Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIMBINGAN KOSELING ISLAM

SUBJEK DAN OBJEK BIMBINGAN KOSELING ISLAM

Dosen Penggampu : Amelina Rabbani Azra, M.Pd

Di Susun Oleh:

Darma Putra ( 202100023)

Khairul Siti Aisyah (202100034)

SEKOLAH AGAMA ISLAM TINGGI

AL- AQIDAH AL- HASIYIMIYYAH

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat allah swt. Yang telah menganugrahkan
taufik dan rahmatnya kepada kita semua sehingga bisa menjalankan aktifitas kita sehari-hari
dengan baik. Shawalat dan salam tak lupa kitahadiahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad saw. Sang rahmatan lil’alamin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk membahas tentang “Subjek Dan Objek
Bimbingan Konseling Islam”, sehingga dengan adanya makalah ini kami berharap bisa menjadi
tambahan ilmu pengetahuan baik untuk penyusun maupun utntuk para pembaca semua.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan penyusun miliki, sehingga besar harapan kami kepada semua
pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun didalam
menyempurnakan makalah ini. Akhir kalam, semoga makalah ini memberikan manfaat kepada
ita semua yang membaca makalah ini.

Jakarta 07 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Penciptaan Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Bimbingan Konseling Agama 2


B. Subjek Bimbingan Konseling Agama 4
C. Objek Bimbingan Konseling Agama 7

BAB III PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11
B. Kritik Dan Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Dimana manusia pasti akan membutuhkan
bantuan manusia lainnya. Manusia sebagai makluk sosial makan manusia akan
berinteraksi dengan manusia lainnya dan lingkungannya. Dengan demikian, manusia
akan membutuhkan bantuan satu sama lain.
Dalam proses konseling, dijelaskan bahwa konseling merupakam proses yang
melibatkan seorang profesional atau konselor dengan klien dengan tujuan membantu
klien dalam menghadapi permasalahannya. Sedangkan bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan secara optimal dengan jalan memahami diri, lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Dan agama
merupakan sebuah keyakinan atau ajaran yang diyakini oleh orang sebagai pedoman
hidup.

Jadi bimbingan konseling agama merupakan proses memberikan bantuan kepada


klien dengan mengembangkan secara optimal dengan jalan memahami potensi yang
dimiliki manusia sebagai makhluk yang mempunyai ajaran sebagi pedoman hidup
untuk kebahgiaandunia dan akhiraat. Bimbingan konseling agama tentunya mamiliki
subjek dan objek. Untuk lebih lanjut, maka pemakalah akan membahas tentang subjek
dan objek bimbingan konseling agama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penciptaan Manusia sebagai Subjek dan Objek Bimbingan Konseling
Agama?
2. Siapa yang Menjadi Subjek Bimbingan Konseling Agama?
3. Siapa yang Menjadi Objek Bimbingan Konseling Agama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Penciptaan Manusia Sebagai Subjek Dan Objek Bimbingan
Konseling
2. Untuk Mengetahui Subjek Bimbingan Konseling Agama
3. Untuk Mengetahui Objek Bimbingan Konseling Agama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penciptaan Manusia sebagai Subjek dan Objek Bimbingan Konseling Agama.


Menurut Quraish Shihab, menunjukkan ada tiga kata yang digunakan dalam Al-Qur’an
dalam menyebutkan “manusia” yaitu:

1. Basyar, dalam Al-Qur’an kata basyr lebih cenderung digunakan pada hal-hal yang
berkaitan dengan aspek fisik yang tampak secara umum. Dan dalam beberapa kasus,
istilah basyar juga digunakan untuk menggambarkan aspek-aspek psikis seperti
kebutuhan, batas-batas kemampuan mengindra, aktifitas belajar, dan tahap-tahap
perkembangan manusia. Dengan kata lain basyar lebih banyak menggambarkan
persamaan yang ada pada manusia, baik dari aspek fisik maupun psikis.
2. Kata insan menurut Manzhur berasal dari kata Insiyan yang berarti manusia.
Sedangkan menurut Quraish Shihab, istilah insan terambil dari kata “uns” yang
berarti jinak, harmonis, dan tampak. Jinaknya manusia ini lebih tampak manakala
dibandingan dengan binatang seperti harimau, serigal, ular dan binatang lainnya.
Kata insan dalam Al-Qur’an dugunakan untuk menunjuk manusia dengan seluruh
totalitasnya, yaitu jiwa dan raganya. Menggambarkan perbedaan-perbedaan dalam
aspek keruhanian, keimanan dan akhlak. Dengan kata lain, insan dsamping
digunakan untuk manunjuk manusia secara utuh, juga menggambarkan perbedaan
antara seseorang dengan yang lainnya.
3. Kata “Zhuriyah” menurut Ibnu Manshur berkaitan dengan keturunan, Zhuriyah
juga berkaitan dengan sesuatu yang jatuh (diperolah) anak dari orang tuanya. Bila
kata ini diakitkan dengan Adam, maka ini berkaitan dengan keturunan darimana
seseorang berasal, dan sifat-sifat bawaan yang dibawa sejak lahir.

