital (huruf besar)
2. Huruf "M" yaitu kependekan dari kata "MAHASISWA" ditulis dalam
huruf kecil
3. Huruf "N" yaitu kependekan dari kata "NASIONAL" ditulis dalam huruf
kecil
4. Huruf "I" yaitu kependekan dari kata "INDONESIA" ditulis dalam huruf
Kapital (huruf besar)
4. Jas GMNI
Jas GMNI berwarna MERAH, dengan model "JAS". Pada kantong kiri depan
terpasang Lambang GMNI, dan diatas kantong kanan depan terpasang
identitas lokasi. Kelengkapan lainnya seperti tanda jabatan, dan lain-lain
dipasang sesuai ketentuan organisasi.
113
5. Jaket GMNI
6. Gordon/Salempang GMNI
Gordon/Salempang GMNI merupakan jalinan seperti pita yang terdiri dari dua
warna, merah dan putih dengan panjang 100 cm dan lebar 5 cm. Sebagai
bandul/gantungan berupa lambang GMNI terbuat dari logam kuningan dengan
ukuran 6 x 9 cm (empat persegi panjang), contoh terlampir
7. Peci GMNI
Peci GMNI berwarna HITAM dengan Strip merah diatas, tutup atas juga
berwarna merah, pada bagian depan sebelah kiri dipasang lencana (pin) GMNI.
114
8. Mars GMNI
Mars GMNI adalah modifikasi dari lagu "Marhaen Bersatu", dengan syair yang
disesuaikan dengan identitas GMNI. Syair lagu tersebut adalah sebagai berikut:
Mahasiswa Indonesia
Bersatulah Segera
Di dalam satu barisan
anti kemiskinan
dalam satu barisan
serasa sama bahagia
Berjuang secara dinamis
di dalam Front Marhaenis
Reff.
Bersama buruh tani, bersama GMNI
Abdi rakyat sejati
Bersatulah segera
Marhaen pasti menang
9. Hymne GMNI
115
Contoh format Kepala Surat (Kop) :
PRESIDIUM
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
Sekretariat : Jl. Percetakan Negara XI No. 131 B – Jakarta Pusat
10570
Contact Person/Fax : 081388945925 – 082131018283/021-
42800554
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
MALUKU
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
STMIK STIKOM
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
116
Contoh format penomoran surat (Internal & Eksternal)
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
SUMATERA UTARA
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
……………….
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
SUMATERA UTARA
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
117
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
SULAWESI UTARA
Sekretariat : Jl…………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
………………
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
SULAWESI UTARA
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
118
DEWAN PIMPINAN CABANG
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
AMBON
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
………………….
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
DEWAN PIMPINAN
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
BANDUNG
…………………….. .……………………..
Ketua Sekretaris
119
DEWAN PIMPINAN CABANG
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
SUMEDANG
Sekretariat : Jl…………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
………………….
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
DEWAN PIMPINAN
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
SUMEDANG
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
120
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
FISIP - UNPAD
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
………………….
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
FISIP UNPAD
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
121
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
EKONOMI - UGM
Sekretariat :
Jl……………………………………………………………………………………………
Kepada YTH,
………………….
Di Jakarta
Merdeka ..!!!
GMNI Jaya….!!!
Marhaen …..!!!
PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
EKONOMI UGM
…………………….. ……………………..
Komisaris Sekretaris
122
Contoh format Penomoran Rekomendasi :
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
NUSA TENGGARA TIMUR
Sekretariat : Jl……………………………………………………………………………
SURAT REKOMENDASI
Nomor: 01/Rekom/KORDA.GMNI-NTT/VII/2015
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.................................. SESUAI KEBUTUHAN ....................................
.............................................................................................................
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
NUSA TENGGARA TIMUR
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
123
DEWAN PIMPINAN CABANG
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
BALIKPAPAN
Sekretariat : Jl……………………………………………………………………………………
URAT REKOMENDASI
Nomor: 01/Rekom/DPC.GMNI-Bpn/VII/2015
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
124
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
HUKUM - UNAIR
Sekretariat : Jl……………………………………………………………………………………
SURAT REKOMENDASI
Nomor: 01/Rekom/Kom.GMNI-HUKUM UNAIR/VII/2015
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.................................SESUAI KEBUTUHAN ......................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
HUKUM - UNAIR
…………………….. ……………………..
Komisaris Sekretaris
125
Contoh format Penomoran Mandat :
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
JAWA BARAT
Sekretariat : Jl…………………………………………………………………………………
SURAT MANDAT
Nomor: 01/SM/KORDA.GMNI-Jabar/VII/2015
..............................................................................................................
..............................................................................................................
