Anda di halaman 1dari 5

SEJARA INDONESIA

NAMA KELOMPOK 4:

DESAK PUTU AYU SRI WARTINI [ 1 ]

NI WAYAN WARNI [ 32 ]

NI KADEK NITA SEPTIYANTI [ 21 ]

I WAYAN SUGI RESTU GANDHI [ 18 ]


ORGANISASI MIAI DAN JAWA OKOKAI
LATAR BELAKANG
A. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)

Pada Mei 1942, Kolonel Horie, pemimpin Bagian Pengajaran dan Agama yang dibentuk oleh
Jepang mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama Islam dari seluruh Jawa
Timur di Surabaya.
Horie ingin berkenalan dengan para pemuka agama Islam. Ia hendak meminta umat Islam
tidak melakukan kegiatan politik.
Di Jawa Barat, Kolonel Horie mengerahkan para pembantunya, orang Jepang yang beragama
Islam, seperti Abdul Muniam Inada serta Moh Sayido Wakas agar secara bergiliran
mengunjungi beberapa masjid besar di Jakarta untuk mengadakan ceramah dan khotbah
Jumat.
Sebagai gantinya, Jepang mengarahkan ulama dan umat Islam mencurahkan kegiatan
keagamaan dan keumatannya lewat organisasi.
MIAI pada masa pendukung Jepang diperbolehkan berkembang karena Jepang
membutuhkan bantuan dan tenaga umat Islam.
MIAI bertujuan agar ormas-ormas Islam yang bernaung di bawahnya bisa memobilisasi umat
untuk keperluan perang. Jepang pun mengaktifkan kembali MIAI pada 4 September 1942.
Markasnya di Surabaya dipindah ke Jakarta.
MIAI membentuk baitulmal atau lembaga pengelola amal. MIAI terus berkembang menjadi
tempat pertukaran pikiran dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada
perangkap kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia Timur
Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI juga berhasil membentuk Majelis Pemuda yang diketuai
oleh Ir Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah.
Pada 1943, MIAI bahkan diperbolehkan menerbitkan majalahnya yaitu Soeara MIAI. MIAI
pun mendapat simpati yang luar biasa dari umat Islam.
MIAI akhirnya dibubarkan pada November 1943 dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi).
Masyumi Masyumi didirikan pada November 1943. Ketua Pengurus Besarnya KH Hasyim
Asy'ari. Wakilnya dari Muhammadiyah antara lain KH Mas Mansyur, KH Farid Ma’ruf, KH
Mukti, KH Wahid Hasyim, dan Kartosudarmo. Sementara Wakil Masyumi dari Nahdatul
Ulama yakni KH Nachrowi, Zainul Arifin, dan KH Muchtar. Masyumi berkembang dengan
cepat karena di setiap karesidenan ada cabangnya. Tugas Masyumi di antaranya
meningkatkan hasil bumi dan mengumpulkan dana. Masyumi jadi wadah bertukar pikiran
antara tokoh-tokoh Islam sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat.
Masyumi juga berani menolak budaya Jepang yang tak sesuai dengan ajaran Islam. Salah
satunya yakni seikerei atau posisi membungkuk 90 derajat ke arah Tokyo.

B.Tujuan pembentukan miai


untuk mempererat hubungan antara perhimpunan-perhimpunan Islam
Indonesia dan kaum Islam di luar indonesia serta mempersatukan suara-suara untuk
membela Islam
C.Tokoh-tokoh pendiri miai
- K.H Mas Mansyur dari Muhammadiyah

- K.H Ahmad Dahlan

- IK.H Abdul Wahab dari NU.


A. pembentukan Jawa Hokokai

Sebelum mendirikan Jawa Hokokai, Jepang sudah lebih dulu membentuk Gerakan Tiga A
dan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) untuk menarik simpati dan mencari dukungan rakyat
Indonesia.
Gerakan Tiga A lebih dulu dibubarkan karena dianggap gagal atau tidak berjalan sesuai
dengan keinginan Jepang.
Setelah itu, Jepang membentuk Putera yang dipimpin tokoh Empat Serangkai, yakni
Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur.
Putera dibentuk untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia agar dapat
membantu Jepang dalam Perang Pasifik.
Akan tetapi, tujuan Jepang dalam mendirikan Putera tidak tercapai. Putera justru lebih
banyak bermanfaat bagi rakyat Indonesia ketimbang menguntungkan Jepang.
Oleh karena itu, Jepang pun membubarkan Putera dan kemudian mendirikan Jawa Hokokai.

B. Tujuan jawa hokokai


Jawa Hokokai juga disebut sebagai Himpunan Kebaktian Jawa. Melalui organisasi ini,
Jepang berniat untuk menghimpun kekuatan rakyat Indonesia dan menggalang kebaktian.
Kebaktian dalam tradisi Jepang memiliki tiga dasar, yaitu pengorbanan diri, mempertebal
persaudaraan, dan berbakti.
Berikut ini tujuan Jepang membentuk Jawa Hokokai:
1.Menumbuhkan persatuan dan semangat rakyat Indonesia.
2.Menghimpun kekuatan rakyat Indonesia.
3.Mencari dukungan rakyat Indonesia untuk menghadapi Perang Pasifik.
Adapun Jawa Hokokai terdiri dari beberapa organisasi, yaitu Hokokai (Himpunan Kebaktian),
Kyoiku Hokokai (Kebaktian Para Pendidik atau Guru), Izi Hokokai (Kebaktian Para Dokter),
Keimin Bunka Shudoso (Pusat Kebudayaan), Fujinkai (organisasi perempuan yang mengatasi
masalah ekonomi).
C. Tokoh-tokoh jawa hokokai
1. Jendral Kumaikici, Sebagai pendiri organisasi jawa hokokai yang juga sebagai Panglima
Tentara ke-16 Jepang

2. Gunseikan, Sebagai pimpinan pusat.

3. Ir. Sukarno dan Hasyim Asy'ari, Sebagai penasihatnya

Anda mungkin juga menyukai