Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PERIKATAN DI INDONESIA

(CONTOH KASUS DAN ANALISIS)

Oleh:
Mawar Loisda Nababan (183309010193)

Dosen Pengampu:
Chris Anggi Natalia Berutu,S.H.,M.Kn.

Program Studi
Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Prima Indonesia
Medan
2020

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................................iii
BAB 1PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB 2PEMBAHASAN..........................................................................................................................2
2.1 Pengertian Perikatan....................................................................................................................2
2.2 Kasus Perikatan dan Cara Penyelesaian.......................................................................................8
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................12

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya
penulis menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih dosen mata kuliah
yang memberikan tugas ini kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak tambahan
pengetahuan pada materi Hukum Perikatan

Selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah disusun ini bisa memberikan banyak
manfaat serta menambah pengetahuan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para
pembaca.

Rokan Hulu, 16 Mei 2020

ii
Penulis

Mawar Loisda Nababan

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa setiap harinya mereka
melakukan perikatan. Hal-hal seperti membeli suatu barang atau menggunakan jasa angkutan umum,
perjanjian sewa-menyewa hal-hal tersebut merupakan suatu perikatan. Perikatan di Indonesia diatur
pada buku ke III KUHPerdata(BW). Dalam hukum perdata banyak sekali hal yang dapat menjadi
cangkupannya, salah satunya adalah perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam
lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak Dalam
kehidupan sehari-hari banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa setiap harinya mereka melakukan
perikatan. Hal-hal seperti membeli suatu barang atau menggunakan jasa angkutan umum, perjanjian
sewa-menyewa hal-hal tersebut merupakan suatu perikatan. Perikatan di Indonesia diatur pada buku
ke III KUHPerdata(BW). Dalam hukum perdata banyak sekali hal yang dapat menjadi cangkupannya,
salah satunya adalah perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat
hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan perikatan ?
2. Contoh kasus hukum perikatan dalam kehidupan sehari-hari dan cara penyelesaiannya ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perikatan
2. Untuk mengetahui cara penyelesaian kasus hukum perikatan

1
Moh. Alwi Aziz “Pengantar Hukum Perikatan”(https://sarjanahukumasli.blogspot.com/2018/04/pengantar-hukum-
perikatan.html, Ditelusuri pada 15 Mei 2020,2018 )

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perikatan
a) Pengertian perikatan menurut ahli:
 Perikatan (Verbintenis) adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan
harta kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas suatu prestasi, dan pihak
yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu. Karena itu dalam setiap
perikatan terdapat “hak” disatu pihak dan “kewajiban” dipihak yang lain (Riduan
Syahreni, 2009 : 194).2
 Perikatan (Verbintenis) adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan
harta kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas suatu prestasi, dan pihak
yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu. Karena itu dalam setiap
perikatan terdapat “hak” disatu pihak dan “kewajiban” dipihak yang lain (Riduan
Syahreni, 2009 : 194).3
 Perikatan dikatakan sebagai hubungan hukum atara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan
pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu lebih lanjut dikatakan bahwa
pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si berpiutang, sedangkan
pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan debitur atau si berutang
(Subekti,1979 : 1).4
 Perikatan ialah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang terletak di
dalam lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu (Badrulzaman,1982 : 1). 5
 Ditinjau dari isinya ternyata bahwa perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus
melakukan sesuatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur, kalau
perlu dengan bantuan Hakim.(Vollmar dalam Badrulzaman, 1982 : 1) 6

2
Nanda Amalia, SH., M.Hum, Hukum Perikatan(Nanggroe Aceh Darusalam: Unimal Press,2012),hlm 1
3
Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN, Hukum Perdata Mengenai Perikatan(Jakarta: FH –
UTAMA,2014),hlm.1-2
4
Ibid.
5
Ibid.
6
Ibid.

