Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Al ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
“ Hukum Bacaan Mad Thabi’I dan Mad Far’i”

Disusun Oleh :
Kelompok IX

1. Muhammad Abyan
2. Sasmita

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Iri Hamzah, M.Hi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur tercurah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kepada kita sehingg kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam
kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah terlibat dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya kami yang membuat. Dan untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini.

Muara Bungo, 30 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mad Asli ..................................................................................3
B. Macam – Macam Mad Asli .......................................................................4
C. Mad Wajib Muthasil..................................................................................7
D. Mad Jaiz Munfasil .....................................................................................7
E. Mad Lazim Harfi Mukhaffifi ....................................................................8
F. Mad Lazim Harfi Musyba’ .......................................................................9
G. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ...................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................10
B. saran ..........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mempelajari ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu kifayah. Jika dalam
suatu tempat ada seseorang yang menguasai ilmu ini, maka bagi yang lainnya
tidak menanggung dosa, dan sebaliknya jika tidak seorangpun yang menguasai
ilmu ini, maka seluruh penduduk daerah tersebut menanggung dosa. Adapun
membaca Al-Qur’an dengan tajwid hukumnya fardhu ‘ain. Jika seseorang
tidak menggunakan tajwid dalam membaca Al-Qur’an, maka ia berdosa. Ilmu
tajwid sangat penting sekali untuk dipelajari sebelum belajar membaca Al-
Qur’an, karena dengan ilmu tajwid kita dituntun bagaimana cara melafalkan
huruf hijaiyah, bagaimana cara memanjangkan atau memendekkan bacaan
atau yang disebut dengan Hukum Mad, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas penulis dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Mad asli?
2. Apa saja macam – macam Mad asli?
3. Apa itu mad wajib Muthasil?
4. Apa itu Mad jaiz Munfasil?
5. Apa itu Mad lazim Harfi Mukhaffafi?
6. Apa itu mad lazim harfi Musyba’?
7. Apa itu Mad lazim Mutsaqqal Kilmi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Mad asli
2. Untuk mengetahui Apa saja macam – macam Mad asli
3. Untuk mengetahui Apa itu mad wajib Muthasil
4. Untuk mengetahui Apa itu Mad jaiz Munfasil
5. Untuk mengetahui Apa itu Mad lazim Harfi Mukhaffafi
6. Untuk mengetahui Apa itu mad lazim harfi Musyba’
7. Untuk mengetahui Apa itu Mad lazim Mutsaqqal Kilmi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertiam Mad ashli / mad thabi’i

Mad ashli adalah mad yang tidak membutuhkan sebab berupa hamzah atau
sukun. Hal ini disebutkan dalam bait Tuhfatul Athfal:

ُّ‫علَـى‬
َ ُُّّ‫لَُّت ََوقـفُُّّلَـه‬
ُّ ُّ‫ط ِبي ِعـيًّـاُّ َوه ُّو َما‬ ُّ ً ‫ــمُّأ َ َّو‬
َ ُّ‫ل‬ ْ َ ‫َو ْال َمـدُُّّأ‬
َ ‫ص ِلـيُُّّ َُّوُّفَ ْر ِعـيُُّّلَهُُّّ•ُّ َو‬
ُِّ ‫س‬
ُّْ ‫غيْرُّ ُّ َه ْمزُّ ُّأ َ ُّْو ُّسك‬
ُّ•ُّ ‫ـون‬ َ ُّ ُّ‫بل ُّأَيُّ ُّ َح ْرف‬ ْ َ‫ـب ُّ• ُّ َول ُّ ِبدو ِنـه الحـروفُّ ُّتجْ تَـل‬
ُّْ ُّ‫ـب‬ ُّْ ‫س َب‬
َ
ْ ‫يُّ َيك‬
ُّ ُّ‫ون‬ َّ َ‫َجـاُّ َب ْعـ ُّدَُّ َمـدُُّّف‬
َُّّ ‫الط ِبي ِعـ‬

Artinya:

Mad itu ada ashli dan far’i. Mad ashli disebut juga mad thabi’i. Mad ashli
adalah mad yang tidak tergantung terhadap sebab, dan tidak akan ada dzat
huruf mad jika tanpa ada mad ashli. Bahkan setiap huruf selain hamzah dan
sukun yang datang setelah huruf mad maka disebut mad thabii.

