BAB IV
A.Pengantar
dari sudut pandang sosiologis setelah sifat dan hakikat negara serta teori dasar pembenar
adalah sebagai berikut. Apakah negara sebagai bentuk pergaulan hidup hadir secara tiba-
tiba dalam kehidupan manusia? Bagaimana proses pertumbuhan negara? Apakah negara
sebagai suatu pergaulan hidup langsung memiliki bentuk seperti sekarang? Dari sudut
dengan nagari, desa, kampung, huta dan sebagainya. Negara tidak secara mendadak
hadir dalam kehidupan manusia. Ada proses perkembangan yang berlangsung lama
dalam rentang waktu yang sangat panjang sebelum sampai pada bentuk sekarang. Proses
Hendra Nurtjahyo juga mengemukakan “Negara tidak terjadi begitu saja. Ia berproses
bertahap. Menurut logika (akal sehat), pendapat kedua pakar dapat dengan mudah
diterima karena semua bentuk pergaulan hidup manusia bersifat dinamis yakni
208
Padmo Wahyono, Ilmu Negara, op. cit., hlm. 107.
209
Hendra Nurtjahyo, op. cit., hlm. 31.
51
dahulu tentu sangat sederhana, karena jumlah warga sedikit dan kebutuhan juga
Indonesia seperti masyarakat Badui Banten atau masyarakat Suku Naga Tasikmalaya.
Zaman sekarang keadaannya tentu sangat berbeda karena jumlah anggota masyarakat
jauh lebih besar dan kepentingan masyarakat beraneka ragam. Sebagai konsekuensinya,
melalui beberapa phase tetapi sulit membuktikan kebenarannya secara empiris. Para
penulis juga mengalami kesulitan menunjukkan bukti empiris tersebut. Menurut Bintan
R. Saragih dalam sejarah tidak dapat ditentukan kapan dan di mana negara itu
dimulai.210 Jika bukti empiris negara yang pertama kali lahir tidak dapat diketahui lalu
bagaimana dapat dibuktikan negara berkembang melalui beberapa phase? Hal itu
pertanyaan di atas harus dijawab Ilmu Negara Umum. Namun, bagaimana Ilmu Negara
Umum dapat membentuk teori-teori umum yang berlaku bagi semua negara yang dapat
menjawab pertanyaan tersebut jika tidak ada bukti empiris yang mendukung?
Ilmu Negara Umum sesuai dengan persyaratan ilmu pengetahuan ilmiah. Namun, hal itu
tidak dapat dilakukan jika tidak ada bukti empiris mengenai pertumbuhan semua negara.
210
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, op. cit., hlm. 77.
52
negara yang berlaku secara umum jika tidak dibantu ilmu pengetahuan lain. Cabang
ilmu pengetahuan yang dapat membantu Ilmu Negara Umum dalam membentuk teori-
teori ilmiah yang berlaku umum adalah Ilmu Sejarah dan Ilmu Negara Khusus.
Ilmu Negara Khusus Sosiologis atau Ilmu Negara Individual sebagai cabang Ilmu
Negara mengkaji negara tertentu dari sudut pandang sosiologis. Ilmu Negara Khusus
tertentu. Untuk itu, Ilmu Negara Khusus Sosiologis perlu memiliki bukti-bukti empiris
suatu negara yang dapat diambil dari sejarah yang bersangkutan. Sebagai contoh, Ilmu
Negara Khusus Indonesia berusaha memberi penjelasan tentang negara Indonesia seperti
sifat hakikat negara Indonesia, tujuan negara Indonesia, pengertian kedaulatan menurut
paham bangsa Indonesia dan sebagainya. Untuk itu, Ilmu Negara Khusus Indonesia
perlu memiliki bukti-bukti empiris mengenai negara Indonesia yang diambil dari sejarah
bangsa Indonesia.
Sesuai dengan bukti sejarah bangsa Indonesia dapat dikaji proses pertumbuhan
negara Indonesia. Sesuai dengan bukti, proses pembentukan Negara Indonesia melalui
beberapa tahap. Proklamasi kemerdekaan adalah salah satu tahap pembentukan Negara
negara (Indonesia - - - pen.) merupakan suatu proses yang tidak sekedar dimulai dari
211
Padmo Wahyono “Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Ketatanegaraan”
dalam Oetojo Oesman dan Alfian (ed.), ‘Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,’ op. cit., hlm. 97.
53
negara Indonesia. Hal yang sama terdapat pada Ilmu Negara Khusus Amerika atau Ilmu
Negara Khusus lain. Masing-masing Ilmu Negara Khusus dapat memberikan bukti
bukti empiris Ilmu Negara Khusus Indonesia, Amerika atau Belanda tersebut merupakan
data yang bermanfaat bagi Ilmu Negara Umum. Berdasarkan data atau bahan tersebut
dibentuk teori-teori Ilmu Negara yang berlaku umum bagi semua negara. Pembentukan
berlaku khusus. Proses pembentukan teori seperti itu dapat dibenarkan menurut ilmu
umum dan universal adalah hasil pembandingan teori-teori yang khusus sifatnya.212
Khusus dibersihkan supaya dapat diambil sari pati atau inti sarinya. Setelah unsur-unsur
khusus dibersihkan dapat dilakukan abstraksi untuk menghasilkan teori umum. Secara
logika, proses abstraksi ini disebut logika induksi dengan tujuan membangun kesimpuan
(pernyataan) yang berlaku umum berdasarkan yang khusus. Proses penalaran induksi
Proses penalaran induksi yang sama seperti di atas juga dapat dilakukan untuk
teori pertumbuhan negara yang berlaku umum. Setelah unsur-unsur Ilmu Negara Khusus
212
Padmo Wahyono, Negara Republik Indonesia, op. cit., hlm. 1.
54
induksi. Hasil penalaran induksi disebut teori-teori pertumbuhan negara yang berlaku
umum bagi semua negara tidak secara langsung tetapi secara bertahap karena
dikemukakan di atas tampak hubungan Ilmu Negara Khusus dengan Ilmu Negara
Umum. Hubungan kedua cabang ilmu pengetahuan kenegaraan ini bersifat timbal balik.
umum dan universal adalah hasil pembandingan teori-teori yang khusus sifatnya
berpangkal pula pada teori yang umum, namun telah memperoleh tambahan yang
Pengertian teori dalam Ilmu Negara sesungguhnya tidak dapat berlaku secara
menyeluruh dalam semua pokok bahasan Ilmu Negara. Ada bagian dari pokok bahasan
Ilmu Negara yang lebih tepat disebut doktrin (dogma) daripada teori ilmiah dalam arti
yang sesungguhnya. Sebagai contoh, teori Kedaulatan Tuhan sebenarnya lebih tepat
disebut Dogma Kedaulatan Tuhan karena bukti kedaulatan Tuhan secara empiris tidak
mengenai pemakaian istilah teori atau dogma dalam Ilmu Negara, istilah teori dalam
213
Padmo Wahyono, Negara Republik Indonesia, op. cit., hlm. 1.
214
Ibid.