2
 Menurut C. Asset,“ ciri utama perikatan adalah hubungan hukum antara para pihak, di
mana dengan hubungan itu terdapat hak (prestasi) dan kewajiban (kontra prestasi) yang
saling dipertukarkan oleh para pihak.7
 Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dan pihak yang lain, dan
pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. 8

Sebagai mana telah di kemukakan terdahulu bahwa Hukum Perdata pada umumnya dan
hukum perikatan dan hukum perjanjian pada khususnya sebagaimana termuat dalam
Bugerlijk Wetboek Wetboek atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang sebagian besar
dijiwai oleh hukum Romawi yang dibuat sekitar abad VI Masehi yang terhimpun dengan baik
dalam suatu kodifikasi atau kitab hukum yang terdiri dari empat bagian, yang terkenal dengan
nama corpus iuris civilis sebagai karya agung seorang Raia Romawi yang bernama
justinianus yang memerintah antara 524 -565 Masehi.. 9

Di dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), memberikan


suatu batasan atau definisi mengenai perjanjian atau persetujuan yaitu: “Suatu persetujuan
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”. Dengan demikian perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara
dua pihak yang membuatnya atau dapat dikatakan pula, bahwa perjanjian adalah sumber
perikatan disamping sumber-sumber lain. Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata suatu perjanjian
harus didasarkan atas asas itikad baik. Itikad baik dapat dibedakan menjadi itikad baik
subjektif dan itikad baik objektif. Itikad baik subjektif, yaitu apakah yang bersangkutan
sendiri menyadari bahwa tindakannya bertentangan dengan itikad baik, sedang itikad baik
objektif adalah kalau pendapat umum menganggap tindakan yang demikian adalah
bertentangan dengan itikad baik.10

b) Sistem hukum perikatan

Hukum Perikatan memiliki sistem terbuka yang diatur dalam Buku III KUHPerd. Hukum
Perikatan yang memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan
perikatan (perjanjian) yang berisi apa saja, asalkan saja tidak bertentangan dengan ketertiban

7
Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H. Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak
Komersial(Jakarta:Prenadamedia Group,2010)hal.20
8
Prof. Subekti, S.H. Hukum Perjanjian (Jakarta:Intermasa,2005)hal. 1
9
Dr. Marilang,S.H,MHum hukum perikatan(makasar:Indonesia Prime,2017)hal.29-30
10
Hananto Prasetyo,” Pembaharuan Hukum Perjanjian Sportentertainment Berbasis Nilai Keadilan” Volume IV No.
1 Januari - April 2017,hal. 65

3
umum dan kesusilaan. Inilah yang dikenal dengan Hukum Perikatan sebagai hukum
pelengkap (optional law), yang artinya pasal-pasal itu boleh disingkirkan manakala
dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat janji itu. Mereka boleh mengatur sendiri
kepentingan mereka dalam janji yang mereka buat. Bila mereka tidak mengatur sendiri
kemauannya dalam perjanjian itu, maka itu berarti mereka mengenai hal itu akan tunduk
kepada undang-undang. Misalnya mereka yang berjanji dalam jual beli hanya menetapkan
soal harga dan barang, sedangkan yang lainnya seperti tempat penyerahan, risiko, biaya antar,
tidak dituangkan dalam perjanjian jual beli mereka, maka itu berarti selain harga dan
barangnya berlaku ketentuan yang ada dalam Buku III KUHPerd. 11

Oleh karena sifat hukum yang termuat dalam Buku III KUHPerdata selalu berupa tuntut-
menuntut maka Buku III KUHPerdata juga dinamakan perhutangan, (Sri Soedewi Masjhoen
Sofran, 1987) dimana dalam implementasinya menganut 3 (tiga) asas hukum, yaitu :

1. Asas Hukum Terbuka, hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat


untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja sepanjang tidak melanggar ketertiban
umum dan kesusilaan. Mengandung suatu pengertian bahwa perjanjian-perjanjian khusus
yang diatur dalam undang-undang hanyalah perjanjian-perjanjian yang telah dikenal umum di
dalam masyarakat pada waktu KUHPerdata dibentuk.

