Anda di halaman 1dari 13

HIBAH DAN HADIAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fiqih Muamalah

Dosen pengampu :

Dr. A. Halil Thahir, M.HI

Disusun Oleh :

Nur Lathifatul Zahro (20102026)

Nadhifah Nurul Fikriyah (20102059)

Arifatul izzah (20102075)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Hibah dan Hadiah”. Adapun penulisan makalah ini
merupakan tugas matakuliah Fiqih Mu’amalah yang harus kami selesaikan.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, dengan bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, maka segala macam kesulitan dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terjadi banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
bagi penulis dan pembaca.

Kediri, 20 Oktober 2021

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................

A. Pengertian hibah dan hadiah ............................................................................................


B. Rukun, syarat hibah dan hadiah ......................................................................................
C. Macam-macam hibah dan hadiah ....................................................................................
D. Persamaan, perbedaan hibah dan hadiah .........................................................................
E. Hikmah hibah dan hadiah ...............................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah SWT dan sebagai rahmat bagi seluruh
alam semesta melalui nabi Muhammad SAW. Semasa hidup, beliau selalu berbuat baik
dengan amalan sholeh seperti zakat, pemberian hadiah, hibah dan lain sebagainya. Zakat
adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan karena bagian dari rukun Islam,
demikian pula shodaqoh karena islam menganjurkan untuk bershodaqoh dengan tujuan
menolong saudara muslim yang sedang kesusahan dan untuk mendapat ridho Allah SWT.
Shodaqoh bisa berupa uang, makanan, pakaian dan benda-benda lain yang bermanfaat.
Dalam pengertian luas, shodaqoh bisa berbentuk sumbangan pemikiran, pengorbanan
tenaga dan jasa lainnya bahkan senyuman sekalipun.
Beberapa hal diatas adalah bagian dari tolong menolong dalam kebaikan yang
diperintahkan agama islam seperti pemberian hadiah, hibah dan shodaqoh. Maka pada
makalah yang singkat ini penulis akan sedikit menguraikan hal tersebut seberapa penting
dalam dunia pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hibah dan hadiah?
2. Apa rukun, syarat hibah dan hadiah?
3. Apa macam-macam hibah dan hadiah?
4. Bagaimana persamaan, perbedaan hibah dan hadiah?
5. Apa saja hikmah dari hibah dan hadiah?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian hibah dan hadiah.
2. Mengetahui rukun, syarat hibah dan hadiah.
3. Mengetahui macam-macam hibah dan hadiah.
4. Mengetahui persamaan, perbedaan hibah dan hadiah.
5. Mengetahui hikmah-hikmah dari hibah dan hadiah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hibah dan Hadiah


Hibah
Pemberian dalam bahasa Arab disebut al-Hibah. Kata hibah adalah bentuk masdar dari
kata wahaba digunakan dalam al-Qur’an beserta kata derivatifnya sebanyak 25 kali dalam
13 surat. Wahaba artinya memberi, dan jika subyeknya Allah berarti memberi karunia, atau
menganugerahi.
Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah hibah yaitu:

‫تَ ْم ِل ْي ٌك ُمنْ ِج ٌز ُم ْطلَ ٌق ِِف عَ ْ ٍْي َحالَ الْ َح َيا ِةب ََِل ِع َو ٍض َولَ ْو ِم َن ْ َاْل ْع َل‬
Artinya:
“Pemilikan yang munjiz (selesai) dan muthlak pada sesuatu benda ketika hidup tanpa
penggantian meskipun dari yang lebih tinggi.”

Didalam syara’ sendiri menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok persoalannya
pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup, tanpa adanya
imbalan. Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan
tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan maka harta tersebut disebut i’aarah
(pinjaman).
Menurut beberapa madzhab hibah diartikan sebagai berikut:
1. Memberikan hak memiliki suatu benda dengan tanpa ada syarat harus mendapat
imbalan ganti pemberian ini dilakukan pada saat si pemberi masih hidup. Dengan syarat
benda yang akan diberikan itu adalah sah milik si pemberi (menurut madzhab Hanafi).
2. Mamberikan hak sesuatu materi dengan tanpa mengharapkan imbalan atau ganti.
Pemberian semata-mata hanya diperuntukkan kepada orang yang diberinya tanpa
mengharapkan adanya pahala dari Allah SWT. Hibah menurut madzhab ini sama
dengan hadiah. Apabila pemberian itu semata untuk meminta ridha Allah dan
megharapkan pahalanya. Menurut madzhab maliki ini dinamakan sedekah.
3. Pemberian hanya sifatnya sunnah yang dilakukan dengan ijab dan qobul pada waktu
sipemberi masih hidup. Pemberian mana tidak dimaksudkan untuk menghormati atau
memulyakan seseorang dan tidak dimaksudkan untuk mendapat pahala dari Allah
karena menutup kebutuhan orang yang diberikannya. (menurut madzhab Syafi'i).
Hukum asal hibah adalah mubah (boleh). Nabi Muhammad SAW bersabda :

َ ْ ‫َاِلا ْب ِن عَ ِد ِي َأ َّن النَّ ِبىَص م قَا َل َم ْن َج َاء ُه ِم ْن َا ِخ ْي ِه َم ْع ُر ْو ٌف ِم ْن غَ ْ ِْيا‬


‫ْس ٍاف َو َْل َم ْسأَ َ ٍل‬ ِ ِ ‫َع ْن خ‬
ِ
‫فَلْ َي ْقب ِْْل ُ َو َْليَ ُر ُّد ُه فَان َّ َما ه َُو ِر ْز ٌق َساقَ ُه هللا ُ ِال َ ْي ِه‬
ِ
Artinya:

“Dari Khalid bin Adi, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. telah bersabda: “Barang
siapa yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak ia
minta, hendaklah diterima (jangan ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian
yangdiberikan Allah kepadanya” (HR. Ahmad).

Hukum hibah :

a) Wajib
Hibah yang diberikan kepada istri dan anak hukumnya wajib sesuai dengan
kemampuannya.Rosululloh saw bersabda:Bertaqwalah kalian kepada Allah dan adillah
terhadap anak anak kalian.
b) Haram
Hibah menjadi haram hukumnya apabila harta yang telah dihibahkan ditarik kembali.
c) Makruh
Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan imbalan sesuatu baik berimbang
maupun lebih banyak hukumnya adalah makhruh.

Hadiah

Adapun hadiah berasal dari kata Hadi (‫( ھادى‬terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf ha’, dal, dan ya. Maknanya berkisar pada dua hal. Pertama, tampil ke depan
memberi petunjuk. Dari sini lahir kata “Hadi” yang bermakna penunjuk jalan, karena dia
tampil di depan. Kedua, menyampaikan dengan lemah lembut. Dari sini lahir kata
hidayah (‫ (ھدایة‬yang merupakan penyampaian sesuatu dengan lemah lembut guna
menunjukkan simpati. Menurut istilah fikih, hadiah didefinisikan, menurut Muhammad
Qal‘aji Hadiah adalah pemberian sesuatu tanpa imbalan untuk menyambung tali
silaturrahim, mendekatkan hubungan, dan memuliakan. Jadi hadiah adalah pemindahan
pemilikan atas suatu harta dan bukan hanya manfaatnya. Dan hukum hadiah adalah
mubah.
B. Rukun, Syarat Hibah dan Hadiah
Rukun dan syarat hibah.
1. Rukun hibah ada tiga macam:
a) Aqid (wahid dan mauhud lahu) yaitu penghibahan dan penerima hibah.
b) Mauhud yaitu barang yang dihibahkan
c) Sighat yaitu ijab dan qobul.
2. Ketiga rukun akan dijelaskan sebagai berikut:
A) Penghibahan dan Penerima Hibah. Penghibahan yaitu orang yang memberikan
harta miliknya sebagai hibah. Orang ini harus Memenuhi syarat-syarat:
a) Barang yang dihibahkan adalah milik si penghibah, dengan demikian tidaklah
sah menghibahkan barang milik orang lain.
b) Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya disebabkan oleh sesuatu alasan.
c) Penghibahan tidak dipaksa Untuk memberikan hibah, dengan demikian
haruslah didasarkan kepada kesukarelaan.
B) Barang yang Dihibahkan Yaitu suatu harta benda atau barang yang diberikan dari
seseorang kepada orang lain. Pada dasarnya Segala benda dapat dijadikan hak milik
adalah dapat dihibahkan, baik benda itu bergerak atau tidak bergerak, termasuk
Segala macam piutang. Tentunya benda-benda atau barang-barang tersebut harus
Memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Banda tersebut benar-benar ada
b) Benda tersebut mempunyai nilai
c) Benda tersebut dapat dimiliki zatnya, diterima peredarannyadan pemilikannya
dapat dialihkan.
d) Benda yang dihibahkan itu dapat dipisahkan dandiserahkan kepada penerima
hibah
e) Benda tersebut telah diterima atau dipegang oleh penerima
f) Menyendiri menurut ulama Hanafiyah, hibah tidak dibolehkan terhadap barang-
barang bercampur dengan milik orang lain, sedangkan menurut ulama
Malikiyah, Hambaliyah, dan Syafi'iyah hal tersebut dibolehkan.
g) Penerima pemegang hibah atas seizing wahib.
C) Sigat (Ijab dan Qobul)
Sigat adalah kata-kata yang diucapkan oleh seseorang yang melaksanakan hibah
karena hibah adalah akad yang dilaksanakan oleh dua fihak yaitu penghibah dan
penerima hibah, maka sigat hibah itu terdiri ijab dan qobul, yang menunjukkan
pemindahan hak milik dari seseorang (yang menghibahkan) kepada orang lain
(yang menerima hibah). Sedangkan pernyataan menerima (qobul ) dari orang yang
menerima hibah. Karena qobul ini termasuk rukun. Bagi segolongan ulama
madzhab Hanafi, qobul bukan termasu rukun hibah.

Rukun dan syarat hadiah

1. Rukun hadiah ada tiga macam:


a) Adanya al-‘âqidân, yaitu pihak pemberi hadiah (al- muhdî) dan pihak yang diberi
hadiah (al-muhdâ ilayh).
b) Adanya ijab dan qabul. Hanya saja, dalam hal ini tidak harus dalam bentuk redaksi
(shighat) lafzhiyah.
c) Harta yang dihadiahkan (al-muhdâ). Al-Muhdâ (barang yang dihadiahkan)
disyaratkan harus jelas (ma‘lûm), harus milik al muhdî (pemberi hadiah), halal
diperjualbelikan dan berada di tangan al- muhdî atau bisa ia serah terimakan saat
akad.
2. Syaratnya:
a) Harus adaal-qabdh (serah terima), yakni secara real harus ada penyerahan al-
muhdâ kepada al-muhdâ ilayh.
b) Jika tidak ada ijab qabul secara lafzhiyah aka adanya al-qabdh ini sudah dianggap
cukup menunjukkan adanya pemindahan pemilihan itu.
c) Penyerahan harta itu dianggap merupakan ijab dan penerimaan hadiah oleh al-
muhdâ ilayh merupakan qabulnya.
d) Untuk barang yang standarnya dengan dihitung, ditakar atau ditimbang (al-
ma’dûd wa al-makîl wa al- mawzûn) maka zat barang itu sendiri yang harus
diserah terimakan.

C. Macam-macam hibah dan hadiah


Macam-macam hibah
1. Hibah Bersyarat
Apabila hibah dikaitkan dengan suatu syarat seperti syarat pembatasan penggunaan
barang oleh pihak penghibah kepada pihak penerima hibah, maka syarat tersebut tidak
sah sekalipun hibahnya itu sendiri sah. Seperti seorang yang menghibahkan sebidang
tanah kepada orag lain dengan syarat pihak penerima hibah tidak boleh mengharap
tanah tersebut tanpa seizing pihak penghibah, persyaratan yang demikian jelas
bertentangan dengan prinsip hibah.
2. Hibah 'Umra Atau Hibah Manfaat
Yaitu hibah bersyarat dalam bentuk bahwa seseorang dibolehkan memiliki sesuatu
yang semula milik penghibah selama penerima hibah masih hidup. Bila penerima hibah
meninggal dunia, maka harta tersebut harus dikembalikan kepada pihak penghibah.
Jenis transaksi ini lebih tepat disebut sebagai ariah (pinjaman) dan hal ini boleh
dilakukan.
3. Hibah Ruqbah
Adalah pemberian bersyarat, jika syarat itu ada maka harta itu menjadi milik penerima
hibah dan bila syarat itu tidak ada maka harta itu menjadi milik penerima hibah dan bila
syarat itu tidak ada maka harta itu akan kembali kepada pemberi hibah. Misalnya
seseorang penghibah berkata bahwa "rumah ini dibrikan kepadamu dan akan menjadi
milikmu bila aku mati terlebih dahulu, ini berarti bila pihak yang menerima hibah
meniggal dunia terlebih dahulu maka benda yang dihibahkan tersebut kembali kepada
pihak penghibah.

Macam-macam hadiah:

1. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di bawah” kepada orang yang posisinya “di
atas”, semisal hadiah dari bawahan kepada atasan, dari seorang yang memiliki
kepentinganbisnis kepadan orang yang punya kewenangan mengambil keputusan atas
bisnis tersebut. Hadiah semacam ini yang tidak diperbolehkan.
2. Hadiah dari seseorang kepada orang lain yang setara, misalnya antar teman, kerabat,
keluarga, tetangga. Hadiah semacam ini boleh dan dianjurkan sepanjang saling
memberi manfaat dan mempererat persahabatanpersaudaraan.
3. Hadiah dari seseorang yang posisinya “di atas” kepada orang yang posisinya “di
bawah”, dimana si pemberi tak memiliki kepentingan terhadap yang diberi dan tak ada
pamrih untuk mendapatkan balasan. Seperti hadiah dari majikan kepada pekerjanya,
hadiah dari pejabat kepada bawahannya, hadiah dari orangkaya kepada kaum fakir.

