Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal pokok yang
terangkum dalam al-dharuriyat alkhamsah. Konsep ini mengandung lima hal pokok
yang harus dijaga oleh setiap individu yaitu hifdzu al-din, hifdzu al-nafs, hifdzu
al-‘aql, hifdzu al-nasl, dan hifdzu al-mal. Kelima hal pokok inilah yang harus dijaga
oleh setiap umat Islamsupaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih
manusiawi berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan
masyarakat, masyarakatdengan masyarakat, masyarakat dengannegara dan
komunitas agama dengankomunitas agama lainnya.
Terdapat lima prinsip utama HAM dalam Islam seperti yang termuat dalam
hukum Islam sebagai berikut:
1. Prinsip perlindungan terhadap agama.
Beragama merupakan kebutuhan asasi manusia yang harus dipenuhi.
Agama Islam memberikan jaminan perlindungan kepada semua pemeluk agama
untuk menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya dan tidak memaksakan
pemeluk agama lain untuk meninggalkan agamanya untuk memeluk agama
Islam. Hal ini jelas tergambar dalam QS. Qaf/50: 45:
ࣖ َنْح ُن َاْعَلُم ِبَم ا َيُقْو ُلْو َن َو َم ٓا َاْنَت َع َلْيِهْم ِبَج َّباٍۗر َفَذِّك ْر ِباْلُقْر ٰا ِن َم ْن َّيَخ اُف َوِع ْيِد
Terjemahnya:
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan
kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.
Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut
dengan ancaman-Ku”
2. Prinsip perlindungan terhadap jiwa.
Menurut hukum Islam, jiwa itu harus dilindungi. Untuk itu hukum Islam
wajib memelihara dan memberikan perlindungan terhadap jiwa manusia. Islam
melarang keras pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa manusia dan
melindungi berbagai sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
mempertahankan kemaslahatan dan kelangsungan hidupnya.
3. Prinsip perlindungan terhadap akal.
Menurut hukum Islam, manusia wajib memelihara akalnya karena akal
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Untuk itu akal
wajib dilindungi dari berbagai hal yang dapat merusak fungsinya. Hukum Islam
secara tegas melarang manusia melakukan berbagai upaya yang dapat merusak
akal diantaranya meminum minuman yang memabukkan karena dapat berakibat
merusak fungsi akal manusia. Karenanya, Islam memberikan sanksi hukum bagi
orang yang meminum minuman yang memabukkan seperti yang tertulis dalam
QS.al-Maidah/5: 90:
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل الَّشْيٰط ِن َفاْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan”
4. Prinsip perlindungan terhadap keturunan.
Dalam hukum Islam, memelihara keturunan merupakan hal yang sangat
urgen. Karenanya, Islam memberikan jaminan pemeliharaan keturunan bagi
manusia dengan ketentuan yang sah menurut ajaran Islam melalui perkawinan
sebagai sarana untuk mendapatkan keturunan dan melarang melakukan
perbuatan zina sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Isra‟/17: 32:
َو اَل َتْقَر ُبو۟ا ٱلِّز َنٰٓى ۖ ِإَّن ۥُه َك اَن َٰف ِح َش ًة َو َس ٓاَء َس ِبيًل
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”
5. Prinsip perlindungan terhadap harta.
Harta merupakan pemberian dari Allah swt kepada manusia untuk
melangsungkan hidup dan kehidupannya. Karena itu, manusia dilindungi
haknya untuk memperoleh harta asalkan dengan cara-cara yang halal dan sah
menurut hukum serta benar menurut ukuran moral. Islam memberikan jaminan
hak pemilikan yang sah terhadap harta manusia dan mengharamkan penggunaan
cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah/2: 188:
َو اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل َو ُتْد ُلْو ا ِبَهٓا ِاَلى اْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلْو ا َفِرْيًقا ِّم ْن َاْم َو اِل الَّناِس ِباِاْل ْثِم َو َاْنُتْم َتْع َلُم ْو َن
Terjemahnya:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui”
Oleh karena itu, Islam melarang riba dan semua upaya yang dapat
merugikan orang lain seperti tindakan penipuan dalam perdagangan. Sabda Nabi
saw:
“Jual beli itu dengan pilihan selama antara penjual dan pembeli belum
berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual beli, maka mereka diberkahi. Tetapi
jika berdusta dan menipu berkah jual beli mereka dihapus” (HR. al- Khamsah).
6) Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Prinsip ini ditemukan dalam Alquran
surat Al Imran 104
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orangorang yang beruntung”
Amar ma’ruf nahi munkar adalah sebuah mekanisme check and balancing
dalam sistem politik Islam. Sistem ini terlembaga dalam Ahlul Hilli wal ‘aqdi
(parlemen), wilayat al Hisbah serta wilayat al Qadha’. Seorang pemimpin dalam
pandangan mayoritas Islam (sunni) bukan seorang yang suci (ma’shum), oleh
karenanya sangat mungkin untuk dikritisi dan dinasehati.
