Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama pendudukannya, Pemerintah Jepang melarang aktivitas organisasi pergerakan


nasional Indonesia. Kendati demikian, masih ada satu organisasi pergerakan nasional yang
tetap diperbolehkan melakukan aktivitasnya, yaitu Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).
MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang dibentuk berdasarkan hasil pertemuan
pada 18-21 September 1937.

MIAI menampung semua ormas Islam yang hendak menyalurkan kegiatan keagamaannya
selama masa pendudukan Jepang. Majelis Islam A'la Indonesia merupakan satu-satunya
organisasi yang dapat beraktivitas kala itu.

Pada tanggal 24 Oktober 1943, MIAI dibubarkan. Hal ini disebabkan Jepang
memandang berkembangnya MIAI tidak sesuai dengan harapan Jepang. Sebagai gantinya
Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) pada tanggal 7 November
1945. Lantas, apa itu Masyumi? Berikut ini pengertian lengkap serta sejarah Masyumi yang
dibentuk Jepang untuk Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamankan yang dimaksud Majelis Islam A'la Indonesia (Miai)?
2. Bagaiamankan yang dimaksud Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah
2. Untuk mengetahui tentang Majelis Islam A'la Indonesia (Miai)
3. Untuk mengetahui tentang Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. MAJELIS ISLAM A'LA INDONESIA (MIAI)

1. Sejarah Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

Terbentuknya MIAI dilatarbelakangi oleh kesadaran para pemimpin organisasi-organisasi


Islam besar di Indonesia, seperti KH Mas Mansur (Muhammadiyah), KH Muhammad Dahlan
dan KH Wahab Hasbullah (Nahdlatul Ulama), dan W Wondoamiseno (Sarekat Islam).

Para tokoh ini ingin mendirikan suatu federasi yang dapat menampung semua organisasi
Islam yang berkembang di Indonesia.

Keinginan untuk membentuk federasi ini didorong dengan adanya perpecahan di kalangan
umat Islam, yang terbagi menjadi dua kubu, yakni kaum reformis dan tradisional.

Maka dari itu, dibentuklah MIAI. Majelis Islam A'la Indonesia didirikan oleh KH Mas
Mansyur dan rekan-rekannya pada tanggal 21 September 1937.

2. Tujuan Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

Pada awal didirikan MIAI bertujuan menampung semua organisasi Islam yang berkembang
di Indonesia. Pasalnya, pada masa pendudukan Belanda, umat Islam banyak yang terpecah
dan pemerintah kolonial tidak menyukai umat Muslim di tanah jajahannya.

Hal itu yang kemudian dimanfaatkan oleh Jepang guna mendapatkan dukungan rakyat. Pada
1942, pemimpin bagian pengajaran dan agama yang dibentuk Jepang, Kolonel Horie,
menyelenggarakan pertemuan bersama beberapa pemuka agama Islam dari Jawa Timur di
Surabaya.

Horie mengatakan bahwa ia hendak berkenalan dengan semua pemuka agama Islam. Namun,
itu sebenarnya hanya dalih saja, karena tujuan utamanya yaitu untuk meminta umat Islam
menghentikan kegiatan politiknya.

2
Di tempat lain, Jawa Barat, Horie mengirimkan anggotanya yang beragama Islam, seperti
Abdul Muniam Inada dan Moh Sayido Wakas untuk secara gantian berkunjung ke masjid
besar di Jakarta. Sebagai gantinya, Jepang mengarahkan para ulama dan umat Islam yang
ingin tetap menyalurkan kegiatan keagamaan mereka lewat sebuah organisasi.

Untuk itu, MIAI dihidupkan lagi dengan tujuan agar semua ormas Islam bisa memobilisasi
umat untuk memenuhi keperluan perang Jepang. MIAI kemudian kembali beraktivitas pada 4
September 1942, yang bermarkas di Jakarta.

3. Tugas Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

 Menempatkan umat Islam secara layak dalam masyarakat Indonesia


 Mengharmoniskan kembali Islam sesuai tuntutan perkembangan zaman
 Turut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Selain itu, MIAI juga mencetus sebuah program, yaitu rencana membangun Masjid Agung di
Jakarta dan universitas. Sayangnya, usulan ini ditolak oleh Jepang, yang hanya setuju jika
MIAI membentuk lembaga pengelola amal (baitulmal).

4. Bubarnya Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

Dalam perkembangannya, MIAI kian sadar bahwa mereka tidak bisa terus hidup di bawah
naungan Jepang. Maka, MIAI terus mengembangkan organisasi mereka dengan membentuk
Majelis Pemuda yang dipimpin oleh Ir Sofwan pada Mei 1943.

Tidak hanya itu, MIAI juga membentuk Majelis Keputrian yang diketuai oleh Siti Nurjanah
dan menerbitkan majalah bertajuk Soeara MIAI. Lewat majalah ini, MIAI mendapat simpati
dari umat Islam di Indonesia. Hal itu membuat Jepang semakin waspada.

