Disusun oleh:
Arul
Kelas: (9)
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmaanirrahiimPuji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baikpikiran maupun materinya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
5.zakat profesi………………………………………………………..10
6.mustahiq zakat…………………………………………..11
7. pendistribusian zakat……………………………………………12
Kesimpulan..................................................................................................................... 10
Saran………………………………………………………………………………….11
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
A. Pengertian zakat
a. zakat
Zakat menurut lughat artinya suci dari subur.sedangkan menurut istilah
syara’ialah mengeluarkan Sebagian dari harta benda atas perintah allah,sebagai sedekah
wajib kepada mereka yang telah ditetapkan menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
oleh hukum islam.
b. Hibah
Kata hibah berasal dari bahasa Arab yang sudah diadopsi dari kata bahasa
Indonesia kata ini berasal dari kata kerja ( ْٔب- ٌَٓ )بyang berarti memberikan.Sedangkan
dalam kamus yang lain disebutkan bahwa kata hibah berasal dari bahasa Arab ( )بْت
yang telah diadopsi menjadi Bahasa Indonesia. Kata ini merupakan masdar dari kata (
)ْٔبyang berarti pemberian.Secara terminologi hibah berarti pemberian yang
dilakukan secara sukarela dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tanpa
mengharapkan balasan apapun. Apabila seseorang memberikan harta miliknya
kepada orang lain maka berarti si pemberi itu menghibahkan miliknya itu. Karena
itulah, kata hibah sama artinya dengan istilah pemberian.
Kata hibah juga dipakai oleh al-Qur’an dalam arti pemberian.Apabila ditelusuri
secara mendalam, istilah hibah itu berkonotasi memberikan hak milik oleh seseorang
kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan dan jasa. Menghibahkan tidak sama
artinya dengan menjual atau menyewakan. Suatu catatan lain yang perlu diketahui
ialah bahwa hibah itu mestilah dilakukan oleh pemilik harta (pemberi hibah) kepada
pihak penerima di kala ia masih hidup. Jadi, transaksi hibah bersifat tunai dan
langsung serta tidak boleh dilakukan atau disyaratkan bahwa perpindahan itu berlaku
setelah pemberi
hibah meninggal dunia.
c. Imfaq dalam Islam diartikan sebagai tindakan memberikan harta atau benda yang
dimiliki sebagai bagian dari kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Sedangkan
sedekah dalam Islam merupakan bentuk amal yang ditujukan untuk memberikan
manfaat atau bantuan kepada orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk harta,
tenaga, atau ilmu.
Berikut ini adalah perbedaan konsep dan makna antara infak dan sedekah dalam
Islam:
Tujuan dan Sasaran
Infak lebih berorientasi pada kegiatan pembangunan dan pengembangan umat Islam.
Infak diharapkan dapat membantu pembangunan masjid, sekolah Islam, rumah sakit
Islam, dan proyek-proyek lain yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.
Sedangkan sedekah lebih difokuskan pada pemberian bantuan kepada orang-orang
yang membutuhkan, seperti fakir miskin, anak yatim, dan janda.
Bentuk Amal
Infak lebih mengacu pada bentuk amal yang berupa memberikan harta atau benda yang
dimiliki. Infak bisa berupa zakat, infaq, atau shadaqah. Sedangkan sedekah bisa berupa
bantuan dalam bentuk harta, tenaga, atau ilmu. Sedekah juga dapat berupa tindakan baik
yang dilakukan kepada sesama tanpa membutuhkan biaya, seperti memberikan
senyuman, sapaan, dan dukungan moral.
Kepentingan
Infak bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kepentingan umat Islam dalam
bidang sosial, ekonomi, dan keagamaan. Infak juga diharapkan dapat membantu
memperkuat solidaritas dan persatuan antar umat Islam. Sedangkan sedekah bertujuan
untuk membantu meringankan beban dan penderitaan orang yang membutuhkan, serta
membantu memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Nilai Keikhlasan
Infak dan sedekah sama-sama diharapkan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan tanpa
mengharapkan imbalan. Namun, infak cenderung lebih menekankan pada konsep
keikhlasan dalam beramal untuk memperoleh keberkahan dan ridha Allah SWT,
sementara sedekah lebih menekankan pada konsep kepedulian dan empati terhadap
sesama manusia,Dalam Islam, beramal dengan penuh keikhlasan dan tanpa
mengharapkan imbalan merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan berpotensi
memberikan pahala yang besar di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, baik infak maupun
sedekah sama-sama memiliki nilai dan makna yang penting dalam kehidupan beragama.
d. Pengertian wakaf menurut bahasa dan istilah seperti yang dilansir melalui buku Fiqih
Wakaf karya Nurwan Darmawan, waqaf secara bahasa adalah al habs (menahan) dan at-
tasbil (menyalurkan).
