Anda di halaman 1dari 8

 Latar belakang pembentukan PUTERA:

Setelah Letnan Jenderal Imamura, panglima pertama di Jawa, mengeluarkan dekrit pembekuan
dan larangan setiap diskusi atau organisasi yang berhubungan dengan administrasi politik dan
juga menghentikan partai-partai politik yang ada, termasuk partai sarikat Islam Indonesia (PSII).
Maka Jepang mensponsori pembentukan wadah baru guna menyalurkan aktivitas mantan
pimpinan parpol dan ormas, pada 29 April 1942, dibentuk organisasi Tiga-A (Nippon Pemimpin
Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia). Organisasi ini dipimpin oleh Shimizu dan
Samsuddin (Pemimpin muda partai Parindra).Makna Nippon sebagai Pemimpin Asia, dengan
bahasa lain, Saudara Tua dalam pengertian politik. Demikian pula makna Cahaya dan Pelindung,
memberikan kesan bahwa Indonesia belum mampu mandiri sebagai bangsa merdeka tanpa
petunjuk dan payung Jepang. Gerakan Tiga A, dibubarkan kembali oleh Jepang pada tahun 1943
dikarenakan tidak mendapat simpati dari bangsa Indonesia dan dianggap sebagai organisasi
yang sia-sia oleh Jepang. Pada tanggal 16 April 1943 Jepang mendirikan organisasi PUTERA
(Pusat Tenaga Rakyat) untuk menggantikan Gerakan Tiga A
 Tujuan PUTERA:
1. meningkatkan semangat bangsa Indonesia dalam membantu pemerintah Jepang dalam perang
melawan Sekutu
2. membujuk kaum Nasionalis dan kaum Intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya
untuk kepentingan perang melawan Sekutu
3. memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang
4. Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi.
 Anggota PUTERA

Pemimpin:

1. Ir. Soekarno
Soekarno, biasa dipanggil bung karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21
Juni 1970. Dikutip dari laman RRI, Soekarno awalnya diberi nama Koesno Sosrodihardjo. Karena
sering sakit, namanya diganti menjadi Soekarno. Beliau merupakan presiden pertama Republik
Indonesia, sekaligus tokoh proklamator negara ini. Soekarno akrab dipanggil dengan julukan
Bung Karno. Bung Karno juga dikenal sebagai Putra Sang Fajar karena lahir saat fajar
menyingsing. 
2. M. Hatta
Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta; lahir dengan nama Mohammad
Athar di Fort de Kock, Hindia Belanda, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14
Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat
sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama.

3. Ki Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat. Beliau lahir
pada Kamis Legi, 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga bangsawan
Puro Pakualaman Yogyakarta. Beliau merupakan bapak pelopor pendidikan di Indonesia. Banyak
yang mengenali beliau dari semboyan khas, “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani”

4. K.H. Mas Mansyur


K.H. Mas Mansur adalah arek Suroboyo, kelahiran kampung Sawahan yang sekarang bernama
Kampung Baru Nur Anwar, pada tanggal 25 Juni 1896. la adalah putera Kyai Mas Ahmad dari
keluarga pesantren Sidoresno Surabaya. Ia belajar di Al Azhar kurang lebih 3 tahun lamanya.
Selama di Mesir berkesempatan mengunjungi beberapa negara Islam, antara lain meninjau
pesantren Syanggit di Tripoli yang amat berkesan dihatinya. Berhubung dengan berkecamuknya
perang dunia I, dipanggil pulang oleh ayahnya. Di Indonesia, K.H. Mas Mansur memberikan
pelajaran ilmu tauhid dan terkenal sebagai ustadz yang pandai mengajar. Pelajarannya padat,
tetapi populer, mudah diikuti. Oleh karenanya para siswanya hingga sekarang masih terkenang
kepada almarhum gurunya yang mahir itu.

Penasihat:

1. S. Miyoshi
2. G Taniguci
3. Iciro Yamasaki
4. Akiyama
Struktur keanggotaan:
Struktur organisasi Putera dimulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan daerah yang dibagi sesuai
dengan tingkatnya, yaitu:

1. syu (keresidenan)
2. ken (kabupaten)
3. gun(distrik)
 Hubungan awal PUTERA dengan Jepang
Dalam pidato peresmian kantor besar putera , Soekarno sebagai Pemimpin Besar Putera
mengatakan “karena Indonesia mengetahui keinginan Dai Nippon, dan Dai Nippon mengetahui
tuntutan Indonesia". Dengan dasar yang demikian pastilah bersama ini akan menjadi subur-
sesubur-suburnya.”
 Dukungan terhadap PUTERA:
Dibukanya kantor besar Putera yang dipimpin oleh Soekarno menjadi titik awal mengalirnya
dukungan dari berbagai golongan yang ada di Indonesia, terutama golongan Arab, golongan
Tionghoa yang, dan golongan India.
Menyaksikan dukungan yang terus mengalir terhadap organisasi Putera. Pada tanggal 2 Juni
1943, Soekarno mengadakan rapat umum organisasi Putera yang pertama kali bertempat di
Taman Raden Saleh Jakarta.

 Keberhasilan PUTERA:
Keberhasilan dari organisasi Putera ditunjukkan dengan
Cabang-cabang organisasi ini di berbagai daerah di pulau Jawa. Dalam setiap peresmian cabang-
cabang Putera Soekarno mengambil kesempatan untuk berpidato yang berisi ajakan terhadap
golongan muda agar rela mengorbankan jiwa dan raga untuk kepentingan bangsa.

 Pembubaran PUTERA:
strategi Jepang membentuk PUTERA merupakan kesalahan besar bagi Jepang. Karena
pembentukan PUTERA semakin menumbuhkan semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa
Indonesia dan mengobarkan semangat untuk memperoleh kemerdekaan. Karena dianggap
merugikan pihak Jepang, maka Jepang pun membubarkan paksa organisasi tersebut pada tahun
1944. Kemudian Jepang membentuk wadah baru Jawa Hokokai (Organisasi Pelayanan Rakyat di
Jawa) pada tahun 1944 oleh Panglima Tentara Jepang.
 Latar belakang pendirian partai Masyumi:
Masa pendudukan Jepang menjadi tahap yang fundamental bagi kelahiran Partai Masyumi.
Pemerintahan militer Jepang, melalui kebijakan politiknya berupaya memasukkan Islam
Indonesia sebagai bagian dari politik perangnya, yang saat itu disebut “Lingkaran Kesejahteraan
Bersama Asia Raya”. Dari niat itu, pada bulan November 1943 lahirlah Masyumi pertama,
Majelis Syuro Muslimin Indonesia

 Jenis-jenis keanggotaan partai Masyumi:


1. Pertama adalah organisasi-organisasi Islam yang mendapatkan legalitas dari Jepang untuk
beraktifitas.
2. Kedua adalah para ulama atau pemimpin yang mendapatkan rekomendasi dari biro urusan
agama.

 Ideologi Politik
Anggaran Dasar Masyumi yang disahkan oleh Kongres Umat Islam Indonesia pada tahun 1945
menyebutkan bahwa Masyumi berasaskan Islam dan bertujuan untuk terlaksananya ajaran dan
hukum Islam didalam kehidupan warga
 Keuntungan dari Jepang:
Pada bulan Februari 1945, Masyumi mendapatkan keuntungan dari usaha pemerintah Jepang
untuk mengurangi pengaruh kaum nasionalis dengan mengadu domba dengan kubu Islam.
Seiring dengan hal tersebut Jepang memberikan keleluasaaan pergerakan Masyumi hingga
kesuluruh wilayah Nusantara. Masyumi benar-benar mampu memanfaatkan momentum dari
keleluasaan tersebut, hal ini berbeda dengan MIAI yang sejak berdiri hingga dibubarkan tak
pernah mampu memperluas jaringan diluar wilayah Jakarta.

 Keanggotaan partai Masyumi:


A. Majelis Syuro (Dewan Partai)
1. K.H. Hasjim Asj’ari, Ketua Umum dan pendiri
2. Ki Bagus Hadikusumo, Ketua Muda I,
3. K.H. Ahmad Wahid Hasjim, Ketua Muda II,
4. Mr. Kasman Singodimedjo, Ketua Muda III.
Anggota-anggota Majelis Syuro:
1. R.H. Mohammad. Adnan
2. H. Agus Salim
3. K.H. Abdul Wahab,
4. K.H. Abdul Halim
5. K.H. Sanusi
6. Djamil Djambek
7. Dan beberapa Kiai serta pemuka-pemuka Islam lainnya.

B. Pengurus Besar
1. Dr. Soekiman Wirjosandjojo, Ketua,
2. Abikusno Tjokrosujoso, Ketua Muda I,
3. Wali Alfatah, Ketua Muda II,
4. Harsono Tjokroaminoto, Sekretaris I,
5. Prawoto Mangkusasmito, Sekretaris II,
6. Mr. Raden Ahmad Kasmat, Bendahara.

C. Pimpinan Bagian
a. Bagian Penerangan: Wali Alfatah.
b. Bagian Barisan Sabilillah dan Hizbullah
1. K.H. Masjkur,
2. W. Wondoamiseno,
3. H. Hasjim,
4. Sulio Adikusumo.
c. Bagian Keuangan
1. Mr. Raden Ahmad Kasmat,
2. Raden Prawiro Juwono,
3. H. Hamid.
d. Bagian Pemuda
1. Mohammad Mawardi,
2. Harsono Tjokroaminoto.
Anggota-anggota biasa:
1. K.H. Mohammad Dahlan,
2. H.M.F. Ma’ruf,
3. Junus Anis,
4. K.H. Faqih Usman,
5. K.H. Fatchurrachman,
6. Dr. Abu Hanifah,
7. Mohammad Natsir,
8. S.M. Kartosuwirjo,
9. Anwar Tjokroaminoto,
10. Dr. Samsuddin,
11. Mr. Mohamad Roem.

 Keluarnya NU:
Keanggotaan Masyumi mengalami pengurangan, terutama setelah Nahdatul Ulama (NU) keluar
dari Masyumi pada 1952. Nahdatul Ulama keluar dari Masyumi disebabkan karena kurang
terakomodasinya keinginan dan kepentingan Nahdatul Ulama dalam Masyumi

 Tujuan/peran partai Masyumi:


1. Ketika Indonesia masih dibawah bayang-bayang kembalinya penjajah untuk menguasai kembali
Indonesia, Masyumi turut serta membendung dan melakukan perlawanan melalui jalur perang
sebagaimana yang diperjuangkan barisan Hizbullah dan jalur diplomasi melalui tokoh-tokohnya
seperti Moh. Roem
2. Masyumi juga berperan aktif untuk memperjuangkan kembalinya bentuk negara Indonesia ke
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagaimana yang diperankan M. Natsir
melalui mosi Integralnya pada tahun 1950.
3. Masyumi juga berperan aktif dalam parlemen dan konstituante, terutama pada masa demokrasi
parlementer

 Pembubaran partai Masyumi:


Meningkatnya aktivitas Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia membawa dampak negatif
bagi Masyumi, terutama di daerah-daerah Tapanuli, Sumatera Barat, Riau Daratan serta
Sulawesi Utara dan Tengah. Bahkan Masyumi di daerah itu dilarang melakukan aktifitas politik
dengan keluarnya Peperpu /KSAD No. Prt/Peperpu/028/ 1958 tanggal 5 September 1958
tentang larangan adanya organisasi Partai Masyumi. Larangan tersebut berdampak pada
keanggotaan Masyumi, sehingga ketika diselenggarakan Muktamar Masyumi IX pada 23-27 April
1959 di Yogyakarta Pimpinan Partai Masyumi Prawoto Mangkusasmito tidak lagi mengundang
Pimpinan Masyumi di daerah Tapanuli, Sumatera Barat, Riau Daratan, Sulawesai Utara dan
Tengah. Dengan demikian, keanggotaan Masyumi berkurang secara drastis sejak masa transisi
sampai pada awal demokrasi terpimpin. Keberadaan anggota Masyumi semakin terdesak dan
tersudut, sampai akhirnya Partai Masyumi terpaksa membubarkan diri pada tahun 1960

 Biografi singkat K.H Hasyim As’yari:


KH Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal 10 April 1875 di Demak, Jawa Tengah. Beliau merupakan
pendiri pondok pesantren Tebuireng dan juga perintis Nahdlatul Ulama (NU). Pada tahun 1942
Kiai Hasyim dipenjara (Jombang) dan dipindahkan penjara Mojokerto kemudian ditawan di
Surabaya. Beliau ditangkap karena dianggap sebagai penghalang pergerakan Jepang (Ayah KH
Abdul Wahid Hasyim ini dipenjara dan mengalami siksa pedih dari tentara Jepang untuk alasan
yang tidak pernah diperbuatnya. Meski mengalami beragam kekerasan di dalam penjara, kakek
dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tidak menyurutkan sedikit pun semangat menegakkan
agama Allah dengan tetap melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan mengulang hafalan hadits-
hadits dalam kitab Al-Bukhari dan menolak dengan tegas agar hormat menghadap matahari
sebagai sikap tunduk dan patuh kepada Kaisar Jepang, Teno Heika). Setelah Indonesia merdeka
Pada tahun 1945 KH. M. Hasyim Asy’ari terpilih sebagai ketua umum dewan partai (MASYUMI)
jabatan itu dipangkunya namun tetap mengajar di pesantren hingga beliau meninggal dunia
pada tahun 1947.
 Cara Tentara jepaang menemukan alasan untuk memenjarakannya : Langkah memenjarakan
kiai dengan tuduhan mengajak masyarakat melakukan pemberontakan terhadap penjajah
Jepang terjadi pada tahun 1943, (pemberontakan di daerah Cukir, sekitar Jombang)
 Fun fact alasan dipindahkan ke Mojokerto : Dipenjaranya Kiai Hasyim Asy’ari memantik
perlawanan dari ribuan santrinya. Mereka ramai-ramai menggeruduk penjara Jepang di
Jombang sehingga mereka terpaksa harus memindahkan ayah Kiai Abdul Wahid Hasyim itu ke
Mojokerto.
 Pelepasannya KH Hasyim Ashari : Gerakan ramai-ramai menggeruduk penjara Jepang di
Jombang terpaksa harus membuat ayah Kiai Abdul Wahid Hasyim harus pindah ke Mojokerto.
Langkah tersebut sekaligus disadari oleh Jepang bahwa langkah mengurung Kiai Hasyim
merupakan kesalahan besar sehingga langkah diplomasi perlu dilakukan. Langkah diplomasi ini
memang sekuat tenaga dilakukan oleh Jepang, Kiai Abdul Wahab Chasbullah, dan Kiai Wahid
Hasyim. Tujuan utama Kiai Wahid agar bisa membebaskan ayahnya atas tuduhan mengada-ada
para tentara Jepang yang memicu perlawanan para santri dan rakyat Indonesia ketika itu. Hal ini
menjadi kekhawatiran Jepang sendiri akan munculnya perlawanan yang lebih besar bangsa
Indonesia terhadap kolonialismenya.
 Karena Jepang senediri memperoleh informasi salah, Akhirnya kesepakatan diperoleh, Jepang
mau membebaskan Kiai Hasyim Asy’ari dengan syarat ia mau diangkat sebagai Shumubucho,
Kepala Jawatan Agama . Di sinilah politik kompensasi dilakukan oleh Jepang untuk menarik
perhatian rakyat Indonesia karena Kiai Hasyim mempunyai pengaruh yang sangat luas.

Anda mungkin juga menyukai