Nim : 1401020080
TAHUN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
Panca Yadnya adalah lima macam yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu yang terdiri dari
Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya. Dalam
pelaksanaan yadnya ini disamping didasari oleh rasa ketulusan dan keikhlasan juga di dukung
oleh tata pelaksanaan yang disebut upacara serta sarana yang melengkapi pelaksanaan yadnya
yang disebut dengan upakara atau bebanten. Jadi upacara yadnya adalah tata cara atau
pelaksanaan suatu yadnya yang dilakukan oleh umat Hindu. Sedangkan upakara adalah segala
Upacara dewa yadnya adalah upacara pemujaan dan persembahan sebagai wujud bakti
kehadapan Hyang Widhi dan segala manifestasi-Nya, yang diwujudkan dalam bermacam-macam
bentuk upakara. Upacara ini bertujuan untuk pengucapan terima kasih kepada Hyang Widhi atas
kasih, rahmat dan karunia-Nya sehingga kehidupan dapat berjalan damai. Upacara dewa yadnya
umumnya dilaksanakan di sanggah-sanggah, pamerajan, pura, kayangan dan tempat suci lainnya
yang setingkat dengan itu. Upacara dewa yadnya ada yang dilakukan setiap hari dan ada juga
yang dilakukan secara periodik atau berkala. Contoh dari upacara dewa yadnya yang dilakukan
setiap hari adalah puja tri sandya dan yadnya cesa. Sedangkan upacara dewa yadnya yang
dilakukan pada hari-hari tertentu seperti: Galungan, Kuningan, Saraswati, Ciwaratri, Purnama
3. Bagaimana upacara Dewa Yadnya pada hari raya Purnama dan Tilem?
1.3. Tujuan
3. Untuk mengetahui upacara Dewa Yadnya pada hari raya Purnama dan Tilem
BAB II
PEMBAHASAN
Dewa Yadnya adalah persembahan yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa beserta
segala bentuk manifestasi-Nya. Dewa berasal dari kata : Div yang artinya sinar atau cahaya suci.
Seperti halnya cahaya yang berasal dari matahari, demikianlah para Dewa adalah sumber dari
sang pencipta yaitu Hyang Widi Wasa. Dewa sebagai manifestasinya Tuhan memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda seperti misalnya Dewa Wisnu, Dewa Brahma, Dewa Iswara dan yang
lainnya memiliki kekuasaan yang berbeda, tetapi para Dewa tetap bersumber dari Tuhan. Dengan
demikian pemujaan dan persembahan yang ditujukan kepada para Dewa pada dasarnya adalah
Dari pelaksanaan Dewa Yadnya adalah karena adanya hutang kepada Sang Hyang Widi Wasa
yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya termasuk didalamnya adalah manusia,
manusia bisa memanfaatkan isi alam ini dengan semuanya bersumber dan diciptakan oleh
Tuhan. Hutang ini disebut dengan Dewa Rna. Atas dasar itu umat hindu sewajibnya berbhakti
kepada Sang Hyang Widi dengan melaksanakan persembahan dalam bentuk Dewa Yadnya.
2.2. Tujuan Upacara Dewa Yadnya
Jadi Yadnya yang kita persembahkan adalah sebagai wujud balas budi serta wujud bhakti
kehadapan Ida Sang Hyang Widi atas segala karunia-Nya. Pelaksanaan dari Dewa Yadnya dapat
1. Pemujaan yang dilakukan setiap hari (Nitya), seperti : Tri Sandya, menghaturkan canang
di setiap palinggih pada pagi atau sore hari, ngejot dan mesaiban.
2. Upacara yadnya tergolong upacara peringatan hari-hari suci (Naimitika) tertentu seperti
sebagainya.
