Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Idul Fitri 1444 H

MEMUPUK SPIRITUALITAS MENGUATKAN FITRAH SOSIAL 1

Dr. A. Bakir Ihsan 2

‫ِهلل‬
‫َالَّس الُم َعَلْيُك ْم َو َر َمْحُة ا َو َبَر َك اُتْه‬

‫َاُهلل َاْك َبْر َاُهلل َاْك َبْر َاُهلل َاْك َبْر‬


‫ َو ُس ْبَح اَن اهلل ُبْك َر ًة َو َاِص ْيًال‬،‫ َو اَحْلْم ُد هللِ َك ِثْيًر ا‬،‫َاُهلل َاْك َبْر َك ِبْيًر ا‬
‫ِا ِا‬
‫ َو َاَعَّز ُج ْنَد ُه َو َه َزَم ْاَالْحَز اَب َو ْح َد ُه‬،‫ َو َنَص َر َعْبَد ْه‬،‫ َص َد َق َو ْعَد ْه‬،‫آل َلَه َّال اهلل َو ْح َد ُه‬
‫ِا ِا‬ ‫ِا ِا‬
‫ ْخُمِلِص َنْي َلُه الِّد ْيَن َو َلْو َك ِر َه اْلَك اِفُر ْو َن‬،‫آل َلَه َّال اهلل َو َال َنْع ُبُد َّال َّياْه‬
‫ِا ِا‬
‫ َاهللُ َاْك َبْر َو هللِ اَحْلْم ُد‬. ‫آل َلَه َّال اهللُ َو اهللُ َاْك َبْر‬
‫ َو َنْش ُك ُر ُه َح َّق ُش ْك َر ُه‬،‫ْحَنَم ُد اهلل َح َّق ْمَحَد ْه‬
‫َاْش َه ُد َاْن آل ِاَلَه ِاَّالاهللُ َو ْح َد ُه َالَش ِر ْيَك ُهَل‬
‫َو َاْش َه ُد َاَّن َحُمَّم ًد اَعْبُد ُه َو َرُسْو ُلْه َال َنَّيِب َبْع َد ُه‬
‫ ُاِص ُك ِاَّيا ْف ِس ِب ْق اهلل َطا ِتِه‬،‫اِع ا اهلل‬
‫ْي ْم َو َي َن ْي َت َو َو َع‬ ‫َفَي َب َد‬
1. Hari ini merupakan hari bahagia dan membahagiakan. Bahagia karena Allah telah
mengantarkan kita menjalani bulan Ramadan dengan segala keberkahannya dan
memberi kesempatan kita untuk hadir pasca Ramadan seperti terlahir kembali di hari
Idul Fitri ini. Membahagiakan karena kita bisa bersama keluarga, kolega dalam
keakraban yang terbangun karena punya rasa yang sama, sebagai manusia yang
terlahir kembali setelah 1 bulan dalam sekolah yang sama. Kebahagiaan kita bukan
karena kita bisa beranjak dari bulan Ramadan menuju bulan Syawwal, tapi karena
adanya jaminan Allah atas kehadiran kita di 1 Syawwal seperti terlahir kembali
sebagai manusia yang fitri.
2. Hari ini Allah tempatkan kita sebagai hambanya yang diampuni karena puasa dan
rangkaian amal ibadah yang kita jalankan sebulan Ramadan dan mengakhirnya
dengan shalat Idul Fitri. Allah menjamin pengampunan, sebagaimana dalam Hadis
qudsi:

1
Khutbah Idul Fitri 1444 H, Masjid Al-Akbar, DPD Golkar DKI Jakarta, Sabtu, 22 April 2023/1
Syawwal 1444 H.
2
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ketua Dewan
Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Ihya’, Komplek Marinir, Depok.
‫ اَي َم َالِئَكىِت ُّلُك َعاِم ٍل َيْط ُلُب ُاْج َر ُه َاىِّن َقْد َغَفْر ُت َلُهْم‬: ‫ِاَذ ا َص اُم ْو ا َش ْهَر َر َم َض اَن َو َخ َر ُج ْو ا ِاَىل ِع ْي ِدْمُك َيُقْو ُل ُهللا َتَع اَىل‬
“Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan
hari raya kamu sekalian, maka Allah pun berkata: 'Wahai Malaikatku, setiap orang
yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya, sesungguhnya Aku telah
mengampuni mereka'.”