Manusia pada mulanya tidak ada, kemudian ada. Adanya manusia bukan ada
dengan sendirinya, tetapi ada yang mengadakan, yang mengadakan atau yang
menciptakan manusia adalah Allah. Allah yang menciptakan manusia dengan segala

2
kelengkapannya. Terdapat beberapa istilah untuk menginformasiakan terciptanya
manusiia., yaitu khalaqo, ansya’a, fathara, dan ja’ala.1

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Mukminun ayat 67 terdapat penjelasan tentang


penciptaan manusia.

‫وخ ََ ِم ْْ ُك ْم‬
‫شُُ ا‬ ُ َ‫طفَ ٍة ثُ َّم ِمنْ َعلَقَ ٍة ثُ َّم يُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفال ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغوا أ‬
ُ ‫ش ََّّد ُُ ْم ثُ َّم لِتَ ُكونُوا‬ ْ ُ‫ب ثُ َّم ِمنْ ن‬
ٍ ‫ُه َو الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِمنْ تُ َرا‬
َ ‫َمنْ يُتَ َوفَّى ِمنْ قَ ْب ُل ََلِتَ ْبلُ ُغوا أَ َجال ُم‬
َ‫س امًّى ََلَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬

Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,
kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa),
kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan
dan supaya kamu memahami (nya).

َ ‫ش ارا ِمنْ ِطُ ٍن فَإ ِ َذا‬


َ ُ‫س َّو ْيتُهُ ََنَفَ ْختُ فُِ ِه ِمنْ ُرَ ِحي فَقَ ُعوا لَه‬
‫س ِج َِّدين‬ ٌ ِ‫ِِ ْذ قَ َل َر ُّب َك لِ ْل َمالئِ َك ِة إِنِّي َخ ل‬
َ ‫ق َب‬

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku


akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya".

Hadis tentang penciptaan manusia

Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim. Malaikat itu
berkata: Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah.
Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging. Manakala Allah sudah memutuskan untuk
menciptakannya menjadi manusia, maka malaikat akan berkata: Ya Tuhan! Diciptakan
sebagai lelaki ataukah perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah
rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya? Semua itu sudah ditentukan dalam perut
ibunya. (Shahih Muslim No.4785)2.

Dalam Al-Qur’an kadang-kadang menggunakan kata khalaqa dan kadang-kadang


menggunakan ansya’a, hanya penggunaan ansya’a lebih jarang.

1
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik) ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014, Cet 2, hal.51
2
Hadis Digital

3
Allah menciptakan manusia dengan memiliki tujuan tertentu. Tujuan
diciptakannya manusia adalah sebagi khalifah Allah di muka bumi ini. Khalifah yang
diangkat dan diberhentikan oleh Allah untuk melaksanankan tugas-tugas sesuai
kehendak dan aturan-Nya. Dalam menjalankan tugas sebagi khalifah, ada sejumlah
aturan berupa perintah atau larangan yang harus dipatuhi, yang dalam melaksanakannya
dinilai sebagai ibadah.

