Anda di halaman 1dari 3

Syarat dan Prosedur Pendaftaran Tanah

Untuk Pertama Kali Guna Memperolah


Hak Milik Bagi Perseorangan
Beye Te 1/12/2015
Apa syarat dan bagaimana prosedur mendaftarkan tanah untuk mendapatkan pengakuan hak
bagi perseorangan ? Soal ini masih banyak belum dimengerti masyarakat dan atas ketidak-
tahuan itu terkadang dimintakan bantuan jasa seseorang untuk mengurusnya yang terkadang
juga menimbulkan masalah. Selain itu, tentu biaya dengan mengurus sendiri jauh lebih murah
dari pada minta bantuan orang lain.

Bagi perseorangan yang ingin mendaftarkan tanahnya untuk mendapatkan pengakuan hak
milik atas sebidang tanah pendaftaran pertama kali persyaratan umum yang harus dipenuhi
adalah:

1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya di
atas materai cukup
2. Surat Kuasa apabila dikuasakan
3. Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon dan kuasa apabila dikuasakan, yang telah
dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
4. Asli Bukti perolehan tanah/Alas Hak
5. Asli Surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah (Rumah Gol III)
atau rumah yang dibeli dari pemerintah
6. Foto copy SPPT PBB Tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh
petugas loket, penyerahan bukti SSB (BPHTB) dan bukti bayar uang pemasukan
(pada saat pendaftaran hak)
7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan ketentuan.

Syarat pendaftaran tanah hak milik

Dengan persyaratan pendaftaran tanah untuk pertama kali seperti disebutkan di atas, khusus
untuk formulir permohonan biasanya sudah disediakan di kantor Pertanahan. Setelah segala
persyaratan dipenuhi disampaikan ke kantor Pertanahan dimana lokasi tanah bersangkutan
berlokasi. Disamping itu dalam formulir permohonan harus dimuat:

1. Identitas diri
2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang dimohon
3. Pernyataan tanah tidak sengketa
4. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik
Sementara itu tenggang waktu yang diperlukan untuk melakukan proses permohonan untuk
mendapatkan pengakuan hak atas tanah itu dari informasi bpn.go.id adalah sebagai berikut:

38 (tiga puluh delapan) hari untuk:


o Tanah pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2 Ha
o Tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 2.000 m2

57 (lima puluh tujuh) hari untuk:


o Tanah pertanian yang luasnya lebih dari 2 Ha
o Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 2.000 m2 s.d. 5.000 m2

97 (sembilan puluh tujuh) hari untuk:


o Tanah non pertanian yang luasnya lebih dari 5.000 m2

Tenggang waktu tersebut di atas dengan catatan: (1) Tidak termasuk tenggang waktu
pemenuhan kewajiban pembayaran sesuai SK; (2) Jangka waktu tidak termasuk waktu yang
diperlukan untuk pengiriman berkas/dokumen dari Kantah ke Kanwil dan BPN RI maupun
sebaliknya.(dh-1-diolah dari bpn.go.id*)

Kriminalisasi dalam Pendaftaran Tanah


Pasal 52 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 telah mengamanatkan penegakan hukum dan bidang
pendaftaran tanah dapat dikenakan sanksi pidana atas perbuatan-perbuatan tertentu. Peraturan
pelaksanaan dari ketentuan ini dirumuskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 tentang Pendaftaran tanah. PP ini menggariskan kebijakan kriminalisasi yang
dirumuskan dalam Pasal 42 sampai Pasal 44. Kebijakan kriminalisasi dalam PP No. 10 Tahun
1961 dengan tegas menentukan bahwa sanksi pidana terhadap pelanggaran batas-batas dari
suatu bidang tanah dinyatakan dengan tanda-tanda batas menurut ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Agraria. Pelanggaran atas pembuatan akta tentang memindahkan hak atas tanah,
memberikan suatu hak baru atas tanah, atau hak tanggungan tanpa ditunjuk oleh Menteri
Agraria dipidana dengan hukum kurungan selama-lamanya tiga (3) bulan dan/atau denda
sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah.

Disamping itu juga dilarang Kepala desa menguatkan perjanjian mengenai tanah yang sudah
dibukukan jika :
a. permintaan itu tidak disertai dengan sertifikat tanah yang bersangkutan;
b. tanah yang menjadi objek perjanjian ternyata masih dalam perselisihan;
c. tidak disertai surat-suart tanda pembayaran biaya pendaftarannya.
Pelanggaran terhadap hal tersebut dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga
(3) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya sepuluh ribu rupiah (Rp10.000).

Kebijakan kriminalisasi dalam PP No. 10 Tahun 1961 ini ternyata tidak lagi dijumpai dalam
PP No. 24 Tahun 1997. Hal ini berarti kebijakan kriminalisasi dalam pendaftaran tanah telah
berubah menjadi dekriminalisasi atas perbuatan-perbuatan tertentu yang telah dirumuskan
sebagai tindak pidana di bidang pendaftaran tanah, tetapi telah berubah menjadi pelanggaran
yang bersifat administratif.

Meskipun PP No. 24 Tahun 1997 tidak mengatur tentang sanksi pidana terhadap pelanggaran
yang terjadi dalam pendaftaran tanah dan penerbitan sertifikat, tetapi tidak berarti kesalahan
dalam pendaftaran tanah yang menyangkut adanya unsur-unsur kesilapan/kelalaian, penipuan
dan paksaan dalam pembuatan data fisik dan data yuridis tidak bisa dijangkau oleh KUHP.
h

Anda mungkin juga menyukai