.................................. SESUAI KEBUTUHAN .....................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
JAWA BARAT
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
126
DEWAN PIMPINAN CABANG
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(G M N I)
KUPANG
Sekretariat : Jl…………………………………………………………………………………
SURAT MANDAT
Nomor: 01/SM/DPC.GMNI-Ende/VII/2015
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
................................................. SESUAI KEBUTUHAN ....................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
127
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
FISIP – UNIDA
Sekretariat : Jl. Percetakan Negara XI No. 131 B – Jakarta Pusat
10570. Hp/Tlp
SURAT MANDAT
Nomor: 01/SM/Kom.GMNI-FISIP UNIDA/VII/2015
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
....................................... SESUAI KEBUTUHAN .......................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
FISIP - UNIDA
…………………….. ……………………..
Komisaris Sekretaris
128
Contoh format Penomoran surat tugas :
KOODINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
JAWA TIMUR
Sekretariat : Jl. Percetakan Negara XI No. 131 B – Jakarta Pusat
10570. Hp/Tlp
SURAT TUGAS
Nomor: 01/ST/KORDA.GMNI-Jatim/VII/2015
........................................................................................................................
........................................................................................................................
............................................. SESUAI KEBUTUHAN ...................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
KOORDINATOR DAERAH
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
JAWA TIMUR
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
129
DEWAN PIMPINAN CABANG
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
PURWOKERTO
Sekretariat : Jl. Percetakan Negara XI No. 131 B – Jakarta Pusat
10570. Hp/Tlp
SURAT TUGAS
Nomor: 01/ST/DPC.GMNI-GRT/VII/2015
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................. SESUAI KEBUTUHAN .......................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
…………………….. ……………………..
Ketua Sekretaris
130
KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
FISIP-UNPATTI
Sekretariat : Jl. Percetakan Negara XI No. 131 B – Jakarta Pusat
10570. Hp/Tlp
SURAT TUGAS
Nomor: 01/ST/Kom.GMNI-Fisip-Unp/VII/2015
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
........................................... SESUAI KEBUTUHAN ........................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
PENGURUS KOMISARIAT
GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA
(GMNI)
PERTANIAN - USU
…………………….. ……………………..
Komisaris Sekretaris
131
Contoh format Laporan :
KONFERENSI CABANG
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Gambaran umum kondisi Komisariat/DPC/ KORDA
4. Sturuktur Kepengurusan dengan Tupoksi masing-masing
5. Realisasi Program Kerja masing-masing bidang
6. Administrasi Organisasi
- Surat menyurat baik internal dan eksternal serta Surat Keputusan
(dilampirkan)
- Data base anggota
- Jumlah kader yang sudah mengikuti KTD dan KTM
7. Sikap Politik Komisariat/DPC/KORDA
8. Masukan dan kritikan tentang strategi pengembangan Organisasi dan
Kaderisasi yang sedang dan akan dilaksanakan
9. Dokumentasi aktivitas organisasi
134
Contoh format Laporan Kegiatan :
Time Schedule
Hal ini dimaksudkan bahwa parameter kesuksesan tidak semata-mata
terlaksananya kegiatan tetapi juga menyangkut managemen kepanitiaan,
waktu dsb.
Susunan acara
Susunan acara yang dimaksudkan meliputi protokoler dan ceremonial (dalam
hal ini dengan realisasi pelaksanaan kegiatan)
Hasil-hasil kegiatan
Makalah/materi beserta narasumber/pembicara yang hadir
Hasil notulensi, rekaman segala gagasan, argumentasi/ide yang
disampaikan, pertanyaan/jawaban selama kegiatan berlangsung
Daftar hadir peserta (dimuat dilampiran)
Dokumentasi selama kegiatan berlangsung (dimuat dilampiran)
Laporan pendanaan
Yang dimaksudkan dalam laporan pendanaan adalah :
Besarnya pemasukan beserta sumbernya (bukti dilampirkan)
Pengeluaran dana, serta bukti-bukti pengeluaran (bukti dimuat dilampiran)
Setiap laporan pengeluaran dana wajib menggunakan meterai.
Evaluasi kegiatan
Pra pelaksanaan, dimulai dari pembentukan panitia beserta kendala-
kendala yang dihadapi.
Pelaksanaan
Pasca pelaksanaan, sampai pada penyusunan LPJ kegiatan dibuat.
135
Penutup
Dalam hal ini memuat harapan, saran, rekomendasi yang dianggap perlu serta
segala bentuk etika dan kepatutan yang dianggap perlu untuk dicantumkan.
136
FORMULIR PENDATAAN ANGGOTA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Lengkap :
Nama Panggilan :
Jenis Kelamin :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Asal (tetap) :
Alamat Sekarang :
Tlp, Hp, e-mail :
Perguruan Tinggi Asal¹ :
Alamat Perg. Tinggi :
Semester² :
Komisariat :
Tahun Masuk GMNI :
Nomor Anggota³ :
Jabatan di Organisasi :
Dengan ini saya menyatakan bahwa data-data diatas adalah benar, sehingga
dapat diproses lebih lanjut.
Kota,…tgl/bln/thn
Hormat saya
Tanda tangan dan Nama yang bersangkutan
Mengetahui,
137
138
139
140
141
142