Anda di halaman 1dari 16

OM SWASTYASTU

Nama Kelompok 10 :
1. Nyoman Darmasatya _1201200085_TI4412
2.Ni Putu Widya Nirmala Dewi_1401200148_MB4404
3.Dewa Made Wijaya_1301204106_IF4409
4. Ida Bujangga Ayu Diah Parmita_1402204215_AK4402
5.I Made Andi Majesta_110224369_EL4408
6.
7.
8.
9.
Modul 3
Sarana Upakara
Sarana Upakara

1.Pendahuluan
2. Pengertian
3. Isi
4. Kesimpulan
PENDAHULUAN

Indonesia memiliki beragam kebudayaan dan agama yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah Pulau Bali. Bali
dikenal dengan tradisi dan adat istiadatnya yang turun temurun dan masih dilakukan
sampai sekarang. Mayoritas penduduk yang berada di bali beragama Hindu yang
artinya sebagai umat hindu kita tidak bisa lepas dari namanya upakara. Upakara
tersebut dilaksanakan dengan tulus iklhas yang bertujuan sebagai persembahan
kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.
PENGERTIAN

Upakara adalah sarana perantara untuk persembahan dan bhakti umat Hindu kepada


Sang Hyang Widhi dan manifestasinya yang diwujudkan dengan banten yang dalam
ajaran Siddhanta disebutkan upakara termasuk Yajna atau persembahan suci yang
mana disebutkan kata "upakara" berasal dari kata upa + kara ;

•”upa”, yang artinya perantara  (jalaran),  


•”kara”, artinya sembah. 

Sehingga untuk di Bali, ucapan upakara sebagai sarana perantara yang lebih
mentradisi dengan sebutan ”yadnya (banten)” dengan tetandingan banten yang
memiliki nilai religius tinggi.
ISI

Sarana yang digunakan dalam upakara antara lain :


1. Canang
2. Air (tirta)
3. Api (dupa)
4. Bija
5. Kwangen
6. Buah
7.
8.
CANANG
Canang adalah wujud dari perwakilan kita untuk menghadap kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa,bila diartikan lebih dalam lagi makna banten canang adalah
Sebaga symbol perjuangan manusia yang selalu memohon petujuk dan bantuan
dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan untuk menumbuhkan pikiran yang jernih
serta tulus karena pikiran adalah sumber dari perbuatan dan perkataan.
Bagian-bagian dari canang sari adalah sebagai berikut

a. Ceper :Merupakan lambang angga-sarira (badan),empat sisi pada


ceper sebagai lambing dari pancas Maha Bhuta,Panca Tan
Mantra,Panca Buddhindriya,dan Panca Karmendriya

b. Beras :Sebagai lambang benih dalam setiap insan/kehdupan yang


berumber dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud
atma

c. Porosan :Sebuah Porosan terbuat dari daun sirih, kapur/pamor, dan


jambe atau gambir sebagai lambing Tri-Pramana, Bayu,
Sabda, dan Idep (perbuatan, perkataan, pikiran).
CANANG
d. Tebu dan pisang : Tebu dan pisang digunakan sebagai lambing
Amrtha

e. Sampian Uras :Sampain uras melambangkan roda kehidupan


dengan astaa iswaryana/8 karakteristik yang
menyertai kehidupan umat manusia

f. Bunga :Dalam canang,bunga adalah lambing kedamaian


dan ketulusan hati

g. Kembang Rampai :Kembang rampai dapatdiartikan sebagai kembang


atau bunga yang berarti bermacam-macam sesuai
dengan pengider-ideran kembang rampai di taruh di tengah
sebagai symbol warna brumbun karena t erdiri dari berbagai
macam bunga

h. Lepa :Lepa atau minyak boreh adalah lambing dari


perilaku yang baik

i. Minyak wangi :Minyak wangi adalah sebagai lambing dari


ketengan jiwa atau pengendalian
AIR ( TIRTA)

Air merupakan sarana persembahyangan yang penting. Ada dua jenis air yang dipakai
dalam persembahyangan yaitu: air untuk membersihkan mulut dan tangan, kedua air suci
yang disebut tirta. Tirta ini pun ada dua macamnya yaitu: tirta yang di dapat dengan
memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan batara batari dan tirta di buat dengan
puja.

Tirta berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran maupun kecemaran pikiran. Adapun
pemakaiannya adalah dipercikkan di kepala, di minum, dan di usapkan pada muka,
simbolis pembersihan bayu, sabda dan idep. Selain sarana itu biasanya di lengkapi juga
dengan bija dan bhasma yang disebut gandhaksta.

