Anda di halaman 1dari 7

DINAMIKA NASIONALISME ISLAM DI INDONESIA: NASIONALISME

JAMAN NOW Vs ZAMAN OLD

Selama 350 tahun Indonesia dijajah Belanda kemudian dijajah Jepang


selama 3,5 tahun. Meskipun Jepang menjajah Belanda dalam waktu singkat tetapi
memberikan dampak menyeluruh dalam kehidupan bangsa Indonesia terutama
umat Islam. Jepang yang datang dengan misi 3G (God, Glory, Gospel) disamping
faktor ekonomi dan kekuasaan mereka juga membawa agama baru yakni katholik
dan kristen.

Pada masa itu mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Maka, tidak
heran jika pada masa perjuangan meraih kemerdekaan banyak pergerakan-
pergerakan Islam yang ikut berperan dalam perlawanan terhadap penjajahan.
Bahkan sampai pasca kemerdekaan umat Islam tidak ketinggalan untuk ikut andil
dalam perumusan dasar negara.

Nasionalisme berasal dari kata nation yang berarti bangsa. Sedang


tambahan isme menurut Sartono Kartodirjo sudah menjadi watak dari isme apapun
untuk menjawab tantangan jamannya.1 Maka penulis menyimpulkan bahwa
nasionalisme adalah gerakan atau tindakan suatu bangsa untuk mencari sebuah
jawaban dari tantangan jamannya.

Tantangan-tantangan suatu bangsa dari masa ke masa tidaklah sama, setiap


masa punya persoalan sendiri sesuai dengan musuh yang dihadapi. Nasionalisme
selalu dihubungkan dengan radikalisme dan barangkali sudah menjadi kodrat
nasionalisme untuk selalu mencari musuh. Pada masa Pra-kemerdekaan
nasionalisme diidentikan dengan semangat mengusir penjajahan bangsa-bangsa
Barat. Akan berbeda dengan masa pasca merdeka atau bahkan pada saat ini.
Dalam essai ini penulis akan mencoba menganalisis perkembangan gerakan
nasionalisme Islam dari masa pra-kemerdekaan hingga masa modern sekarang ini.

Nasionalisme masa pra-kemerdekaan

1
_, Kumpulan makalah: Seminar Tentang Nasionalisme dengan Tema Nasionalisme
Indonesia Menjelang dan Pada Abad XXI, 1993, Salatiga: Yayasan Bina Dharma, hal .5.

1
Perjuangan umat Islam di Indonesia dalam melawan penjajah sudah
dimulai sejak awal masuknya bangsa barat yang dipimpin oleh raja-raja di
wilayah Nusantara. Perjuangan umat Islam antara lain: Malaka melawan serangan
Portigis (1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku, kemudian Makassarmelawan
VOC, dan Mataram Islam melawan VOC di Batavia.

Dalam makalahnya yang berjudul “Perkembangan Konsep Nasionalisme


di Indonesia Masa Pergerakan Nasional Sampai Proklamasi Kemerdekaan”
Abdurrahman memakai titik tolak tahun 1908, tahun yang patut diperingati
sebagai awal kebangunan nasional dan pergerakan bumiputera baru saja berjalan
dua dekade. Ia membandingkan dasar dan pokok pendirian politik Indische Patij
dan Sarekat Islam. IP, melihat perlunya prinsip persatuan Indonesia berdasarkan
kenyataan bahwa Hindia (dulu belum ada istilah Indonesia) sebagai daerah
jajahan Belanda harus bersatu agar dapat terlepas dari belenggu Belanda.2

Dalam kongres Nasional Sarekat Islam yang pertama di Bandung (1916)


Haji Umar Said Tjokroaminoto memberi kata nasional sebagai cita-cita
pergerakan rakyat membentuk persatuan dan bersama seluruh suku bangsa naik
menuju sebuah bangsa (natie).3 Berbeda dengan kaum nasionalis yang menentang
penjajahan dengan cara-cara barat, Sarekat Islam menjawab kolonialisme dengan
menyesuaikan diri mengadakan pembaharuan, anti tradisi.