2. Asas Konsensualitas, asas ini menyatakan bahwa perjanjian sudah terjadi dan bersifat
mengikat sejak tercapai kesepakatan (konsensus) antara kedua belah pihak mengenai obyek
perjanjian. Dapat ditetapkan apa yang menjadi hak dan kewajiban dari masingmasing pihak,
sebagai contoh adalah transaksi jual beli. Perjanjian telah timbul sejak penjual melakukan
penawaran atas suatu barang dan penawaran itu kemudian disetujui oleh pembeli.

3. Asas Hukum Pelengkap, beberapa pasal dalam Hukum Perjanjian dikatakan sebagai
hukum pelengkap, karena pasalpasal ini melengkapi perjanjianperjanjian yang dibuat secara
tidak lengkap. Biasanya orang yang mengadakan suatu perjanjian tidak mengatur secara
12
terperinci semua persoalan yang berkaitan dengan perjanjian itu.

c) Jenis Perikatan.

11
Prof. Dr. I Ketut Oka Setiawan, SH. MH. SpN, Hukum Perdata Mengenai Perikatan(Jakarta: FH –
UTAMA,2014),hlm.3-4
12
Hartana” HUKUM PERJANJIAN” Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016,hal.150

4
Perikatan menurut para ahli dibedakan dalam berbagai jenis sebagai berikut:

1. Menurut Ilmu Hukum Perdata:

a. Dilihat dari objek nya:

1) Untuk memberikan sesuatu;

2) Untuk berbuat sesuatu;

3) Untuk tidak berbuat sesuatu;

4) Perikatan manasuka;

5) Perikatan fakultatif;

6) Perikatan generic dan spesifik;

7) Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi;

8) Perikatan yang sepintas lalu dan terus menerus;

b. Dilihat dari subjeknya:

1) Perikatan tanggung menanggung (hoofdelijk/solidair);

2) Perikatan pokok & tambahan (principale & accessoir);

c. Dilihat dari daya kerjanya:

1) Perikatan dengan ketetapan waktu;

2) Perikatan bersyarat.
2. Menurut Undang-undang:

a. Perikatan untuk memberikan sesuatu (Pasal 1235 – 1238 KUH Perdata): Dalam
perikatan untuk memberikan sesuatu, termaktub kewajiban yang berutang untuk
menyerahkan harta benda yang bersangkutan dan merawatnya sebagaimana bapak rumah

5
tangga yang baik, sampai pada saat penyerahannya. Perikatan ini prestatienya adalah
untuk memberikan sesuatu (menyerahkan) yang dikenal juga dengan istilah levering dan
merawatnya. Kewajiban menyerahkan adalah kewajiban pokok, sedangkan kewajiban
merawat adalah kewajiban preparatoir, yang dilaksanakan oleh debitur menjelang
pemenuhan kewajiban pokoknya.

Contoh perikatan untuk memberikan sesuatu adalah Jual Beli, Sewa Beli, Tukar
Menukar.

b. Perikatan untuk berbuat sesuatu dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu (Pasal 1239
s.d Pasal 1242 KUH Perdata). KUH Perdata tidak memberikan pernyataan secara tegas
tentang perikatan untuk berbuat sesuatu dan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.(Lihat
lebih lanjut ketentuan Pasal 1239 s/d 1242 KUH Perdata).Pasal 1239 KUH Perdata
sebagai pasal awal, pada bagian ketiga dari Bab Kesatu tentang Perikatan-Perikatan
Umum menyatakan bahwa, “Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak
berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan
penyelesaiannya dalam kewajibannya memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”.
Ketentuan Pasal tersebut di atas, memberikan pengaturan tentang tuntutan ganti rugi yang
dapat diajukan oleh si yang berpiutang, ketika yang berutang tidak memenuhi
perikatannya.

c. Perikatan Bersyarat (Pasal 1253, 1259 – 1267 KUH Perdata): Pasal 1253 KUH Perdata
menyatakan bahwa “Perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan
perikatan, sehingga terjadinya peristiwa semacam itu menurut terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa tersebut”. Syarat tersebut harus dinyatakan secara tegas dalam
perikatan. Namun batasan terhadap syarat tersebut telah diatur dalam undang-undang
yaitu:

1) bertujuan melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan;

2) bertentangan dengan kesusilaan;

3) dilarang undang-undang;

6
4) pelaksanaannya tergantung dari kemauan orang yang terikat. Pasal 1266 KUH
Perdata memberikan pengaturan tentang “Ingkar janji yang merupakan syarat
batal dalam suatu perjanjian timbal balik”.

5) Perikatan dengan ketetapan waktu (Pasal 1268 – 1271 KUH Perdata);


Perikatan dengan ketetapan waktu adalah suatu perikatan yang tidak
menangguhkan perikatan, hanya menangguhkan pelaksanaannya.
d. Perikatan manasuka/alternative (Pasal 1272 – 1277 KUH Perdata); Dalam perikatan
alternative ini, debitur dibebaskan jika ia menyerahkan salah satu barang yang disebutkan
dalam perikatan, tetapi ia tidak dapat memaksa yang berpiutang untuk menerima sebagian
dari barang yang satu dan sebagian dari barang yang lain.

e. Perikatan Tanggung Renteng/ Tanggung Menanggung (Pasal 1278 – 1303 KUH


Perdata): Perikatan tanggung menanggung atau tanggung renteng terjadi antara beberapa
orang berpiutang, jika didalam perjanjian secara tegas kepada masing-masing diberikan
hak untuk menuntut pemenuhan seluruh hutang, sedangkan pembayaran yang dilakukan
kepada salah satu membebaskan orang yang berhutang meskipun perikatan menurut
sifatnya dapat dipecah atau dibagi antara orang yang berpiutang tadi. Tanggung renteng
dibedakan yang aktif dan pasif. Tanggung renteng aktif adalah perikatan tanggung
menanggung yang pihaknya terdiri dari beberapa kreditur. Sedangkan yang pasif adalah
terjadinya suatu perikatan tanggung menanggung diantara orang-orang yang berutang
yang mewajibkan mereka melakukan suatu hal yang sama. salah seorang dari kreditur
dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuhan dari salah seorang membebaskan orang-
orang berutang lainnya terhadap si berpiutang/kreditur.

f. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi (Pasal 1296 – 1303 KUH
Perdata); pada perikatan ini, objeknya adalah mengenai suatu barang yang
penyerahannya, atau suatu perbuatan yang pelaksanaannya dapat dibagi-bagi, baik secara
nyata ataupun perhitungan.

g. Perikatan dengan ancaman hukuman (Pasal 1304 – 1312 KUH Perdata). Ancaman
hukuman adalah suatu keterangan, yang sedemikian rupa disampaikan oleh seseorang
untuk adanya jaminan pelaksanaan perikatan. Maksud adanya ancaman hukuman ini
adalah : 1) untuk memastikan agar perikatan itu benar-benar dipenuhi; 2) untuk
menetapkan jumlah ganti rugi tertentu apabila terjadi wanprestasi dan untuk menghindari
pertengkaran tentang hal tersebut. Ancaman hukuman ini bersifat accessoir. Batalnya

7
perikatan pokok mengakibatkan batalnya ancamanhukuman. Batalnya ancaman hukuman
tidak berakibat batalnya perikatan pokok.13