Sedangkan secara istilah wakaf berarti menahan suatu barang dan menyalurkan
manfaatnya untuk tujuan mendekatkan diri kepada Allah.Waqaf yang paling umum kita
kenal adalah mewakafkan tanah untuk pembangunan bangunan yang digunakan bagi
kepentingan umum seperti masjid, pondok pesantren, sekolah dan lainnya. Namun saat
ini penerapan wakaf sudah lebih luas, seperti wakaf pangan (pakan hewan ternak, sarana
air, lahan pertanian), wakaf ekonomi (retail, saham), wakaf pendidikan, wakaf kesehatan
dan lain sebagainya.
)ُر٣٤ : (التوبة. َو اَّلِذ يَن َيْك ِنُز ْو َن الَّذ َهَب َو اْلِفَّض َة َو اَل ُيْنِفُقْو َنَها ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َفَبِّش بعذاب أليم
Adapun syarat-syarat wajib zakat emas dan perak adalah sebagai berikut:
1) Milik orang Islam.
2) Yang memiliki adalah orang merdeka.
3) Milik penuh (dimiliki dan menjadi hak penuh).
4) Sampai nishabnya.
5) Genap satu tahun.
Nishab emas bersih ialah 20 dinar (mitsqal) = 12, pound sterling ( 96 gram). Zakat
yang wajib dikeluarkan adalah 27% atau seperempat puluhnya.Jadi, orang Islam yang
telah memiliki 96 gram emas atau lebih dun telah genap satu tahun dimilikinya, maka
ia wajib mengeluarkan zakatnya, yaitu 24% atau seperempat puluhnya
d. zakat perniagaan
syarat wajib zakat perniagaan
yang memiliki orang islam
milik orang yang Merdeka
milik penuh
sampai nishabnya
genap setahun
Setiap tahun pedagang harus membuat neraca atau perhitungan harta benda
dagangannya, Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Yang dihitung bukan hanya
labanya saja, tetapi seluruh barang yang diperdagangkan itu. Apabila sudah cukup senishab,
maka wajiblah dikeluarkan rakatnya seperti emas, yaitu 2%.Harta dagangan yang mencapai
jumlah seharga 96 gram emas, maka wajib dikeluarkan zakatnya yaitu sebanyak 24%.
Kalau sekiranya harga emas 1 gram Rp. 500,- maka barang dagangan yang seharga 96 x
Rp. 500,- Rp. 48.000,- wajib dikeluarkan zakatnya 22% = Rp. 1.200,-
Harta benda perdagangan perseroan, Firma, CV, atau perkongsian dan sebagainya,
tegasnya harta benda yang dimiliki oleh beberapa orang dan menjadi satu, maka hukum- nya
sebagai suatu perniagaan, maka wajib pula untuk dizakati.
Nishab hasil bumi yang sudah dibersihkan, ialah 5 wasaq; yaitu kira-kira 700 kg, sedang
yang masih berkulit nishabnya 10 wasaq = 1.400 kg. Zakatnya 10% (sepersepuluh) jika diairi
dengan air hujan, air sungai, atau siraman air yang tidak dengan pembelian (perongkosan). Jika
diairi dengan air yang diperoleh dengan pembelian, maka zakatnya 5% (seperdua puluh).Semua
hasil bumi yang sudah mencapai satu nishab, wajib dikeluarkan zakatnya, termasuk yang
dikeluarkan untuk ongkos menuai dan angkutan.
a. nishab
Nishab merupakan batasan miminal kekayaan seseorang yang diwajibkan untuk membayar
zakat. Apabila seseorang memiliki harta yang telah mencapai nishab maka orang tersebut sudah
diwajibkan untuk berzakat. Sebaliknya, seseorang tidak wajib membayarkan zakat apabila
kekayaannya tidak mencapai nishab.