Pada Tanggal 18 November 1912 lahir Muhammadiyah sebagai gerakan


Sosial Keagamaan, dari lembaga pendidikannya menghasilkan pimpinan bangsa
Indonesia yang menentang Belanda.4

Pada tahun 1937 organisasi-organisasi Islam bersatu membentuk MIAI


(Majlisul Islam A’la Indonesia), diprakarsai oleh Muhammadiyah, NU, Persis,
Alwasliyah dan lainnya. Pada zaman Jepang MIAI diubah namanya jadi

2
Abdurrachman Surjomiharjo, Makalah dalam Seminar Tentang Nasionalisme, hal.8.
3
Ibid.
4
Endang Syaifuddin Anshari, Piagam Djakarta 22 Djuni 1945. 1997, Jakarta: Gema Insani
Press.

2
MASJUMI ( Majlis Syurau Muslimin Indonesia ), dan memiliki pasukan
Hizbullah Sabilillah, sebagai modal perjuangan bersenjata di kemuidian hari.

Nasionalisme pasca kemerdekaan

Usai proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukan


berarti Indonesia telah bebas dari sekutu seutuhnya. Sekutu masih kembali ke
Indonesia untuk menguasainya lagi, perjuangan rakyat Indonesia belum usai.
Maka peran umat Islam dalam menghadapi sekutu diantaranya adalah; Laskar
Hisbullah-Sabilillah, kemudian diteruskan Asykar Perang Sabil (APS) dan laskar
Islam lainnya di daerah masing-masing, berjuang membantu TKR (TNI) untuk
mempertahankan NKRI dengan perang gerilnyanya melawan Sekutu-NICA
(Netherland Indie Civil Administration, Belanda) yang ingin kembali berkuasa di
Indonesia.

Lasykar Hisbullah-Sabilillah yang kemudian diteruskan oleh Markas


Ulama Asykar Perang Sabil (APS) bersama pasukan TNI dari Siliwangi juga
melawan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) 18 September 1948
( dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin ), yang ingin membentuk
Pemerintahan Komunis Indonesia, menjadi bagian atau satelit dari Commitern
Komunis Internasional yang berpusat di Moskow, Rusia. Pemberontakan PKI
1948 ini berjalan secara biadab, membantai para ulama dan santri, membantai
kaum nasionalis, membantai pamongpraja, dapat digambarkan ada suatu gedung
untuk pembantaian yang darahnya menggenang sampai satu kilan. Dengan adanya
kerjasama antara kelasykaran umat Islam, kelasykaran kaum nasionalis, dengan
TNI berhasil menghancurkan kekejaman dan kebiadaban Pemberontakan PKI
1948.

Nasionalisme masa orde baru

Pada awal kebangkitan Orde Baru adalah dalam rangka kembali kepada
UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekwen, memperbaiki stuktur
birokrasi dan demokrasi bersih dan sehat. Pada awalnya umat Islam memberikan
dukungan, memang umat Islam untuk sementara merupakan eksponen dan

3
dijadikan tumpuan. Namun pada proses perjalanan sejarah selanjutnya eksponen
umat Islam mulai ditinggal, gerakan umat Islam mulai dimandulkan, bahkan
berusaha untuk dibersihkan. Peranan politik umat Islam yang mengusung cita-cita
Islam tidak mendapat tempat yang layak, bahkan dikerdilkan dengan cara
rekayasa politik. Dengan menggunakan berbagai macam skenario politik untuk
menyudutkan dan memberi gambaran citra negatif bagi perjuangan umat Islam
Indonesia.

Umat Islam kemudian mencari jalan lain ( tidak melalui politik praktis ),
yaitu lebih menggiatkan gerakan Dakwah – Sosial – Pendidikan dan Kebudayaan.
Munculah gerakan Dakwah di berbagai lapisan masyarakat dan pelatihan-
pelatihan secara intens dalam memahami Islam Penanaman Nilai dasar Islam
(PNDI), lahirnya Lembaga Dakwah Kampus ( LDK ) dan sebagainya. Gerakan
Sosial meningkatkan kepedulian pada kaum fakir-miskin-yatim piatu dan kaum
mutadzafin, munculnya lembaga-lembaga sosial dan pendidikan baru di kalangan
umat Islam. Dalam bidang pendidikan berkembang dengan lahirnya lembaga-
lembaga pendidikan baru termasuk maraknya pertumbuhan perguruan tinggi
Islam di Indonesia, dan adanya peningkatan penerbitan buku-buku dan media
Islam lainnya. Lahirnya lembaga-lembaga Seni-Budaya Islam dengan karya-
karyanya, lebih maraknya pemakian busana muslim dan muslimah ( pemakian
Jilbab diterima olah masyarakat dan banyak diikuti ).