2.2 Kasus Perikatan dan Cara Penyelesaian


Pada permulaan PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dibuka dan disewakan untuk
pertokoan, pihak pengelola merasa kesulitan untuk memasarkannya. Salah satu cara untuk
memasarkannya adalah secara persuasif mengajak para pedagang meramaikan komplek
pertokoan di pusat kota Surabaya itu. Salah seorang diantara pedagang yang menerima ajakan PT
surabaya Delta Plaza adalah Tarmin Kusno, yang tinggal di Sunter-Jakarta.Tarmin memanfaatkan
ruangan seluas 888,71 M2 Lantai III itu untuk menjual perabotan rumah tangga dengan nama
Combi Furniture. Empat bulan berlalu Tarmin menempati ruangan itu, pengelola PT Surabaya
Delta Plaza (PT. SDP) mengajak Tarmin membuat “Perjanjian Sewa Menyewa” dihadapan
Notaris. Dua belah pihak bersepakat mengenai penggunaan ruangan, harga sewa, Service
Charge, sanksi dan segala hal yang bersangkut paut dengan sewa menyewa ruangan.
Tarmin bersedia membayar semua kewajibannya pada PT Surabaya Delta Plaza (PT.
SDP), tiap bulan terhitung sejak Mei 1988 s/d 30 April 1998 paling lambat pembayaran
disetorkan tanggal 10 dan denda 2 0/00 (dua permil) perhari untuk kelambatan pembayaran.
Kesepakatan antara pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) dengan Tarmin dilakukan
dalam Akte Notaris Stefanus Sindhunatha No. 40 Tanggal 8/8/1988.Tetapi perjanjian antara
keduanya agaknya hanya tinggal perjanjian. Kewajiban Tarmin ternyata tidak pernah dipenuhi,
13
Nanda Amalia, SH., M.Hum, Hukum Perikatan(Nanggroe Aceh Darusalam: Unimal Press,2012),hlm 3-6

8
Tarmin menganggap kesepakatan itu sekedar formalitas, sehingga tagihan demi tagihan pengelola
SDP tidak pernah dipedulikannya. Bahkan menurutnya, Akte No. 40 tersebut, tidak berlaku
karena pihak PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) telah membatalkan “Gentlement agreement”
dan kesempatan yang diberikan untuk menunda pembayaran. Hanya sewa ruangan, menurut
Tarmin akan dibicarakan kembali di akhir tahun 1991. Namun pengelola PT Surabaya Delta
Plaza (PT. SDP) berpendapat sebaliknya. Akte No. 40 tetap berlaku dan harga sewa ruangan
tetap seperti yang tercantum pada Akta tersebut.
Hingga 10 Maret 1991, Tarmin seharusnya membayar US$311.048,50 dan Rp.
12.406.279,44 kepada PT SDP. Meski kian hari jumlah uang yang harus dibayarkan untuk
ruangan yang ditempatinya terus bertambah, Tarmin tetap berkeras untuk tidak membayarnya.
Pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP), yang mengajak Tarmin meramaikan pertokoan
itu.
Pihak pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) menutup COMBI Furniture secara paksa.
Selain itu, pengelola PT Surabaya Delta Plaza (PT. SDP) menggugat Tarmin di Pengadilan
Negeri Surabaya.

Analisis :
Perjanjian diatas bisa dikatakan sudah ada kesepakatan, karena pihak PT. Surabaya Delta
Plaza dan Tarmin Kusno dengan rela tanpa ada paksaan dari pihak manapun untuk
menandatangani isi perjanjian Sewa-menyewa yang diajukan oleh pihak PT. Surabaya Delta
Plaza yang dibuktikan dihadapan Notaris. Tapi ternyata Tarmin Kusno tidak pernah memenuhi
kewajibannya untuk membayar semua kewajibannya kepada PT Surabaya Delta Plaza, dia tidak
pernah peduli terhadap tagihan – tagihan yang datang kepadanya dan dia tetap bersikeras untuk
tidak membayar semua kewajibannya. Maka dari itu Tarmin Kusno bisa dinyatakan sebagai
pihak yang melanggar perjanjian atau telah melakukan wanprestasi.

Dengan alasan inilah pihak PT Surabaya Delta Plaza setempat melakukan penutupan
COMBI Furniture secara paksa dan menggugat Tamrin Kusno di Pengadilan Negeri Surabaya.
Dan jika kita kaitkan dengan Undang-undang yang ada dalam BW, tindakan Pihak PT Surabaya
Delta Plaza bisa dibenarkan. Dalam pasal 1240 BW, dijelaskan bahwa : Dalam pada itu si piutang
adalah behak menuntut akan penghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan dengan
perikatan, dan bolehlah ia minta supaya dikuasakan oleh Hakim untuk menyuruh menghapuskan
segala sesuatuyang telah dibuat tadi atas biaya si berutang; dengan tak mengurangi hak menuntut