Sebagaimana kita bahwa mad adalah apabila:

َُّ ‫) َك‬
1. Alif yang sebelumnya fathah. Contoh (‫ان‬

2. Ya’ sukun yang sebelumnya kasrah. Contoh (‫ل‬


َُّ ‫)قِ ْي‬
3. Wawu sukun yang sebelumnya dhammah. Contoh (ُّ‫)أَع ْوذ‬

Apabila setelah ketiga keadaan di atas tidak ada huruf yang sukun atau
hamzah, maka dikategorikan mad ashli. Seluruh ulama qiraat sepakat bahwa
ukuran mad ashli adalah dua harakat atau satu alif. Mad ashli bisa disebut juga
mad thabii. Namun, jika melihat definisi, tak selamanya mad ashli adalah mad
thabii. Intinya ada perbedaan antara mad ashli dan mad thabii. Mad thabii
merupakan bagian dari mad ashli.
B. Macam-macam mad Ashli
Mad ashli dibagi 4 macam, yaitu mad thabii, mad iwadh, mad shilah
shugra, dan mad tamkin. Berikut penjelasannya:
1. Mad Thabii
Mad thabii adalah aapabila ada huruf mad dan tidak ada hamzah atau
sukun setelahnya. Mad thabii ada dua:
a. Mad Thabii Kilmi
Yaitu mad thabii yang terdapat pada kata. Contoh:

ُّ‫ُّن ْو ِح ْي َها‬-ُّ‫ل‬ َُّ ‫قَا‬


َُّ ‫لُّ–ُّ َيق ْولُُّّ–ُّقِ ْي‬

b. Mad Thabii Harfi

Yaitu mad thabii yang terdapat pada huruf (‫ )حُُُّّّيُُّّطُُُّّّهُُّّر‬pada fawatihus


suwar. Dalam kitab Tuhfatul Athfal dijelaskan:

َُّ َ‫ــف َوذ‬


ُّ‫اك‬ ُّْ ‫ط ِبي ِعـيًّـاُّأ ِل‬ ُّْ ‫لُّأ َ ِل‬
َ ُّ‫ـفُّ•ُّفَـ َمـدهُُّّ َمــدًّا‬ ُّ َ ُّ‫فُّالثالَ ِثي‬
ُِّ ‫َو َماُّ ِس َوىُُّّال َح ْر‬
ُّ‫ـر‬
ْ ‫ص‬ َ ُُّّ‫ظُّ( َحي‬
َ ‫طا ِهر)ُّقَـ ُِّدُّا ْن َح‬ ُِّ ‫ـحُّالس َـو ُّْرُّ•ُّفِيُّلَ ْف‬ ً ‫أ َ ْي‬
ُِّ ‫ضاُّفِـيُّفَ َوا ِت‬

Artinya:

Dan (huruf muqathaah) yang tidak terdiri dari tiga huruf selain alif,
maka madnya disebut mad thabii. Begitu juga mad tersebut terdapat

ِ ‫) َحيُُُّّّ َطا‬.
di fawatihus suwar, yang terkumpul pada (ُّ‫هر‬

Contoh mad thabii harfi terdapat pad huruf ha dan ya’ pada kata (ُّ‫)كهعص‬,

huruf tha dan Ha pada kata (ُّ‫)طه‬, dan huruf ra’ pada kata (‫)المر‬. Apabila
dituliskan, kelima huruf fawatihus suwar tersebut terdiri dari dua huruf dimana
huruf yang kedua merupakan huruf mad.

ُّ)‫(را‬ َ (ُّ‫ُُّّيُّ( َيا)ُّ–ُّط‬-ُُّّ)‫حُّ( َحا‬


َ ُّ‫ُُّّهُّ(هَا)ُّ–ُّر‬-ُّ)‫طا‬
2. Mad Iwadh
Mad iwadh adalah mad yang terdapat pada tanwin fathah yang
diwaqafkan. Apabila ada fathatain diwaqafkan, tanwin berubah menjadi
harakat fathah tunggal. Mad iwadh tidak berlaku pada tanwin fathah yang
terdapat pada ta’ marbuthah. Ta’ marbuthah berharakat apapun ketika

waqaf diibdalkan menjadi Ha’ (‫)ه‬. Contoh mad iwadh:

ُّ‫عج ْو َل‬ ُّ ً ‫عج ْو‬


َ ُّ←ُّ‫ل‬ َ ُّ،‫ُّ َم ْفع ْو ًلُُّّ←ُّ َم ْفع ْو َل‬،‫ْالُّ←ُُّّ َو ِكي َْال‬
ُّ ً ‫َو ِكي‬

