Anda di halaman 1dari 2

NAMA:

NI KADEK NITA SEPTIYANTI [22]


NI KOMANG TRI MILA SARI [24]

pejati

pejati berasal dari kata jati yang dalam bahasa Bali berarti sungguh-sungguh. Kata 'jati'
mendapat awalan 'pa' sehingga kata pejati dimaknai sebagai wujud kesungguhan seseorang.
Pejati menjadi sarana mengungkapkan rasa kesungguhan hati ke hadapan Sang Hyang Widhi
beserta manifestasinya ketika hendak melaksanakan upacara tertentu. banten pejati
dikategorikan sebagai banten pokok yang paling sering dipergunakan umat Hindu di Bali
ketika melaksanakan Panca Yadnya.
Misalnya ketika pertama kali masuk dan sembahyang di sebuah pura, biasanya orang
tersebut menghaturkan pejati.
Demikian pula jika seseorang memohon jasa pemangku atau sulinggih, kemudian
"meluasang" kepada seorang balian/seliran atau untuk melengkapi upakara. Sebagian
masyarakat Bali kerap menyebut banten pejati sebagai "Banten Peras Daksina".
banten pejati dilengkapi dengan unsur-unsur seperti daksina, banten peras, banten
ajuman/soda, tipat kelanan, penyeneng/tehenan/pabuat, pesucian, dan segehan. (*)
Banten Pejati adalah sekelompok banten yang dipakai sarana untuk menyatakan rasa
kesungguhan hati kehadapan Hyang Widhi dan manifestasiNya.
Banten pejati dihaturkan ketika akan melaksanakan suatu upacara dengan tujuan agar
mendapatkan keselamatan. Banten pejati merupakan banten pokok yang senantiasa
dipergunakan dalam Pañca Yajña.
Sarana yang ada dalam banten pejati :
1 peras
2 ajuman
3 daksina
Peras:
Tumpeng
Kulit Peras
Pisang
Buah
Jaje
Sampian Pusung
Ajuman :
Pendek
Buah
Pisang
Jaje
Kepetan Ajuman
Daksina :
Beras
Kelapa
Telor Bebek
Kojong Lima
Biu
Enteban
Gantusan
Base Tampel
Benang  

Anda mungkin juga menyukai