Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Konsep Hibah, Sedekah zakat dan Perannya dalam


Pembangunan ekonomi islam
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Tafsir ayat
Ekonomi Dan di prsentasikan dikelas EI-3F

Dosen Pengampu:
Wandi. A,S.Th.I, M.Ag

Disusun Oleh: 10

Ahmad Bais Nasution : 3221194


Rian Ardiansyah : 3221212

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SJECH M DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Presenter” ini tepat pada waktunya. Tercurah Shalawat dan Salam kepada junjungan
Baginda Rasulullah SAW. yang telah menegakkan panji-panji kebenaran dan Islam
Rahmatan Lil’alamin.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Wandi. A,S.Th.I, M.Ag pada bidang studi tafsir ayat ekonomi. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Konsep Hibah, Sedekah zakat dan
Perannya dalam Pembangunan” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wandi. A,S.Th.I, M.Ag yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 10 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah sedekah zakat ................................................................. 3

B. Ayat terjemahan mufrodat .......................................................................... 5

1. Surah At-Taubah ayat 103 .................................................................... 5

2. Surah Al Baqarah ayat 177 ..................................................................10

3. Surah Adz- Dzariyah ayat 19...............................................................13

4. Surah Al- Baqarah Ayat 274................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 19

B. Saran.......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan sebagai rahmat bagi
seluruh alam semesta melalui nabi Muhammad SAW. Semasa hidup, beliau selalu
berbuat baik dengan amalan sholeh seperti zakat, pemberian hadiah, hibah dan lain
sebagainya. Zakat adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan karena bagian dari
rukun Islam, demikian pula shodaqoh karena islam menganjurkan untuk bershodaqoh
dengan tujuan menolong saudara muslim yang sedang kesusahan dan untuk mendapat
ridho Allah SWT. Shodaqoh bisa berupa uang, makanan, pakaian dan benda-benda lain
yang bermanfaat. Dalam pengertian luas, shodaqoh bisa berbentuk sumbangan pemikiran,
pengorbanan tenaga dan jasa lainnya bahkan senyuman sekalipun.
Beberapa hal diatas adalah bagian dari tolong menolong dalam kebaikan yang
diperintahkan agama Islam seperti pemberian hadiah, hibah dan shodaqoh. Maka pada
makalah yang singkat ini penulis akan sedikit menguraikan hal tersebut dalam bab
selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Pengertian Hibah,Sedekah,Zakat ?
2. Apa Itu Surah Terjemahan dan Mufrodat ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Hibah, Sedekah, Zakat.
2. Mengetahui Ayat Itu surah Terjemahan dan Mufrodat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah, Sedekah Zakat


1. Pengertian Hibah
Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah hibah
yaitu:1
‫علَى‬ ٌَ ِ‫عيْنٌٌ َحالٌَا ْل َحيَا ِةب‬
ٌَ ‫لٌع َِوضٌٌ َولَ ٌْوٌ ِم‬
ْ َ‫نٌ ْاْل‬ ْ ‫ت َ ْم ِليْكٌٌ ُم ْن ِجزٌٌ ُم‬
َ ٌ‫طلَقٌٌفِى‬
Artinya:“Pemilikan yang munjiz (selesai) dan muthlak pada sesuatu benda ketika hidup
tanpa penggantian meskipun dari yang lebih tinggi.”

Didalam syara’ sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup,
tanpa adanya imbalan. Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk
dimanfaatkan tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan maka harta tersebut
disebut i’aarah (pinjaman).2
Peran Hibah Dalam membangun ekonomi islam
Dana Hibah adalah pemberian bantuan uang/barang atau jasa dari Pemerintah
Daerah kepeda pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah,
masyarakat dan organisasi masyarakat, yang secara spesifik telah telah ditetapkan
peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus
yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah.
Hibah mempunyai 3 bentuk yaitu:
1) Hibah dalam bentuk uang
2) Hibah dalam bentuk barang
3) Dan hibah dalambentuk jasa, dapat berupa bantuan teknis pendidikan, pelatihan,
penelitian dan jasa lainnya.

2. Pengertian Sedekah
Sedekah secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf, serta dari unsur ash-

1 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Edisi I, Cet. V, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 210
2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, terj: Mudzakir, Cet. XX, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987) h. 174

2
shidq yang berarti benar atau jujur. Sedekah menunjukkan kebenaran penghambaan
seseorang kepada Allah SWT.
Secara etimologi, sedekah ialah kata benda yang dipakai untuk suatu hal yang
diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian sedekah adalah pemberian
kepada orang lain dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT., dan
diberikan kepada orang yang sangat membutuhkan tanpa mengharapkan pengganti
pemberian tersebut.
Hukum sedekah
Hukum sedekah itu disunnahkan dan dianjurkan untuk dikeluarkan kapan
saja. Hal ini disebabkan karena anjuran dari al-Qur’an
dan as-Sunnah untuk mengeluarkan sedekah tidak lah terikat. Dalam al-Qur’an,
Allah menyebutkan banyak ayat yang menganjurkan untuk bersedekah, diantaranya
Qur’an surat Yusuf : 88
ِ ‫ضعَ ٍة ُّم ْز َجى ٍة فَأ َ ْو‬
َ َ ‫ف لَنَا ٱ ْلكَ ْي َل َوت‬
ْ‫صدَّق‬ َّ ‫وا يََٰٓأَيُّ َها ٱ ْلعَ ِزي ُز َم‬
ُّ ‫سنَا َوأ َ ْهلَنَا ٱل‬
َ ِ‫ض ُّر َو ِجئْنَا بِب‬ ۟ ُ‫علَ ْي ِه قَال‬ ۟ ُ ‫فَلَ َّما َد َخل‬
َ ‫وا‬