3. Mad Shilah Shugra/Qashirah


Mad shilah shugra adalah mad yang terdapat pada Ha’ dhamir yang
yang sebelumnya bukan sukun dan setelahnya tidak ada sukun dan
hamzah. Mad pada mad shilah berupa mad muqaddarah, yakni dalam
tulisannya tidak ada huruf mad, tapi dalam pelafalannya terdapat mad.
Contoh mad shilah shugra:

ُّ‫ُّلَهُُّّ َما‬-ُّ‫ان‬
َُّ ‫ِإ َّنهُُّّ َك‬

Ada ha’ dhamir yang keluar dari ketentuan sebelumnya, yaitu:


a. Ha’ dhamir pada surat az-Zumar 7
Ha’ dhamir pada Az-Zumar ayat tujuh dibaca pendek walaupun
memenuhi syarat sebagai mad shilah yaitu pada ayat (ُّ‫ضهُُّّلَك ْم‬
َ ‫) َي ْر‬.
Sebenarnya sebelum Ha’ dhamir ada huruf sukun namun dibuang
karena menjadi jawab syarat.
b. Ha’ dhamir pada surat Al-Furqan 69
Ha’ dhamir pada kata (ًُّ‫ )فِ ْيُّ ِهُُّّم َهانا‬dibaca panjang dua harakat meskipun
huruf sebelumnya sukun.

4. Mad Tamkin
Ada 3 keadaan yang termasuk mad tamkin:
a. Ya’ bertasydid dan berharakat kasrah bertemu ya’ sukun. Contohnya:

ُّ‫ُُّّ ِم َنُُّّال َّن ِب ِيي َْن‬-ُّ‫ْن‬


َُّ ‫ح ِييْت ْمُُّّ–ُّ ِع ِل ِيي‬
b. Ada huruf wau sukun sebelumnya dhammah dan setelahnya ada wau
berharakat atau ya’ sukun sebelumnya kasrah dan setelahnya ya’
berharakat. Contoh:

ُّْ ‫يُّ َي ْومُُّّ–ُُّّالَّ ِذ‬


ُّ‫يُّي َو ْس ِوس‬ ُّْ ِ‫صا ِل َحاتُُّّ–ُّف‬ َ ‫قَال ْواُّ َوه ُّْمُّ–ُّآ َمن ْواُّ َو‬
َّ ‫ع ِملواُّال‬

c. Apabila wau sukun sebelumnya wau berharakat dhammah atau ya’


sukun sebelumnya ya’ berharakat kasrah. Contoh:

ُّ َ ُّ–ُّ‫ي‬
ُّ‫لُّ َي ْستَحْ ِي ْي‬ َُّ ‫َي ْلو ْو‬
ُّْ ‫نُّ–ُّيحْ ِي‬

Di buku tajwid yang beredar di masyarakat, disebutkan bahwa mad iwadh,


mad shilah shugra, dan mad tamkin dimasukan ke dalam mad far’i. Namun
menurut saya hal ini kurang tepat bila melihat dari segi teori dan definisi di
kitab-kitab turats.

5. Mad Far’i
Mad artinya panjang, Far’i secara bahasa berasal dari kata far’un yang
artinya cabang. Sedangkan secara istilah Menurut kitab fathul aqfal, Mad
Fari’i yaitu:

ُّ‫ُّم ْنُّ َه ْمزُّأ َ ْوسك ْون‬


ِ ‫س َبب‬ ْ َ ‫ُِّاْل‬
َ ‫ص ِليُِّ ِب‬ ْ َ‫عل‬
ْ ‫ىُّال َمد‬ َّ ‫ْال َمد‬
َ ُّ‫ُّالزا ِئد‬

“Mad yang merupakan hukum tambahan dari Mad Ashli (sebagai


hukum asalnya) yang disebabkan oleh hamzah atau sukun.” Dalam
nazham dijelaskan:

َ ُّ#ُّ‫ع ٰلى‬
ُّ‫س َببْ ُّ َك َه ْمزُّأ َ ْوسك ْونُّم ْس َجال‬ ْٰ ‫و‬
ْ ‫اْلخَر‬
َ ُّ‫ُّالفَ ْر ِعيُّ َم ْوقف‬ َ

“Bagian lain (dari hukum Mad) ialah Mad Far’i, yakni Mad ashli yang
terkena suatu sebab, seperti hamzah atau sukun.”
Dari keterangan di atas, jelas bahwa Mad Far’i ialah Mad tambahan dari
hukum asalnya (Mad Ashli) yang terkena sebab-sebab tertentu sehingga
menjadi Mad Far’i.