3. Upacara yang terkait dengan tempat-tempat suci seperti melaspas, Pujawali, Piodalan.
4. Upacara pada waktu dan hari yang khusus seperti Ngusaba, Ngaci-aci, Melasti.
Pelaksanaan Dewa Yadnya ini disamping menggunakan sarana upakara, juga menggunakan puja
sesuatu yang dianggap suci. Sembahyang merupakan perwujudan dari rasa bhakti umat manusia
kehadapan Sang Pencipta. Bhakti adalah penyerahan diri sepenuhnya kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa dengan segala ketulusikhlasan dan tanpa adanya ikatan ataupun pamrih. Adapun
yang menjadi tujuan umat Hindu melaksanakan persembahyangan adalah untuk mewujudkan
rasa bhakti kepada Tuhan beserta segala manifestasiNya, memohon wara nugraha serta petunjuk
untuk menuju kehidupan yang lebih baik, sebagai wujud penyerahan diri, penyucian lahir bhatin,
serta tujuan-tujuan lain yang tidak bertentangan dengan ajaran agama. Pelaksanaan Dewa
Yadnya yang pelaksanaannya pada waktu-waktu tertentu (Naimitika Yadnya) ada yang
2.3. Upacara Dewa Yadnya Pada Hari Raya Purnama dan Tilem
Purnama dan Tilem adalah hari suci bagi umat Hindu, dirayakan untuk memohon berkah dan
karunia dari Hyang Widhi. Hari Purnama, sesuai dengan namanya, jatuh setiap malam bulan
penuh (Sukla Paksa). Sedangkan hari Tilem dirayakan setiap malam pada waktu bulan mati
(Krsna Paksa). Kedua hari suci ini dirayakan setiap 30 atau 29 hari sekali. Pada hari Purnama
dilakukan pemujaan terhadap Sang Hyang Chandra, sedangkan pada hari Tilem dilakukan
pemujaan terhadap Sang Hyang Surya. Keduanya merupakan manifestasi dari Hyang Widhi
yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran (mala). Pada kedua hari ini hendaknya diadakan
Pada hari Purnama dan Tilem ini sebaiknya umat melakukan pembersihan lahir batin. Karena itu,
disamping bersembahyang mengadakan puja bhakti kehadapan Hyang Widhi untuk memohon
anugrah-Nya, umat juga hendaknya melakukan pembersihan badan dengan air. Kondisi bersih
secara lahir dan batin ini sangat penting karena dalam jiwa yang bersih akan muncul pikiran,
perkataan dan perbuatan yang bersih pula. Kebersihan juga sangat penting dalam mewujudkan
Umat Hindu memiliki hari raya yang didasarkan pada sasih/ bulan yaitu Purnama dan Tilem.
Hari suci ini dirayakan setiap 15 hari sekali dalam setiap bulannya. Jadi dapat disimpulkan dalam
1 tahunnya umat Hindu merayakan 12 kali hari raya Purnama dan 12 kali hari raya Tilem. Pada
hari Purnama umat Hindu memuja Sang Hyang Chandra. Dan pada hari raya Tilem Umat Hindu
memuja Sang Hyang Surya. Kombinasi purnama tilem ini merupakan penyucian terhadap Sang
Hyang Rwa Bhinneda yaitu Sang Hyang Surya dan Chandra. Pada waktu gerhana bulan beliau
dipuja dengan Candrastawa (Somastawa) dan pada waktu gerhana matahari beliau dipuja dengan
Suryacakra Bhuwanasthawa.
Pada hari suci purnama tilem ini biasanya umat Hindu menghaturkan Daksina dan Canang Sari
pada setiap pelinggih dan pelangkiran yg ada di setiap rumah. Untuk Purnama atau Tilem yang
Berikut hari Purnama Tilem yang mempunyai makna khusus bagi Umat Hindu :
Pada hari Purnama Kapat ini merupakan beryoganya Sang Hyang Purusa Sangkara yang diiringi
oleh para Dewa, Rsigana, Dewa Pitara atau leluhur semuanya. Hari ini umat Hindu melakukan
pemujaan kepadaNya, khusus untuk para pandhita wajib melakukan yoga dengan Suryasewana
dan Candrasewana. Dalam melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Candra patut
mempersembahkan penek jenar, prayascita luwih, pareresikan, daging ayam, dan menghaturkan
pula segehan agung. Untuk para widyadara dan widyadari di haturkan sesayut widyadari di
tempat tidur dan untuk para leluhur juga menghaturkan suci lengkap. Untuk para bhuta
dipersembahkan segehan agung 1 soroh. Semua itu dilakukan sebagai wujud bhakti untuk
Pada saat Tilem sasih Kapat, umat Hindu hendaknya melakukan penyucian diri dan
memusnahkan kecemaran diri, yang disebut Pamugpug raga roga, dengan mengahaturkan canang
wangi, di sanggah, menghaturkan satu soroh sesayut widyadari di atas tempat tidur guna memuja
Sang Hyang Widyadara Widyadari, untuk memohon ketenangan pikiran dalam melakukan tugas
sehari-hari. Pada tengah malam hendaknya melakukan monabrata, memuja Sang Hyang Widhi.
2. Sasih Kapitu
Sehari sebelum Tilem sasih kapitu disebut Hari Raya Siwaratri. Pada malam harinya umat Hindu
melakukan brata siwaratri yang terdiri dari Mona Brata yang artinya tidak berbicara, Upawasa
yang artinya tidak makan dan minum, dan Jagra yang artinya tidak tidur dari pagi sampai pagi
kembali. Pada malam ini Bhatara Siwa melakukan Yoga Samadhi, yang hendaknya umat Hindu
mengikuti pula dengan melakukan penyucian diri melalui palukatan atau prayascita. Keesokan
harinya yaitu pada Tilem Kapitu umat Hindu melakukan pabersihan diri kembali serta
3. Sasih Kasanga
Pada sasih kesanga tepatnya pada Tilem sasih kesanga merupakan hari penyucian para Dewa dan
waktu untuk melakukan Butha Yadnya. Pada tilem kasanga hendaknya melakukan pecaruan di
perempatan desa pakraman serta menghaturkan segehan di depan rumah. Esok harinya umat
Hindu melakukan Catur Brata Penyepian yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi atau tahun
baru Caka.
4. Sasih Kadasa
Pada saat Purnama Kadasa merupakan pujawali kehadapan Sang Hyang Surya Amrta disetiap
parahyangan dengan menghaturkan suci, daksina, ajuman, ajengan, wewangian, dan pareresikan.
Pada hari ini umat hendaknya melakukan penyucian diri dengan prayascita.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah Dewa Yadnya adalah persembahan
yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa beserta segala bentuk manifestasi-Nya.
Dewa berasal dari kata : Div yang artinya sinar atau cahaya suci. Pelaksanaan Dewa Yadnya
memiliki tujuan antara lain untuk menyatakan rasa terimakasih kepada Tuhan, sebagai ungkapan
rasa bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai jalan untuk memohon perlindungan dan
waranugraha serta permohonan pengampunan atas segala dosa, sebagai pengejawantahan ajaran
Weda.
Jadi Yadnya yang kita persembahkan adalah sebagai wujud balas budi serta wujud bhakti
kehadapan Ida Sang Hyang Widi atas segala karunia-Nya. Pelaksanaan dari Dewa Yadnya dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu : Pemujaan yang dilakukan setiap hari (Nitya),
seperti : Tri Sandya, menghaturkan canang di setiap palinggih pada pagi atau sore hari, ngejot
dan mesaiban, Upacara yadnya tergolong upacara peringatan hari-hari suci (Naimitika) tertentu
seperti Purnama, Tilem, Tumpek, Anggarkasih, Galungan, Kuningan, Saraswati, Siwaratri dan
sebagainya berdasarkan Pawukon, atau pertemuan Saptawara dan Pancawara serta Upacara yang
terkait dengan tempat-tempat suci seperti melaspas, Pujawali, Piodalan, Upacara pada waktu dan
Adapun saran yang ingin disampaikan dalam makalah ini, agar para pembaca dapat memberikan
kontribusinya berupa kritikan dan saran yang membangun. Selain itu di harapkan kedepannya
kita selaku umat Hindu mampu melaksanakan upacara Dewa Yadnya tersebut secara teratur
http://www.hindubatam.com/upacara/dewa-yadnya/hari-purnama-dan-tilem.html