D. Persamaan, perbedaan hibah dan hadiah


Persamaan hibah dan hadiah
a) Hibah, dan hadiah sama-sama merupakan wujud kedermawanan yang dimiliki sseorang
b) Hibah, dan hadiah merupakan pemberian secara cuma-cuma tanpa mengharap
pemberian kembali.

Perbedaan hibah dan hadiah

a) Hibah
1) Merupakan pemberian yang didasarkan atas kasih sayang
2) Pemberian ini lebih bersifat keduniawian
3) Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang yang masih dalam hubungan
keluarga
4) Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang tidak bergerak
5) Untuk melaksanakan hibah perlu tata cara tertentu, misalnya dilakukan secara
tertulis
6) Hibah hukumnya sunnah
b) Hadiah
1) Merupakan pemberian yang diberikan atas keadaan atau peristiwa tertentu
2) Pemberian ini lebih bersifat keduniawian
3) Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang tertentu
4) Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang, baik barang bergerak seperti alat-alat
sekolah, televisi, dan lain-lain, maupun barang bergerak
5) Untuk melaksanakan hadiah, bisa melalui tata cara atau prosedur tertentu dan bisa
pula tidak
6) Hadiah hukumnya mubah (boleh)

E. Hikmah hibah dan hadiah


Hikmah Hadiah.
a) Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang.
b) Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.

Hikmah Hibah
a) Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup
b) Untuk mengakrabkan silaturrahim dan menjinakkan hati serta meneguhkan kecintaan
di antara sesamanya.
c) Mendapatkan perlindungan dari Alloh
d) Terhindar dari apai neraka di akherat kelak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut imam syafi’i hibah diartikan sebagai pemberian hanya sifatnya sunnah yang
dilakukan dengan ijab dan qobul pada waktu sipemberi masih hidup. Pemberian mana tidak
dimaksudkan untuk menghormati atau memulyakan seseorang dan tidak dimaksudkan
untuk mendapat pahala dari Allah karena menutup kebutuhan orang yang diberikannya.
Hukumnya sunnah. Sedangkan Menurut istilah fikih, hadiah didefinisikan, menurut
Muhammad Qal‘aji Hadiah adalah pemberian sesuatu tanpa imbalan untuk menyambung
tali silaturrahim, mendekatkan hubungan, dan memuliakan. Jadi hadiah adalah pemindahan
pemilikan atas suatu harta dan bukan hanya manfaatnya. Dan hukum hadiah adalah mubah.

Macam-macam hibah: Hibah Bersyarat, Hibah 'Umra Atau Hibah Manfaat, Hibah
Ruqbah. Dan macam-macam hadiah: Hadiah dari seseorang yang posisinya “di bawah”
kepada orang yang posisinya “di atas”, semisal hadiah dari bawahan kepada atasan, Hadiah
dari seseorang kepada orang lain yang setara, misalnya antar teman, kerabat, keluarga,
tetangga, Hadiah dari seseorang yang posisinya “di atas” kepada orang yang posisinya “di
bawah”, dimana si pemberi tak memiliki kepentingan terhadap yang diberi dan tak ada
pamrih untuk mendapatkan balasan.

Hikmah hadiah antaranya: Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang, Menghilangkan
tipu daya dan sifat kedengkian. Dan hikmah hibah antaranya: Dapat membantu si penerima
hibah dari berbagai kesulitan hidup, Untuk mengakrabkan silaturrahim dan menjinakkan
hati serta meneguhkan kecintaan di antara sesamanya, Mendapatkan perlindungan dari
Alloh, Terhindar dari apai neraka di akherat kelak.
DAFTAR PUSTKA
Abdul aziz dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, cet. 1.

Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dengan Kewarisan


Menurut Hukum Perdata (BW).

Chairuman Pasaribu, dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Lihat
pula Helmi karim, Fiqih Muamalah.

Rahmat syafi'i, Fiqih Muamalah.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Jilid 2.

Mu'amal Hamidy, dkk. Terjemah Nailul Author V, cet 1.

Akses (18 Oktober 2021) http://aanaryawan.blogspot.com/2015/02/makalah-


tentang-hibah-hadiah-dan-sadaqah_15.html?m=1

Sahabuddin et al., Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Jakarta: Lentera Hati, 2007

Muhammad Qal‘aji, Mu‘jam lugatil fuqaha, dalam al-maktabah asy-syamilah, al-ishdar


ats-tsani, juz 1, h. 493 atau www.shamela.ws,

Abi Yahya Zakariyya Al-Anshari Asy-Syafi’i, op.cit.

Anda mungkin juga menyukai