55
Ilmu Negara Umum sudah lazim dipergunakan.215 Dalam hubungan ini, I Gede Pantja
“. . . materi dari Ilmu Negara adalah teori negara. Contoh yang dapat
dikemukakan sebagai teori negara adalah teori asal mula negara, teori lenyapnya
negara, teori bentuk negara, teori bentuk pemerintahan dalam negara, teori sifat
dan hakikat negara, teori fungsi dan tujuan negara dan sebagainya. Teori-teori
negara seperti itulah yang kemudian tergabung menjadi suatu ilmu yang mandiri
menjadi Ilmu Negara.”216
Meskipun teori-teori Ilmu Negara Umum dapat disebut teori ilmiah dalam arti
terbatas seperti dikemukakan kedua penulis di atas tetapi penjelasan teori-teori Ilmu
Negara Umum mengenai berbagai hal tentang negara termasuk tentang teori
pertumbuhan negara tidak selalu didukung bukti empiris dan argumentasi ilmiah
bukti (data empiris) sedangkan penjelasan teori Ilmu Negara Umum tidak selalu
didukung data empiris. Bahkan, ada yang bersifat metafisis seperti Teori Teokasi dan
Teori Perjanjian Masyarakat. Dengan perkataan lain, dalam Ilmu Negara, pengertian teori
seperti dikemukakan I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a tidak selalu dapat diartikan
teori ilmiah tetapi juga dogmatika (doktrin/ajaran). Sebagai contoh, Teori Kedaulatan
Tuhan mengajarkan Tuhan berdaulat dalam suatu negara. Namun, apakah Ilmu Negara
Umum dapat mengajukan bukti-bukti empiris mengenai hal tersebut? Tidak seorang pun
dapat menjawab pertanyaan di atas secara ilmiah karena tidak ada bukti sejarah atau
bukti empiris mengenai hal itu. Oleh sebab itu, tidak salah kalau dikemukakan bahwa
215
Bandingkan dengan pendapat I Gede Pantja Astawa yang memakai istilah Teori
Negara daripada dogma atau ajaran negara. (Lihat I Gede Pantja Astawa dan Suprin
Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara (Bandung, 2009).
216
Ibid., hlm. 25.
56
pengertian teori dalam Ilmu Negara Umum tidak selalu bersifat teori ilmiah tetapi juga
Salah satu teori Ilmu Negara yang berlaku umum bagi semua negara yang
dibentuk dengan bantuan Ilmu Negara Khusus adalah Teori Pertumbuhan Negara. Teori
ini adalah salah satu topik bahasan Ilmu Negara Umum yang berfungsi memberi
menjelaskan pertumbuhan negara secara umum atau secara universal. Pokok pertanyaan
yang dapat dikemukakan mengenai pertumbuhan negara adalah sebagai berikut. Kriteria
apa yang dipakai Ilmu Negara Umum untuk menetapkan suatu negara tumbuh atau lahir?
Sudut pandang apa yang dipakai Ilmu Negara Umum untuk menentukan kriteria
Negara. Penjelasan Ilmu Negara Umum mengenai teori-teori pertumbuhan negara bertitik
tolak dari sudut pandang tertentu. Namun, untuk menentukan saat suatu negara
pembentuk negara adalah (a) sudut pandang sosiologis dan (b) sudut pandang yuridis
(Hukum Internasional). Kedua sudut pandang bertitik tolak dari titik berdiri yang
berbeda tetapi memiliki hubungan erat karena saling melengkapi. Hendra Nurtjahyo
57
misalnya mengemukakan sebagai berikut “Kedua sudut pandang ini berhubungan erat
konstitutif pembentuk negara yang mementukan saat pertumbuhan negara timbul karena
perbedaan pandang mengenai sifat hakikat negara. Sudut pandang sosiologis memiliki
penjelasan berbeda mengenai sifat hakikat negara dan proses pertumbuhan unsur-unsur
pandang yuridis memberikan penjelasan yang bersifat sekunder dan bersifat melengkapi
Dari sudut pandang sosiologis negara adalah suatu fakta kemasyarakatan (de
facto) dalam kehidupan bersama manusia yakni sebagai organisasi sosial yang dibentuk
secara bersama oleh sekelompok orang demi mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini,
negara sama seperti semua bentuk organisasi sosial. Dari sudut pandang sosiologis, F.
sebagaimana negara itu terjelma dalam sejarah, sebagai perkelompokan sosial, sebagai
Jika negara adalah suatu kenyataan, de facto lalu apa unsur-unsur konstitutif
pembentuk negara dari sudut pandang sosiologis? Kapan suatu negara dapat dikatakan
217
Hendra Nurtjahyo, op. cit., hlm. 31.
218
F. Isjwara, op. cit., hlm. 98.
58
lahir atau terbentuk? Pertanyaan itu juga dikemukakan dengan cara lain sebagai berikut.
unsur konstitutif pembentuk negara adalah unsur-unsur formal yang membentuk suatu
negara. Jika unsur-unsur konstitutif terpenuhi, suatu negara dapat dikatakan tumbuh atau
lahir. Menurut teori, dari sudut pandang sosiologis, unsur-unsur konstitutif pembentuk
negara terdiri atas (a) wilayah, (b) penduduk dan (c) pemerintah yang berdaulat.219 Jika
unsur-unsur konstitutif pembentuk negara sudah lengkap suatu negara dianggap lahir atau
terbentuk dari sudut pandang sosiologis. Dengan demikian, teori pertumbuhan negara
sekaligus?
Apa hakikat negara dan apa unsur-unsur konstitutif pembentuk negara dari sudut
lengkap sehingga suatu negara bertumbuh atau lahir? Dari sudut pandang yuridis, negara
adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Negara bukan sesuatu yang konkrit seperti manusia.
Negara adalah hasil rekayasa pikiran manusia. Negara memang bukan manusia tetapi
dianggap memiliki hak dan kewajiban (tugas dan wewenang) sama seperti manusia.
Negara adalah suatu korporasi (badan hukum) yang memiliki tugas dan wewenang
seperti manusia sekalipun bukan manusia. Sesuai dengan wewenang dan tugasnya (hak
219
Ibid., hlm. 98.
59
dan kewajibannya), negara adalah sebagai subjek hukum yang memiliki kehendak yang
diwujudkan dalam perbuatan hukum yang dilakukan negara. Dari sudut pandang yuridis,
negara sebagai subjek hukum dapat dituntut di depan pengadilan berkenaan dengan
tindakan hukum yang dilakukan seperti juga manusia yang dapat dituntut karena
Jika negara adalah subjek hukum, apa unsur-unsur konstitutif pembentuk negara
sebagai badan hukum (korporasi) dari sudut pandang yuridis? Kapan unsur-unsur
konstitutif pembentuk negara terbentuk? Pertanyaan terakhir yang disebut di atas, dapat
diajukan dengan cara sebagai berikut. Kapan negara terbentuk jika ditinjau dari sudut
pandang yuridis?
Dalam garis besar, unsur-unsur konstitif pembentuk negara dari sudut pandang
yuridis memiliki persamaan dengan sudut pandang sosiologis karena mencakup unsur (a)
wilayah, (b) rakyat dan (d) pemerintah yang berdaulat. Namun, sudut pandang yuridis
dengan negara lain. Unsur ini secara primer sebenarnya tidak mutlak harus ada dalam
hubungan dengan negara lain merupakan unsur konstitutif pembentuk negara yang
bersifat sekunder. Dengan demikian, dari sudut pandang yuridis, unsur-unsur konstitutif
pembentuk negara sebagai subjek hukum meliputi (a) penduduk yang tetap, (b) wilayah
tertentu, (c) pemerintah dan (d) kemampuan mengadakan hubungan dengan negara-
negara lainnya.220 Dari sudut pandang yuridis, negara dianggap tumbuh jika keempat
220
Ibid., hlm. 95.