3. Pengampunan dosa yang Allah berikan setelah Ramadan seperti kita terlahir kembali.
Terlahir sebagai anak adam yang Allah muliakan dan jaminkan seluruh kebaikan di
dunia ini dengan fadilah atau kelebihan yang diamanahkan berada di atas makhluk-
makhluk lainnya.

‫َو َلَقْد َكَّر ْمَنا َبيِن آَد َم َو َمَحْلَناْمُه يِف اْلِّرَب َو اْلَبْح ِر َو َر َز ْقَنامُه ِّم َن الَّط ِّي َباِت َو َفَّض ْلَناْمُه َعىَل َكِثٍري ِّم َّم ْن َخ َلْقَنا َتْف ِض يًال‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS Al-Isra’:70)

4. Bukan hanya nilai-nilai ilahiyah, kefitrian, dan kemuliaan yang Allah sandangkan
pada kita, tapi juga dalam hal bentuk, Allah ciptakan kita (manusia) dalam sebaik-
baik bentuk.

‫َلَقْد َخ َلْقَنا اِإْل نَس اَن يِف َأْح َس ِن َتْقِو ٍمي‬


Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(QS Al-Tin: 4)

5. Sebaik-baik bentuk pada diri kita sebagai manusia, Allah gerakkan kita melalui ruh
yang Allah tiupkan.

‫َّمُث َس َّو اُه َو َنَف َخ ِفيِه ِم ن ُّر وِح ِه َو َجَعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَأْلْبَص اَر َو اَأْلْفِئَد َة َقِلياًل َّم ا َتْش ُك ُر وَن‬
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. (QS As-Sajdah: 9)
6. Rangkaian ayat di atas menggambarkan kesempurnaan manusia secara presisi lahir
dan batinnya. Bahkan atas kesempurnaan itu pula, Allah jaga kita dengan selalu
bersama kita sangat dekat, lebih dari intimasi cinta antar manusia dengan manusia
lainnya. Allah hadir bersama kita seperti nafas dan jantung yang tak terpisahkan.
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا ا نَس اَن َو َنْعُمَل َم ا ُتَو ْس ِو ُس ِبِه َنْفُس ُه َو ْحَن ُن َأْقَر ُب َلْي ِه ِم ْن َح ْبِل اْلَو ِر يِد‬
“Dan sesungguhnya
‫ِإ‬
Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
‫ِإل‬
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya” [QS. Qaaf : 16].

7. Dari rangkaian gambaran tentang kita itu, mari kita renungkan. Ketika Allah patrikan
kesucian dalam diri kita, ketika Allah muliakan kita di antara makhluk-makhluk
lainnya, ketika Allah sempurnakan bentuk rupa dan penciptaan kita, ketika hari ini
Allah hapus dosa-dosa kita, dan ketika Allah selalu bersama kita, bahkan lebih dekat
dari nadi kehidupan kita, relakah kita menodainya dengan dosa baru? Sudikah kita
melumuri pakaian yang telah kita cuci bersih dengan kotoran? Sudikan kita
menggores luka yang sudah sembuh? Sudikah kita menodai jiwa kita yang Allah
sucikan dari dosa karena ampunannya dengan dosa-dosa baru? Tak malukah kita
berbuat dosa di saat Allah selalu bersama kita? Adakah kita menjadi orang yang telah
memintal benang kemudian mengurainya kembali? Atau bergerak tanpa beranjak
menaiki tangga?
8. Pertanyaan ini penting, agar kita dari Ramadan ke Ramadan tidak seperti jalan di
tempat, involusi, tidak ada grafik naik, hanya datar bahkan mungkin degradasi amal.
9. Ramadan sebagai bulan penempaan diri, sebagai bulan sekolah jiwa yang merupakan
akar kehidupan kita agar kuat melangkan setelahnya dengan warna-warni
kebaikannya.
10. Hari ini kita pastikan bahwa masing-masing kita memegang raport bukti kenaikan
kelas kita yang kita rasakan dalam jiwa yang lapang dan kita pastikan dalam
kenyataan dengan kepedulian pada sesama.
11. Sebulan penuh ibadah kita khususnya puasa merupakan ibadah yang tidak sekadar
ritual, tapi memiliki makna spiritual. Nabi sudah mewanti-wanti agar puasa kita tidak
sekadar lapar dan dahaga, begitu juga kalua ditarik pada ibadah lainnya agar ibadah
yang kita lakukan memiliki makna, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.
12. Bahkan Allah menempatkan puasa sebagai milikNya dan Allah yang menakar secara
khusus pahalanya. Puasa merupakan ibadah yang begitu mulia dan sangat personal
karena tidak ada ruang kesempatan riya’ atau pamer dalam puasa.
‫ِه‬ ‫ِه‬ ‫ِض‬
‫ ُك ُّل َعَم ِل اْبِن آَدَم َل ُه ِإال الِّص َياَم‬: ‫ َقاَل الَّلُه‬: ‫ َقاَل َرُس وُل الَّل َصَّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم‬: ‫عن َأيب ُه َر ْيَر َة َر َي الَّلُه َعْنُه قال‬
‫َفِإَّن يِل َأَنا َأ ِز ي ِبِه‬
‫ُه َو ْج‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam


bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia
untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan
Muslim, 1946
13. Infak, zakat, bukan sekadar memberi atau berbagi, tapi penguatan sisi personal kita
agar selalu berkecenderungan sosial, peduli pada orang lain. Apalagi puasa yang
sangat personal dan tidak ada ruang untuk pamer, menunjukkan upaya penguatan
orientasi diri sebagai basis eksternalisasi kebaikan.
14. Di sinilah identitas ketakwaan kita diuji, apakah ia menjadi puncak dari rangkaian
ibadah puasa di bulan Ramadan atau menjadi dasar yang mengokohkan langkah-
langkah ibadah bulan-bulan berikutnya.
15. Orientasi jangka Panjang ibadah dan adanya kemestian dalam kesinambungan
menjadi tugas kita untuk tidak selesai karena bonus yang Allah berikan pada kita, tapi
bonus itu adalah modal awal untuk mengembangkan ibadah-ibadah dan amal sosial
yang lebih luas lagi.
16. Di sinilah kadar ketakwaan kita ditentukan. Sejauh mana kekuatan diri mampu
ditransformasikan bagi kehidupan kolektif (solidaritas sosial). Sisi kebaikan personal
(spirituallitas) tidak cukup dinikmati diri. Indikator ketakwaan terletak pada kekuatan
spiritualitas yang dibuktikan dengan laku sosial yang mulia. Inilah fitrah sosial kita
sebagai bagian dari misi rahmatan lil ‘alamin.
17. Islam bukan agama personal, apalagi emosional. Islam adalah agama sosial yang
membawa misi profetis bagi kehidupan alam raya sebagai implementasi dari rahmatan
lil alamin.
18. Sekuat apapun kefitrahan kita apabila tidak didukung oleh lingkungan yang kuat,
maka sedikit tapi pasti akan tergerus oleh zaman. Itulah sebabnya apabila
dianalogikan pada kelahiran bayi yang fitri atau suci, maka perkembangannya
ditentukan oleh asuhan orang tua atau orang-orang terdekat dan lingkungannya atau
dalam konteks kehidupan bernegara, ditentukan oleh sistem kenegaraan dalam
menfasilitas kebaikan warganya.
19. Di sinilah agenda kita mulai hari ini untuk terus merawat kefitrahan kita melalui
modal yang kita dapatkan dalam rangkaian ibadah Ramadan. Kita terus mawas diri
atas godaan eksternal dengan beragam kepentingannya yang dapat mengikis fitrah
sosial kita, sehingga puasa sekadar lapar dan dahaga.
20. Ketakwaan sebagai puncak pengembaraan spiritualitas kita melalui puasa yang
dijalankan di bulan Ramadan, diukur oleh kemampuan kita melanjutkan dan
meningkatkan kebaikan pasca Ramadan. Kefitrian dan kemuliaan yang Allah
sematkan dalam diri setiap kita sejatinya menjadi energi yang mampu merawat
semarak kebaikan untuk kita rayakan dalam kerja-kerja sosial sepanjang bulan-bulan
ke depan yang akan kita lalui. Semoga pengembaraan spiritualitas kita di bulan
Ramadan menjadi pijakan nilai yang menguatkan kerja-kerja kemanusiaan sebagai
fitrah sosial kita.