Filosofi pemimpin negara juga mirip dengan filosofi seorang imam dalam salat
yang dapat ditegur oleh makmumnya dengan cara-cara yang telah diatur. Sikap
paling ekstrim yang bisa dilakukan oleh makmum ketika tidak lagi ridha dengan
imam adalah memfaraq diri dari jama’ah tanpa merusak kesatuan salat jamaah
itu sendiri. Tidak ada istilah penggantian imam ditengah salat. Semua persoalan
termasuk mengganti imam hanya bisa dilakukan selesai salam dan membentuk
jamaah baru dengan imam baru. Begitu juga kiasannya dalam system pergantian
kepemimpinan dalam Islam. Sikap oposisi, kritik membangun dan saran kepada
pemerintah dibenarkan selama tidak memprovokasi kesatuan umat dan bangsa.
Sebegitu pentingnya amar ma’ruf nahi munkar, Islam bahkan menjadikannya
sebagai salah satu tujuan bernegara sebagaimana Alquran surat Al Hajj: 41
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;
dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”
Peran amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya diemban oleh para lelaki mukmin
tetapi Islam juga membebankannya kepada para wanita mukminah. Firman
Allah dalam surat At Taubah: 71:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Atas dasar ayat ini sebagian ulama berpandangan bahwa wanita dapat bekerja
sebagai anggota parlemen karena fungsi parlemen pada hakikatnya adalah
melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau check and balancing bagi penguasa.
b. Sebagai seorang Pemuda Islam, Sebut dan jelaskanlah secara konkrit apa saja
tugas dan tanggungjawab yang harus anda pikul dan jalankan. Berilah contoh
nyata atas apa yang anda harus laksanakan.!
Pertama, Kewajiban Memahami Islam
Pemuda muslim wajib memahami Islam dengan benar. Untuk mengerti
agamanya, pemuda Muslim harus memahami Islam dengan pemahaman yang
murni dan bersih seperti yang dipahami generasi awal ummat Islam.
Banyak orang yang menzhalimi islam dengan memasukkan ke dalam
Islam sesuatu yang tidak berasal dari Islam dan mengeluarkan darinya apa yang
termasuk ajarannya yang prinsipil.
Dalam perjalanan Islam ini ada saja orang yang meyandarkan sesuatu
pada Islam padahal ia tidak berasal dari Islam. Begitu banyak perkara aneh dan
asing yang dimasukkan dalam agama ini padahal ia bukan dari ajaran Islam.
Ajaran-ajaran seperti ini telah merusak keindahan Islam dan mengotori
kejernihannya. Di sana sini bid’ah-bid’ah seperti ini dicap sebagai bid’ah
hasanah dan diberi semboyang “menambah kebaikan itu adalah sesuatu yang
baik”.
Padahal Nabi ummat Islam telah menekankan pada ummatnya agar tidak
memberi tambahan apapun dalam agama ini. Sebab pada prinsipnya segala
sesuatu yang mendapatkan tambahan berarti ia juga bisa menerima
pengurangan. Bukankah Allah ta’ala telah menyempurnakan agama ini. Allah
ta’ala berfirman:
“Hari ini Aku telah sempurnakan agamamu bagimu. Dan telah Aku cukupkan
nikmatKu atasmu. Dan Aku telah redhai Islam sebagai agamamu”. (Al-
Maaidah:3)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Hati-hatilah kalian dari
perkara-perkara yang diada-adakan (dalam agama ini), karena sesungguhnya
perkara-perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat” (HR. Ahmad).
Selain masalah aqidah yang merupakan asas dan pondasi ajaran islam, di
sana juga ada perkara-perkara fardhu yang berkedudukan sebagai rukun Islam.
Perkara-perkara fardhu ini bertingkat-tingkat. Ada fardhu ‘ain (kewajiban
bersifat individual), ada pula fardhu kifayah (kewajiban yang bersifat kolektif).
Ada sunnah mu’akkadah (sunnah yang sangat ditekankan) dan ada pula sunnah
mustahabbah sunnah yang jika dikerjakan pelakunya mendapat pahala dan jika
tidak maka tidak ada dosa baginya. Jadi persoalan fardu dalam agama ini
tidaklah sederajat melainkan bertingkat-tingkat. Begitu juga larangan-larangan.
Maka untuk mengerti dan memahami Islam para pemuda Muslim harus
menimba Islam dari sumbernya yang jernih dengan kembali kepada kitabullah
dan sunnah RasulNya.