‫علَ ْينَا َٰٓ ۖ إِنَّ ٱ َّّللَ يَجْ ِزى ٱ ْل ُمتَص َِدقِي َن‬
َ

Artinya: Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz,
kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang
membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah
sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah
memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah".
Manfaat sedekah
kebaikan di dunia adalah:
a. Membersihkan harta
b. Membersihkan badan dari dosa
c. Menolak musibah dan penyakit
d. Meenggembirakan orang miskin, dan pekerjaan yang paling utama adalah
menggembirakan orang-orang yang beriman
e. Membawa berkah dalam harta dan kelapangan rezeki
Sedangkan lima kebaikan di akhirat adalah:
a. Shadaqah menjadikan pelindung baginya dari panas

3
b. Akan memperingan hisab
c. Akan memberatkan timbangan
d. Memperlancar dalam melewati shirath (titian), dan
e. Akan menambah derajat di surga.

3. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut istilah,
zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat
dan ukuran kepada golongan tertentu. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun
Islam dan disebutkan secara beriringan dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-
Qur’ān. Allah Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan
di dalam Al-Qur’ān, Sunnah Rasul, dan ijmak ulama. Zakat secara harfiah berarti
“apa yang membersihkan”. Zakat dianggap sebagai cara untuk memurnikan
pendapatan dan kekayaan seseorang dari cara mendapatkan harta duniawi yang
terkadang tidak murni. Sama seperti wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan
jiwa, maka zakat memurnikan harta.
Sebagai salah satu dari Rukun Islam, zakat adalah kewajiban agama bagi semua
Muslim yang memenuhi kriteria kekayaan. Ini adalah sumbangan amal wajib, sering
dianggap sebagai pajak. Pembayaran dan perselisihan tentang zakat telah memainkan
peran utama dalam sejarah Islam, khususnya selama perang Ridda. Zakat didasarkan
pada pendapatan dan nilai semua milik seseorang. Biasanya 2,5% (atau 1/40) dari
total tabungan dan kekayaan seorang Muslim di atas jumlah minimum yang dikenal
sebagai nisab, tetapi para cendekiawan Islam berbeda pada seberapa banyak nisab dan
aspek zakat lainnya.
ada dasarnya.zakat diambil dari yang kaya dan diberikan kepadayan miskin.
Distribusi zakat kepada golonan fakir miskin sudah tentu akan dapat menambahka
kemampuan mereka untuk meninkatkan penggunaan (utility) mereka. Hal ini amat
jelas sekali karena, pada dasrnya, olonan fakir miskin tidak mempunyai daya
permintan yang tinggi. Pendapatan mereka yan rendah itu sudah tentu tidak
mencukupi dan menampung keperluan hidup mereka. Maka kecendrungan daya beli
di kalangan mereka adalah sangat rendah dibanding dengan kecendrungan daya beli

4
dikalangan orang-orang kaya.
Dengan yang demikian, zakat yang diterima akan membuat mereka meningkatkan
penggunaan mereka terutama bagi baran keperluan. Peningkatan kepada permintaan
ini sudah tentuboleh mendorong pengeluaran yan lebih terutama bagi barang
keperluan. Zakat merupakan alat yang paling ampuh membantu golongan fakir
miskin. Islam semenjak telah memberi dorongan yan amat kuat untuk penganutnya
memberi perhatian sewajarnya terhadap golonan fakir dan miskin. Zakat itu sangat
diperlukan untuk pembangunan Negara. Kemudian Kewajiban zakat merupakan suatu
tanggungjawab yang membawa berkat dan memberi kesan yang berterusan bukan
saja kepada mereka yang mengeluarkannya, tetapi juga mereka yang menerimanya.

B. Ayat, Terjemahan Mufrodat


1. Surah At-Taubah ayat 103
ٌ‫َّللاٌُسَمِ يعٌعَلِيم‬ َ ٌ‫سكَنٌلَ ُه ْم‬
َّ ‫ٌۗو‬ َ ٌ َ‫علَ ْي ِه ٌْمٌٌۖإِ َّنٌص ََلت َك‬ َ ‫ص َدقَةًٌتُطَ ِه ُرهُ ْم‬
َ ‫ٌوت َُزكِي ِه ْمٌبِ َه‬
َ ٌ‫اٌوص َِل‬ َ ٌ‫ُخذٌْمِ نْ ٌأ َ ْم َوالِ ِه ْم‬

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Kata Mufrodat
َ
Sebagian harta mereka ْ‫أ ْم َٰو ِل ِه ْم‬

Sedekah ْ‫صدقة‬
ُ ِّ ُ
kamu membersihkan mereka ْ‫تطه ُره ْم‬
ِّ ُ
dan kamu mensucikan mereka ‫يهم‬
ِ ‫وتزك‬

