Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
2.1 Islam Sebelum dan Sesudah Kemerdekan...............................................................................4
2.2 Ormas-Ormas Islam dalam Kebangkitan Islam di Nusantara..............................................7
BAB III SIMPULAN.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah Islam bermula dengan peristiwa turunnya wahyu Alquran dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW pada 611 Masehi. Pada periode pertengahan Islam terus
bertumbuh pada tataran kuantitatif, namun perkembangan kualitatifnya relatif melambat,
bahkan mandek. Jumlah umat Islam sedunia jelas terus bertumbuh melalui proses islamisasi
wilayah-wilayah yang lebih luas. Contoh paling baik dalam hal ini adalah Indonesia.
Meskipun secara sporadis Islam telah mencapai Indonesia jauh sebelumnya, proses islamisasi
secara lebih cepat dan massif barulah terjadi sejak abad ke-13. Hal ini didukung terutama
oleh tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kerajaan Samudra Pasai (1297-1326) dan
Aceh Darussalam (1496-1903). Hal yang lebih kurang sama terjadi di anak benua India.
Islamisasi wilayah ini mengalami akselerasi di bawah Dinasti Delhi (1206-1526) yang
kemudian dilanjutkan oleh Dinasti Mughal (1526-1857). Faktanya adalah kedua wilayah ini
(Indonesia dan anak benua India) menjadi rumah hunian komunitas umat Islam terbesar di
muka bumi1.
Mengulik sejarah, melalui proses yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya,
Dunia Islam berangsur jatuh ke dalam penjajahan semenjak sekitar awal abad ke-16. Pada
awal abad ke-20 hanya beberapa negeri Muslim saja yang masih dapat dikatakan sebagai
wilayah yang merdeka. Dimana negeri-negeri Muslim berada di bawah cengkeraman
penjajah Eropa, tak terkecuali bumi Nusantara yaitu Indonesia. Penjajahan memperlebar
kesenjangan dan memperburuk keadaan umat Islam dalam semua bidang kehidupan.
Eksploitasi sumber daya alam, pengekangan kemerdekaan, pelambatan perkembangan
kebudayaan, ketergantungan, dan yang semacamnya menjadi akibat dari penjajahan
berkepanjangan. Kemerdekaan berbagai negeri Muslim kebanyakannya dicapai pada sekitar
pertengahan abad ke-20. Setelah kemerdekaan di beberapa negara mayoritas muslim, muncul
gagasan yang kemudian menjadi gerakan kebangkitan kembali Islam.

1
Ashari, Hasan, Sejarah Islam Modern : Agama dalam Negosiasi Historis Sejak Abad XIX, 2019, Medan:
Perdana Publishing, hlm.10

2
Pada mulanya, pergerakan yang paling dominan mengambil bentuk penguatan
kembali identitas umat Islam berhadap-hadapan dengan pihak penjajah asing. Di antara
gejalanya adalah munculnya konsep nasionalisme yang dibangun atas realitas baru umat
Islam, di mana kolonialisme menjadi satu elemen yang sangat menentukan. Kemudian
nasionalisme melahirkan gerakan perjuangan kemerdekaan dari penjajahan. Gerakan ini
mengambil bentuk-bentuk yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Di seluruh
dunia, mendotong umat Islam berjuang untuk kembali membangun kejayaan peradabannya.
Sekitar tahun 1970-an kerap didengungkan sebagai Abad Kebangkitan Islam. Slogan tersebut
menggema ke seluruh penjuru dunia Islam, meskipun tingkat kemajuan dan pencapaiannya
tentu saja sangatlah variatif dan juga relatif 2. Adapun di Indonesia, Kebangkitan islam
ditandai munculnya organisasi masyarakat berupa gerakan islam , seperti Jamaat Khair,
Sarekat Islam, Muhammadiyah, NU, al-Wasliyah, al-Irsyad, Persis, dan sebagainya.
Keberadaan organisasi Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peranannya pada zaman
perjuangan kemerdekaan 3.
Organisasi-organisasi tersebut telah banyak ditulis oleh para ahli sesuai dengan
bidangnya masing-masing, terutama Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama karena kedua
organisasi tersebut merupakan organisasi terbesar di Indonesia. Maka dari itu tulisan ini akan
membahas lebih lanjut teriait kebangkitan Islam khususnya di Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana islam sebelum dan sesudah kemerdekaan ?
2. Bagaimana kebangkitan islam melalui ormas-ormas Islam di Nusantara dan
Kontribusinya ?