C. Mad wajib mutashil


Secara bahasa, mad artinya panjang. Wajib artinya harus
(dipanjangkan), dan Muttasil artinya bersambung (dengan hamzah). Menurut
istilah mad wajib muttasil adalah :

ُّ‫احدَة‬ َ ‫ُّو ْال َه ْمزَ ةُّ ِف ْيُّ َك ِل َمة‬


ِ ‫ُّو‬ ْ َ‫ه َوُّأ َ ْنُّ َيك ْون‬
َ ‫ُّال َمد‬

“Apabila mad (asli) dan hamzah (bertemu) dalam satu kata” [hidayatul
mustafid]. Dijelaskan dalam nazham:

ُّ‫ص ًالُّإِ ْنُّج ِمعَاُّ ِب ِك ْل َم ِة‬


ِ َّ‫ُّمت‬#ُِّ‫ُّإنُّ َجا َءُّقَ ْبلَُّ َه ْمزَ ة‬
ْ ‫اجب‬ِ ‫َو َو‬

“Dan mad wajib muttasil itu ialah apabila datang huruf mad asli sebelum
hamzah dalam keadaan bersambung di satu kata”. [Matan Jazariyah]

Jadi syarat mad wajib muttasil adalah harus ada hamzah setelah mad asli
dan hamzah itu pun berada dalam satu kata. Jika tidak demikian, tidak terjadi
hukum mad wajib muttasil. Cara membaca mad wajib muttasil adalah 5

harokat atau 2 setengah alif. Contoh: ‫آء‬


ُِّ ‫س َّر‬
َّ ‫ُّ ِفىُّال‬,ُّ‫َجآ َء‬

D. Mad jaiz munfashil


Secara bahasa, mad artinya panjang, jaiz artinya boleh (dipanjangkan
lebih dari 2 harokat) dan munfashil artinya terpisah (antara huruf mad dengan
huruf hamzah). Menurut istilah, mad jaiz munfasil adalah :

ُّ‫ُّو ْال َه ْمزَ ةُّفِ ْيُّ َك ِل َمةُّا ْخ ٰرى‬ ْ ‫ه َوُّ َما َكانَ ُّ َح ْرف‬
َ ‫ُّال َمدُِّفِ ْيُّ َك ِل َمة‬

“Apabila huruf mad (asli) dalam satu kata bertemu dengan hamzah di kata
yang lainnya”. Dijelaskan dalam nazham:
ِ َ‫ُّو ٰهذَاُّ ْالم ْنف‬
ُّ‫ص ْل‬ َ ‫ُّكلُّ ِب ِك ْل َمة‬#ُّ‫ص ْل‬ ْ َ‫ُّوق‬
ِ ‫صرُّا ِْنُّف‬ َ ‫َو َجا ِئزُّ َمد‬

“Dan ada mad yang boleh (jaiz) dibaca panjang atau pendek, yang
terpisah kalimat (antara huruf madd dan hamzah). Dan yang demikian
itu dinamakan mad jaiz munfhasil”.

Jadi, mad jaiz munfashil terjadi apabila mad asli di satu kata bertemu
dengan hamzah pada kata berikutnya. Dengan kata lain, mad asli dan
hamzah berada pada dua kata yang terpisah. Cara membaca mad jaiz
munfashil boleh dipanjangkan, 2 harakat, 4 harakat, atau 5 harakat.
Dengan demikian, ada 3 wajah dalam pembacaannya :
1. Hadr : cepat, dibaca 2 harokat.
2. Tadwir : sedang, dibaca 4 harokat.

3. Tartil : lambat, dibaca 5 harokat. Contoh: ُّ‫َُّلُّاَعْبد‬,ُّ


َ ‫س ِن‬ َ ْ‫فِ ٓيُّأَح‬

E. Mad lazim harfi mukhffafI


Secara bahasa, mad artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); harfi artinya huruf (yakni, terjadinya pada huruf); dan mukhofaf
berarti ringan atau tidak terjadi idghom. Menurut istilah, mad lazim harfi
mukhofaf adalah :

ُّ‫علَىُّ َح ْرفَي ِْن‬


َ ُّ‫ح ْرفُّفِ ْي ِه‬ ْ َ‫ه َو َما َكان‬
َُّ ‫ُّال‬

“Apabia huruf-huruf (wafatihus suwar)-nya terjadi dari 2 ejaan hurufnya”.