60
pandang sosiologis dan yuridis seperti diuraikan di atas. Dengan perkataan lain, teori
pertumbuhan negara dari sudut pandang sosiologis dan yuridis hendak menjelaskan saat
Pembahasan mulai dari teori pertumbuhan negara secara primer dan dilanjutkan dengan
teori pertumbuhan negara secara sekunder. Kedua teori pertumbuhan negara yang
sesuatu yang nyata (in concreto) yakni sebagai organisasi sosial dan bukan korporasi
(badan hukum). Sesuai dengan pandangan tersebut, teori pertumbuhan negara primer
sebagai suatu organisasi sosial berdasarkan fakta-fakta (de facto). Teori pertumbuhan
221
Hendra Nurtjahyo, op. cit., hlm. 31.
61
negara primer bertitik tolak dari fakta-fakta empiris mengenai berbagai jenis bentuk
bentuk kehidupan bersama yang sederhana dengan kedudukan semua anggota sama
sehingga belum ada perbedaan antara penguasa (raja) dengan rakyat. Pembagian kerja di
antara anggota kelompok juga masih sangat sederhana. Pemimpin kelompok adalah
orang yang dianggap memiliki keistimewaan (primus inter pares). Dalam kehidupan
bersama yang sederhana sudah ada sebagian unsur-unsur konstitutif pembentuk negara
organisasi yang lebih rumit. Salah satu faktor yang memicu perkembangan adalah
semakin besar menimbulkan berbagai kebutuhan dan kepentingan yang beraneka ragam.
Semakin beraneka ragam kebutuhan dan kepentingan anggota kelompok semakin rumit
kehidupan bersama berkembang menjadi sebuah negara. Dalam negara, semua unsur
masih dalam bentuk sederhana sekali dan kemudian berkembang melalui tingkat-tingkat
pertumbuhan negara primer di atas berawal dari bentuk kehidupan bersama yang paling
bentuk kehidupan bersama yang lebih tinggi tingkat derajatnya dan lebih rumit. Pada
yang dianggap sudah lengkap dan sempurna sebagai suatu bentuk kehidupan bersama.
1.Genonssenschaft (Genootschap),
2.Reich (Rijk),
atas dasar persamaan. Dalam Genonssenschaft belum ada pembagian kerja yang spesifik
karena segala urusan dikerjakan bersama untuk kepentingan bersama. Konsep penguasa
(raja) dan rakyat juga belum dikenal. Dengan demikian, dalam bentuk kehidupan
222
Syaiful Bahri, Ilmu Negara Dalam Konteks Negara Hukum Moderen (Yogjakarta,
2010), hlm. 104.
223
Padmo Wahyono, Ilmu Negara, op. cit., hlm. 109.
63
lebih diutamakan). Dalam prinsip primus inter pares, pemimpin ditentukan berdasarkan
mengemukakan sebagai berikut “Mereka sebagai suatu genoot yaitu suatu kelompok
yang terdiri dari orang-orang yang merasa satu kelompoknya atau sama (homogen)
lapisannya dan di sini belum menjadi persoalan tentang gezag, tentang bagaimana
Parlemen atau Presiden tentu saja belum ada. Unsur konstitutif pembentuk negara yang
sudah bertumbuh adalah unsur wilayah dan rakyat. Bentuk kehidupan bersama seperti ini
belum disebut negara karena unsur-unsur konstitutif pembentuk negara primer belum
karena sulit dicari bentuk negara dari kelompok masyarakat yang sederhana penduduknya
tersebut.225
Bentuk kehidupan bersama yang lebih tinggi dan lebih lengkap adalah Reich/Rijk.
Reich/Rijk belum dapat disebut negara meskipun lebih tinggi tingkatannya. Dalam
Reich/Rijk sebagai suatu bentuk kehidupan bersama, kekuasaan belum terorganisir secara
terpusat seperti negara. Kekuasaan dalam Reich/Rijk masih bersifat konfliktual karena
224
Ibid., hlm. 115.
225
Ibid.
64
dalam suatu wilayah (maksudnya Reich/Rijk ---pen.) kita jumpai pusat-pusat kekuasaan
pusat kekuasaan itu kita lihat adanya persaingan kekuasaan yaitu saling atas
mengatasi.”226
anggota memiliki kedudukan yang sama sehingga konsep penguasa dan rakyat yang
kedudukan penguasa dan rakyat sudah dikenal. Namun, dalam Reich/Rijk persoalannya
justru terletak pada penguasa yang saling berebut kekuasaan sehingga belum ada
penguasa yang berdaulat. Dengan perkataan lain, persoalan utama Reich/Rijk sebagai
Jika bertitik tolak dari uraian tentang Reich/Rijk yang mengalami konflik
kekuasaan dapat diajukan pertanyaan apakah Reich (Rijk) dapat disebut negara? Jika
ditinjau dari sudut pandang sosiologis tentang unsur-unsur konstitutif pembentuk negara,
Reich/Rijk belum dapat disebut negara karena salah satu unsur konstitutif pembentuk
negara yaitu pemerintah yang berdaulat belum ada. Meskipun dalam kenyataan ada
penguasa wilayah yaitu pangeran dan bupati tetapi tidak satupun dari penguasa itu dapat
disebut pemerintah berdaulat dengan kekuasaan yang diakui pangeran atau bupati lain.
226
Ibid.
65
Kedaulatan atau kekuasaan pangeran atau bupati tidak diakui oleh pangeran atau
bupati yang lain sehingga kekuasaan salah satu pangeran atau bupati tidak mencakup
seluruh wilayah. Dengan perkataan lain, dalam bentuk kehidupan bersama yang disebut
Reich/Rijk, kekuasaan belum terorganisir secara baik seperti negara. Padahal, kekuasaan
yang terorganisir adalah kondisi mutlak suatu negara sesuai dengan sifat hakikat negara
yang kedua (maksudnya Genootschap - - - pen.), maka yang menjadi unsur yang penting
ialah unsur pemerintahan yang berdaulat, tetapi pusat-pusat kekuasaan tadi satu sama lain
Bentuk kehidupan bersama ketiga yang lebih tinggi tingkatannya dan lebih baik
organisasinya adalah negara (state, Staat, staat). Dalam negara, ketiga unsur-unsur
konstitutif pembentuk negara dari sudut pandang sosiologis yaitu wilayah, rakyat dan
masyarakat sudah ada karena ada penguasa dan rakyat sehingga struktur masyarakat tidak
bersifat homogen seperti Genootschap. Kedua, dalam negara ada kekuasaan terpusat di
tangan penguasa berdaulat karena tidak ada pertentangan antarpenguasa seperti dalam
227
Ibid., hlm. 108.
228
Ibid.
66
ketiga unsur konstitutif pembentuk negara secara sosiologis yaitu rakyat, wilayah dan
pemerintah yang berdaulat. Akan tetapi, pengertian sifat hakikat negara terus berkembang
dan melahirkan konsepsi negara yang dikaitkan dengan konsep bangsa yang disebut
satu unsur pembentuk negara yakni rakyat. Dalam kenyataan, rakyat negara tidak selalu
merupakan rakyat yang bersifat homogen dalam arti berasal dari etnis, budaya atau asal
usul dan latar belakang sejarah yang sama. Hal itu berpengaruh terhadap proses
pembentukan rakyat negara. Perbedaan budaya, etnis, latar belakang sejarah dan
sukarela segenap golongan rakyat. Akan tetapi, bisa saja karena paksaaan yang
separatis yang hendak melepaskan diri dari ikatan negara dan mendirikan negara baru.
Untuk mengantisipasi kemungkinan seperti itu lahir gagasan bahwa negara harus
didirikan atas dasar ikatan kebangsaan dan kemauan bersama rakyat (kedaulatan rakyat).
“Democratische Natie.”229 Dengan perkataan lain, konsep negara dengan konsep bangsa
dianggap sebagai suatu konsep yang tidak terpisahkan dalam konteks kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh, negara Indonesia termasuk negara bangsa
(nation-state).
229
Abu Daud Busroh, op.cit., hlm. 45.
67
Teori pertumbuhan negara sekunder yang dibicarakan pada bagian ini melengkapi
teori pertumbuhan negara primer yang telah diuraikan. Teori pertumbuhan negara
sekunder merupakan teori pertumbuhan negara yang dibangun dari sudut pandang yuridis
yakni memandang negara sebagai badan hokum sama seperti badan hukum lain. Sesuai
proses pertumbuhan negara sebagai subjek hukum. Teori pertumbuhan negara sekunder
bertumbuh atau lahir meskipun sudah memenuhi unsur wilayah, rakyat dan pemerintah
berdaulat. Syarat primer kelahiran suatu negara yakni wilayah, rakyat dan pemerintah
yang berdaulat harus ditambah dengan unsur keempat yaitu kemampuan untuk
mengadakan hubungan dengan negara lain. Kemampuan tersebut terpenuhi jika ada
pengakuan negara lain. Menurut teori pertumbuhan negara sekunder, ada 2 (dua) tahap
2.Pengakuan de yure.
Apa yang dimaksud dengan pengakuan de facto? Arti istilah de facto adalah
berdasarkan fakta atau menurut fakta. Secara harfiah, pengakuan de facto mengandung
arti sebagai pengakuan berdasarkan fakta atau pengakuan faktual. Apa artinya pengakuan
menurut fakta dalam pandangan teori pertumbuhan negara sekunder? Abu Daud Busroh
pengakuan yang bersifat sementara terhadap munculnya atau terbentuknya suatu negara
bangsa-bangsa yang berhubungan. Sifat hubungan sosial yang lahir dari pengakuan de
facto bersifat sementara. Dengan perkataan lain, pengakuan de facto tidak menimbulkan
berdasarkan fakta semata-mata. Hubungan yang lahir dari pengakuan de facto bukan
hubungan hukum tetapi hubungan sosial. Salah satu bentuk hubungan sosial berdasarkan
pengakuan de facto adalah hubungan dagang atau kebudayaan. Hubungan dagang atau
karena jika tidak ada perjanjian kerja sama di antara kedua negara, hubungan dagang atau
hubungan kebudayaan sewaktu-waktu dapat diputuskan secara sepihak oleh salah satu
Apa yang dimaksud dengan pengakuan de yure? Arti istilah de yure adalah
mengandung arti pengakuan berdasarkan hukum atau pengakuan menurut hukum. Apa
artinya pengakuan menurut hukum atau berdasarkan hukum? Abu Daud Busroh
pengakuan yang seluas-luasnya dan bersifat tetap terhadap munculnya atau terbentuknya
230
Ibid., hlm. 46.
69
suatu negara dikarenakan terbentuknya negara baru adalah berdasarkan yuridis atau
berdasarkan hukum.”231
dasarnya, pengakuan de yure merupakan suatu tindakan hukum yang menghasilkan hak
dan kewajiban sehingga menimbulkan ikatan hukum. Hubungan hukum yang timbul dari
pengakuan de yure bersifat tetap sehingga berbeda dari hubungan berdasarkan pengakuan
Salah satu bentuk hubungan hukum berdasarkan pengakuan de yure antara suatu
negara dengan negara lain adalah hubungan diplomatik. Hubungan diplomatik dilakukan
menurut prosedur (protokol) tertentu yang disepakati bersama kedua negara sehingga
hubungan diplomatik lahir atas dasar kesepakatan bersama dalam koridor hukum
internasional atau prinsip-prinsip hukum umum yang berlaku universal dalam pergaulan
hubungan diplomatik tidak dapat sewaktu-waktu diputuskan salah satu pihak. Pemutusan
hubungan hukum secara sepihak dapat menimbulkan efek hukum terhadap negara yang
231
Ibid., hlm. 47.
70
BAB III
TEORI TERJADINYA NEGARA
1. Teori Teokrasi
Menurut teori teokrasi (Ketuhanan), negara itu terjadi karena kehendak Tuhan.
Suatu negara tidak atau belum akan terbentuk di muka bumi ini, jika Tuhan belum
memperkenannya. Perlambang dari faham yang menganut teori ini seperti : “Atas berkat
rakhmat Tuhan Yang Maha Esa”, atau “By the grace of God” yang tercantum pada
berbagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar suatu negara.
Munculnya faham yang mengemukakan bahwa kedaulatan negara itu berasal dari
Tuhan (Goddelijke souvereiniteit), karena orang beragama dan beriman bahwa Tuhanlah
Maha Pencipta langit dan bumi serta segala isinya dan Tuhan pula yang mempunyai
kekuasaan tertinggi diseluruh alam raya ini. Segala kekuasaan di langit dan di bumi
berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, tiada kekuasaan manapun di bumi ini yang tidak
berasal dari pada-Nya.
Karena itu kekuasaan yang ada pada negarapun berasal dari anugerah Tuhan,
yang dianugerahkan dan diamanatkannya kepada pemerintah. Menjadi kewajiban
pemerintah dari suatu negara untuk melanjutkan kesinambungan kedaulatan Tuhan itu
kepada rakyatnya sesuai dengan perintah dan kehendak-Nya dan harus pula ditujukan
untuk memuliakan, melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Berdasarkan alam pikiran inilah, maka raja-raja pada zaman purbakala sampai
abad pertengahan tetap dipandang rakyatnya sebagai “Wakil Tuhan” atau “Bayang-
bayang Allah di muka bumi”, karena para raja itulah sebagai pemegang kekuasaan yang
tertinggi di dunia. Pada upacara penobatan raja-raja di eropa misalnya, Paus di roma
datang untuk meletakkan mahkota di atas kepala raja, atas nama Tuhan.
Menurut aliran teokrasi ini, Tuhan Yang Maha Esa (monotheisme) atau para dewa
(polytheisme) yang mencipta dan memerintah alam semesta ini dengan segala isinya.
Dalam ajaran polytheisme misalnya, para dewa di kayangan menitahkan keturunanya
untuk memerintah negara di bumi. Misalnya di Jepang : Mikado adalah turunan dewa
Matahari, Iskandar Zulkarnaen putera Zeus Ammon, dinasti raja-raja di Tiongkok klasik,
dan lain sebagainya.
71
Penganut teori ini antara lain : agustinus seperti ternyata dalam bukunya “De
Civitate Dei”, Friedrich Julius Stahl pada bukunya “Die Philosophie des Rechts” ;
Thomas Aquinas, Ludwig von haller, Friedrich Hegel, dan lain sebagainya.
2. Teori Perjanjian
Menurut teori ini, terjadinya suatu negara karena adanya perjanjian masyarakat.
Semua warganegara mengikat dirinya dalam suatu perjanjian bersama untuk mendirikan
negara. Kemudian masing-masing wargaegara menyerahkan kedaulatan dirinya kepada
negara yang baru terbentuk itu, agar negara tersebut berdaulat sehingga dapat melindungi
dan menjamin kehidupan mereka bersama.
Teori perjanjian ini disebut juga teori kontrak sosial. Di antara penganjurnya
seperti Thomas Hobbes menghendaki agar negara yang terbentuk berdasarkan kontrak
sosial itu terbentuk kerajaan (monarchie). Sebaliknya John Locke menuntut agar negara
tersebut berbentuk kerajaan konstitusional. Sementara Jean Jaques Rousseau
menghendaki organisasi negara itu berdasarkan kedaulatan rakyat.