1.3 Tujuan
Melihat rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui kondisi islam sebelum dan sesudah kemerdekaan
2. Untuk mengetahui kebangkitan islam melalui ormas-ormas Islam di Nusantara dan
Kontribusinya

2
ibid, hlm.113-114
3
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, Ormas Islam dan Gerakan Moderasi Beragama di Indonesia, 2021, Depok:
PT. RajaGrafindo Persada

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Islam Sebelum dan Sesudah Kemerdekan


Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau abad ketujuh sampai abad
kedelapan Masehi. Menurut banyak ahli, masuknya islam ke Nusantara didasarkan pada
penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di
daerah dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang
Musafir Maroko, Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke
negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama Islam yang bermahzab Syafi’i telah mantap disana
selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII dianggap sebagai awal
masuknya agama Islam ke Indonesia 4. Berbicara tentang perkembangan Islam di Indonesia
sebelum kemerdekaan, tidak bisa lepas dari studi tentang peranan imperialis Belanda, Inggris
maupun Jepang yang ikut mempengaruhi perkembangan Islam dalam dimensi yang luas.
Mengakarnya Islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari sebuah proses panjang
program sosialisasi Islam yang dilakukan oleh para pemuka Islam melalui aktifitas dakwah
dan pendidikan. Dalam pada itu Islam di Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan
idiologi, budaya dan kekuatan politik penguasa terutama penguasa Belanda dan Jepang. Hal
ini memaksa Islam harus tampil dalam berbagai bentuk gerakan. Seperti gerakan Islam
melawan kolonialisme, sebagai Islam politik, Islam sebagai kekuatan moral, cultural, dan
intelektual. Bentuk-bentuk gerakan di atas sebagai akibat dari upaya umat Islam untuk
menjadikan Islam sebagai agama yang dinamis melalui pola-pola sosialisasi, akomodasi, dan
modifikasi, sehingga Islam tersosialisasi dalam berbagai bentuk kehidupan masyarakat
Indonesia 5.
Ajaran Islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja.
Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi dengan perlawanan
fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organanisasi, seperti Budi
Utomo (1908), Serikat Islam (1911), Muhammadiyah (1912), Partai Komunis Indonesia
(1914), Taman Siswa (1922), Nahdhatul Ulama (1926), Partai Nasional Indonesia (1927).
Organisasi pembaharu terpenting di kalangan organisasi tersebut di atas, adalah
Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nahdhatul Ulama (NU) yang

4
Zubaidah, Siti, Sejarah Peradaban Islam, 2016, Medan: Pedana Publishing, hlm.223
5
Duriana, Islam Sebelum Kemerdekaan, 2018, hlm.59

4
dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi
kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor
pembentukan suatu federasi Islam yang baru yang disebut Majelis Islam Ala Indonesia
(Majelis Islam Tertinggi di Indonesia) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada
tahun 1937.
Sedangkan Masa pemerintahan Jepang, ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh
pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum Muslim di Indonesia, yaitu:
a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan Pribumi
zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943.
b. Masyumi, (Majelis Syura Muslimin Indonesia) menggantikan MIAI yang dibubarkan
pada bulan Oktober 1943. Tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokohkan
Persatuan Umat Islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum
Muslimin kepada usaha peperangan Jepang.
c. Hizbullah, (Partai Allah atau Angkatan Allah) semacam organisasi militer untuk
pemuda-pemuda Muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang
menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Organisasi-organisasi yang muncul pada masa sebelum kemerdekaan masih tetap
berkembang di masa kemerdekaan, seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Masyumi dan
lain-lain. Namun ada gerakan-gerakan Islam yang muncul sesudah tahun 1945 sampai akhir
Orde Lama. Gerakan ini adalah DI/TII yang berusaha dengan kekerasan untuk merealisasikan
cita-cita negara Islam Indonesia 6.
Setelah Indonesia menikmati kemerdekaan, Islam tetap menunjukkan perannya dalam
mempengaruhi proses pembentukan Negara Republik Indonesia baik terwujud dalam
perjuangan politik mapun perjuangan di bidang sosial, pendidikan dan dakwah. Peran Islam
dalam politik pun terus dilakukan dengan munculnya tokoh-tokoh Islam dalam panggung
politik nasional. Ini menunjukkan bahwa dalam sejarah Islam di Indonesia politik tidak
pernah dapat dipisahkan dengan Islam. KH Wahab Hasbullah, seorang tokoh NU pernah
mengatakan bahwa Islam dan politik selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan seperti rasa
manis yang tidak dapat dipisahkan dari gula. Karenanya, peran politik umat Islam di
Indonesia selalu dinamis dan berkembang. Lebih lanjut, Islam pada masa Orde Lama ditandai
dengan munculnya perdebatan sengit di parlemen tentang dasar negara dan kedudukan Islam
dalam negara. Namun semua perdebatan itu dilakukan secara demokratis dan konstitusional
6
Zubaidah, Siti, hlm.226-228

5
melalui parlemen. Pada era ini, Presiden Soekarno juga menunjukkan semangat
nasionalismenya dengan mengakui Islam sebagai salah satu pendukung nasionalisme bangsa
yang terpenting. Peran Soekarno di dunia internasional juga diakui dengan memprakarsai
Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 yang kemudian menjadi inspirasi bagi
negara-negara Muslim di Afrika untuk memerdekakan diri dari kaum penjajah 7 . Pada tahun
1966 kekuasaan Soekarno berpindah ke tangan Soeharto dengan diawali oleh peristiwa besar
yang disebut dengan Gerakan 30 September (G30S PKI). Pada saat itu umat Islam bersama
para tentara Indonesia bahu membahu untuk menghancurkan gerakan komunis di Indonesia.
Perkembangan Islam di era 1990-an ditandai dengan munculnya kelompok santri baru di
kalangan kelas menengah atas. Para santri baru ini merupakan hasil proses Islamisasi yang
sedang berlangsung di kalangan kelas menengah atas dan proses mobilisasi vertikal kaum
santri karena terbukanya akses pendidikan. Sejak ini Islam mulai berperan kembali.
Kesadaran beragama ini ditandai dengan maraknya berbagai kegiatan keislaman di kantor-
kantor dan hotel-hotel. Geliat dakwah di kalangan profesional di kota-kota pun, termasuk di
perguruan-perguruan tinggi umum, mulai meningkat. Ditambah lagi dukungan pemerintah
melalui Yayasan Amal Bakti Pancasila dalam pendirian masjid-masjid terutama di pedesaan
semakin melengkapi proses Islamisasi di Indonesia secara kultural di era 1990-an. Akibatnya
mobilisasi vertikal di kalangan umat Islam secara perlahan mengalami peningkatan. Kondisi
ekonomi Indonesia yang cukup baik di akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an telah
memberikan kemudahan bagi pelajar-pelajar Islam untuk mendapatkan pendidikan di
universitas- universitas terbaik yang ada di Indonesia, baik di perguruan tinggi umum
maupun agama. Tentu perkembangan santrinisasi di kalangan menengah atas ini hasil
dakwah model baru yang berkembang di kalangan kampus 8.
Sejak era 1970-an telah berkembang tiga pola aktivitas keislaman di kampus-kampus
yang dianggap membantu proses Islamisasi kelas menengah di Indonesia. Pertama, aktivitas
Islam dalam bentuk kegiatan intelektual yang dikenal dengan gerakan pembaharuan Islam,
diprakarsai oleh Nurcholish Madjid. Gerakan pembaharuan Islam in bermula dari ceramah
yang disampaikan Nurcholish Madjid di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, pada tanggal
21 Oktober 1972 dengan fokus pada pentingnya pembaharuan pemikiran dalam Islam.
Pembaharuan Islam ini juga mendorong pada pembaharuan politik Islam yang menolak
dijadikan Islam sebagai ideologi politik dan memberikan kesempatan seluas-seluasnya bagi
para aktivis Islam untuk memasuki dunia politik dan birokrasi. Hadir dalam kelompok
7
Machmudi, Yon, 2013, Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok: PKTTI UI, hlm.11-13
8
Ibid, hlm.14-16

6
pembaruan ini antara lain Abdurahman Wahid dan Utomo Dananjaya. Mengingat gerakan
pembaharuan pemikiran Islam ini sering memunculkan isu-isu kontroversial kehadirannya di
masyarakat sering mendapatkan penentangan.
Kedua, aktivitas Islam yang diwadahi dalam gerakan dakwah di kampus perguruan
tinggi umum yang dikembangkan oleh Imaduddin Abdurahim dan berawal di Institut
Teknologi Bandung (ITB). Melalui Lembaga Mujahid Dakwah (LMD), Imaduddin melatih
mahasiswa- mahasiswa di kampus untuk menggiatkan dakwah dan aktivitas keislaman.
Pengaruh dakwah yang diinisiasi oleh Imaduddin ini tidak hanya terjadi di ITB telah meluas
hingga di kampus-kampus umum di Jawa dan luar Jawa. Kegiatan dakwah yang dilakukan
oleh Imaduddin Abdurahim ini kemudian mendorong terbukanya dakwah di kampus-kampus
umum di Indonesia. Ketiga, pola aktivitas Islam yang mengedepankan semangat transformasi
sosial dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan semacam ini banyak dilakukan oleh aktivis-
aktivis Islam yang terjun ke masyarakat melalui aksi pemberdayaan masyarakat lemah,
seperti Dawam Rahardjo, Adi Sasono dan Masdar Mas'udi maupun aktivis-aktivis yang
mencoba merumuskan gagasan dan pemikiran tentang kandungan sosial dalam Islam, seperti
Muslim Abdurahman dan Kuntowijoyo 9.

2.2 Ormas-Ormas Islam dalam Kebangkitan Islam di Nusantara


Salah satu persoalan krusial yang paling menarik dan menguras energi maupun
pemikiran umat Islam dewasa ini adalah soal kebangkitan Islam. Kebangkitan umat Islam di
dunia khususnya di Indonesia sendiri terjadi pada abad ke 20, hal tersebut ditandai dengan
berdirinya organisasi-organisasi Islam pada waktu itu yang terjadi karena adanya rasa
nasionalisme bangsa Indonesia yang mulai bergejolak. Rasa nasionalisme itu muncul sebagai
suatu keniscayaan atas kolonialisme Belanda yang menyengsarakan sebagian besar
masyarakat Indonesia. Melalui organisasi inilah umat Islam berkontribusi langsung kepada
rakyat Indonesia dalam berbagai bidang seperti pendidikan, budaya, sosial, ekonomi dan
politik. Demikian, geliat kebangkitan Islam dapat dirasakan dengan munculnya gerakan-
gerakan Islam yang mencoba melakukan gerakan transformasi sosial, baik kultural dan
struktural. Setelah munculnya era Reformasi, gerakan-gerakan itu semakin jelas dan benar-
benar telah mengambil peran nyata dalam kehidupan sosial. Hingga saat ini Islam tetap
menjadi bagian terpenting bagi pembangunan bangsa. Perkembangan yang positif
memberikan harapan bagi umat tentang sebuah kebangkitan peradaban Islam yang oleh
banyak pihak dipercaya akan lahir di Bumi Nusantara.
9
Ibid, hlm.17

7
Adapun ormas-ormas Islam yang lahir dan berperan dalam kebangkitan Islam di Nusantara,
diantaranya :
a. Sarekat Islam (SI)
Sejarah organisasi Islam di Indonesia juga tidak dapat dilepaskan dari Sarekat
Islam. KH Samanhudi mendirikan organisasi yang awalnya bernama Sarekat Dagang
Islam ini pada 1905 di Solo. Namanya berubah menjadi Sarekat Islam pada tahun
1912 dengan prakarsa HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim, AM Sangaji, dan KH
Samanhudi. Pada awalnya organisasi ini bergerak di bidang keagamaan serta
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dalam perniagaan, namun seiring
waktu berkembang menjadi gerakan politik dan sosial serta dakwah Islam. Sarekat
Islam adalah organisasi rakyat terbesar pada awal abad ke-20. Organisasi ini dibentuk
untuk membela kepentingan pengusaha pribumi yang merasa dirugikan, karena
pemerintah Hindia Belanda memberikan monopoli kepada para pedagang China
dalam menyediakan bahan baku dan pemasaran batik. Sebelumnya organisasi ini
bernama Rekso Roemekso lalu memutuskan untuk mengganti nama dengan Partai
Sarekat Islam tahun 1923 yang mengarah pada bidang politik dan merupakan
organisasi politik pertama di Indonesia 10.
Tujuan Sarekat Islam adalah: 1) memajukan semangat dagang kalangan
bumiputra; 2) memberikan bantuan kepada para anggota. perkumpulan; 3)
memajukan pendidikan rohani bumiputra; 4) menghilangkan salah pengertian
mengenai agama Islam; dan 5) memajukan kehidupan keagamaan di kalangan
bumiputra. Keanggotaan Sarekat Islam tidak dibatasi di Pulau Jawa saja, namun
terbuka untuk pribumi Muslim di seluruh tanah air. Ketika SI berpindah dari
Surakarta ke Surabaya, SI dipimpin oleh orator ulung yaitu Oemar Said
Tjokroaminoto tahun 1882-1934, dan akhirnya Samanhudi yang menggagas
organisasi ini mulai tergeser dan hanya memimpin sampai tahun 1916. SI terus
melakukan propaganda melalui media cetak dan rapat umum sehingga dalam waktu
kurang dari setahun SI sudah tersebar luas. Hal ini terbukti dengan berdirinya
beberapa cabang di Kudus, Bandung, Surabaya, Madiun, Ngawi, Ponorogo, dan
Semarang yang terdiri dari ribuan anggota. Anggota inti SI adalah golongan
pedagang, kaum agamawan dan rakyat kebayakan 11 .

10
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.45-46
11
Ibid, hlm.46

8
Walaupun ada banyak hambatan dalam perkembangannya, SI tetap berkembang
pesat, ada beberapa faktor yaitu: a) pemakaian nama Islam untuk organisasi ini cukup
membuat penduduk yang mayoritas Muslim merasa harus mendukung Sarekat Islam;
b) Sarekat Islam merupakan organisasi masyarakat pribumi yang menganut paham
sama rata sama rasa. Dalam paham ini SI tidak membeda-bedakan status sosial; c)
adanya sikap anti China dan anti kolonial Eropa yang secara tidak langsung dimiliki
SI dan kemudian ditiup untuk menarik anggota baru; d) adanya harapan millenaristis
dan messianistis di dalamnya 1212. Pada masa kolonial Sarekat Islam banyak
memberikan kontribusi pada bangsa Indonesia. Si secara nyata menolak praktik
kolonialisme di Hindia Belanda. Mereka menentang eksploitasi yang dijalankan oleh
pemerintah kolonial, seperti penarikan pajak yang terlalu besar hingga masalah upah
buruh dan jam kerja 13.
Kemudian, Keterlibatan PSII dalam pemerintahan Soekarno menjadikannya
banyak terlibat dalam urusan-urusan bangsa. Walaupun hanya memiliki 8 kursi di
parlemen hasil Pemilu 1955, PSII turut andil dalam menyelenggarakan Konferensi
Asia Afrika tahun 1955 di Bandung. Konferensi ini menjadikan Indonesia sebagai
kekuatan dunia ketiga yang menentang imperialisme dan kolonialisme di Asia dan
Afrika sehingga Indonesia disegani oleh negara-negara dunia. Pada masa Orde Baru
hingga kini SI konsisten terhadap pembangunan bangsa dalam bidang pendidikan.
Banyak sekolah- sekolah Sl yang didirikan di berbagai daerah, baik itu di Jawa
maupun luar Jawa. Sekolah-sekolah itu biasanya memakai nama Cokroaminoto
sebagai upaya untuk mengembalikan semangat Cokroaminoto. Selain kontribusi di
bidang pendidikan, Sl melakukan kegiatan dalam bentuk program penyuluhan
pertanian dan program pembuatan pupuk mandiri. Sepertinya ideologi awal Si di
bidang ekonomi, Sl saat ini tetap berharap agar masyarakat Indonesia, terutama para
petani, dapat mengembangkan kemandirian ekonomi. Warisan utama Sl dalam bidang
politik adalah komitmennya untuk melahirkan tokoh-tokoh Islam yang bersahaja dan
dekat dengan rakyat karena pembelaannya yang kuat pada kaum buruh dan petani 14.
b. Nahdatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama adalah salah satu organisasi keagamaan yang terbesar jumlah
anggotanya di Indonesia, Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 atau
12
Ibid, hlm.47
13
Machmudi, Yon, hlm.40
14
Ibid, hlm.41

9
13 Januari 1926 M di Surabaya dengan pemrakarsa KH Hasyim Asy'ari dan KH
Abdul Wahab Chasbullah (Abdul Mun'im, 2006: 914-917). NU sendiri berpahamkan
"ahlussunnah wal jamaah" berasaskan Pancasila, yang dalam akidah mengikuti aliran
Asy'ariyah Maturidiyah, dalam syariah/fiqh mengikuti salah satu empat mazhab, yaitu
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali, dan dalam tasawuf mengikuti Al-Junaid dan Al-
Ghozali. Paham ahlussunnah wal jamaah yang dianut NU adalah sebuah pola pikir
yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem
naqli (skripturalis). Sumber pemikiran NU tidak hanya berdasarkan Al-Qur'an dan
sunah, namun juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris.
Nahdlatul Ulama memiliki 7 lajnah (lembaga) yang membantu pelaksanaan-
pelaksanaan program-program di lapangan, yaitu: Lajnah Falakkiyah, Lajnah al-Ta'lif
wa al-Nasyr, Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Lajnah
Waqfiyah, Lajnah. Penyuluhan dan Bantuan Hukum, Lajnah Zakat, Infaq, Shadaqah,
dan Lajnah Bahs Al-Masa'il al-Diniyyah. Selain itu, NU memiliki 12 lembaga, dan 9
badan otonom yang berfungsi untuk membantu pelaksanaan kebijakan organisasi.
Kini anggota NU tersebar di berbagai daerah, dan negara sahabat, yang berjumlah
tidak kurang dari 45 jiwa. NU pun sering dijuluki penganut Islam tradisionalis, karena
sistem pendidikannya yang berupa pesantren 15.
Semenjak berdirinya hingga kini peran NU terhadap bangsa terbagi kedalam
beberapa bidang, baik dakwah Islam, sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik. Dalam
bidang dakwah Islam, NU telah menyumbangkan sumbangsih besar terhadap syi'ar
Islam dengan cara membumikan Islam dengan paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.
Terbukti, kini NU menjadi organisasi Islam dengan pengikut terbanyak di Indonesia.
Dalam bidang pendidikan sudah NU wujudkan semenjak awal mula berdirinya,
dengan membentuk pesantren yang melandasakan pendidikan berbasis agama Islam
dan ilmu pengetahuan. Demi terciptanya masyarakat yang bertaqwa, berbudi luhur,
berwawasan luas, dan terampil. Selain itu, NU juga merupakan penggagas berdirinya
IAIN, sebagai lembaga pendidikan tinggi pengkajian pemikiran Islam di tanah air.
NU juga memiliki peran di ranah sosial, salah satunya membentuk berbagai organisasi
dari berbagai kalangan masyarakat, dan kegiatan- kegiatan sosial lainnya. Membentuk
berbagai usaha-usaha untuk membangun ekonomi mandiri juga dilakukan oleh NU
dalam bidang ekonomi salah satunya adalah dibentuknya Nahdlatut Tujjar atau
pergerakan kaum pedagang untuk memajukan ekonoms bangs pada tahun 1920.
15
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.50-51

10
Sedangkan di bidang politik, NU telah memainkan perannya semenjak awal
terbentuknya. Para ulama NU gigih melawan kolonialisme seperti fatwa yang
dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asyar kewajiban jihad melawan Belanda. Terpilihnya
KH. Abdurahman Wahid sebagai presiden juga merupakan salah satu kontribusi NU
terhadap bangsa di bidang politik 16.
c. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang terpenting di Indonesia
dari sebelum Perang Dunia II sampai sekarang. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta
pada tanggal 10 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan (Deliar Noer, 1982: 84).
Didirikannya Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan merupakan hasil pengalamannya
aktif di organisasi Budi Utomo, Jamiat Khair dan Sarekat Islam. Ahmad Dahlan
mengamati belum adanya organisasi pribumi yang berorientasi pada gerakan
modernisme Islam. Ketika KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di
Yogyakarta, kondisi umat Islam sedang berada pada titik rendahnya. Hampir seluruh
rakyat mengalami keterbelakangan pendidikan, kemakmuran dan tingkat ekonomi
yang parah, terlebih lagi tidak memiliki kekuatan dalam bidang politik. Tujuan
Muhammadiyah adalah untuk menegakkan dakwah Islamiyah seluas-luasnya
mencakup segala bidang termasuk ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan
dakwah dengan mendirikan banyak sekali sekolah formal, madrasah, rumah sakit,
balai pengobatan, rumah yatim piatu atau panti asuhan dan universitas. Beberapa
tokohnya diakui sebagai pahlawan nasional yaitu KH Ahmad Dahlan, KH Mas
Mansur, Hj. Walidah Ahmad Dahlan dan KH Fakhruddin 17.
Organisasi ini bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah, dan
kemasyarakatan. Tujuan didirikan organisasi ini adalah: 1) untuk membebaskan umat
Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupan yaitu dengan menerapkan
pengajaran Nabi Muhammad; dan 2) membebaskan dari praktik-praktik agama yang
menyimpang dari kemurnian Islam yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an dan sunah
Nabi Saw. Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah mengadakan rapat-rapat,
tablig, mendirikan masjid, menerbitkan buku, brosur, surat kabar dan majalah. KH
Ahmad Dahlan berusaha untuk memurnikan ajaran Islam dari takhayul, bidah, dan
khufarat. Muhammadiyah kemudian menetapkan beberapa hal dalam pengajarannya,
seperti penentuan arah kiblat secara eksak, penggunaan metode hisab untuk
16
Machmudi, Yon, hlm.94-95
17
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.48

11
menentukan awal dan akhir bulan puasa Ramadan, penyelenggaraan salat hari raya di
lapangan, pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan daging kurban, penyampaian
khutbah dalam bahasa yang dimengerti jemaah, pelaksanaan salat Jum'at dan tarawih
berdasarkan sunah Nabi Muhammad Saw., penghilangan beduk dari masjid,
peniadaan ziarah kubur kepada tokoh yang dianggap keramat, penyederhanaan
syukuran kelahiran, khitanan, perkawinan, dan pengurusan jenazah 18.
Hingga tahun 1920, Muhammadiyah mulai menyebar dan memiliki cabang di
beberapa Kota Surakarta, Surabaya, Madiun, Pekalongan, Garut, dan Jakarta.
Sewafatnya Ahmad Dahlan pada tahun 1923, kepemimpinannya digantikan oleh
sahabatnya KH Ibrahim. Pada periode ini Muhammadiyah menyebar keluar Jawa dan
sampai akhirnya ke seluruh Nusantara. Muhammadiyah merupakan organisasi yang
memiliki kontribusi besar terhadap bangsa terutama di bidang pendidikan. Pada awal
pendiriannya Muhammadiyah fokus pada masalah pendidikan diantaranya sekolah
rakyat di kampung kauman Yogyakarta. Murid laki-laki bersekolah di Standard
School Muhammadiyah, Suronatan, sedangkan murid perempuan bersekolah di
Sekolah Rakyat Pawiyatan, Kauman. Sekolah Menengah yang pertama kali didirikan
adalah perguruan Al Qismul Argo oleh KH. Ahmad Dahlan, pada tahun 1918. Tentu
peranan lembaga pendidikan dan persyarikatan Muhammadiyah sangat penting bagi
perjuangan mencapai kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Hingga saat ini
Muhammadiyah masih dicirikan dengan aktivitas pendidikan yang tertata dengan
baik. Muhammadiyah lebih memfokuskan pendidikan modern dibanding lembaga
pendidikan pesantren. Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, hingga
universitas banyak didirikan dan tersebar luas di seluruh Indonesia. Universitas yang
didirikan Muhammadiyah memiliki cabang hampir di setiap daerah di Indonesia.
Beberapa universitas yang terkenal adalah Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM) didirikan pada tahun 1964, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
didirikan 1955 dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Di samping pendidikan,
Muhammadiyah juga cukup dikenal reputasinya dalam bidang sosial dan kesehatan.
Rumah-rumah sakit banyak didirikan di daerah-daerah dan dikordinasikan oleh
Pengurus Pusat Muhammadiyah. Baik universitas maupun rumah sakit yang