‫اَف َق ا رِّب ِه و الَّنْف ِن ْاهَل ى َف ِاَّن ا َّن َة ِه‬ ‫ا‬ ‫َّم‬


‫َا‬ . ‫َاُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن ال َّر ِج ْيِم‬
‫َي‬ ‫َجْل‬ ‫َو‬ ‫َع‬ ‫َي َس‬ ‫َه‬
‫َن‬ ‫َم‬ ‫َم‬ ‫َخ‬ ‫َمْن‬ ‫َو‬
‫ َلَنا ا ِاَّياُك ِم ْال اِئِد ْالَف اِئِز ْا ْق ِل َاْد َلَنا ِاَّياُك ىِف ِة ِع اِدِه الَّص اِحِل‬.‫ْا ْأ ى‬
‫َنْي‬ ‫َمل َو َجَع ُهلل َو ْم َن َع ْيَن َو ْيَن َو َمل ُبْو َنْي َو َخ َو ْم ُز ْم َر َب‬
‫ِف ِا‬ ‫ِل ِت‬ ‫ِل ِئ ِلِم‬ ‫ِل ِل‬ ‫ِف ىِل‬ ‫ىِل‬
‫َو َاُقْو ُل َقْو َه َذ ا َو اْس َتْغ ُر َو َلُك ْم َو َو ا َد َّي َو َس ا ِر ْاُملْس َنْي َو ْاُملْس َم ا َفاْس َتْغ ْر ُه َّنُه ُه َو ْالَغُف ْو ُر‬
‫ِح‬
‫الَّر ْيُم‬