Pandangan Thomas Hobbes, John Locke dan Jean Jacques Rousseau yang
mendasarkan pembentukan negara atas suatu perjanjian antara anggota masyarakat, itulah
yang kemudian dikenal dengan dengan teori perjanjian masyarakat atau kontrak sosial.
Perbandingan antara ketiga teori para ahli dirumuskan oleh Utrecht (sebagaimana
dikutip M. Solly Lubis dalam bukunya “Ilmu Negara”): “walaupun tak berlainan, mereka
mempunyai anggapan tentang pembentukan dan adanya negara itu disusun atas
pembentukan dan adanya negara itu disusun atas suatu perjanjian sosial, kesimpulan-
kesimpulan yang mereka tarik tentang sifat negara tersebut sangat berlainan”.
Menurut Hobbes negara negara itu bersifat totaliter, negara itu diberi kekuasaan
tak terbatas (absolut). Pendapat Locke, negara selayaknya bersifat kerajaan konstitusional
yang memberi jaminan tentang hak–hak dan kebebasan– kebebasan pokok manusia (ingat
: life, liberty, healty, dan property). Sementara Rousseau memandang negara bersifat
suatu perwakilan rakyat , Negara sepantasnya berbentuk negara demokrasi, yakni yang
berdaulat adalah rakyat.
72
3. Teori Kekuasaan
Yang berkemampuan untuk memiliki kekuasaan atau yang berhasil mencapai
suatu kekuasaan, selayaknya mereka memegang tampuk pemerintah. Kekuasaan itu
adalah upaya dan ciptaan mereka yang paling kuat dan berkuasa. Baik dengan kekuatan
fisik, kekuatan ekonomi, politik maupun sosial
Menurut teori evolusi Charles Darwin bahwa kehidupan semesta alam ini diliputi
oleh serba perjuangan untuk mempertahankan hidup masing–masing. Yang kuat akan
menindas yang lemah. Maka semuanya berusaha untuk menjadi kuat dan unggul dalam
perjuangan. Setiap perjuangan harus senantiasa berusaha menambah kekuatan dan
kemampuan agar berkuasa. Dalam keadaan itulah terjadi evolusi, terjadi proses
perubahan dan pertumbuhan yang terus menerus yang dibawakan oleh penyesuaian diri
pada kondisi perjuangan hidup.
Semua imperium ditegakkan dengan dasar kekuasaan ini. Pemerintah dikantor
Napoleon (1769-1821), Hitler (1889-1945); Mussolini (1883-1945); Lenin (1870-1924);
Stalin (1879-1953) dipancangkan dengan teori kekuasaan ini.
Teori kekuasaan dipaparkan juga oleh Karl Marx dalam buku “Das Kapital”.
Kelas pemegang produksi menghisap kelas lainnya. Bentuk lahir penghisapan itu ialah
negara dan pemerintahan sebab itu perlu kaum proletar yang selama ini terhisap dan
tertindas merebut pemerintahan. Sebelum tercapai masyarakat tanpa kelas, maka diktatur
kaum proletar mutlak perlu ditegakkan, jadi marxisme itu dalam teori, juga dalam
prakteknya, menagunut faham kekuasaan dalam bentuk diktatur.
Seperti juga Fridrich Engels, Ludwig Von Gumplowicz menilai terjadinya negara
itu sebagai suatu perjuangan kelas antara manusia, kekuasaan negara timbul dari
persekutuan golongan yang menang, yang membuat peraturan-peraturan untuk memaksa
yang kalah agar berbuat menurut kehendaknya. Seluruh kekuasaan negara dengan alat-
alat perlengkapannya tidak lain dari tata paksa pihak yang kuat dan menang terhadap
pihak yang lemah dan kalah.
Laski berpendapat senada dengan Marx bahwa setiap pergaulan hidup
memerlukan organisasi pemaksa (coercive instrument) untuk menjamin kelanjutan
hubungan produksi yang tetap, sebab jika tidak demikian maka pergaulan hidup itu tidak
akan menjamin nafkahnya
73
-Kekuasaan
Secara umum kekuasaan itu sering diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain/kelompok lain, sesuai dengan kehendak pemegang kekuasaan
itu sendiri (pada semua aspek kehidupan masyarakat).
Kekuasaan negara atau kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan sering disebut sebagai kekuasaan politik.
Kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (peme-
rintah), baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan
pemegang kekuasaan itu sendiri (Miriam Budiardjo).
Kekuasaan pemerintahan tidak hanya mencakup kekuasaan untuk memperoleh
ketaatan dari warga negara masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain
dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas negara dibidang administratif,
legislatif dan yudikatif.
-Kedaulatan
Jika kekuasaan diartikan secara yuridis, maka kekuasaan disebut sebagai kedaulatan.
Kedaulatan adalah suatu kekuasaan tertinggi pada suatu negara yang berlaku terhadap
seluruh wilayah dan segenap rakyat dalam negara tersebut. Kedaulatan adalah juga
74
kekuasaan penuh dan mutlak untuk mengatur seluruh wilayah negara tanpa campur
tangan dari kekuasaan atau pemerintahan negara lain.
Ciri khas kedaulatan ialah dimana kekuasaan itu sama sekali tidak terikat dan tergantung,
tidak dibatasi oleh apapun dan siapapun serta kekuasaan itu harus bebas dan berlaku terus
menerus untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Menurut paham ini, kedaulatan itu timbul karena adanya negara dan oleh karena
itu kedaulatan melekat secara utuh pada keberadaan negara.
BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses
dengan dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada akhirnya
seluruh unsur terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur tersebut maka
kapasitas negara sebagai entitas politik tidak diragukan lagi sebagai subjek
hukum (legal entity). Dalam hukum internasional disebut sebagai subjek hukum
internasional yang berkapasitas penuh dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas
tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan dengan negara
yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4
phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
76
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat runtuh atau
lenyap. Runtuh atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu :
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam. Alam
menyebabkan wilayah suatu negara menjadi hilang lenyap. Misalnya :
negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
2. Hilangnya negara karena faktor sosial.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara yang
semula ada dan diakui oleh negara lain tetapi hilang karena factor social.
Factor social tersebut diantaranya adalah :
a. Penaklukan
b. Revolusi (kudeta yang berhasil)
c. Perjanjian
d. Penggabungan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah, bangsa, dan pemerintahan adaah unsur pokok terbentuknya negara, jika
ketiga unsur itu dirawat dengan baik sehingga tumbuh dan berkembang, maka semakin
besar dan jayalah negara itu. Akan tetapi, sebaliknya jika tidak dirawat dengan baik maka
negara itu akan lenyap. Peranan daerah bagi kelangsungan hidup suatu negara, terletak
pada kekayaan alam, struktur geografisnya dan posisi geologisnya daerah yang
bersangkutan, tetapi suatu negara yang kaya akan alamnya juga akan mengalami hancur
dikarenakan adanya faktor alam yang menghancurkannya dan menyebabkannya wilayah
negara tersebut lenyap. Selain dari faktor alam lenyapnya suatu negara juga dapat
disebabkan oleh beragam faktor sosial yang ada didalam negara dan pernah dialami suatu
negara.
Selain itu bila kita berbicara mengenai negara, maka terbersit pertanyaan dalam
benak kita mengenai apa sebenarnya negara itu ?, bagaimana terbentuknya dan kalau
sudah terbentuk apakah bisa runtuh?, dan apa saja yang menyebabkan negara itu runtuh ?
Dari pemaparan diatas kami tidak akan membahas tentang apa itu negara atau
bagaimana bisa terbentuknya, tetapi kami akan memaparkan atau menjelaskan dimana
sebuah negara atau suatu negara dimuka bumi ini bisa hilang atau tenggelam. Karena
suatu negara itu bukan hanya bisa tumbuh dan berkembang tetapi juga karena keadaan
tertentu suatu negara juga akan bisa hilang atau lenyap, seperti yang dipaparkan oleh
beberapa ahli di dalam beberapa teori mengenai lenyapnya Negara serta faktor-faktor
yang mempengaruhi hilang atau lenyapnya suatu negara.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang mempengaruhi lahirnya teori lenyapnya negara?
2. Apa saja teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai lenyapnya negara?
3. Bagaimana uraian mengenai teori organis, teori anarkis, serta mati tuanya negara ?
82
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi lahirnya teori lenyapnya negara.
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
lenyapnya negara.
3. Untuk mengetahui isi mengenai teori organis, teori anarkis, serta mati tuanya negara
melalui uraian yang akan disajikan dalam makalah.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca, terutama pengatahuan tentang teori
lenyapnya negara dalam mata kuliah ilmu negara.
2. Dapat dipertimbangkan sebagai bahan pemikiran atau masukan, serta
3. Memberikan informasi baik bagi penulis maupun pembaca.
BAB II
TEORI LENYAPNYA NEGARA
bahwa negara dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, seperti manusia, hewan,
dan tumbuhan. Individu yang merupakan komponen-komponennegara diibaratkan
sebagai sel-sel dari makhluk hidup.
Sebagai suatu organisme, negara tidak akan lepas dari kenyataan dan
perkembangannya dari mulai berdiri, berkembang, besar, kokoh, dan kuat. Kemudian,
melemah sampai akhirnya tidak mampu lagi untuk mempertahankan eksistensinya
sebagai negara. Setelah itu, lenyap dari percaturan dunia. Dengan demikian, teori organis
berpandangan bahwa suatu negara pada saat tertentu akan lenyap seperti suatu organisme
hidup.
Teori ini berkembang pada abad XIX (19) yang memandang negara sebagai
organisme. Teori ini berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan terutama
biologi, dengan ditemukannya sistem sel pada binatang dan tumbuhan dan teori evolusi
dari Darwin.
Pengant teori ini memperkuat argumentasinya dengan mengambil beberapa
contoh, yaitu : Mesir, Babilonia, Persia, Phunisia, Romawi, dan lain-lain yang semuanya
menjalani dari Negara kecil, hingga besar dan kuat dan akhirnya menjadi kecil kembali,
lemah dan akhirnya lenyap.
Namun tidak pula semua organisme mati karena tua, maka negara pun juga
demikian, ada yang hancur karena peperangan walaupun belum tua. Bluntschi
memandang negara terjadi tidak langsung karena karya manusia. Negara adalah zat yang
hidup yang tumbuh baik di dalam maupun di luar dan berkembang seperti organisme
biologis. Negara adalah suatu unit besar yang akan menua dan mati.
2. Teori Anarkis
Menurut teori ini, negara merupakan suatu bentuk susunan tata paksa yang sesuai
jika diterapkan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang masih primitif. Teori ini tidak
cocok bagi masyarakat modern yang beradab dan bertatakrama. Para penganut teori ini
berkeyakinan bahwa pada suatu saat negara pasti akan lenyap dan muncul lah masyarakat
yang penuh kebebasan dan kemerdekaan, tanpa paksaan, tanpa pemerintahan, serta tanpa
negara. Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa
segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang
menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara,
84
proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme.
Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx kaum proletar akan memberontak dan
menuntut keadilan. Itulah dasar dari Marxisme. Para penganutnya adalah orang-orang
komunis, dan pelopornya adalah Karl Marx. Menurut Marx ini negara dipandang sebagai
“alat pemaksa” dari kelas yang kuat terhadap kelas yang lemah. Lahirnya negara adalah
perjuangan kelas. Kelas yang menang artinya kelas yang kuat, membutuhkan susunan
tata paksa Negara sebagai alat untuk memaksakan kehendaknya kepada kelas yang kalah
(kelas lemah). Karena itu jika dalam pertentangan kelas yang menang akan berusaha
melenyapkan kelas yang kalah.
Akan tetapi, suatu saat jika masyarakat yang adil dan makmur sudah terwujud,
disana tidak ada lagi perbedaan kelas, karena tidak ada lagi perjuangan kelas, disitulah
negara akan lenyap. Penganut teori ini adalah Karl Marx, Reidrich, Engles, dan Lenin.
4. Teori Mati Tuanya Negara
Menurut teori ini, negara sebagai suatu susunan tata paksa tidak perlu dihapus
atau diperangi, karena keberadaannya, berdirinya, atau hilangnya negara sesuai dengan
hukum yang berlaku. Dengan kata lain, negara akan berdiri atau lenyap menurut syarat-
syarat objektifnya sendiri. Jika syarat-syarat untuk berdirinya suatu negara terpenuhi,
negara akan tetap berdiri. Sebaliknya, apabila persyaratan tidak terpenuhi dengan
sendirinya negara akan lenyap atau hilang.
Prof. Wirjono Prodjodikoro berpendapat, bila negara dianggap berhenti, hancur
atau jatuh maka unsut wilayah, dan masyarakat tetap ada, hanya unsur pemerintahannya
yang musnah.
Di Indonesia pernah terjadi pada Zaman Sriwijaya, di abad VII pernah jaya
namun kemudian tenggelam. Demikian juga dengan kerajaan Majapahit, tapi unsur
daerah dan rakyatnya tetap ada yang hilang unsur pemerintahannya saja.
Selain teori-teori tersebut, hilang atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan
oleh dua faktor yaitu sebagai berikut :
a. Faktor Alam
Yang dimaksud dengan hilangnya negara karena faktor alam adalah suatu negara
yang sudah ada, tetapi dikarenakan faktor alam negara tersebut menjadi lenyap. Karena
disebabkan oleh alam maka wilayah dari negara tadi akan hilang dan hilangnya wilayah
86
tadi berarti, hilanglah negara itu dari dunia kenegaraan. Hilangnya negara karena faktor
alam, misalnya dapat disebabkan oleh :
Gunung meletus
Pulau yang terendam air laut, atau bencana alam yang lainnya.
Contoh wilayah negara yang lenyap di karenakan faktor alam, misalnya adalah bisa
kita ketahui yang mana dulunya pulau Jawa dan Sumatra itu sebenarnya menyatu tapi
dikarenakan sebagian wilayah pulau tersebut ditelan oleh air laut yang menurut para ahli
hal tersebut dikarenakan meletusnya gunung krakatau pada 416 masehi yang lalu,
kemudian membentuk daratan yang disebut sunda besar.
b. Faktor Sosial
Yaitu suatu negara yang sudah ada dan diakui oleh negara lain, tetapi dikarenakan
oleh faktor sosial negara itu menjadi hilang dan lenyap. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh faktor-faktor, antara lain :
1) Karena adanya Revolusi (kudeta yang berhasil)
Revolusi berarti suatu pergantian tatanan sosial. revolusi menstranfer kekuasaan
dari tangan-tangan kelas yang telah kehabisan tenaganya kepada kelas lain yang berada di
atas kekuasaan.
Runtuhnya negara karena revolusi sebabnya banyak dipengaruhi oleh faktor
internal sebuah negara dalam menjalankan fungsinya. Menurut Mac Iver, ada dua cara
atau sebab lenyapnya negara, yaitu : cara peperangan atau pemberontakan, dikarenakan
revolusi (cara secundaire wording), dan cara evolusioner, karena pertentangan intern atau
percektokan dinasti (cara premaire wording).
2) Karena adanya Penaklukan
Penaklukkan terjadi jika suatu daerah belum ada yang menguasai kemudian
diduduki oleh suatu bangsa.
3) Kerena adanya Persetujuan
4) Karena adanya Penggabungan
Setelah adaanya penggabungan atau pemisahan dan juga penukaran nama, banyak
negara yang diantaranya sangat dikenal umum, telah hilang atau lenyap dari peta dunia.
Contohnya :
87
Jerman Timur dan Jerman Barat, bergabung pada tahun 1989 dan membentuk kesatuan
Jerman, sehingga negara Jerman Timur dan Jerman Barat menjadi lenyap.
Yaman Utara dan Yaman Selatan, Yaman pecah pada tahun 1967 dan membentuk dua
negara yaitu Yaman Utara (dikenal sebagai Republik Arab Yaman) dan Yaman Selatan (
dikenal dengan nama Republik Demokratis Rakyat Yaman) sebelum kembali bersatu
pada tahun 1990 dan kembali menjadi Yaman, sehingga kedua negara Yaman yang
dahulu yaitu yaman Utara dan Yaman Selatan menjadi lenyap.
Contoh negara yang lenyap atau hilang di karenakan faktor sosial, misalnya adalah
perang antara Uni Soviet melawan Afghanistan. Uni Soviet memang salah satu negara
yang hebat pada zaman dahulu, Uni Soviet menguasai teknologi-teknologi canggih,
khususnya dalam mengembangkan senjataperangnya. Sedangkan Afghanistan tidak
terlalu maju pengembangan teknologinya, tetapi mereka sangat menguasai alam,
menggunakan taktik yang memanfaatkan alam negara mereka.
Jadi saat Uni Soviet menyerang, negara Afghanistan membuat bunker-bunker
didalam tanah yang berisi senjata-senjata yang di tempatkan dimana kemungkinan
datangnya tentara-tentara Uni Soviet, tentara Uni Soviet tidak pernah mengetahui itu,
mereka sangat tidak menguasai alam yang akan ditempatinya, jadi pada saat itu beratus-
ratus ribu tentara Uni Soviet mati. Uni Soviet pun akhirnya jadi negara miskin karena
kalah perang.
Pada saat itu tanggal 24 agustus 1991, Uni Soviet menghadapi kesulitan ekonomi,
di dalam negaranya semakin parah inflasi dan terjadi di mana-mana, selain itu kelompok
militer mulai terpecah-pecah dan negara-negara bagian semakin banyak yang menuntut
kemerdekaan.
Pada saat itulah seakan-akan timbul kekosongan kepemimpinan, apalagi dengan hal
ini kemudian disusul dengan pernyataan pengunduran diri Gorbachev sebagai sejen
PKUS dan sekaligus mengeluarkan dekrit pembubaran PKUS pada 24 agustur 1991.
Sehari sesudah peristiwa itu, Boris Yeltin mengambil alih kekuasaan, sayang sekali
tindakan Boris Yeltin tidak didukung semua negara bagian Uni Soviet, mereka malahan
dengan leluasa dapat melepaskan diri dari Uni Soviet.
88
Akibatnya, runtuhlah negara adidaya yang telah dibangun dengan susah payah itu,
secara resmi, pembubaran Uni Soviet berlangsung pada 8 Desember 1991, kemudian
bendera Uni Soviet diturunkan.
Dari uraian diatas mengenai Uni Soviet dan Afghanistan dapat disimpulkan bahwa
negara itu timbul dapat disebabkan karena peperanga, dan negara itu lenyap juga dapat
dikerenakan peperangan, walaupun tidak semata-mata muncul dan tenggelamnya negara
adalah akibat dari peperangan, melainkan juga faktor yang lain, termasuk faktor-faktor
lain yang telah diuraikan diatas.
Akibat peperangan negara yang kalah akan hancur dan muncul negara baru,
demikian seterusnya, jadi faktor peperangan merupakan yang turut serta menentukan
hidup dan matinya suatu negara.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lenyapnya suatu nengara dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya, faktor alam
yang disebabkan oleh gunung meletus, pulau yang ditelan air laut dan bencana alam
lainnya. Dan faktor sosial karena adanya penaklukan dan adanya revousi (kudeta yang
89
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Faktor Alam
contoh : Indonesia
Beberapa daerah istimewa di Indonesia ternyata juga diistimewakan oleh
Allah.
- Nanggroe Aceh Darussalam, luluh lantah akibat diterjang tsunami yang
dahsyat. mungkin salah satu akibatnya adalah karena tentara GAM yang telah
banyak membunuh orang.
- Daerah Istimewa Yogyakarta, tanahnya rata akibat gempa bumi
berkekuatan hebat beberapa tahun silam. DIY memang kota pendidikan, tetapi
malah sangat banyak orangtua yang takut menyekolahkan anaknya karena
sangat banyak sekali terjadi pergaulan bebas terjadi pada anak-anak
sekolahnya.
2. Faktor Sosial
contoh : Perang antara Uni Soviet melawan Afghanistan
Uni Soviet memang salah satu negara yang hebat dulu, Uni Soviet menguasai
teknologi teknologi canggih, khususnya dalam mengembangkan senjata
perangnya. Sedangkan Afghanistan tidak terlalu maju perkembangan
teknologinya, tetapi mereka sangat menguasai alam, menggunakan taktik yang
memanfaatkan alam negara mereka. Jadi saat Uni Soviet akan menyerang,
negara Afghanistan membuat bunker-bunker didalm tanah yang berisi senjata-
senjata yang ditempatkan di tempat-tempat kemungkinan datangnya tentara
Uni Soviet. Tentara Uni Soviet tidak pernah mengetahui itu, mereka sangat
tidak menguasai alam yang akan ditempuhnya. Jadi deh beratus-ratus ribu
tentara Uni Soviet mati, tidak kembali dari Afganistan.
Uni Soviet pun menjadi negara miskin karena telah kalah perang.
2. Teori Anarkis
An = tidak ada
Archeis = pemerintahan
Menurut teori ini, pada mulanya, manusia itu baik, maka dibiarkan
berkembang. Kalau ada keterpaksaan di dalam negara, maka negara akan
bubar. Jadi teori anarkis adalah negara yang rakyatnya hidup tanpa ada
keterpaksaan. Menurut teori ini, kalau ada suatu keterpaksaan maka negara
akan lenyap.
- biarlah indah pada waktunya, walau sesat pada akhirnya.
- janganlah kita memaksakan sesuatu, karena hal itu juga akan kembali
seperti sebelumnya. Waktulah yang menentukan, seiring berjalannya waktu,
semuanya akan berubah.
Hidup dan mati tidak hanya dimiliki oleh makhluk hidup. Tetapi negarapun bisa
mengalami fase hidup dan mati tersebut. Terkait dengan hal itu, terdapat beberapa teori
yang menjelaskan tentang berakhirnya suatu negara, diantaranya:
1. Teori Organis, teori ini berkembang pada abad XIX yang memandang Negara sebagai
organisme. Teori ini berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan terutama
biologi, dengan ditemukannya sistem sel pada binatang dan tumbuhan dan teori evolusi
dari Darwin. Penganut teori ini memperkuat argumentasinya dengan mengambil beberapa
contoh: Babilonia, Persi, Phunisia, Romawi dan ain-lain yang semuanya menjalani dari
Negara kecil, hingga besar dan kuat dan akhirnya menjadi kecil kembali, lemah dan
92
akhirnya lenyap. Penganut teori ini antara lain: F. J. Schmitthenner, Herbert Spencer,
Heinrich Ahrens dan Bluntschi.
