Bagi perseorangan yang ingin mendaftarkan tanahnya untuk mendapatkan pengakuan hak
milik atas sebidang tanah pendaftaran pertama kali persyaratan umum yang harus dipenuhi
adalah:
1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya di
atas materai cukup
2. Surat Kuasa apabila dikuasakan
3. Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah
dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
4. Asli Bukti perolehan tanah/Alas Hak
5. Asli Surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah (Rumah Gol III)
atau rumah yang dibeli dari pemerintah
6. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh
petugas loket, penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan
(pada saat pendaftaran hak)
7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan.
Dengan persyaratan pendaftaran tanah untuk pertama kali seperti disebutkan di atas, khusus
untuk formulir permohonan biasanya sudah disediakan di kantor Pertanahan. Setelah segala
persyaratan dipenuhi disampaikan ke kantor Pertanahan dimana lokasi tanah bersangkutan
berlokasi. Disamping itu dalam formulir permohonan harus dimuat:
1. Identitas diri
2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
3. Pernyataan tanah tidak sengketa
4. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik
Sementara itu tenggang waktu yang diperlukan untuk melakukan proses permohonan untuk
mendapatkan pengakuan hak atas tanah itu dari informasi bpn.go.id adalah sebagai berikut:
Tenggang waktu tersebut di atas dengan catatan: (1) Tidak termasuk tenggang waktu
pemenuhan kewajiban pembayaran sesuai SK; (2) Jangka waktu tidak termasuk waktu yang
diperlukan untuk pengiriman berkas/dokumen dari Kantah ke Kanwil dan BPN RI maupun
sebaliknya.(dh-1-diolah dari bpn.go.id*)
Disamping itu juga dilarang Kepala desa menguatkan perjanjian mengenai tanah yang sudah
dibukukan jika :
a. permintaan itu tidak disertai dengan sertifikat tanah yang bersangkutan;
b. tanah yang menjadi objek perjanjian ternyata masih dalam perselisihan;
c. tidak disertai surat-suart tanda pembayaran biaya pendaftarannya.
Pelanggaran terhadap hal tersebut dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga
(3) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah (Rp10.000).
Kebijakan kriminalisasi dalam PP No. 10 Tahun 1961 ini ternyata tidak lagi dijumpai dalam
PP No. 24 Tahun 1997. Hal ini berarti kebijakan kriminalisasi dalam pendaftaran tanah telah
berubah menjadi dekriminalisasi atas perbuatan-perbuatan tertentu yang telah dirumuskan
sebagai tindak pidana di bidang pendaftaran tanah, tetapi telah berubah menjadi pelanggaran
yang bersifat administratif.
Meskipun PP No. 24 Tahun 1997 tidak mengatur tentang sanksi pidana terhadap pelanggaran
yang terjadi dalam pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat, tetapi tidak berarti kesalahan
dalam pendaftaran tanah yang menyangkut adanya unsur-unsur kesilapan/kelalaian, penipuan
dan paksaan dalam pembuatan data fisik dan data yuridis tidak bisa dijangkau oleh KUHP.
h