Jepang terus mengawasi setiap aktivitas yang dilakukan para tokoh Islam dan sempat
melakukan pelatihan bagi para kiai selama satu bulan. Hasilnya, pemerintah Jepang
berkesimpulan bahwa para kiai tidak membahayakan kedudukan Jepang di Indonesia.

Kendati demikian, MIAI dianggap tidak memberi kontribusi apa pun untuk Jepang.
Alhasil, MIAI dibubarkan pada November 1943. Organisasi penggantinya adalah Majelis
Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi.

3
B. MAJELIS SYURA MUSLIMIN INDONESIA (MASYUMI)

Sejarah Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI)


Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) pada tanggal 7 November
1945. Organisasi ini diketuai oleh Hasyim Asy\\\’ari, sedangkan wakil ketuanya Mas Mansur
dan Wahid Hasyim. Sedangkan sebagai penasihat yaitu Ki Bagus Hadikusuma dan Abdul
Wahab.

Sebagai induk organisasi Islam, anggota Masyumi terdiri dari para ulama. Dengan demikian,
para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Oleh pihak Jepang Masyumi
diharapakan dapat mengumpulkan dana dan menggerakkan umat Islam untuk menopang
kegiatan Perang Asia Timur Raya.

Masyumi cepat berkembang, di setiap kepresidenan terdapat cabang-cabang Masyumi. Oleh


karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Dalam
perkembangannya, tampilah tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi, antara lain: Moh. Natsir,
Harsono, Cokroaminoto dan Prawoto Mangun Sasmito.

Masyumi menjadi organisasi massa pendukung rakyat, sehingga menentang keras romusa.
Organisasi ini telah menolak perintah Jepang agar menjadi penggerak romusa. Dengan
demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat. Masyarakat yang
berkembang diberbagai kelompok. Adapun kelompok-kelompok tersebut antara lain sebagai
berikut:

Kelompok Pangreh Praja dan Pegawai


Kelompok pangreh praja dan pegawai masih tetap mempertahankan sikap konservatif.
Mereka takut kehilangan kedudukan dan jabatan. Kelompok ini cenderung menjadi pengikut
penguasa.

Kelompok Nasionalis Nonagama


Kelompok ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Mereka memahami begitu keras
dan kejamnya tentara Jepang.

Kelompok Santri dan Ulama


Kelompok Santri dan Ulama juga dinamakan dengan kelompok nasionalis agama. Kelompok
ini memiliki pengaruh yang cukup besar di dalam masyarakat, contohnya MIAI.
4
Kelompok Sosialis
Kelompok di bawah pimpinan Sutan Syahrir ini bersikap antifasisme Jepang. Kelompok ini
termasuk pendukung paham demokrasi parlementer dari Barat.

Kelompok Komunis
Kelompok Komunis di bawah pimpinan Amir Syarifuddin ini dikenal antikapitalis, tetapi
sekaligus juga antifasisme. Oleh karena itu, wajar jika kelompok ini anti Jepang.

Kelompok Pemuda
Kelompok pemuda ada 2 macam, yaitu:

1. Kelompok pemuda yang lebih condong ke komunis, di bawah pimpinan Tan Malaka.
Mereka umumnya bekerja pada Sendenbu.
2. Kelompok pemuda kaigun (pegawai-pegawai dapa Dinas Angkatan Laut Jepang).
Kelompok ini dipimpin oleh Ahmad Subarjo.
Jepang ternyata memberikan kesempatan pada tokoh-tokoh Indonesia untuk melibatkan diri
dalam kegiatan politik dan memangku jabatan-jabatan politis, seperti menjadi residen. Para
tokoh nasionalis juga dilibatkan di dalam keanggotaan dan kepemimpinan Chuo Sangi In.

Di dalam Chuo Sangi In, Ir. Soekarno sebagai ketua dan para anggotanya jelas dituntut untuk
membina diri dan mengembangkan wawasan politik, karena tugasnya antara lain memberikan
jawaban terhadap pertanyaan pemerintah tentang politik dan pemerintahan.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang dibentuk berdasarkan hasil
pertemuan pada 18-21 September 1937. MIAI menampung semua ormas Islam yang
hendak menyalurkan kegiatan keagamaannya selama masa pendudukan Jepang.
Majelis Islam A'la Indonesia merupakan satu-satunya organisasi yang dapat
beraktivitas kala itu.
2. Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) pada tanggal 7
November 1945. Organisasi ini diketuai oleh Hasyim Asy\\\’ari, sedangkan wakil
ketuanya Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Sedangkan sebagai penasihat yaitu Ki
Bagus Hadikusuma dan Abdul Wahab.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini juga penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya atau masih jauh dari kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena
itu kritik dan saran baik itu dari bapak/Ibu Guru maupun rekan siswa/siswi yang bersifat
konstruktif sangat diharapkan guna memperbaiki penulisan lebih lanjut.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pinhome.id/blog/sejarah-dibentuknya-masyumi-oleh-jepang/

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/18/120000879/majelis-islam-ala-indonesia-
organisasi-yang-didukung-jepang

Anda mungkin juga menyukai