Asbabun Nuzul

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan apa yang dilakukan oleh Abu
Lubabah dan segolongan orang-orang lainnya. Mereka merupakan kaum

5
mukminin dan mereka pun mengakui dosa-dosanya. Jadi, setiap orang yang ada
seperti mereka adalah seperti mereka juga dan hukum bagi mereka juga
sama.Mereka mengikat diri mereka di tiang-tiang masjid, hal ini mereka lakukan
ketika mereka mendengan firman Allah SWT, yang diturunkan berkenaan
dengan orang-orang yang tidak berangkat berjihad, sedang mereka tidak ikut
berangkat. Lalu mereka bersumpah bahwa ikatan mereka itu tidak akan dibuka
melainkan oleh Nabi SAW sendiri. Kemudian setelah ayat ini diturunkan Nabi
melepaskan ikatan mereka. Nabi kemudian mengambil sepertiga harta mereka
kemudian menyedekahkannya kemudian mendoakan mereka sebagai tanda bahwa
taubat mereka telah diterima.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas : bahwa Abu Lubabah dan
kawan-kawannya yang mengikatkan diri di tiang-tiang mesjid ketika mengakui
dosa-dosa mereka dan Allah pun telah mengampuni mereka datang kepada
Rasulullah saw. Dengan membawa harta mereka seraya berkata: "Ya Rasulullah,
inilah harta benda kami yang merintangi kami untuk turut berperang. Ambillah
harta itu dan bagi-bagikanlah, serta mohonkanlah ampun untuk kami atas
kesalahan kami." Rasulullah menjawab: "Aku belum diperintahkan untuk
menerima hartamu itu." Maka turunlah ayat ini : (‫ص َدقَةً ٌاآلية‬
َ ٌ ‫) ُخذْ ٌمِ نْ ٌأ َ ْموالِ ِه ْم‬. Lalu
Rasulullah saw mengambil 3/1 dari harta mereka.

Dalam riwayat lain desebutkan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Baihaqi, bahwa Tsa'labah ibn
Hathab meminta doa Rasulullah, "Ya Rasulullah berdoalah pada Allah supaya Dia
memberi rizki harta pada saya!' Kemudian berkembang-biaklah domba Tsa'labah
hingga dia tidak shalat Jum'at dan ikut jama'ah, lalu turunlah ayat 'Khudz min
amwaalihim.

Tafsir ayat
(‫يه ْم ِْبها‬
ِّ ُ ْ ُ ُ ِّ ُ ْ َْ ْ ْ ُ
ِ ‫خذ ِْمنْأمو ِال ِهمْصدقةْتطهرهمْوتزك‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka)., Yakni, Wahai Rasul dan setiap
pemerintah muslim sesudahmu, ambillah shadaqah (zakat) dengan kadar tertentu

6
dari harta orang-orang yang bertaubat dan yang lainnya.
Dengan zakat itu kamu membersihkan mereka dari penyakit kikir dan
rakus. Dengan zakat itu juga kamu mensucikan jiwa mereka, menyuburkan sifat-
sifat kebaikan dalam hati mereka, memperkembangkan harta benda mereka, dan
mengangkat mereka ke derajat orang-orang yang ikhlas. (‫التزكية‬/mensucikan) :
berarti membersihkan dengan ekstra. Atau dalam arti memperkembangkan harta
dan keberkahannya. Yakni, Allah swt menjadikan berkurangnya harta karena
dikeluarkan zakatnya sebagai sebab berkembangnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, dan
Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda : “‫ما نقصت صدقة من مال‬/Harta
tidak akan berkurang lantaran sedekah “.
Menurut al-Hasan al-Bashri yang dimaksud dengan shadaqah di sini
adalah shadaqah yang dapat menghapuskan dosa yang dilakukan mereka (yang
tidak ikut perang Tabuk), jadi bukan zakat wajib. Sedangkan menurut kebanyakan
Ulama Fiqh yang dimaksud dalam ayat ini adalah zakat wajib. Atas dasar ini,
maksud firman Allah : (‫مِن أ َ ْموا ِل ِه ْم‬
ْ ْ‫ ) ُخذ‬adalah seluruh harta dan orang. Harta itu
bersifat umum, tapi yang dimaksud adalah khusus, karena mengecualikan harta
yang tidak diwajibkan zakat seperti rumah dan pakaian. (lihat Tafsir Ahkam, al-
Jashshash)
Dalil bahwa yang dimaksud dalam ayat adalah sedekah wajib, yaitu
َ ُ ‫) ت‬, yakni sedekah itu dapat membersihkan dan
firman Allah (‫ط ِه ُرهُ ْم َوتُزَ كِي ِه ْم بِها‬
mensucikan mreka dari dosa disebabkan mengambil sedekah tersebut.
Jashshash berkata : Yang benar adalah yang dimaksud dengan shadaqah
dalam ayat ini yaitu zakat wajib; karena tidak ada keterangan yang pasti bahwa
Allah mewajibkan kepada mereka, tidak kepada yang lain, shadaqah selain zakat
harta. Jika tidak ada hadits tentang hal itu, maka yang nampak adalah bahwa
mereka dan orang-orang yang lain sama dalam hukum dan ibadah, dan bahwa
mereka tidak dikhususkan dengan shadaqah wajib tersebut, tanpa diwajibkan
kepada yang lain. Juga jika yang dikehendaki ayat itu adalah shadaqah wajib bagi
seluruh manusia karena mereka sama dalam hukum kecuali ada dalil yang
mengkhususkannya, maka mestinya shadaqah ini wajib bagi semua orang, tidak

7
dikhususkan kepada kaum tertentu saja. Apabila hal ini telah nyata, maka
shadaqah yang diwajibkan itu adalah zakat wajib, karena pada harta orang-orang
lain tidak ada kewajiban selain zakat wajib.
َ ُ ‫) ت‬, tidak menunjukkan bahwa itu
Sedangkan firman Allah (‫ط ِه ُرهُ ْم َوتُزَ كِي ِه ْم بِها‬
shadaqah yang menghapuskan dosa selain zakat wajib, karena zakat wajib juga
dapat membersihkan dan mensucikan orang yang menunaikannya. Seluruh orang
mukallaf membutuhkan yang dapat membersihkan dan mensucikan mereka. Teks
ayat ini walaupun khusus bagi Rasul dan mempunyai sebab khusus, namun
bersifat umum bagi para khalifah dan para pemimpin sesudahnya. Oleh karena itu
Abu bakar ash-Shiddiq dan para sahabat yang lain memerangi orang-orang yang
enggan membayar zakat dari kalangan suku-suku Arab sampai mereka membayar
zakat kepada khalifah sebagaimana mereka membayarnya kepada Rasulullah saw.
Abu bakar ash-Shiddiq berkata : ( ‫ كانوا يؤدونه إلى‬-‫ أو عناقا‬-‫وّللا لو منعوني عقاال‬
‫ ألقاتلنهم على منعه‬،‫رسول ّللا صلى ّللا عليه وسلم‬/Demi Allah, jika mereka enggan
menyerahkan kepadaku satu ekor saja yang biasa mereka berikan kepada
Rasulullah saw, niscaya aku perangi mereka karena enggan membayar
zakat). (‫علَ ْي ِه ْم‬
َ ‫ص ِل‬
َ ‫ ) َو‬: yakni doakan, mohonkan ampunan untuk mereka, dan
sayangi mereka, karena doa dan permohonan ampunanmu merupakan ketenangan
dan ketentraman bagi hati mereka bahwa Allah telah memberikan taubat bagi
mereka. (‫ )الصالة‬dari Allah terhadap hamba-Nya adalah rahmat; dari Malaikat
adalah istighfar; dan dari orang-orang yang beriman adalah doa.
(‫سمِيع‬ ‫ ) َو ه‬: Yakni Allah Maha mendengar pengakuan terhadap dosa yang
َ ُ‫ّللا‬
mereka lakukan dan doa yang mereka panjatkan. Maha Mendengar terhadap
doamu, pendengaran penerimaan dan pengabulan doa.
(‫ )عليم‬: yakni, Allah Maha Mengetahui hati dan keikhlasan mereka dalam
taubat dan membayar zakat. Maha Mengetahui kebaikan dan kemaslahatan untuk
mereka. Karena zakat dapat membersihkan jiwa, menyebabkan Allah ridha, dan
dapat menjaga harta.
Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW dalam ayat ini untuk
memungut zakat dari umatnya untuk menyucikan dan membersihkan mereka
dengan zakat itu. Juga diperintahkan agar beliau berdo’a dan beristighfar bagi

8
mereka yang menyerahkan bagian zakatnya. Pada masa khalifah Abu Bakar, ayat
ini dijadikan alasan oleh orang-orang yang menolak mengeluarkan zakat karena
yang diperintah untuk memungut zakat dari mereka adalah Rasullullah sendiri,
perintah Allah dalam ayat ini ditujukan kepada beliau pribadi bukan Abu Bakar.
Akan tetapi kemudian pendapat mereka ditolak oleh khalifah dan bahkan
mereka karena menolak menyerahkan zakat yang wajib itu dinyatakan sebagai
orang-orang yang murtad yang patut diperangi. Karena sifat tegas khalifah maka
menyerahlah mereka dan kembali kejalan yang benar. Abu bakar berkata:
mengenai peristiwa itu, “demi Allah, andaikan mereka menolak menyerahkan
kepadaku seutas tali yang pernah mereka serahkanya sebagai kewajiban berzakat
kepada Rasulullah, niscaya akan kuperangi mereka karena penolakan itu”.
Yang disebut mereka pada khususnya adalah golongan yang tersebut pada
ayat sebelumnya, yaitu orang yang msih campur aduk baginya diantara amalan
yang baik dan yang buruk, tetapi dia sadar akan kekurangan dirinya dan ingin
akan kebaikan. Dalam kehidupan manusia dikaruniai instink untuk ingin
mempunyai, mencari makanan, dan harta. Agama Islam tidak menghapuskan
instink tersebut bahkan dikobarkan, tetapi Islam mewajibkan supaya sebagian dari
didapat itu diserahkan kepada yang lemah. Yang kaya wajib membantu yang
miskin. Bukan anjuran, bukan sunnat saja, dan bukan hanya belas kasihan, tetapi
kewajiban dan menjadi salah satu dari tiang rukun Islam

Nilai-Nilai Kandungan Ekonomi


Dari surah at taubah ayat 103 dapat kita ambil nilai" ekonomi ny bahwa
allah memerintahkan untuk mengambil zakat dari harta mereka, dengan
diperintahkannya pengambilan zakat tersebut maka tidak akan ada kesenjangan
sosial ekonomi di masyarakat antara si kaya dan si miskin.

2. Surah Al Baqarah ayat 177

ِ ‫ٌِوا ْل ٌِكت َا‬


ٌ‫ب‬ َ ‫ٌوا ْل َم َل ِئكَة‬ ْ ‫ٌوا ْليَ ْو ِم‬
َ ‫ٌاآلخِ ِر‬ ِ َّ ِ‫ٌو َٰلَ ِكنَّ ٌالْ ِب ٌَّرٌ َمنْ ٌآ َمنَ ٌب‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫ب‬ِ ‫ٌوا ْل َمغْ ِر‬
َ ‫ق‬ ُ ُّ‫ْسٌا ْل ِب َّرٌأَنْ ٌت َُول‬
ِ ‫واٌو ُجو َهكُ ْمٌ ِق َبلٌَا ْل َمش ِْر‬ َ ‫لَي‬

9
ِ ‫ِيٌالرقَا‬
ٌ‫ب‬ ِ َ َ‫سائِ ِلين‬
‫ٌوف‬ َّ ‫ٌوال‬ َّ ‫نٌَوا ْبنَ ٌال‬
َ ‫س ِبي ِل‬ َ ‫ٌوا ْل َم‬
َ ‫ساكِي‬ َ ‫علَ َٰىٌ ُح ِبهٌِذ َ ِويٌا ْلقُ ْر َب َٰى‬
َ ‫ٌوا ْل َيت َا َم َٰى‬ َ ٌَ‫ٌوآت َىٌا ْل َمال‬
َ ‫ٌ َوالنَّبِ ِيي َن‬

ِ ْ ‫ٌوحِ ينَ ٌا ْلبَأ‬


ٌ‫س‬ َ ِ‫ٌۖوالصَّابٌِ ِرينَ ٌفِيٌاٌْلبَأْسَاء‬
َ ِ‫ٌوالض ََّّراء‬ َ ٌ‫ٌوالْ ُموفُونَ ٌبِعَ ْه ِد ِه ْمٌإِذَاٌعَا َهدُوا‬
َ َ‫َىٌالزكَاة‬
َّ َ َ‫َوأَقَا َمٌالص ََّلة‬
‫ٌوآت‬

ٌ‫ٌۖوأُو َٰلَئِكَ ٌهُ ُمٌالْ ُمتَّقُو َن‬ َ ٌ َ‫ٌٌۗأُو َٰلَئِكَ ٌالَّذِين‬


َ ٌ‫ص َدقُوا‬

Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa.”

Kata Mufrodat

kamu menghadapkan ‫ت َُولُّوا‬

kebaikan/kebaktian ٌ‫ۡٱل ِب َّر‬

dan orang-orang miskin َ َٰ ‫َو ۡٱل َم‬


ٌ‫سكِي َن‬

dan orang yang minta-minta ٌ‫سآئِلِي َن‬


َّ ‫َوٱل‬

memerdekakan hamba sahaya ِ ‫ٱلرقَا‬


ٌ‫ب‬ ِ

dan kemelaratan ٌِ‫َوٱلض ََّّرآء‬

Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-thabari, imam Qurtubi dan Ibnul Mundzir
yang bersumber dari Qatadah: Bahwa turunnya ayat tersebut di atas (Al-Baqarah

10
ayat 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada
Rasulullah Saw tentang “Al-Birr” (kebaikan). Maka turunlah ayat ini.
Sebuah riwayat dari Qatadah lainnya menyebutkan : pada masa sebelum
diturunkanya syari’at kewajiban, jika seseorang telah mengucap syahadat
“Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu
warasuuluhu”, kemudian meninggal disaat ia tetap beriman maka bisa dipastikan
akan memperoleh surga. Lalu setelah itu Allah menurunkan ayat ini.
Riwayat lain dari Rabi’ dan juga Qatadah menyebutkan : ayat ini
diturunkan kepada orang-orang yahudi dan nasrani, karena mereka berselisih
pendapat mengenai arah kiblat. Orang-orang yahudi berkiblat ke arah barat,
tepatnya baitul maqdis, sedangkan orang-orang nasrani berkiblat kearah timur,
tepatnya terbitnya matahari. Lalu mereka berdebat mengenai pemindahan kiblat
tersebut, dan setiap kelompok mempertahankan kiblat yang mereka miliki. Lalu
turunlah ayat ini.

Tafsir Ayat
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah kebajikan orang yang beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji;
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam
peperangan3.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa Ayat yang mulia ini mengandung kalimat-kalimat
yang agung, kaidah-kaidah yang luas, dan akidah yang lurus. Seperti yang
disebutkan oleh Ibnu Abu Hatim: telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Hisyam Al-Halbi, telah menceritakan

3Ath-Thabari, Jarir, 1995. Jami'ul bayan fi Ta'wil al-Qur'an. (Beirut : Dar al-Fikr). H 12

11
kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Amir ibnu Syafi, dari Abdul Karim, dari
Mujahid, dari Abu Dzar , telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman, “”Apakah yang dinamakan
iman itu?”” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan
kepadanya firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. (Al-Baqarah: 177), hingga akhir ayat.
Mujahid melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Abu Dzar kembali
bertanya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan lagi ayat ini
kepadanya. Kemudian Abu Dzar bertanya lagi, maka Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: Apabila kamu hendak mengerjakan suatu kebaikan, maka
buatlah hatimu cinta kepadanya; dan apabila kamu hendak melakukan suatu
keburukan, maka buatlah hatimu benci kepadanya. Akan tetapi, hadits ini
berpredikat munqathi’ (terputus mata rantai sanadnya), mengingat Mujahid
sebenarnya belum pernah bersua dengan sahabat Abu Dzar, karena Abu Dzar
telah meninggal dunia di masa sebelumnya. Al-Mas’udi mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Al-Qasim Abdur Rahman, bahwa ada seorang lelaki
datang kepada sahabat Abu Dzar, lalu lelaki itu bertanya, “”Apakah iman itu?””
Kemudian Abu Dzar membacakan kepadanya ayat berikut: Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. (Al-
Baqarah: 177), hingga akhir ayat.
Kemudian lelaki itu berkata, “”Yang kutanyakan kepadamu bukanlah
masalah kebajikan.”” Maka Abu Dzar menceritakan kepadanya bahwa ada
seorang lelaki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
menanyakan kepadanya seperti pertanyaan yang baru kamu ajukan kepadaku,
maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat ini kepadanya. Akan
tetapi, lelaki itu masih kurang puas sebagaimana kamu kurang puas. Maka
akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya dan
mengisyaratkan dengan tangannya:
Orang mukmin itu apabila melakukan suatu kebaikan, ia merasa gembira
dan mengharapkan pahalanya; dan apabila dia mengerjakan suatu keburukan
(dosa), maka hatinya sedih dan takut akan siksaannya. Hadits riwayat Ibnu

12
Mardawaih, dan hadits ini berpredikat munqathi’’ pula. Pembahasan mengenai
tafsir ayat ini ialah: Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala setelah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin pada mulanya untuk menghadap ke
arah Baitul Maqdis, lalu Allah memalingkan mereka ke arah Ka’bah, maka hal
tersebut terasa berat oleh segolongan orang-orang dari kalangan Ahli Kitab dan
sebagian kaum muslim.

Nilai-Nilai Kndungan Ekonomi


baqarah ayat 177 dapat kita ambil nilai" ekonomi sbb:
1. memberikan harta yang disukai kepada kerabat dekat,dengan demikian akan
terjalin hubungan yg baik dan harmonis maka kita akn lebih mudah dalam
menjalankan kerja sama sosial ekonomi seperti produksi konsumsi dan
distribusi
2. memberikan harta kepada orang miskin dan orang yg meminta minta,dengan
kita memberikan harta kpd mereka maka mereka dapat menjadikan harta
tersebut sebagai modal usaha,dengan demikian ekonomi di daerah kita akan
menjadi lebih baik dan pengangguran berkurang.

3. Surah Adz- Dzariyah ayat 19


ُ ْ ْ ٓ َّ ِّ ٌّ ْ َْ ِٓ
ِ ‫و ِفْأم َٰو ِل ِهمْحقْللسا ِئ ِلْوٱلمحر‬
ْ‫وم‬

Artinya : Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian

Kata-Kata Mufrodhat
َ
harta mereka ْ‫أ ْم َٰو ِل ِه ْم‬
ٓ َّ ِّ
untuk orang yang meminta ْ‫لسا ِئ ِل‬ ‫ل‬
ْ ْ
dan orang yang tidak meminta ْ ِ ‫وٱلمح ُر‬
‫وم‬

Asbabun Nuzul

13
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Al Hasan bin
Muhammad bin Hanafiyah bahwa suatu ketika Rasulullah SAW mengetus
sekelompok pasukan. Pasukan tersebut berhasil meraih kemenangan dan
mendapatkan banyak harta rampasan. (Ketika akan dilangsungkan pembagian )
dating sekelompok orang untuk meminta bagian dari harta tersebut. Tidak lama
kemudian maka turunlah ayat ini .

Tafsir Ayat

Ayat ini menjelaskan salah satu bentuk ihsan terhadap makhluk. Seorang
mukmin hendaknya mengetahui bahwa pada hartanya ada hak-hak yang harus dia
tunaikan kepada (‫ )السهائِ ِل‬orang yang meminta-minta dan (‫وم‬ ْ adalah orang
ِ ‫)ال َمح ُْر‬
ِ ‫ ) ْال َمح ُْر‬adalah
yang tidak meminta-minta, akan tetapi membutuhkan. Contoh (‫وم‬
sebagaimana yang dijelaskan di dalam firman Allah,

ٌ‫ف‬ ْ َ ‫سبُ ُهمٌُا ْلجا ِهلٌُأ‬


ِ ُّ‫غنِيا َءٌ ِمنَ ٌالتَّعَف‬ ِ ‫ِيٌاْل َ ْر‬
َ ‫ضٌيٌَ ْح‬ ْ ‫ستَطِ يعُونَ ٌض َْرباًٌف‬
ْ َ‫ٌَّللاٌِْلٌي‬
َّ ‫سبِي ِل‬ ِ ‫ِل ْلفُقَراءِ ٌالَّذِي َنٌأُح‬
َ ٌ‫ْص ُرواٌفِي‬

ٌ‫علِيم‬
َ ٌِ‫ٌَّللاٌبِه‬
َ َّ ‫ن‬ ٌَّ ‫ٌوماٌت ُ ْن ِفقُواٌمِ نْ ٌ َخيْرٌفَ ِإ‬
َ ً ‫اسٌإِ ْلحافا‬ ْ َ‫ٌت َ ْع ِرف ُ ُه ْمٌبِسِيماهُ ْمٌْلٌي‬
َ َّ‫سئَلُونَ ٌالن‬

Artinya :Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak


meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang
kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui. ”(QS. Al-Baqarah:
273)

Yaitu orang yang membutuhkan, namun orang-orang menyangka bahwa


dia tidak membutuhkan atau bahkan mereka menyangka bahwa dia adalah orang
kaya; karena tidak pernah meminta-meminta padahal dalam kondisi
kekurangan(4. Maka, bagi seseorang yang memiliki kelebihan harta, hendaknya
mencari orang-orang yang seperti ini.

Ciri-ciri mereka dapat dikenal dari raut wajah mereka, mungkin saja
mereka adalah orang-orang yang selalu berdoa kepada Allah dengan khusyu ’
hingga meneteskan air mata. Hendaknya seseorang memiliki kepekaan terhadap

4 At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu 'Asyur 26/351.

14
kondisi orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan, terutama kepada kawan-
kawannya, melihat dan bertanya keadaannya. Hendaknya pula dia selalu menjaga
harga diri mereka yang membutuhkan bantuannya dengan membuat mereka tidak
perlu mendatangi rumahnya. Namun, dia yang mendatangi rumah mereka. Ini
merupakan perbuatan yang sangat mulia lagi terpuji.

Pada ayat ini Allah menyebutkan diantara bentuk ihsan adalah ketika
seseorang mendapati dirinya yang sangat cinta terhadap hartanya, namun dia rela
melawan kecintaannya tersebut demi meraih kecintaannya kepada Allah dengan
menyedekahkan harta yang dia cintainya kepada orang-orang yang
membutuhkan.5

Sebuah nasehat untuk kaum muslimin. Bahwa seseorang perlu berlatih diri
untuk bersedekah. Jika dia tidak berlatih dan membiasakan diri, maka dia akan
dihinggapi rasa pelit yang melilit hingga meninggal dunia. Berapapun harta yang
dia punya, hendaknya dia berusaha untuk menyedekahkan sebagiannya. Meskipun
hal itu meninggalkan rasa berat di dalam hati, hendaknya dia melawan dengan
sungguh-sungguh hawa nafsu yang menggelayutinya dan merelakan harta yang
dia sedekahkan. Jika dia berlatih membiasakan satu kali, dua kali dan seterusnya,
maka dengan izin Allah dia akan menjadi pribadi yang dermawan. Dan Allah
akan membalasnya dengan memberi rizki dari arah yang tidak terduga. Jadi, hawa
nafsu yang menahan diri seseorang ketika hendak bersedekah harus dilawan.
Begitu juga halnya ketika dia hendak mendirikan shalat malam, rasa kantuk yang
memberatkannya harus dilawan.

Setelah dia melatih diri untuk mengerjakan shalat malam atau bersedekah,
hendaknya dia tetap membiasakan dirinya dalam ibadah tersebut hingga dia
berada dalam kondisi ketika dia tidak mengerjakan shalat malam, maka dia
merasakan hambar di siang harinya; karena pada malam harinya dia tidak
mengerjakan shalat malam. Jika dia telah merasakan hal seperti ini, maka itu
menjadi pertanda suatu kebaikan bagi dirinya.

5 Tafsir Al-Alusiy 14/10.

15
Nilai-Nilai Kandungan Ekonomi
Dari surat adz dzariyat ayat 19 dapat kita ambil nilai nilai ekonomi nya
yaitu bagaimana cara islam dalam mensejahtera kan umat ny dimana harta milik
orang kaya ada hak dari orang miskin dengan demikian ekonomi umat ini dapat
menjadi makmur Dan sekaligus peringatan bagi orang kaya bahwa harta ny tidak
lah di berikan allah hanya untuk diri ny sendiri.

4. Surah Al- Baqarah Ayat 274


َ ‫علَ ْي ِه ْم‬
ٌ‫ٌو َْلٌهٌُ ْمٌيَ ْح َزنُو َن‬ َ ‫اٌوع ََلنِيَةًٌفَلَ ٌُه ْمٌأ َ ْج ُرهُ ْمٌعِندٌَ َربِ ِه ْم‬
َ ٌ‫ٌو َْلٌ َخ ْوف‬ َ ‫ٱلَّذِينَ ٌيُن ِفقُو َنٌأ َ ْم َٰ َولَ ُهمٌبِٱلَّ ْي ِل‬
َ ‫ٌوٱلنَّ َه ِارٌس ًِّر‬

Artinya : Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.

Kata-Kata Mufrodhat

Dan terang-terangan ٌ‫َوع ََلنِيَة‬

Maka bagi mereka ٌۡ‫فَلَ ُهم‬

Pahala mereka ٌۡ‫أ َ ۡج ُرهُم‬

Tuhan mereka ٌۡ‫َربِ ِهم‬

Kekhawatiran ٌ‫َخ ۡوف‬

Atas mereka ‫علَ ۡي ِهم‬


َ

Asbabun Nuzul
Riwayat lainnya adalah: “Berkenaan dengan Ali bin Abi Thalib yang
mempunyai empat dirham. Ia mendermakan satu dirham pada malam hari, satu
dirham pada siang hari, satu dirham secara diam-diam dan satu dirham lagi secara
terang-terangan.” (Diriwayatkan dari Abd Ar-Razzaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim
dan Ath-Thabrani, dengan sanad dhaif, yang bersumber dari Ibnu Abbas).

16
Tafsir Ayat :
Orang-orang yang menginfakkan hartanya dalam berbagai situasi dan
kondisi, di malam dan siang hari, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan, banyak atau sedikit, mereka akan mendapat pahala di sisi tuhannya
selama mereka mengeluarkannya secara ikhlas dan dengan cara-cara yang baik.
Tidak ada kekhawatiran atas mereka bahwa nanti mereka akan mendapat siksa,
sebab mereka aman dari siksa karena amal saleh yang mereka persembahkan, dan
mereka tidak pula bersedih hati, risau dan gelisah, sebab hati mereka selalu dalam
keadaan tenang. Orang-orang yang memakan riba yakni melakukan transaksi riba
dengan mengambil atau menerima kelebihan di atas modal dari orang yang butuh
dengan mengeksploitasi atau memanfaatkan kebutuhannya, tidak dapat berdiri,
yakni melakukan aktivitas, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan karena gila. Mereka hidup dalam kegelisahan; tidak tenteram jiwanya, selalu
bingung, dan berada dalam ketidakpastian, sebab pikiran dan hati mereka selalu
tertuju pada materi dan penambahannya.
Itu yang akan mereka alami di dunia, sedangkan di akhirat mereka akan
dibangkitkan dari kubur dalam keadaan sempoyongan, tidak tahu arah yang akan
mereka tuju dan akan mendapat azab yang pedih. Yang demikian itu karena
mereka berkata dengan bodohnya bahwa jual beli sama dengan riba dengan logika
bahwa keduanya sama-sama menghasilkan keuntungan. Mereka beranggapan
seper-ti itu, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Substansi keduanya berbeda, sebab jual beli menguntungkan kedua belah pihak
(pembeli dan penjual), sedangkan riba sangat merugikan salah satu pihak.
Barang siapa mendapat peringatan dari tuhannya, setelah sebelumnya dia
melakukan transaksi riba, lalu dia berhenti dan tidak melakukannya lagi, maka
apa yang telah diperolehnya dahulu sebelum datang larangan menjadi miliknya,
yakni riba yang sudah diambil atau diterima sebelum turun ayat ini, boleh tidak
dikembalikan, dan urusannya kembali kepada Allah. Barang siapa mengulangi
transaksi riba setelah peringatan itu datang maka mereka itu penghuni neraka.
Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya

17
.
Nilai- Nilai Kandungan Ekonomi
Dari surat al baqarah ayat 274 dapat kita ambil nilai" ekonomi nya yaitu
bahwa allah memerintahkan kita untuk mensedekahkan harta di segala situasi dan
kondisi dengan cara yang demikian jika kita menerapkan nya maka ekonomi umat
ini akan lebih maju dan tidak ada lagi yg meminta minta dan angka pengangguran
pun menurun karna orang berlomba" dalam mensedekahkan hartanya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam syara’ sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok
persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup,
tanpa adanya imbalan. Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk
dimanfaatkan tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan maka harta tersebut
disebut i’aarah (pinjaman)
Sedekah secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf, serta dari unsur ash-
shidq yang berarti benar atau jujur. Sedekah menunjukkan kebenaran penghambaan
seseorang kepada Allah SWT. Secara etimologi, sedekah ialah kata benda yang dipakai
untuk suatu hal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian sedekah
adalah pemberian kepada orang lain dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT., dan diberikan kepada orang yang sangat membutuhkan tanpa mengharapkan
pengganti pemberian tersebut.
Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut istilah,
zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat dan
ukuran kepada golongan tertentu. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan
disebutkan secara beriringan dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah
Swt. telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-
Qur’ān, Sunnah Rasul, dan ijmak ulama. Zakat secara harfiah berarti “apa yang
membersihkan”.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat dan kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini, yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Kami selaku pemakalah
memohon kritik dan saran yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat
di perbaiki di masa yang akan datang dan dapat menyempurnakan isi makalahini.
Semoga ilmu yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

19
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Edisi I, Cet. V, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, terj: Mudzakir, Cet. XX, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987
Ath-Thabari, Jarir, 1995. Jami'ul bayan fi Ta'wil al-Qur'an. Beirut : Dar al-Fikr
At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu 'Asyur 26/351.

20

Anda mungkin juga menyukai