Tirta bukanlah air biasa, tirta adalah benda materi yang sakral dan mampu
menumbuhkan perasaaan, perasaan yang suc
AIR (TIRTA)

Macam – macam tirta

 Tirta Pembersihan
Fungsi tirta pembersihan sesuai dengan namanya adalah untuk membersih-sucikan upakara (bebanten) yang dipakai
sebagai sarana persembahyangan dan juga diri sendiri agar terbebas dari kekotoran. Biasanya penggunaan tirta
pembersihan ini dilakukan sebelum inti persembahyangan dimulai. 

 Tirta Pengelukatan
Tirta yang digunakan untuk pensucian terhadap bangunan, alat upacara atau diri seseorang. Air  ini diperoleh dengan
jalan puja mantra para pandita melalui pasupati. Tirta pengelukatan biasanya dicipratkan tiga kali yang mengandung arti
sebagai simbol pensucian yang  kedua atau  menengah.

 Tirta Wangsuhpada/ Banyun Cokor/ Kekuluh


Tirta wangsuhpada atau kekuluh atau banyun cokor Ida Bhatara ini adalah sebagai penutup persembahyangan yang
menyimboliskan bahwa atas sembah-bhakti kita beliau berkenan memberikan waranugraha-Nya berupa “amrta” yaitu
kerahajengan dan kerahayuan hidup kepada umat
AIR (TIRTA)

Macam – macam tirta

 Tirta pamanah
Tirta pemanah adalah satu jenis air suci yang diperoleh dari sumber air suci pada waktu upacara
ngening. Orang-orang mencari air suci dengan membawa “panah” yang dibuat dan diberikan mantra
oleh pendeta. Air suci itu akan dipakai saat jenazah dimandikan.

  Tirta panembak
Tirta penembak yaitu tirta yang digunakan saat memandikan mayat. Tirta ini mengandung makna
membersihkan jasad orang yang meninggal dari kotoran-kotoran lahir batin. Tirta ini diperoleh pada
tengah malam dan mengambilnya pertama dari hilir ke hulu secepat kilat

 Tirta Pangentas
Tirta pangentas merupakan air suci yang dibuat dengan mantra sulinggih sang pamuput , bertujuan
memutuskan ikatan purusa dengan prakerti sang mati guna dikembalikan kepada sumbernya masing-
masing
Api (Dupa)

Dupa adalah sejenis harum haruman


yg dibakar sehingga berasap dan
berbau harum. Dupa dgn nyala
apinya adalah lambang dari dewa
Agni. Dan berfungsi
menghubungkan antara pemuja dan
yang dipuja

Berapa fungsi dari api atau dupa yaitu:


a.  Api Berfungsi Sebagai Saksi Saat Umat Hindu melaksanaka Upacara Agama.
b. Api Sebagai Pendeta Pemimpin Upacara.
c. Api Berfunsi Sebagai Perantara Pemuja Dengan Yang Dipuja.
d. Api Berfungsi Sebagai Pembasmi Segala Kekotoran Dan Pengusir Roh Jahat .
Api (Dupa)

Makna Dupa sebagai pembasmi segala kotoran tampak jelas pada


persembahyangan sehari hari dimana melalui mantram Ong Ang Dipastraya
namah swaha berarti mohon disucikan diri atas sinar suci Ida Sanghyang
Widhi. Api juga sebagai saksi upacara dalam kehidupan. Dalam
persembah¬angan dupa sebagai saksi dan asapnya sebagai lambang gerakan
rohani ke angkasa sebagai stana para Dewa.
BIJA
Dalam persembahyang selain nunas Tirtha kita juga nunas bija. Bija atau wija di dalam
bahasa Sansekerta disebut gandaksata yang berasal dari kata ganda dan aksata yang
artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi.

Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada
hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan yang
bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh-
kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri seseorang.  Sehingga disarankan agar dapat
menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Jadi makna dari
penggunaan Bija dalam persembahyangan ialah untuk menumbuh kembangkan sifat
Kedewataan/ Ke-Siwa-aan / sifat Tuhan dalam diri. Dalam menumbuh kembangkan benih
ke-Siwa-an / Kedewataan dalam tubuh, tentu meletakkannya juga tidak sembarangan.
BIJA

Pada umumnya dikarenakan ketika persembahyangan dalam sarana pakaian lengkap


tentu tidak semua titik-titik tersebut dapat dengan mudah diletakkan bija. Maka cukup
difokuskan pada 3 titik yaitu:
• Pada Anja Cakra, sedikit diatas, diantara dua alis.
• Pada Wisuda Cakra, Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan.
• Di mulut, langsung ditelan jangan digigit atau dikunyah.

Anda mungkin juga menyukai