2. Teori Anarchis, menurut teori ini, Negara adalah suatu bentuk susunan tata paksa yang
sesungguhnya yang hanya sesuai jika diterapkan dalam tatanan kehidupan masyarakat
yang masih primitif, bukan pada masyarakat yang modern dan beradab. Penganut aliran
ini percaya, suatu saat Negara pasti akan lenyap, dan muncul masyarakat yang bebas dan
merdeka, tanpa paksaan dan tanpa pemerintahan dan Negara. Terorisme dan kekerasan
adalah tindakan berlebihan dan tindakan melampaui batas. Teori ini mencapai puncaknya
pada zaman Tsar Alexander II di Rusia. Penganut aliran ini antara lain: William Godwin,
Joseph Proudhon, Kropotkin.
3. Teori Mati tuanya Negara, menurut teori ini, Negara sebagai suatu struktur tata paksa
tidak perlu dihapus atau diperangi, karena keberadaannya atau kehilangannya sesuai
dengan hokum lingkungan yang berlaku. Negara dating atau lenyap menurut syarat-
syarat obyektif lainnya. Prof. Wirjono Prodjodikoro berpendapat, bila Negara dianggap
terhenti, hancur atau jatuh maka unsur wilayah, dan masyarakat tetap ada, hanya unsure
pemerintahannya yang musnah. Menurut teori ini , Negara sebagai suatu struktur tata
paksa tidak perlu dihapus atau diperangi, karena keberadaanya atau kehilangannya sesuai
dengan hokum lingkungan yang berlaku. Negara dating atau lenyap menurut syarat-
syarat obyektif lainnya.
4. Teori lain, Sejarah membuktikan, terdapat unsur lain atas berakhir atau lenyapnya suatu
Negara, yaitu karena peperangan. Beberapa Negara memang ada yang didahului dengan
peperangan. Zaman dahulu Negara yang kalah perang, akan binasa secara total, tetapi
karena manusia sudah maju dan beradab maka hal semacam ini tidak terjadi lagi.
93
BAB IV
TEORI LENYAPNYA NEGARA
1. Teori Organis
Para teoritisi yang memandang negara sebagai suatu organisme, yang mendapat
prospek baru di abad ke XIX dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
khususnya dalam ilmu biologi dengan diketemukannya sistem sel pada binatang dan
tumbuh-tumbuhan, dan berkembangnya teori evolusi dari Darwin.
Umumnya mereka menilai, negara sebagai organisme, yang memiliki anggota-
anggota dan badan perelengkapannya sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Warga negara yang dikiaskan sebagai sel-sel yang hidup sendiri berperan menentukan
bagi hidup atau matinya organisme negara tersebut. Jika sel-sel itu kokoh dan kuat, maka
organismenyapun akan tegar pula, tapi sebaliknya jika warganegaranya lemah jasmani
dan rohaninya, maka negara itupun akan ringkih pula.
Menjadi kewajiban negara memberikan keleluasaan, kebebasan dan kemerdekaan
kepada warganegaranya agar menjadi rakyat yang sehat dan kuat. Demikian pula sebagai
sel-sel dari organisme negara itu, warganegara dituntut untuk menjadi pilar dan
menyangga utama kekuatan negara agar selalu kuat dan kokoh.
Sebagai layaknya makhluk yang hidup, setiap organisme takkan luput dari hukum
perkembangan hidup. Lahir, berkembang, mengalami masa kecil, dewasa, tua dan pada
akhirnya mati. Begitu juga dengan negara, sebagai suatu organisme negara pasti tidak
akan lepas dari kenyataan perkembangannya. Dari mula berdiri, kecil, besar, kokoh dan
94
2. Teori Anarchis
Menurut teori anarchis, negara adalah suatu bentuk susunan tata paksa yang
sesungguhnya hanya sesuai jika diterapkan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang
masih primitif, tidak bagi masyarakat modern yang beradab dan bertata-krama. Oleh
karena itu mereka percaya, pada suatu saat negara itu pasti akan lenyap dan akan
munculnya masyarakat yang penuh kebebasan dan kemerdekaan, tanpa paksaan dan
perkosaan serta tanpa pemerintahan dan negara. Merupakan keyakinan dan kewajiban
penganut paham ini untuk menghilangkan tata paksa negara tersebut agar dapat terwujud
masyarakat yang diwarnai kebebasan, tanpa paksaan apapun.
Penganut paham anarchis dibedakan menjadi dua golongan. Yang pertama,
menilai tata paksa negara itu sebagai kejahatan yang dibuat oleh manusia yang
memerintah untuk melindungi kelalimannya maupun tindakan dan perbuatan yang dinilai
merugikan kepentingan rakyat. Kekuasaan negara dilakukan untuk melindungi hak-milik
yang dirampasnya dari rakyat. Menurut aliran anachis, karena negara itu melakukan
kekerasan dan penindasan, maka tindakan untuk menghapus atau melenyapkan tata paksa
itu harus dilakukan dengan menghancurkan organisasi negara tersebut bersama
perlengkapan dan pendukungnya.
95
4. Teori Lain
Sejarah membuktikan, terdapat unsur lain yang juga berpengaruh bagi
kelangsungan suatu negara. Negara dapat timbul atau tenggelam, lahir atau hilang, karena
peperangan, meskipun tidak dapat ditilik dari unsur terjadi peperangan itu saja tapi juga
latar belakang terjadinya peperangan tersebut. Suatu negara dapat timbul karena
peperangan tapi dapat juga runtuh oleh peperangan. Beberapa negara memang berdiri
setelah didahului dengan peperangan.
Dalam keadaan yang ekstrim pada zaman dahulu, negara yang kalah berperang
akan binasa secara total. Tapi setelah kebudayaan dan peradaban manusia lebih maju
yang lebih menghargai harkat dan martabat sesamanya, kekalahan dari peperangan hanya
berakibat hancurnya organisasi pemerintahan dari negara tersebut, sementara wilayah
negara yang didudukinya dijadikan jajahan atau ditempatkan di bawah pengaruh atau
kekuasaannya.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi dalam peperangan ini, negara yang kalah
dan merasa lebih lemah dari negara yang menyerangnya, menyerah tanpa syarat. Dalam
97
keadaan yang demikian, organisasi bangsa itu kemungkinan dapat dipertahankan dan
tetap dipertahankan. Tetapi negara yang menyerah tersebut dijadikan negara bawahan
(disebut Vazal) dari negara yang menang dan kuat tersebut, dengan memberikan konsesi-
konsesi teritorial, ekonomi, politik dan militer.
DAFTAR BACAAN
Azhary, Ilmu Negara, Pembahasan Buku Kranenburg, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.
Kranenburg, Ilmu Negara Umum, terjemahan Mr. Tk.S. Sabaruddin, JB Wolters, Jakarta, 1969.
Maurice Duverger, Teori dan Praktek Tata Negara, PT. Pustaka Rakyat, Jakarta 1971.
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1984.
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Gaya Media Pratama, Jakarta 2000.
Ramdlon Naning, Gatra Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, 1999.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, PT. Eresco, Jakarta, 1981.