Nasionalisme era reformasi

Pada awal Reformasi umat Islam pun terimbas adanya euforia politik,
sehingga pada rame-rame mendirikan partai, antara lain lahirlah Partai
Kebangkitan Bangsa ( PKB ); Partai Amanat Nasional ( PAN), yang meskipun
tidak berdasarkan Islam tetapi basis pendukungnya Islam.

Partai Bulan Bintang (PBB); Partai Keadilan (PK); Partai MASYUMI BARU;
Partai ABULYATAMA; Partai Syarekat Islam Indonesia (PSII). Semuanya
berdasarkan Islam dan basis pendukungnyapun Islam, dan sebagainya ditambah
Partai Persatuan Pembagunan (PPP) yang juga masih eksis dan punya masa.

4
Pada Pemilu 1999 PDI P berhasil unggul disusul Golkar, dan baru partai-
partai Islam dan partai yang basis pendukungnya Islam. Meskipun PDI P unggul
dalam pemilu, namun dalam pemilihan presiden tidak berhasil, MPR memilih
suara terbanyak Abdurrahman Wahid, sedangkan wakilnya baru Megawati.
Abdurrahman wahid tidak mulus jadi presiden RI, dengan adanya berbagai
persoalan akhirnya diberhentikan oleh MPR, kemudian digantikan oleh Megawati
dengan mengambil wakil Hamzah Haz dari PPP.

Pada Pemilu 2004, partai-partai Islam dan yang berbasiskan Islam pun
belum dapat meraih kemenangan. Pada pemilu ini Golkar pewaris Orde Baru
berhasil menang, sedangkan dalam pemilihan presiden pun dimenangkan oleh
SBY dan Jusuf Kalla ( dari Partai Demokrat dan Golkar ), sedangkan calon-calon
lain yang jelas dari tokoh-tokoh umat Islam belum berhasil menang ( Amien Rais;
Hasyim Muzadi; dan Sholahuddin Wahid ). Dengan keadaan seperti inilah sudah
semestinya umat Islam perlu mukhasabah dan menyusun langkah-langlah yang
lebih baik untuk masa depannya.

Nasionalisme jaman now

Pada masa modern ini nasionalisme Islam tidak hanya di dunia politik.
Beberapa tahun lalu telah di koar-koarkan tentang Islam nusantara. Islam
nusantara adalah Islam yang menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia tetapi
tidak mengubah syari’at. Budaya lokal dan kesenian yang dulu menjadi sarana
dakwah para penyebar Islam khususnya Sunan Kalijaga mulai di lestarikan.

Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam Conference on Indonesian Foregn


Policy pada 21 Oktober lalu meyampaikan bahwa nasiomalisme jaman now itu
adalah manusia yang cinta budaya lokal daerahnya, dan bangga terhadap identitas
sosialnya.

Pada jaman modern ini nasionalisme tidak lagi diidentikkan dengan angkat
senjata tetapi dengan cara menjaga dan menjunjung tinggi nilai luhur budaya
bangsa. Berusaha menjadi manusia yang mampu bersaing dengan dunia luar, serta
mengembangkan sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain.

5
Penutup

Deskripsi nasionalisme terus mengalami perubahan sesuai dengan keadaan


jaman. Sebagaimana kata yang disandangnya isme yang mengandung makna
untuk menjawab tantangan jaman. Nasionalisme Islam pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang didefinisikan sebagai sebuah perang aksi perlawanan
terhadap kolonialisme.

Pada masa pasca kemerdekaan nasionalisme Islam di tunjukkan dengan


ketelibatan Islam dalam perumusan dasar negara serta keikutsertaan dalam dunia
politik. Pada masa orde baru Islam memilih dengan jalan dakwah.

Nasionalisme jaman sekarang ditunjukkan dengan cinta kebudayaan tanah


air, melestarikan kebudayaan lokal, serta bangga dengan identitas sosial. Menjaga
kerukunan antar umat beragama dengan mengembangkan sikap toleransi.

6
Biodata Peserta

Nama : Susanti

Jurusan : Sejarah Peradaban Islam (IAIN SALATIGA)

TTL : Boyolali, 11 Juni 1995

Alamat : Purwodadi, Kb. Kuning, Cepogo, Boyolali

MOTTO : Hidup untuk belajar dan beramal

Anda mungkin juga menyukai