9
penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.Dari pasal diatas, maka pihak PT
Surabaya Delta Plaza bisa menuntut kepada Tarmin Kusno yang tidak memenuhi suatu perikatan
dan dia dapat dikenai denda untuk membayar semua tagihan bulanan kepada PT Surabaya Delta
Plaza.Seharusnya Tarmin Kusno bertanggung jawab atas semua kewajiban-kewajibannya yang
telah ia sepakati sebelumnya dan harus menerima semua resiko yang dia terima. Dengan
menggugat Tarmin ke Pengadilan Negeri Surabaya dan menutup COMBI Furniture secara terpaksa adalah
hal yang benar, karena perjanjian itu harus & wajib ditepati oleh kedua belah pihak, dan sewa tempat
pertokoan harus dibayarkan sepenuhnya, karena semua sudah ada aturannya dan sudah ada asas-asasnya.
Adapun Asas-asas dalam hukum perikatan diatur dalam Buku III KUH Perdata, yakni menganut azas
kebebasan berkontrak dan azas konsensualisme. Asas atau pemecahan perjanjian bertujuan membawa
keduabelah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan.

Dan perjanjian di hadapan Akta Notaris itu bukanlah hal yang harusnya di sepelekan atau bahkan
berpikiran sekedar formalitas Kebebasan Berkontrak Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal
1338 KUHP Perdata yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para
pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.Asas
konsensualisme Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya kata sepakat
antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesuatu formalitas. Dengan
demikian, azas konsensualisme lazim disimpulkan dalam Pasal 1320 KUHP Perdata. Di dalam pembatasan
tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUH Perdata. Pembatalan perjanjian,
karena sudah perjanjian tertulis yang sah di mata hukum Negara kita. Hal yang menjadi kewajiban Pak
Tarmin haruslah dibayarkan dengan sepenuhnya.14

14
Diki Firmansyah”hukum perikatan PT Surabaya DeltaPlaza”
(http://proudbepartof.blogspot.com/2015/05/hukum-perikatan-pt-surabaya-delta-plaza.html,Diakses pada 14 Mei
2020,2015)

10
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
 Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang
lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan, Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa
perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam
bidang hukunm keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession),
dalam bidang hukum pribadi (personal law). Dalam kita undang-undang hukum perdata
pasal 1331 ayat 1 dinyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undag-undnag bagi mereka yang membuatnya, artinya apabila objek hukum yang
dilakukan tidak berdasarkan niat yang tulus, maka secara otomatis hukum perjanjian
tersebut dibatalkan demi hukum.
 Tujuan hukum perikatan adalah untuk melindungi antara keduabelah pihak agar perikatan
yang dilakukan sesuai dengan undang-undangkesusilaan,dan tata aturan umum yang
berlaku agar tidak terjadi penipuan didalam kegiatan kerja sama tersebut

11
Daftar Pustaka

Amalia, Nanda. (2013). Hukum Perikatan. Nanggroe Aceh Darussalam: Unimal Press.

Aziz,Moh.Alwi.2018.Pengantar Hukum Perikatan dihttps://sarjanahukumasli.blogspot.com(akses 15 Mei


2020)

Firmansyah,Diki.2015.hukum perikatan PT Surabaya DeltaPlaza dihttp://proudbepartof.blogspot.com


(akses pada 14 Mei 2020)
Hernoko,Agus Yudha . (2010). Hukum Perjanjian Asas Proposionalitas dalam Kontrak Komersial.
Jakarta: Prenadamedia Group.

Hananto.2017. Pembaharuan Hukum Perjanjian Sportentertainment Berbasis Nilai Keadilan.Hukum


perikatan.4(2):65

Hartana.2016. Hukum Perjanjian Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

BatubaraHukumperjanjian.2(2):150
Marilang. (2017). hukum perikatan. Makasar: Indonesia Prime.
Setiawan,I Ketut Oka. (2014). Hukum Perdata Mengenai Perikatan. Jakarta: FH - UTAMA.
Subekti. (2015). Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.

12

Anda mungkin juga menyukai