Ibadah yang harus dilakukan oleh manusia yitu ibadah mahdhoh dan ghoiru
mahdhoh. Ibadah mahdhoh adalah ibadah yang telah ditentuka oleh Allah, baik bentuk,
kadar atau waktu pelaksanannya. Sedangkan ibadah ghoiru mahdhoh adalah ibadah
segala aktivitas lahir maupun batin manusia yang dimaksudkan untuk mendekatkat diri
kepada Allah.3

B. Subjek Bimbingan Konseling Agama


Pada dasarnya yang menjadi subjek dalam bimbingan dan konseling agama
adalah manusia itu sendiri. Namun hal ini yang menjadi subjek bimbingan dan
konseling agama adalah konselor. Konselor adalah pihak yang membantu klien
dalam proses konseling. Konselor dalam menjalankan peranannya bertindak sebagai
fasilitator bagi klien. Selain itu konselor juga bertindak sebagai penasehat, guru,
konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi
masalah yang sedang duhadapinya.
Dalam melakukan proses konseling, seorang konselor harus dapat menerima
keadaan klien apa adanya. Konselor juga harus dapat menciptakan suasana yang
kondusif saat proses konseling berlangsung.

Menurut Carl Rogers, konselor memiliki karakteristik, diantaranya:

1. Congruence
Menurut Rogers, seorang konselor harus terintegrasi dan kongruen.
Pengertiannya adalah seorang konselor terlebih dahulu harus memahami
dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan dan pengalamannya harus serasi.
Konselor harus benar-benar menjadi dirinya sendiri, tnpa menutup-nutupi
kekurangannya sendiri.

3
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik) ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014, Cet 2, hal.58-59

4
2. Unconditional positive regard
Konselor harus dapat menerima atau respek kepada klien walaupun dengan
keadaan yang tidak dapat diterima oleh lingkunganna. Menurut Ragers,
setiap manusia memiliki tendensi untuk mengaktualisasikan dirinya ke arah
yang lebih baik. Untuk itulah konselor harus memberikan kepercayaan
kepada klien untuk mengembangkan dirinya. Situasi konseling harus
menciptakan hubungan kasih sayang yang mendatangkan efek konstruktif
pada diri klien sehingga klien emiliki kemampuan dalam memberi dan
menerima cinta.
3. Empahty
Empathy disini maksudnya adalah memahami orang lain dari suduk kerangka
berfikirnya. Selain itu empathy yang dirasakan juga harus ditunjukkan.
Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri tetapi tidak boleh
ikut terlarut dalam nilai-nilai klien. Rogers, mengartikan empathy sebagai
kemampuan yang dapat merasakan dunia klien tanpa kehilangan kesadaran
dirinya. Ia menyebutkan komponen yang terdapat dalam empathy meliputi:
penghargaan positif, rasa hormat, kehangatan, kekonkritan, kesiapan atau
kesegaran, konfrontasi, dan keaslian.
Selain karakteristik yang disebutkan Calr Rogers, seorang konselor yang
berperan sebagai pembantu bagi klien harus memiliki karakteristik yang
positif untuk menjamin keefektifannya dalam memberikan penanganan.
Dalam hal ini, Latipun membagi dua aspek utama yaitu
a. Keahlian dan ketrampilan
Konselor adalah orang yang harus benar-benar mengerti dunia konseling
dan menyelesaikan permasalah klien dengan tapat, aspek keahlian dan
ketrampilan wajib dipenuhi oleh konselor yang efektif.
b. Kepribadian konselor
Kepribadian seoarng konselor juga turut menentukan keberhasialan
proses konseling. Dimensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
konselor sebagai berikut.
a) Spontanitas
b) Fleksibilitas

5
c) Konsentrasi
d) Keterbukaan
e) Stabilitas emosi
f) Berkeyakinan dan kemampuan untuk berubah
g) Komitmen pada rasa kemanusiaan
h) Kemauan membantu klien mengubah lingkungannya
i) Pengetahuan konselor
j) Totalitas
Secara umum, karakteristik seorang konselor yang berlaku di Indonesia telah
diuraikan oleh Willis, seperti berikut:
1. Beriman dan bertakwa
2. Menyenangi manusia
3. Komunikator yang trampil dan pendengar yang baik
4. Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya yang baik dan
kompeten
5. Fleksibel, tenang dan sabar
6. Menguasai ketrampilan teknik dan intuisi
7. Memahami etika profesi
8. Respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai
9. Empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat
10. Fasilitator dan motivator
11. Emosi stabil, pikiran jernih, cepat dan mampu
12. Objektif, rasional, logis, dan konkrit
13. Konsisten dan beranggung jawab.4

Karakteristik konselor yag diharapkan bisa melaksanakan konseling Islami

1. Seseorang yang sudah mendalami dan mendapat keahian khusus dalam bidang
konseling atau pendidikan profesi konseling.
2. Seseorang yang memiliki pemahaman ajaran agama yang memadahi.
3. Seorang yang cara hidupnya layak diteldani.
4. Seseorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk membantu orang lain.
5. Seseorang yang bisa memegang rahasia orang lain.

