Perenungan:
Terjemahannya:
Cukup berhasil Sri Baginda sebagai pimpinan, karena Sri Baginda sahabat
Sang Hyang Indra yang amat berbakti, juga terhadap Sang Hyang Maheswara,
bersembah sujud ke hadapan yang dihormati ‘Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Menyembah Tuhan dalam wujud
adalah amat baik namun kesulitan, hambatan, dan tantangan tetap ada, karena
Tuhan tanpa wujud, kekal abadi, dan tidak berubah-ubah. Memuja Tuhan
dalam wujud nyata seperti yang dilakukan oleh umat kebanyakan ‘yoga biasa’
diperlukan adanya sarana seperti pratima atau arca, umat sedharma akan lebih
mudah untuk mewujudkan rasa bhaktinya, tetapi ini bukan berarti satu-satunya
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan
kita menikmati sesuatu, kita selalu ingat bahwa semua itu adalah
anugrah dari Tuhan. Cara yang khusus untuk selalu mengingat Beliau
adalah dengan mengucapkan salah satu gelar Beliau secara berulangulang misalnya: “Om Nama Siwa
ya”. Pengucapan yang berulangulang ini disebut dengan japa atau japa mantra.
ciptaannya.
keagungan-Nya.
jalan bhakti sejati kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi beserta
prabhava-Nya dengan penuh pengabdian, memuja dan memuji, penyerahan diri
secara tulus. Bila seseorang pemuja dapat menyatukan dirinya dengan yang
dipuja (Tuhan Yang Maha Esa), yang bersangkutan dapat menikmati kebahagiaan
visate tadanantaram.
(Bhagawadgita, XVIII.55)
Terjemahannya:
Bhakti sejati adalah salah satu ajaran yang dapat dimaknai dan dipedomani
untuk meningkatkan sradha dan bhakti umat kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida
Sang Hyang Widhi beserta prabhavanya oleh umat sedharma sebagai hamba-Nya.
yang berbudi dan individual dalam menciptakan situasi dan kondisi yang damai
dan sentosa di tengah-tengah jalinan hubungan sosial yang serasi, selaras dan
satu sama yang lainnya dalam satu kesatuan organ-organ sosial sesuai dengan
dianutnya serta aturan-aturan etika, moralitas dan kebajikan yang berlaku untuk
kesejahteraan, yang Engkau berikan kepada semua yang baik, yang mengandung
Dengan Bhakti sejati yakni bhakti dengan jalan sujud, penuh pengabdian,
setia, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan kasih yang mendalam
memuja dan memuji nama suci, keagungan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha
antaranya; dengan jalan berekspresi atau bersadhana melalui media gita (nyanyian
suci atau kidung suci) memuji dan memuja keagungan dan kemahakuasaan Ida
(nitya karma) maupun di saat-saat hari-hari tertentu (naimitika karma), juga umat
gerak horizontal yaitu pada kontek kehidupan sosial dengan melakukan Sadhana
pelayanan khususnya dalam hal ini adalah Sewaka Dharma Kirthanam. Maksud
dari Sewaka Dharma Kirthanam pada kontek sosial ini adalah kesadaran untuk
berbesar hati membuka diri dan berbagi dalam memberikan pelayanan yang tulus
dengan cara memuji dan memuja sesama dan lingkungan ini. Sehingga terjadi
keseimbangan arah yang menyerupai tanda tambah (tapak dara Bahasa Bali)
”arah garis vertikal dan arah garis horizontal” yang mengisyaratkan terjadinya
Mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa
berserta manifestasinya dengan bhakti sejati berlandasan bhakti yoga dan upasana
merupakan jalan yang paling mudah dan paling umum dapat dilakukan oleh
umat. Umat harus berkeyakinan bahwa yang disembah itu ada yang menyembah
kepada yang disembah. Oleh karena itu, perilaku umat dengan bhakti sejati
adalah mengabdi, memuja dan memuji, penyerahan diri, dan permohonan ampun
kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Bhakti sejati merupakan
perwujudan dari rasa syukhur umat manusia kehadapan Sang Pencipta. Bhakti
Atmanivedanam ini adalah cara bhakti yang tertinggi karena harus didahului
dengan Wairagia yaitu suatu keadaan di mana orang tidak lagi terikat pada
hal-hal keduniawian. Menurut ajaran bhakti marga Tuhan mewujudkan diriNya kepada penyembah-
Nya dalam berbagai cara dan berbagai wujud. Jika
pemuja-Nya membayangkan Beliau sebagai langit biru, maka Beliau pun akan