Satuan harta nishab pada zakat bisa bermacam-macam tergantung jenis zakatnya. Zakat harta
bisa meliputi hasil perniagaan, hasil panen, hasil laut, hasil pertambangan, hasil ternak, harta
temuan, maupun emas dan perak. Semua itu memiliki nishab yang berbeda-beda dan tidak
dapat di samaratakan.
b. Haul
Harta yang perlu memperhatikan haul untuk dikeluarkannya, yaitu hewan, nilai-
nilai perniagaan. Maka, tidak wajib zakat kecuali jika sudah berlalu satu tahun.
Harta yang tidak memperhatikan haul dan tidak wajib dengan haul seperti buah-
buahan, biji-bijian dan hasil panen. Maka, wajib padanya zakat ketika sudah tampak
kematangannya. Adapun waktu menunaikan dan pelaksanaan zakatnya adalah
ketika sudah di panen.
c. Kadar zakat
1. Emas dan Perak
Emas dan perak dikeluarkan sebagai zakat apabila telah mencapai haul dan nishab.
Nishab emas adalah 85 gram emas murni atau 20 dinar. Nishab perak yaitu 200 dirham
atau setara dengan 595 gram perak. Dan apabila sudah mencapai jumlah tersebut, maka
wajib mengeluarkan zakat sebesar2,5%.
2. Harta Perniagaan
Harta perniagaan juga dihitung sesuai zakat emas. Besaran zakat yang dikeluarkan
sebesar 2,5%. Contoh : sebuah perusahaan memiliki sejumlah laba kotor senilai
Rp40,000,000. Apabila harga 1 gr emas sebesar Rp400,000 dan dengan nishab 85 gr,
maka nishabnya adalah Rp34,000,000.- sehingga terkena wajib zakat sebesar : 2,5% x
Rp40,000,000 = Rp1,000,000.-
3. Binatang Ternak
Nishab untuk unta adalah 5 ekor. Sedangkan, nishab untuk sapi, kuda, dan kerbau
masing-masing adalah 30 ekor. Sementara itu, nishab untuk kambing atau domba adalah
40 ekor.
4. Hasil Pertanian
Nishab untuk hasil pertanian adalah lima wasaq atau setara dengan 653 kg gabah atau
524 kg beras. Zakat hasil pertanian yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10% jika lahan
dialiri secara alami, sedangkan apabila pertanian dialiri oleh irigasi maka besarnya zakat
yang harus dikeluarkan menjadi 5%. Sebagaimana dalam hadis berikut ini, “Dari Nabi
Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, “Tidak ada zakat (pada harta) yang tidak
mencapai lima wasaq; juga pada harta yang tidak mencapai lima ekor unta; serta yang
tidak mencapai lima auqiyah.” (Hadist Muttafaqun ‘alaih)
5. Harta Karun atau Harta Temuan
Tak hanya harta milik sendiri, harta temuan atau harta karun juga wajib untuk
dizakatkan. Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai batas waktu dari zakat
harta temuan ini. Beberapa ulama berpendapat terdapat syarat haul dan yang lainnya
mengatakan bahwa haul tidak berlaku untuk harta temuan. Sementara untuk besaran
zakat yang dikeluarkan dari harta karun adalah 20%.
6. Harta Profesi atau Simpanan
Zakat atas harta profesi adalah zakat mal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal
dari pendapatan. Untuk nishab zakat penghasilan sebesar 522 kg beras dengan kadar
zakat 2,5 %.
Sementara untuk harta simpanan para ulama sepakat bahwa seseorang yang memiliki
harta simpanan yang telah mencapai nishab dan haul wajib dikeluarkan zakatnya. Nilai
zakatnya sebesar 2,5 % dari seluruh harta simpanan yang dimiliki.
E. Zakat profesi
Jadi zakat profesi diperuntukan kepada seseorang yang telah berpeng hasilan di atas
nisab atau mencapai nisabnya. Nisab dari zakat profesi sendiri ialah 85 gram mas dengan kadar
2,5%. Ketika pendapatan atau upah dari kegiatan kerja yang mana telah mencapai haul (1
tahun) maka harus dikeluarkan zakatnya. Adapun penghitungan zakat profesi sebagai berikut.
Jika harga emas pada hari ini sebesar Rp 964.066/gram, maka nishab zakat penghasilan
dalam satu tahun adalah Rp 81.945.667,-. Penghasilan Bapak Fulan sebesar Rp10.000.000/
bulan, atau Rp120.000.000,- dalam satu tahun. Artinya penghasilan Bapak Fulan sudah wajib
zakat. Maka zakat Bapak Fulan adalah Rp250.000,-/ bulan.
F. Mustahiq zakat
Konsep mustahiq yang telah dikemukakan oleh para ulama dan Imam terdahulu harus
berbenturan dengan realitas yang terjadi di Indonesia pada era modern saat ini. Terutama
apabila dikaitkan dengan pengelolaan zakat yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam
mendistribusikan pendapatan zakat. Apakah pendapat dan ajaran yang telah dikemukakan dari
hasil ijtihad yang berlandaskan al-Qur’an dan al-Hadits oleh para para ulama dan Imam
terdahulu masih relevan pada kondisi Indonesia saat ini? Lalu,bagaimana kebijakan pemerintah
dalam menyikapi hal ini? Atas dasar inilah, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai
mustahiq menurut kajian para ulama.
1.fakir
Terdapat perbedaan interpretasi ulama fiqih dalam mendefinisikan orang fakir (al-faqr,
jamaknya al-fuqara). Imam abu Hanifah berpendapat orang fakir adalah orang yang tidak
memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun menurut
jumhur ulama fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak
untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala keperluan pokok
lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga dan orang-orang yang menjadi
tanggungannya.
2.miskin
Dalam mendefinisikan orang miskin (al-miskin, jamaknya al-masakin) pun, kedua golongan
ulama diatas berbeda pendapat. Menurut Imam Abu Hanifah, orang miskin adalah orang yang
memiliki pekerjaan tetap tetapi tiddak dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
3.amil
Yang dimaksud amil adalah orang yang ditunjuk untuk mengumpulkan zakat, menyimpannya,
membaginya kepada yang berhak dan mengerjakan pembukuannya.
4. Muallaf
Yaitu golongan yang diusahakan untuk dirangkul, ditarik, dan dikukuhkan hatinya dalam
keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka atau untuk menolak bencana yang
mungkin mereka lakukan terhadap kaum muslimin dan mengambil keuntungan yang mungkin
dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.
Fi Riqab (memerdekakan budak) menurut istilah syara’riqab ialah budak atau hamba sahaya.
Budak dinamakan raqaba atau riqab, karena dia dikuasai sepenuhnya oleh tuannya sehingga
dengan diberikan bagian zakat tujuannya agar mereka dapat melepaskan diri dari
belenggu perbudakan.
6. Gharim
Mereka adalah orang-orang yang terbebani oleh hutang. Ada dua macam gharim yaitu orang
yang terlilit hutang untuk kemaslahatan pribadi yang dibolehkan oleh syara’ dan orang yang
terlilit hutang untuk kemaslahatan masyarakat seperti untuk merukunkan dua pihak
yang bermusuhan.
7. Fisabilillah
Menurut Menurut mazhab Hanafi adalah pejuang fakir yang terjun dalam peperangan. Mereka
diberi harta zakat agar dapat membantu keperluan yang dibutuhkan dalam perjuangan. Maka
pejuang yang kaya harta tidak diberikan zakat karena telah dicukupkan dengan sendiri.
8. Ibnu sabil
Yang dimaksud dengan pos ini adalah pemberian harta zakat kepada seseorang yang bepergian
di daerah asing. Jika dia kaya maka ia mengambil harta tersebut sebagai qard hasan (pinjaman)
yang akan dikembalikan setelah kembali ke daerahnya dan jika dia fakir maka ia tidak
mengembalikannya.
G. pendistribusian zakat
bentuk, yaitu:
1) Konsumtif tradisional, yakni zakat yang diberikan secara langsung
PENUTUP
A.KESIMPULAN
B. SARAN
Dari makalah ini, penulis ini mungkin memiliki kesalahan dalam penulisan. Untik
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan oleh penulis untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA