Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA PADA ABAD MODERN

DISUSUN OLEH :
CINTA

KELAS : XI IPA 3

SMA NEGERI 1 PONDIDAHA


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah
yang berjudul “Pembaharuan Islam Di Indonesia Pada Abad Modern

Kami sadar bahwa penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu Kami
menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam,


sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau
tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup
penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat Islam dapat mengetahui akan
bagaimana perkembangan Islam di indonesia setelah Islam mengalami beberapa fase
perubahan dari waktu ke waktu.
Kajian Islam di dunia kontemporer pada umumnya berkonsentrasi pada subjek materi
tentang tipe-tipe gerakan modernisasi yang beragam atau disebut-sebut sebagai
fundamentalisme, pada saat yang sama kaum muslimin terus menjalani hidup di dunia
tradisi meskipun adanya beberapa serangan terhadap pandangan tradisional di era modern.
Untuk memahami Islam dewasa ini, pada langkah pertama sebelum yang lainnya adalah
penting untuk memiliki kesadaran akan sejarah agama-agama lain yang tidak mengikuti satu
alur yang sama.
Pembahuruan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang
ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya.
Dengan kemunduran islam pada zaman modern inilah menggugah penulis untuk
mengungkap bagaimana sebenarnya perkembangan ataupun pembaharuan islam di
Indonesia pada abad modern.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. BagaimanakahGerakanModernisasi Islam, Asal Usul, danPerkembangannya?
2. Bagaimanakah Kemerdekaan Umat Islam?
3. Bagaimana perkembangan budaya pemikiran Islam di Indonesia?
4. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Indonesia?
5. Siapa Tokoh pembaharuan Islam di Indonesia pada abad Modern?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gerakan modernisasi islam, asal usul dan perkembangan


Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern dalam Islam merupakan jawaban
yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya.Kemunduran
progresif Kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khilafah Islam, setelah abad ketujuh
belas, telah melahirkan kebangkitan Islam di kalangan warga Arab di pinggiran imperium
itu.Yang terpenting di antaranya adalah gerakan Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis
(Salafiah).Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan kea rah pembaruan
Islam ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator terkenal gerakan pembaruan in adalah Jamaluddin Al-Afgani (1897).Ia
mengajarkan solidaritas Pan Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan
kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Pembaharuan dalam islam atau gerakan modern islam merupakan jawaban yang
ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat islam pada masanya. Gerakan modern disebut
pula oleh Harun Nasution sebagai zaman kebangkitan islam.
Kemunduran progresif kerajaan usmani yang merupakan pemangku khilafah islam,
setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan islam dikalangan warga arab di
pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan wahabi, sebuah gerakan
reformis puritanis( salafiyyah). Gerakan ini merupakan sasaran yang menyiapkan jembatan
ke arah pembaharuan islam abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Gerakan pembaharuan ini adalah Jamaludin Al-Afghani(1897). Ia mengajarkan
solidaritas pan-islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan kembali kepada
islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
kebangkitan islam di Indonesia.
Bermula dari pembaharuan pemikiran pemikiran dan pendidikan islam di
Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat
Arab di Indonesia, kebangkitan islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi
sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam(SDI)di Bogor(1909)dan Solo(1911),
Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta
(1912), Persatuan Islam(Persis)di Bandung(1920-an), Nahdatul Ulama(NU)di
Surabaya(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah(Perti)di Candung, Bukittinggi(1930), dan
Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI,
Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan
kelanjutan, dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia
(PII) pada tahun 1938.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang
didirikan kaum terpelajar, menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam
pengertian modern.

B. Perjuangan kemerdekaan umat islam


Nasionalisme dalam pengertian politik, baru muncul setelah H. Samanhudi
menyerahkan tampuk pimpinan SDI pada bulai Mei 1912 kepada HOS Tjokroaminoto yang
mengubah nama dan sifat organisasi serta memperluas ruang geraknya. Sebagai organisasi
politik pelapor nasionalisme Indonesia,SI pada dekade pertama adalah organisasi politik
besar yang mengrekrut anggotanya dari berbagai kelas dan aliran yang ada di Indonesia.
Waktu itu ideologi bangsa memang belum beragam, semua bertekad ingin mencapai
kemerdekaan.
Dengan demikian, terdapat tiga kekuatan politik yang mencerminkan tiga aliran
ideologi “Islam”, komunisme dan nasionalis”sekuler”. Perpecahan antara ketiga golongan
tersebut, menurut Dealiar Noer, disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat
Barat. Pendidikan belanda memang diusahakan agar menimbulkan emansipasi dari agama di
kalangan pelajar, sebab agamalah yang terutama menimbulkan pergolakan politik di kalangan
rakyat Indonesia.Golongan sekular yang ditimbulkan oleh pendidikan itu kemudian terpecah
menjadi dua, komunis dan nasionalis “sekular”.

1. Masa kolonial Belanda


Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di muka bumi
agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud.Banyak ideologi atau paham
yamng melandasi gerakan ini.Ada yang bersifat fillahdan sabilillah.Fillah adalah gerakan
Islam yang berangkat dengan dakwah yang didasari oleh ilmu.Sedangkan sabilillah adalah
gerakan dengan sifat kearah peperangan. Semua gerakan ini bertujuan sama akan tetapi
gerakan ini harus melihat kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah dan
fisabilillah.
Yang terpenting dalam sebuah gerakan Islam adalah gerakan yang di dalamnya semua
Muslim bersatu hati dan pikirannya yang dilandasi dengan sikap wala wal bara. Karena
sebuah gerakan Islam tanpa barisan yang kuat akan mudah dihancurkan dengan gerakan
musuh Islam yang memiliki barisan yang rapi. Oleh karena itu mari perlu adanya menyatukan
pola pikir yang islami dan langkah dakwah Islam yang sesuai dengan metode Rasulullah
SAW.
Hadirnya Islam merupakan bukti autentik sebuah revolusi yang selama berabad-abad
telah berperan sangat signifikan dalam panggung sejarah umat manusia.Tidak diragukan lagi,
Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam bidang teologi, tetapi juga di
bidang sosial dan ekonomi. Sistem teologi Islam –dari sisi normatifnya – telah membentuk
sikap mental muslim yang senantiasa concern terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan dan
keadilan, dan inilah modal utama dalam membangun peradaban yang unggul dan utama.
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik
balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu
mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan
pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk
mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al Qur’an dan hadist dan akan dijadikannya
boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak
mungkin pegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda.Yang mendapat pendidikan pun tidak
seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi
formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi
pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota
dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah
Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam
dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental.Gerakan
Islam tersebut telah mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun pergerakan
perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi
kemasyarakatan Islam.
Organisasi kemasyarakatan Islam atau sering disebut Ormas Islam sungguh
merupakan pilar penting dan strategis di negeri tercinta ini.Lebih-lebih bagi Ormas Islam
tertua yang telah menyertai perjalanan sejarah bangsa ini.Sebutlah Sarekat Islam,
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan lain-lain yang telah berdiri jauh
sebelum Republik Indonesia lahir.Kiprah gerakan Islam tersebut kendati berbeda orientasi
dan aktivitasnya sangatlah nyata.dan secara monumental telah menorehkan tinta emas dalam
perjalanan umat dan bangsa tercinta ini.

2. Masa pendudukan Jepang


Kemunduran progersif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya
kembali setelah Jepang dating menggantikan posisi Belanda.Jepang berusaha
mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler”, ketimbang pimpinan
tardisional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi
Islamlah yang sebenarnya mempunya massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan
agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobilisasi. Oleh karena itu kalau organisasi-
organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar Islam seperti
Muhammadiyah, NU, dan kemudian Persyariktan Ulama (Majalengka), juga Majelis Islam
A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian di lanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia
(Masyumi) diperkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Permohonan Masyumi juga
diterima pemerintah pendudukan Jepang untuk mendirikan barisan Hizbullah, se buah wadah
kemiliteran bagi para santri.Bahkan, Tentara Pembela Tanah Air (PETA) juga didominasi
oleh golongan santri.

Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A


(Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) yang hanya berumur
beberapa bulan sejak Mei 1942 dan Poesat Tenaga Rakjat (Poetra) yang didirikan bulan
Maret 1943. Usaha pembangunan Poetra baru dimulai pada bulan April 1943.sebagai
pemimpin tertingginya adalah Soekarno yang di Bantu oleh Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan K.H Mas Mansur. Mereka dikenal sebagai empat serangkai pemimpin
bangsa.Dari empat serangkai itu, tercermin bahwa tokoh nasionalis secular lebih dominant
dalam gerakan kebangsaan daripada golongan Islam.

Jepang kemudian menjajikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan


maklumat Gunseikan no.23/29 April 1 945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya,
yang kalangan islam mendapat pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI
didominasi oleh golongan nasionalis “secular”, yang ketika itu lazim disebut golongan
kebangsaan. Di dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasilanya.Meskipun,
didalam rumusan Pancasila itu terdapat prinsip ketuhanan, tetapi Negara pasa dasarnya
dipisahkan dari agama.
C. Perkembangan Budaya Pemikiran Islam di Indonesia

Budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi.Bentuk-bentuk simbolis


yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan
mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistemologi dari sistem pengetahuan
masyarakatnya. Budaya islam mulai masuk ke Nusantara pada saat pembawa ajaran islam
(mubalig) datang ke indonesia dengan membawa kebudayaan yang berasal dari daerah
mereka masing-masing. Cara yang di gunakan oleh para mubalig, pada waktu itu adalah
melalui transformasi budaya. Hal ini dilakukan, karena sebelum agama Islam masuk ke
indonesia telah ada agama Hindu dan ajaran Budha.
Pesatnya pengaruh pemikiran yang berasal dari luar indonesia banyak sekali
membawa perubahan terhadap pola pikir budaya umat islam di indonesia. Seperti munculnya
aliran Jaringan Islam Liberal (JIL), Front Pembela Islam (FPI), Majlis Mujahidin Indonesia
(MMI), dan lain sebagainya. Adanya berbagai aliran ini dilatarbekalangi oleh adanya
kesadaran kritis, yaitu kessadaran yang menolak dominan dalam budaya keagamaan
indonesia yang cenderung sarat dengan kepentingan, tunduk pada etos konsumerisme,
menopang tatanan yang ada, atau malahan mengambil keuntungan darinya.
Perguruan tinggi membawa perubahan banyak terhadap pemikiran di indonesia.
Sebab, dalam sejarah kita melihat bahwa gerbong pemikkiran Islam di Indonesia di mulai
dari IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Syarif Hidatullah. Diantara tokoh-tokoh pembahruan
pemikiran islam tersebut adalah Harun Nasution, Nurcholish Madjid, A. Mukti Ali, dll.
Adanya perubahan pola pikir tersebut disebabkan oleh empat hal, antara lain oleh:
1. Faham tauhid yang dianut kaum muslimin  telah bercampur dengan kebiasaan yang
dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang
membawa pada kekufuran;
2. Sifat jumud membuat umat islam berhenti berpikir dan berusaha. Umat islam maju pada
zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, selama
umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir untuk berijtihad, tidak mungkin
mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas
kejumudan;
3. Umat Islam selalu berpecah-pecah, maka umat islam tidak akan mengalami kemajuan;
4. Hasil kontak yang terjadi antara dunia islam dengan barat.
D. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-