4
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana,
2011, Cet 1, hal 31-32

6
6. Seseorang yang menyadari berbagai kelemahan pribadinya dan tidak enggan
meminta bantuan ahli lain
7. Seorang yang tidak mudah putus asa
8. Seorang muslim/muslimah yang secara terus menerus berudaha memperkuat
iman, ketakwaannya, dan berusaha menjadi ihsan yang suci hatinya.5

Selain memiliki karakteristik, seorang konselor juga memiliki peran dan fungsi.
Peran (role) didefinisikan sebagai the interaction of expectations about a “position”
and perceptions of the actual person in that position. Dari definisi yang
dikembangkan oleh Baruth dan Robinson III, dapat diartikan bahwa, peran adalah
apa yng diaharapkan dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi
sebagai orang lain terhapad posisi konselor tersbut.

Sementara fungsi (function) didefinisikan sebagai what he individual does in


the way of specific activity. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa fungsi
adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh konselor dalam menjalani profesinya.

Corey mengatakan bahwa tidak ada satpun jawaban sederhana yang mampu
menerangkan bahwa bagaimana sebenarnya peran konselor yang layank. Ada
beberapa faktor yang diperhitungan dalam menentukan peran konselor, yaitu tipe
pendekatan konseling yang digunakan, karakteristik kepribadian konselor, taraf
latihan, klien yang dilayani dan setting konseling.

Fungsi utama seorang konselor adalah membantu klien menadari kekuatan-


lkekuatan mereka sendiri, menentuka hal-hal apa yang merintangi mereka
menentukan kekuatan tersebut, dan memperjelas pribadi seperti apa yang mereka
harapkan fungsi sensial dari konseloradalah memberika umpan balik yang jujur dan
langsung kepada klien.6

C. Objek Bimbingan Konseling Agama


Bila konselor menjadi subjek bimbingan konseling agama, maka yang berperan
sebagai objek bimbingan konseling agama adalah klien. Dimana klien adalah pihak

5
Erhamwilda, Konseling Islami, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Cet 1, hal 115-116
6
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana,
2011, Cet 1, hal 32

7
yang dibantu dalam menghadapi masalahnya. Willis mendefinisikan klien adalah
setiap individu yang diberikan bantuan profesioal oleh seorang konselor atas
permintaan dirinya atau orang lain. Sedangkan menurut Rogers, klien adalah individu
yang datang kepada konselor dalam keadaan cemas dan tidak kongruensi.

Klien juga memiliki karakteristik, menurut Willis karakter klien dapat dibagi
menjadi:

1. Klien sukarela
Klien sukarela adalah klien yang datang kepada konselor atas kesadaran diri
sendiri karena memiliki maksud dan tujuan tertentu. Hal ini dapat berupa
keinginan untuk memperoleh informasi, mencari penjelasan tentang masalah
dan lain-lain. Adapun ciri-ciri klien sukarela sebagai berikut:
a. Datang atas kemauan sendiri
b. Segera dapat beradaptasi dengan konselor
c. Mudah terbuka
d. Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling
e. Berusaha mengemukakan permasalahnya dengan jelas
f. Sikap bersahabat, mengharap bantuan
g. Berusaha mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan
2. Klien terpaksa
Klien terpaksa adalah klien yang datang pada konselor bukan atas
kemauannya sendiri namun atas dorongan teman atau keluarga. Adapun ciri-
ciri klien terpaksa sebagai berikut.

a. Klien bersifat tertutup

b. Enggan berbicara

c. Curuga terhadap konselor

d. Kurang bersahabat

e. Menolak secara halus bantuan konselor

3. Klien enggan (Relictant Client)


Klien enggan adalah klien yang datang pada konselor bukan untuk dibantu
untuk dibantu menyelesaikan masalahnya, melaikna senang untuk