18
Ibid, hlm.48-49

12
dikembangkan oleh Muhammadiyah, semuanya memberikan kontribusi besar bagi
kegiatan dakwah Muhammadiyah secara umum 19.
d. Persatuan Islam (Persis)
Persis merupakan bagian dari sejarah organisasi Islam di Indonesia yang
didirikan oleh para ulama pembaharu di Bandung pada 12 September 1923. Ulama
pendirinya adalah KH Zamzam dan A. Hassan untuk menghilangkan bidah, khufarat,
takhayul, taklid dan syirik yang masih dipraktikkan sebagian umat Islam. Persis
mengembangkan cita-cita dan pemikirannya melalui pertemuan umum, tablig,
khotbah-khotbah, kelompok studi, mendirikan sekolah-sekolah dan menyebarkan
pamflet, majalah dan kitab. Dalam kegiatannya Persis mendapat dukungan dan
partisipasi dari dua tokoh penting yaitu: 1) Ahmad Hassan, seorang yang dianggap
sebagai guru Persatuan Islam sebelum perang; dan 2) Mohammad Natsir, seorang
pemuda yang sedang berkembang dan bertindak sebagai juru bicara dari Persatuan
Islam kalangan terpelajar. Sama halnya dengan organisasi Islam lainnya, Persatuan
Islam juga memberikan perhatian besar pada kegiatan pendidikan, tablig serta
publikasi. Salah satu caranya adalah dengan mendirikan lembaga pendidikan berupa
sekolah dasar, kursus, kelompok diskusi, pengajian dan pesantren. Dalam pendidikan
ini Persatuan Islam mendirikan sebuah madrasah yang awalnya dimaksudkan untuk
anak-anak dari anggota Persatuan Islam, dan kemudian madrasah tersebut dibuka
untuk umum. Madrasah ini membahas soal iman serta ibadah dengan menolak segala
kebiasaan bidah. Masalah yang sangat menarik pada saat itu adalah poligami dan
nasionalisme 20.
Selain mendirikan madrasah, Persatuan Islam juga mendirikan Pesantren
Persatuan Islam pada bulan Maret 1939 di Bandung. Dengan harapan untuk
membentuk kader-kader yang mempunyai keinginan untuk menyebarkan agama,
usaha ini merupakan inisiatif Hassan. Kemudian pesantren ini dipindahkan ke Bangil,
Jawa Timur. Fokus kegiatan Persis tidak hanya pada pendidikan saja tetapi tetapi
kegiatan dakwah yang ditopang secara kuat oleh penerbitan buku dan majalah. Persis
menerbitkan pamflet-pamflet dan monograf-monograf singkat yang ditulis oleh para
anggota, seperti Pengadjaran Shalat dan At Tauhid. Buku-buku lain juga diterbitkan
Persis sebagai media sylar dan penyebaran pengetahuan Islam, seperti Kitab Zakat
dan Risalah Djoemah. Selama berdirinya Persis, telah banyak kontribusi yang mereka
19
Machmudi, Yon, hlm.49
20
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.51-52

13
berikan terhadap bangsa ini, khususnya bidang pendidikan. Persis memiliki Bagian
Khusus Kependidikan yang didirikan di Bandung pada tahun 1955. Bagian ini
bertugas untuk mengatur sekolah-sekolah Persis, terutama untuk menjaga kualitasnya.
Pada tahun 1963 Persis menangani 20 sekolah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain
itu Persis pun membuka kursus keguruan dan komunikator, membuka dua sekolah
dan pesantren di Bangil, Jawa Timur.
Persis memfokuskan pada pendidikan keguruan dan agama namun tidak
menutup kesempatan untuk membuka sekolah-sekolah dasar dan menengah yang
tidak berorientasi pada pendidikan dan pengajaran agama Islam. Persis menyediakan
kurikulum yang seimbang antara pengetahuan agama dan dunia. Pengetahuan agama
meliputi bahasa Arab, Quran, Fikih, Sejarah Islam dan Akhlak sedangkan untuk
pelajaran umum yang berorientasi pada dunia pelajarannya meliputi geograf, sejarah,
aritmetika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah (Bahasa Jawa atau Sunda).
Sedangkan untuk kursus pendidikan agama biasanya berlangsung selama 6 minggu
sampai 3 bulan yang seluruhnya bermuat pelajaran agama. Selain itu Persis memiliki
pesantren di Bangil yang didirikan Ahmad Hassan. Pada tahun 1962 lembaga
pesantren di Bangil diganti namanya menjadi Universitas Pesantren Persatuan Islam.
Persis memiliki lembaga pendidikan dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga
universitas sebanyak 245 lembaga pendidikan. Pengembangan bidang pendidikan
inilah nantinya diharapkan terbentuk alumni-alumni yang berkualitas dan berpikiran
luas yang memiliki kontribusi besar bagi dakwah Islam dan bermanfaat bagi bangsa
dan negara. Dalam bidang ekonomi, Persis memberikan perhatian terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi, Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), dan Pusat Zakat Umat (PZU) 21.
e. Jam'iyatul Khair Al-Irsyad
Jam'iyatul Khair Al-Irsyad atau Al-Irsyad didirikan pada 17 Juli 1905 di
Jakarta, organisasi ini awalnya beraktivitas di bidang pendidikan dasar dan mengirim
para pelajar ke Turki dan merupakan satu-satunya organisasi pendidikan modern di
Indonesia. Guru-gurunya didatangkan dari Tunisia, Sudan, Maroko, Mesir, dan Arab.
Korespondensi mereka dengan tokoh-tokoh pergerakan dan juga surat kabar di luar
negeri turut menyebarkan kabar mengenai kekejaman pemerintah Belanda. Guru yang
terkenal dari sini adalah Syaikh Ahmad Surokati dari Sudan, yang menekankan bahwa
tidak ada perbedaan di antara sesama umat Muslim yang berkedudukan sama. Para
21
Machmudi, Yon, hlm.81

14
tokoh ulama Indonesia kebanyakan lahir dari organisasi ini seperti KH Ahmad
Dahlan, HOS Tjokroaminoto, H. Samanhudi, dan H. Agus Salim. Pada tahun 1901, di
Pekojan mereka mendirikan organisasi Al-Jami'at Al-Khariyah (Perkumpulan
Kebaikan). Organisasi ini memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia Belanda
pada 17 Juli 1905. Jami'at Khair ini didirikan oleh Sayid Muhammad Al-Fakhir bin
Abdurahman Al-mansur, Sayid Muhammad bin Abdullah bin Syihab, Sayid Syehan
bin Sihab. Anggota organisasi ini terbuka bagi setiap Muslim, namun mayoritas
anggotanya adalah masyarakat Arab. Tujuan berdirinya organisasi ini karena beberapa
hal menyangkut pendidikan, yaitu: 1) keterbatasan sarana pendidikan dan
kekurangsesuaian fasilitas pendidikan; 2) masyarakat Arab kurang suka mengikuti
pendidikan di sekolah Belanda; dan 3) sekolah pribumi kurang bermutu 22.
Saat ini Al-Irsyad telah banyak memiliki dan mengelola lembaga- lembaga
pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perturuan tinggi. Untuk taman kanak-
kanak ada sekitar 30 sekolah, Taman Pendidikan Quran sebanyak 156 lembaga,
Sekolah Dasar atau Ibtidaiyah sebanyak 58 sekolah, SMP atau Madrasah Tsanawiyah
sebanyak 32 sekolah, SMU atau Aliyah sebanyak 30 sekolah, Sekolah Kejuruan
sebanyak 7 sekolah. Pesantren berasrama sebanyak 4 lembaga dan pesantren tahfidz
Quran khsusus untuk putri ada 1 lembaga. Selain lembaga pendidikan, Al-Irsyad
mendirikan berbagai lembaga sosial dan pelayanan kesehatan, seperti panti asuhan
anak yatim, akademi perawat, rumah sakit dan investasi gedung-gedung bertingkat.
Al-Irsyad banyak memiliki gedung-gedung bertingkat di kota-kota besar dan
digunakan untuk membiaya kegiatan organisasi. Di samping itu sebagaimana
organisasi keagamaan lainnya, Al-Irsyad juga banyak mendirikan masjid-masjid
sebagai upaya membantu ibadah umat Islam. Al-Irsyad juga aktif dalam mempelopori
komunikasi antar ormas Islam yang ada di Indonesia guna mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Ada 14 Ormas Islam yang ikut dalam perkumpulan ini. Menurut
Abdullah, hal ini merupakan upaya Al-Irsyad untuk menjalin komunikasi dengan
semua ormas-ormas Islam guna membahas berbagai persoalan strategis yang dihadapi
umat agar umat tidak terbiasa berkumpul hanya ketika menghadapi masalah-masalah
saja, selain itu tidak 23.

22
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.44
23
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus, hlm.44

15
BAB III

SIMPULAN

Kebangkitan Islam sudah dimulai sejak akhir abad ke-19 M, dimana bangsa atau negara-
negara Islam terdorong mencapai kemerdekaan atas penjajahan. Islam di Nusantara sebelum
kemerdekaan, tidak bisa lepas dari studi tentang peranan imperialis Belanda, Inggris maupun
Jepang yang ikut mempengaruhi perkembangan Islam dalam dimensi yang luas.
Mengakarnya Islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari sebuah proses panjang
program sosialisasi Islam yang dilakukan oleh para pemuka Islam melalui aktifitas dakwah
dan pendidikan. Pada mulanya kebangkitan islam terus menunjukkan gairahnya pada awal
abad ke-20 dengan banyaknya tokoh-tokoh, ulama, kaum pelajar membentuk pergerakan.
Adapun masa kebangkitan Islam di Indonesia pada awal abad ke 20 M di tandai dengan
lahirnya ormas-ormas Islam yaitu Sarekat Islam (1912), Nahdhatul Ulama (1926),
Muhammadiyah (1912); Persis (1920); dan Al-Irsyad (1914), yang kesemuanya rata-rata
memiliki kontribusi melalui pendidikan dan dakwah.

DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Hasan. 2019. Sejarah Islam Modern : Agama dalam Negosiasi Historis Sejak Abad
XIX, Medan: Perdana Publishing
Duriana. 2018. Islam Sebelum Kemerdekaan , Dialektika, 9(2), hlm.57-70
Machmudi, Yon. 2013. Sejarah dan Profil Ormas-Ormas Islam di Indonesia, Depok: PKTTI
UI
Sirin, Khaeron & Sholeh, Badrus. 2021. Ormas Islam dan Gerakan Moderasi Beragama di
Indonesia, Depok: PT. RajaGrafindo Persada
Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam, Medan: Pedana Publishing.

16

Anda mungkin juga menyukai