Qur’an dan Hadits. Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musuh oleh
kaum penjajah. Sebab, pendidikan islam kerap mengjarkan melawan akan kebatilan yang
dilakukan oleh para penajajah. Kini pendidikan islam berkembang subur, laksana rumput
ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan dari poendidikan islam di indonesia dapat kita lihat dari; semakin luasnya
persebaran pondok pesantren, yang merupakan basis penyebaran islam di indonesia. Sebutan
pesantren hanya dipakai di pulau Jawa. Sementara di daerah lain, istilah ‘pesantren’ untuk di
Aceh dikenal dengan sebutan dayah, di padang dengan istilah suarau.
Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam-pun, mulai banyak
bermunculan di Indonesia.Dari mulai; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,
Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Islam.Walupun dari segi kuantitas banyak.Akan
tetapi, kalau kita melihat dari segi kualitas belum tentu sebanyak jumlahnya.Contohnya, pada
pencapaian nilai UAN sekolah yang yang mencapai nilai tertinggi rata-rata dari sekolah non-
islam.Disamping lembaga pendidikan berupa sekolah dan Strata-1, Program pasca sarjana
pun mulai tahun 1982 dibuka di IAIN.

E. Tokoh pembaharuan Islam di Indonesia abad Modern


Di era modern ini sebagai dampak kemajuan dan perkembangan telah membawa
perubahan tatanan sosial kemasyarakatan dikalangan umat, berbagai permasalahan
bermunculan, dimana semuanya menuntut adanya pemecahan yang jitu.Keadan inilah
nampaknya yang mengilhami para Pemikir Islam untuk melakukan Tajdid dalam rangka
memperhatikan kebutuhan masyarakat karena itu, tidak heran bila diberbagai belahan dunia
bermunculan para pembaharu.Seiring dengan itu, Indonesiapun tidak ketinggalan.Dengan
munculnya dua orang tokoh Munawir Sjadzali dan Abdurrahman Wahid beserta ide
pembaharuannya, telah menempatkan mereka sebagai pembaharu di mata rakyat Indonesia.
Tokoh-tokoh dekade 60-an
a. Harun Nasution
Harun nasution dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara 23 September
1919. Tingkat SD (HIS) sudah itu melanjutkan studi islam ke tingkat menengah
(MIK) karena desakan orang tuanya akhirnya beliau belajar di Saudi Arabia,
setelah itu ia pindah ke Kairo. Ide-ide pembaharuannya: Tidak adanya
pertentangan akal dengan iman, menurut beliau iman akan diperdalam apabila
akal dipergunakan sepenuhnya, beliau juga mengungkapkan sebuah harapan dan
keyakinan yang kiranya tidak berlaku bagi umat islam saja akan tetapi semua
agama akan menemukan kembali vitalitas dan kemampuannya untuk menghadapi
tantangan zaman, apabila agama itu memberikan tempat terhormat pada pikiran.
Pengetahuan-pengetahuan tentang keagamaan tidak semata-mata berdasarkan
wahyu.Ide Harun Nasution ini sangat bertentangan dengan pemikiran yang
dominan pada saat itu, pendapat ini mendobrak tradisi pemikiran yang
menekankan cohevisien.Tidak mengharamkan adanya pertentangan pemikiran-
pemikiran yang bersifat individual.
b. Mukti Ali
Ide-ide mukti Ali: Modernisasi Merupakan paham yang bertujuan untuk
memurnikan islam dengan cara mengajak umat islam untuk kembali kepada al-
Qur’an dan sunnah dan mendorong kebebesan berfikir sepanjang tidak
bertentangan dengan teks al-qur’an dan hadits yang saheh. Keharusan untuk
berijtihad khususnya masalah-masalah muamalah (kemasyarakatan) dan menolak
sifat junud (kebekuan) dalam berfikir dan sifat taklid (mengikuti) sesuatu tanpa
pengetahuan.
Tokoh-tokoh dekade 80-an
a. Munawir Sjadzali Munawir
Ide – Ide Pembaharuannya: Islam dan Negara Dikalangan umat Islam sampai
sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan antara Islam dan Negara. Aliran
pertama berpendirian bahwa Islam bukanlah semata – mata agama dalam
pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan,
Sebaliknya Islam adalah satu agama yang sempurna dan lengkap dengan
pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bemegara.
Aliran kedua, berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat,
yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.Menurut aliran ini Nabi
Muhammad hanyalah seorang Rasul biasa seperti hanya rasul – rasul sebelumnya,
dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan yang mulia
dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur dan Nabi tidak pernah dimaksudkan
untuk mendirikan dengan mengepalai suatu negara. Aliran ketiga , menolak
pendapat bahwa Islam adalah suatu agama serba lengakap dan bahwa dalam Islam
terdapat sistem ketatanegaraan. Tetapi aliran ini juga menolak anggapan bahwa
Islam adalah agama dalam pengertian barat yang hanya mengatur hubungan antara
manusia dan penciptanya
b. Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid, dengan panggilan Gus Dur dilahirkan di Tebuireng,
Jombang. Jawa Timur 1940. Ayahnya Wahid Hasyim pernah menjabat Menteri
Agama RI, ia putra Asyari seorang ulama besar Mazhab Syaf'i yang mendirikan
Pesantren Tebuireng tahun 1899 dan mendirikan NU tahun 1926. Ide-Ide
Pembaharuannya: Pesantrenisasi Menurut Gus Dur sesungguhnya pondok
pesantren memiliki tradisi keagamaan yang khas, yang disebut sub kultura1. Jadi
Gus Dur meng,gunakapkan bahwa pondok pesantren tersebut muncul dari tradisi
keaeamaan yang timbul dari kemajuan masyarakat yang berurat, berakar dari hati
sanubari masyarakat. Gus Dur menyatakan bahwa sistem yang dipakai dipondok
pesantren adalah sangat unik, karena memakai sistem kepemimpinan para
modern. Relasi sosial kemasyarakatan antara kyai dengan santri dibangun atas
landasan kepercayaan, ketaatan santri kepada kiai lebih dikarenakan
mengharapkan berkah dari kiai. Dan Kiai yang paling sepuh adalah kiai pemegang
otoritas penuh dalam kepemimpinan pesantren.Namun sesuai dengan
perkembangan zaman, pesantren mengikuti arus kemoderenan, dimana sudah
mulai dipejari pengetahuan umum seperti pelajaran bahasa melayu, matematika,
ilmu bumi dan lain-lain. Sehingga otonorni yang diberikan pondok pesantren
cukup fleksibel dalam rangka konsep pendidikan yang baru.

 
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Islam di Indonesia sebenarnya di bawa oleh para pedagang-pedagang dan
menyebar luas hingga tahun ke tahun dan sangat berpengaruh di dalam dunia
perpolitikan di Indonesia., penyebaran agama tanpa adanya paksaan ini,
mengakibatkan agama Islam di terima sebagian besar masyarakat di Indonesia. Dalam
periode selanjutnya pemerintah dalam menentukan kebijaksanaannya pun harus
benar-benar memikirkan dampaknya bagi masyarakat, pada mulanya masyarakat
hanya menerima agama islam itu hanya tauhid saja, tapi dengan berkembangnya
pemikiran para ulama secara berangsur-angsur umat muslim di Indonesia mulai
memikirkan makna dari setiap ibadah yang dilakukannya.
Kita pun perlu mengetahui ide-ide pembaharuan dari tokoh-tokoh
pembaharuan Islam di Indonesia abad Modern seperti tokoh-tokoh dekade 60-an,
yaitu: Harun Nasution, Mukti Ali dan di tahun 80-an seperti Munawir Sjadzali
Munawir dan Abdurrahman Wahid.
DAFTAR PUSTAKA

Mansur. 2004. Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global


Pustaka Utama
Nata, Abuddin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Idonesia.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Supriyadai, Dedi. 2008. Sejarah PeradabanIslam. Bandung: CV Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2010. Sejarah PeradabanIslam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Harun Nasution. 1975. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Prof. Dr. Harun Nasution. Islam Rasional gagasan dam pemikiran. Jakarta. LSAF.
1989
Mukti Ali. 1988. Beberapa persoalan agama dewasa ini. Jakarta. Rajawali.
Dr. Kuntowijoyo. 1999. Budaya & Masyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
Syamsu Rizal Pangabean. 2002.Prospek Islam Liberal di Indonesia dalam Wajah
Liberal Islam Di Indonesia, Jakarta: TUK
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad. 2002. Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia,
Yogyakarta: Galang Press

Anda mungkin juga menyukai