Anda di halaman 1dari 5

B.

Bagian-bagian Ajaran Bhakti Sejati

Perenungan:

Saphala sira rãkûakéng rãt,

Tuwi sira mitra Hyang Indra bhakti

témén, Mãhéúwara ta sira lanã,

Úiwabhakti ginöng lanã ginawé.

Terjemahannya:

Cukup berhasil Sri Baginda sebagai pimpinan, karena Sri Baginda sahabat

Sang Hyang Indra yang amat berbakti, juga terhadap Sang Hyang Maheswara,

kepada Sang Hyang Çiwa pula diperkuat (Bhagawadgita, VII.16).

Ajaran bhakti dalam agama Hindu mengajarkan umat manusia untuk

bersembah sujud ke hadapan yang dihormati ‘Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang

Hyang Widhi’ beserta manifestasi dan prabhawa-Nya. Bhakti atau menyembah

kepada-Nya dapat dilaksanakan secara abstrak dan juga dengan mempergunakan

nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Menyembah Tuhan dalam wujud

abstrak dapat dilakukan dengan menanggalkan pikiran kepada yang disembah

adalah amat baik namun kesulitan, hambatan, dan tantangan tetap ada, karena

Tuhan tanpa wujud, kekal abadi, dan tidak berubah-ubah. Memuja Tuhan

dalam wujud nyata seperti yang dilakukan oleh umat kebanyakan ‘yoga biasa’

diperlukan adanya sarana seperti pratima atau arca, umat sedharma akan lebih

mudah untuk mewujudkan rasa bhaktinya, tetapi ini bukan berarti satu-satunya

jalan yang terbaik bagi umat semua.

Kitab Bhagavata Purana VII.52.23 menyebutkanada 9 jenis bhakti

kehadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut dengan

istilah Navavidha bhakti, di antaranya:

1. Srawanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan cara

membaca atau mendengarkan hal-hal yang bermutu seperti pelajaran/

ceramah keagamaan, cerita-cerita keagamaan dan nyanyian-nyanyian


keagamaan, membaca kitab-kitab suci.

2. Kirtanam yang berarti berbhakti kepada Tuhan dengan jalan

menyanyikan kidung suci keagamaan atau kidung suci yang

mengagungkan kebesaran Tuhan dengan penuh pengertian dan rasa

bhakti yang ikhlas serta benar-benar menjiwai isi kidung tersebut.

3. Smaranam adalah cara berbhakti kepada Tuhan dengan cara selalu

ingat kepada-Nya, mengingat nama-Nya, bermeditasi. Setiap indera

kita menikmati sesuatu, kita selalu ingat bahwa semua itu adalah

anugrah dari Tuhan. Cara yang khusus untuk selalu mengingat Beliau

adalah dengan mengucapkan salah satu gelar Beliau secara berulangulang misalnya: “Om Nama Siwa
ya”. Pengucapan yang berulangulang ini disebut dengan japa atau japa mantra.

4. Padasevanam yaitu dengan memberikan pelayanan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, termasuk melayani, menolong berbagai mahkluk

ciptaannya.

5. Arcanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara memuja

keagungan-Nya.

6. Vandanam yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan jalan melakukan

sujud dan kebhaktian.

7. Dasya yaitu berbhakti kepada Tuhan dengan cara melayani-Nya dalam

pengertian mau melayani mereka yang memerlukan pertolongan

dengan penuh keiklasan.

8. Sakhya yaitu memandang Tuhan Yang Maha Esa sebagai sahabat

sejati, yang memberikan pertolongan ketika dalam bahaya.

9. Atmanivedanam adalah berbhakti kepada Tuhan dengan cara

menyerahkan diri sepenuhnya kehadapan Hyang Widhi. Seseorang

yang menjalankan bhakti dengan cara ini akan melakukan segala

sesuatunya sebagai persembahan kepada Tuhan.

Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa seseorang yang mengikuti

jalan bhakti sejati kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi beserta
prabhava-Nya dengan penuh pengabdian, memuja dan memuji, penyerahan diri

secara tulus. Bila seseorang pemuja dapat menyatukan dirinya dengan yang

dipuja (Tuhan Yang Maha Esa), yang bersangkutan dapat menikmati kebahagiaan

dalam hidupnya. Kitab Bhagawadgita menjelaskan sebagai berikut.

Bhaktyã mãm abhijãnãti,

yãvãn yas cha ‘smi tatvatah’,

tato tattvato mãm jnãtvã

visate tadanantaram.

(Bhagawadgita, XVIII.55)

Terjemahannya:

Dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya

Aku, dan dengan mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari

(Pudja, 2004 : 434).

Bhakti sejati adalah salah satu ajaran yang dapat dimaknai dan dipedomani

untuk meningkatkan sradha dan bhakti umat kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida

Sang Hyang Widhi beserta prabhavanya oleh umat sedharma sebagai hamba-Nya.

Bhakti sejati dapat dimaknai untuk membangun dan menciptakan masyarakat

yang berbudi dan individual dalam menciptakan situasi dan kondisi yang damai

dan sentosa di tengah-tengah jalinan hubungan sosial yang serasi, selaras dan

harmonis. Umat sedharma juga dapat menumbuh-kembangkan kesadaran prinsip

hidup bersama yang saling menghargai, menghormati, melayani dan dilayani

satu sama yang lainnya dalam satu kesatuan organ-organ sosial sesuai dengan

prinsip-prinsip dasar aturan keimanan, kebajikan dan acara keagamaan yang

dianutnya serta aturan-aturan etika, moralitas dan kebajikan yang berlaku untuk

umum. Kitab Rgveda menjelaskan sebagai berikut;

“Yaste stanaá úaúayo yo mayobhür

yena viúvàà pusyasi vàryàni,

yo ratnadhà vasuvid yaá sudatraá

saraswati tam iha dhatave kaá


Terjemahannya:

‘Sarasvati! air susu-Mu yang berlimpah-limpah sebagai sumber

kesejahteraan, yang Engkau berikan kepada semua yang baik, yang mengandung

harta benda, mengandung kekayaan, memberikan hadiah yang baik, Susu-Mu

Engkau sediakan untuk kehidupan kami (Rgveda, I.164.49).

Dengan Bhakti sejati yakni bhakti dengan jalan sujud, penuh pengabdian,

setia, tekun, sungguh-sungguh berdasarkan rasa, cinta, dan kasih yang mendalam

memuja dan memuji nama suci, keagungan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha

Esa/Ida Sang Hyang Widhi, umat dapat melaksanakan pemujaan kepada-Nya.

Melalui arah vertikal wujud sadhana bhakti sejati dapat dipersembahkan di

antaranya; dengan jalan berekspresi atau bersadhana melalui media gita (nyanyian

suci atau kidung suci) memuji dan memuja keagungan dan kemahakuasaan Ida

Sang Hyang Widhi (Brahman) yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

(nitya karma) maupun di saat-saat hari-hari tertentu (naimitika karma), juga umat

sedharma dapat melaksanakan pemujaan kehadapan-Nya. Sedangkan pada arah

gerak horizontal yaitu pada kontek kehidupan sosial dengan melakukan Sadhana

pelayanan khususnya dalam hal ini adalah Sewaka Dharma Kirthanam. Maksud

dari Sewaka Dharma Kirthanam pada kontek sosial ini adalah kesadaran untuk

berbesar hati membuka diri dan berbagi dalam memberikan pelayanan yang tulus

dengan cara memuji dan memuja sesama dan lingkungan ini. Sehingga terjadi

keseimbangan arah yang menyerupai tanda tambah (tapak dara Bahasa Bali)

”arah garis vertikal dan arah garis horizontal” yang mengisyaratkan terjadinya

keseimbangan antara hubungan vertikal dan horizontal.

Mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa

berserta manifestasinya dengan bhakti sejati berlandasan bhakti yoga dan upasana

merupakan jalan yang paling mudah dan paling umum dapat dilakukan oleh

umat. Umat harus berkeyakinan bahwa yang disembah itu ada yang menyembah

itu merasakan ketidaksempurnaannya untuk menyembah yang sempurna (Tuhan


Yang Maha Esa). Penyembah menyerahkan dirinya dengan penuh tulus ikhlas

kepada yang disembah. Oleh karena itu, perilaku umat dengan bhakti sejati

adalah mengabdi, memuja dan memuji, penyerahan diri, dan permohonan ampun

kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi. Bhakti sejati merupakan

perwujudan dari rasa syukhur umat manusia kehadapan Sang Pencipta. Bhakti

adalah penyerahan diri sebulat-bulatnya kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida

Sang Hyang Widhi dengan tulus ikhlas dan tanpa ikatan.

Atmanivedanam ini adalah cara bhakti yang tertinggi karena harus didahului

dengan Wairagia yaitu suatu keadaan di mana orang tidak lagi terikat pada

hal-hal keduniawian. Menurut ajaran bhakti marga Tuhan mewujudkan diriNya kepada penyembah-
Nya dalam berbagai cara dan berbagai wujud. Jika

pemuja-Nya membayangkan Beliau sebagai langit biru, maka Beliau pun akan

mendatanginya dalam wujud itu dan sebagainya. Lakukanlah!

Anda mungkin juga menyukai