8
berbincang-bincang dengan konselor. Ada juga klien enggan yang hanya
diam karena tidak suka dibantu masalahnya. Upaya yang dapat dilakukan
manghadapi klien enggan adalah:
a. Menyadarkan kekeliruannya
b. Memberi kesempatan agar klien dibimbing oleh konselor atau lawan
bicara yang lain.
4. Klien bermusuhan atau menentang
Klien bermusuhan atau menentang merupakan kelanjutan dari klien
terpaksa yang bermasalah cukup serius. Ciri-ciri klien ini adalah tertutup,
menentang, bermusuhan, dan menolak secara terbuka. Cara untuk
menghadapi klien semacam ini dengan cara sebagai berikut:

a. Ramah, bersahabat, empati

b. Toleransi terhdap perikalu klien yang tampak

c. Meningkatkan kesabaran, menanti saat yang tepat untuk berbicara sesuai


bahasa tubuh klien

d. Memahami keinginan kien yang tidak mau dibimbing

e. Mengajak negosisi atau kontrak waktu dan penjelasan konseling

5. Klien krisis
Klien krisis merupkan klien yang mendapatkan musibah seperti
kematianorang-orang terdekat, kebakaran rumah, dan pemerkosaan. Tugas
konselor disini adalah memberikan bantuan yang dapat membuat klien
menjadi stabil dan mampu enyesuaikan diri dengan situasi baru. Ciri-ciri
klien ini sebagai berikit:
a. Tertutup atau menutup diri dari dunia luar
b. Sangat emosiaonal
c. Tidak berdaya
d. Ada yang mengalami histeria
e. Kurang mampu berfikir rasional
f. Tidak mampu mengurus diri dan keluarga

9
g. Membutuhkan orang yang dipercaya.7
Karakteristik klien yang Islami
1. Klien yang dibantu adalah klien yang beragama Islam dan bersedian dibantu
melalui pendekatan yang Islami.
2. Klien yang dibantu adalah individu yang sedang mengalami masalah untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup.
3. Klien secara sukarela atau didorong untuk mengikuti proses konseling.
4. Klien adalah seorang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri dan
bertanggung jawab atas dirinya setelah dewasa untuk kehidupan dinia akhirat.
5. Pada dasarnya klien adalah baik, karena Allah telah membekali setiap individu
dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada aturan dan petunjuk Allah
6. Ketidaktentraman klien dalam hidupnya umumnya bersumber dari belum
dijalankannya ajaran Islam.
7. Klien yang bermasalah pada hakikatnya orang yang membutuhkan bantuan
untuk memfugsikan jasmani, qolb, a’qal dalam mengendalikan dorongan hawa
nafsu.8

7
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana,
2011, Cet 1, hal 46-50

8
Erhamwilda, Konseling Islami, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Cet 1, hal. 116-117

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Quraish Shihab, menunjukkan ada tiga kata yang digunakan dalam Al-
Qur’an dalam menyebutkan “manusia” yaitu basyar, insan dan zuriyah. Allah
menciptakan manusia dengan air dan kemudian berproses dan jadilah manusia. Tujuan
diciptakannya manusia adalah sebagi khalifah Allah di muka bumi ini.
Subjek bimbingan konseling kelompok adalah konselor. Dimana konselor
memiliki beberapa karakteristik, antara lain: Seseorang yang sudah mendalami dan
mendapat keahian khusus dalam bidang konseling atau pendidikan profesi konseling.
Seseorang yang memiliki pemahaman ajaran agama yang memadahi. Seorang yang
cara hidupnya layak diteldani. Seseorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk
membantu orang lain. Seseorang yang bisa memegang rahasia orang lain. Seseorang
yang menyadari berbagai kelemahan pribadinya dan tidak enggan meminta bantuan ahli
lain. Seorang yang tidak mudah putus asa. Seorang muslim/muslimah yang secara terus
menerus berudaha memperkuat iman, ketakwaannya, dan berusaha menjadi ihsan yang
suci hatinya.
Klien sebagai objek kajian bimbingan konseling agama juga mempunyai jenisnya
tersendiri. Jenis klien tesebut antara lain: klien sukarela, klien terpaksa, klien enggan,
klien bermusuhan atau menentang dan klien krisis.
B. Kritik Dan Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini. oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, agar penulisan makalah ini bias lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Erhamwilda, Konseling Islami, Yogyakarta: GrahaIlmu, 2009

Hadis Digital
Lumongga,Namora.Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik
Jakarta: Kencana, 2011

Qur’an Digital

Sutoyo,Anwar.Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik),Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. 2014

12

Anda mungkin juga menyukai