Dalam nazham dijelaskan :

ُُّّ‫ح‬ ً ‫فُّ َوذَاكَ ُّا َ ْي‬


ِ ‫ضاُّفِ ْيُّفَ َوا ِت‬ ُّْ ‫ط ِب ْي ِعيًّاا ِل‬ ْ ‫ان َُّلأ َ ِل‬
َ ‫ُّفَ َمدهُّ َمدًّا‬#ُّ‫ف‬ ِ َّ‫فُّالث‬ ْ ‫َو َما ِس َو‬
ِ ‫ىُّال َح ْر‬
َ ُّ‫ُّفِ ْيُّلَ ْف ِظُّ َحي‬#ُّ‫الس َو ْر‬
َ ‫طا ِهرُّقَدِا ْن َح‬
ُّ‫ص‬

“Dan selain huruf yang 3 ejaan hurufnya, ada juga huruf yang tersusun dari
2 ejaan huruf, maka memanjangkannya seperti mad thobi’i (2harokat). Huruf-
huruf tersebut merupakan wafatihus suwar, yang menurut para ulama,
teringkas dalam kalimat hayyin thahir”. Huruf-huruf mad lazim harfi
َ ُّ‫ حُّيُّطُّهُّرُّ( َحي‬Cara membacanya yaitu tiap
mukhofaf ada 5 yaitu )‫طه َر‬
ٰ
huruf dipanjangkan 2 harakat. Contoh: ‫ط ُّٰه‬

F. Mad lazim harfi musyba’ mustaqal


Mad lazim harfi musyba mutsaqol adalah :

ْ ‫ف‬
ُّ‫ُّال َمدُِّ َكانَ ُّمثَقَّ ًال‬ ِ ‫فَإِ ْنُّا ْد ِغ َمُّ َح ْرفُّالَّذِيُّ َب ْعدَُّ َح ْر‬

“Bila huruf setelah mad (dalam ejaan huruf wafatihus suwar) diidghomkan,
maka dinamakan mad lazim harfi musyba mutsaqol”. Disebut mutsaqol
karena dalam mad ini bacaan diberatkan akibat terjadinya proses

pengidghoman. Contoh : ‫ا ٓل ُّٓم‬. Cara membacanya yaitu, alif (1 harakat), laam (6


harakat), miim (6 harakat).

G. Mad lazim mustaqqal qilmi


Secara bahasa, mad artinya panjang; lazim artinya pasti (harus dibaca
panjang); kalimi artinya kalimat (yakni, terjadinya pada kalimat); dan
mutsaqol artinya berat, karena terjadi idghom. Menurut istilah, mad lazim
kalimi mutsaqol ialah :

ُّ‫احدَة‬ َ ‫شدَّدُّفِ ْيُّ َك ِل َمة‬


ِ ‫ُّو‬ ْ ‫ف‬
َ ‫ُّال َمدُِّ َح ْرفُّم‬ ِ ‫ه َوُّأ َ ْنُّيَّك ُّْونَ ُّ َب ْعدَُّ َح ْر‬

“Apabila setelah huruf mad (ashli) terdapat huruf yang bertasydid dalam satu
kata (kalimat)”. Syarat terjadinya mad lazim kalimi mutsaqol adalah adanya
huruf yang bertasydid setelah mad ashli. Jika tidak terdapat huruf yang
bertasydid, hukumnya tetap mad asli. Kemudian huruf yang bertasydid itupun
harus berada dalam satu kata dengan huruf mad ashli. Cara membaca mad
lazim kalimi mutsaqol ialah dengaan memanjangkan terlebih dahulu huruf
mad sebanyak 6 harokat (3 alif), “diberatkan” (mutsaqol) atau dimasukkan

ُّْ ‫َو َلالض َِّآل‬


(idghom) kepada huruf yang bertasydid dihadapannya. Contoh: ‫ي‬
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan yaitu, Mad adalah ilmu
mengenai ukuran panjang suatu huruf dalam membaca Al-Qur’an. Mad
terbagi menjadi 2 bagian yaitu
1. Mad Ashli/Mad Thabi’i (tidak butuh sebab).
2. Mad Far’i (butuh sebab). dimana Mad Far’i ini terbagi lagi menjadi
beberapa golongan
B. Saran
Dalam makalah ini kami membahas tentang Mad dan pembagiannya.
Kami berharap pembaca tidak puas dengan makalah yang kami sajikan ini dan
berusaha mencari sumber lain yang berkaitan dengan materi ini demi
kesempurnaan pengetahuan dalam memahami ilmu tajwid.
DAFTAR PUSTAKA

Iim, Acep. 2016.Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap.Diponegoro:CV.Penerbit

Kitab Hidayatul Mustafid.

Kitab Matan Al-Jazariyah.

Kitab Tuhfatul Athfal.

Anda mungkin juga menyukai