‫اخلطبة الثانية‬
‫×) اُهلل َاْك َبْر كبريا َو ْاَحلْم ُد ِهلل َك ِثْيًر ا َو ُس ْبَح اَن اهلل ُبْك َر ًة َو َأْص ْيًال َال‬٤( ‫×) اُهلل َاْك َبْر‬٣( ‫اُهلل َاْك َبْر‬
. ‫ِاَلَه ِاَّال اُهلل َو اُهلل َاْك َبْر اُهلل َاْك َبْر َو ِهلل ْاَحلْم ُد‬
‫ َو َأْش َه ُد َأْن اَل ِإَل َه ِإاَّل اُهلل َو ْح َد ُه اَل‬،‫َاَحْلْم ُد ِلَّل ِه ْمَحدًا َك ِثرْي ًا َطِّيبًا ُمَباَر كًا ِفْي ِه َك َم ا ِحُي ُّب َر ُّبَن ا َو َيْر َض ى‬
‫َأَّم ا َبْع ُد‬. ‫ َو َأْش َه ُد َأَّن َحُمَّم دًا َعْبُد ُه َو َرُسْو ُلُه‬،‫َش ِر ْيَك َلُه‬
‫َاَّم ا ُد َفيَا َاُّي ا الَّن ا ِاَّتُقواا ِف ا َا ا ا َّم ا ى اْع َل ا َاَّن ا َا ُك ِب َا ٍر َد َأ ِف ِه‬
‫َهلل ْيَم َم َر َو ْنَتُه ْو َع َنَه َو ُم ْو ّهلل َم َر ْم ْم َب ْي‬ ‫َه ُس‬ ‫َبْع‬
‫ِبَنْف ِس ِه َو َثـىَن َمِبآل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َق اَل َتعَاىَل ِاَّن اَهلل َو َم آل ِئَك َت ُه ُيَص ُّلْو َن َعلَى الَّنىِب يآ َاُّيَه ا اَّل ِذْيَن آَم ُنْو ا‬
‫ِل ٍد‬ ‫ٍد‬ ‫ِر‬ ‫ِل‬ ‫ِه‬
‫َص ُّلْو ا َعَلْي َو َس ِّلُمْو ا َتْس ْيًم ا‪َ .‬الَّلُه َّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َبا ْك َعَلى َحُمَّم َو َعَلى َا َحُمَّم َك َم ا َص َّلْيَت َو‬
‫َس َّلْم َت َو َب اَر ْك َت َعَلى ِاْبَر اِه ْيَم َو َعَلى َاِل ِاْبَر اِه ْيَم ىِف اْلَع اَلِم َنْي ِاَّن َك ِمَح ْي ٌد ِجَم ْي ٌد ‪َ .‬و اْر َض الَّلُه َّم َعِن‬
‫ِب‬ ‫ِبِع‬ ‫ِة ِع‬ ‫ِل‬ ‫ِء ِش ِد‬
‫اُخلَلَف ا الَّر ا ْيَن َأْيِب َبْك ٍر َو ُعَم َر َو ُعْثَم اَن َو َع ٍّي ‪َ ،‬و َعِن الَّص َح اَب َأَمْج َنْي َو َعِن الَّتا َنْي َو َم ِن اَّت ُعُه ْم‬
‫ِبِإْح َس اٍن ِإىَل َيْو ِم الِّد ْيَن ‪َ ،‬و َعَّنا َمَعُه ْم َمِبِّنَك َو َك َر ِم َك َو ِإْح َس اِنَك َيا َأْك َر َم اَألْك َر ِم َنْي ‪.‬‬
‫ِت ِا ِمَس‬ ‫ِء ِم‬ ‫ِل ِت‬ ‫ِلِم‬ ‫ِم ِت‬ ‫ِف ِل ِمِن‬
‫َالَّلُه َّم اْغ ْر ْلُم ْؤ َنْي َو اْلُم ْؤ َن ا َو اْلُمْس َنْي َو اْلُمْس َم ا َاَأْلْحَي ا ْنُه ْم َو اَأْلْم َو ا َّنَك ْيٌع‬
‫ِم‬ ‫ِا‬ ‫ِت‬ ‫ِت ِض‬ ‫ِجُم‬
‫َق ِر ْيٌب ْيُب الَّد ْع َو ا َو َقا َي اَحْلاَج ا ‪َ .‬الَّلُه َّم َر َّبَن ا اَل ُت ِز ْغ ُقُلْو َبَن ا َبْع َد ْذَه َد ْيَتَنا َو َه ْب َلَن ا ْن‬
‫َل ُد ْنَك َر َمْحًة ِاَّن َك َاْنَت اْلَو َّه اُب ‪َ .‬ر َّبَن ا اَل ْجَتَع ْل ىِف ُقُلْو َبَن ا ِغاًّل ِلَّل ِذْيَن َاَم ُنْو ا َر َّبَن ا ِاَّن َك َر ُؤ ْو ٌف َّر ِح ْيٌم‪.‬‬
‫َّبَنا َه َلَنا ِم ْن َاْز اِج َنا ُذِّر َّيِتَن ا ُقَّر َة َاْع ٍنُي اْجَعْلَن ا ِلْل َّتِق َنْي ِاَم اًم ا‪َّ .‬بَن ا َاِتَن ا ىِف الُّد ْنَيا َح َنًة ىِف‬
‫َس َو‬ ‫َر‬ ‫ُم‬ ‫َو‬ ‫َو َو‬ ‫َر ْب‬
‫ِق‬
‫اآْل ِخ َر ِة َح َس َنًة َو َنا َعَذ اَب الَّناِر ‪.‬‬
‫ِر‬ ‫َك‬ ‫ْن‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ى ِن اْلَف اِء‬ ‫ُق‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ِع ا اهلل! ِاَّن اهلل ْأ ِباْل ْد ِل اِإْل اِن ِا اِء ِذ‬
‫َو ُم َو‬ ‫َش‬ ‫ْح‬ ‫َع‬ ‫َه‬‫ْن‬
‫َي‬ ‫ىَب‬
‫ْر َو‬ ‫َي ُمُر َع َو ْح َس َو ْيَت‬ ‫َب َد‬
‫ِذ‬ ‫ِن ِم ِه ِز‬ ‫ِظ‬ ‫َّل َّذ‬ ‫ِع‬
‫اْلَبْغِى َي ُظُك ْم َلَع ُك ْم َت َّك ُر ْو َن َف اْذُك ُر ْو ا اهلل اْلَع ْيَم َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْش ُك ُر ْو ُه َعَلى َع َي ْد ُك ْم َو َل ْك ُر‬
‫اِهلل َاْك َبُر َو اُهلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو َن ‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai