Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Perkembangan Agama Pada Masa Kini

OLEH:

Kelompok 12:
Rita Agnes Nainggolan 183310820
Sherin Santris Ania 183310823
Yohana Maylanda 183310835

Dosen Pembimbing:
Muslim.M.Ag

POLTEKKES KEMENKES RI
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS
PADANG
2018/2019
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan
agama dengan judul "Perkembangan Agama Saat Ini" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah ini kami semaksimal mungkin sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami mengharapkan bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik
demi memperbaiki makalah ini. 

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya. 

                                                                          Padang, 13 September 2018

                                                                                               Penyusun 
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang…………………………………………………….

B. RumusanMasalah………………………………………………….

C. Tujuan Penulisa……………………………………………………

BAB II ISI

A. Asal Usul dan Perkembangannya…………………………….


B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam……………………….
C. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam Dalam Suasana Indonesia
Merdeka……………………………………………………………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam,
sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau tidak
mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup
penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan
bagaimana perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase
perubahan dari waktu ke waktu.
Kalau kita mau mengamati secara mendalam akan perkembangan islam di
indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk, penyebaran, pengamalan,
perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah
merupakan problematika yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa
yang akan datang.
Dalam perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan
ikut berperan dalam perubahan keadaan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan agama pada masa kini:

c. Tujuan
1. Dapat mengetahui perkembangan agama Islam pada masa kini
BAB II
ISI

A. Asal Usul dan Perkembangannya


Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern dalam Islam merupakan jawaban
yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran
progresif Kerajaan Utsmani yang merupakan pemang
ku khilafah Islam, setelah abad ketujuh belas, telah melahirkan kebangkitan Islam di
kalangan warga Arab di pinggiran imperium itu. Yang terpenting di antaranya adalah gerakan
Wahabi, sebuah gerakan reformis puritanis (Salafiah). Gerakan ini merupakan sarana yang
menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Katalisator terkenal gerakan pembaruan in adalah Jamaluddin Al-Afgani (1897). Ia
mengajarkan solidaritas Pan Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa, dengan
kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran pendidikan
Islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia, kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk
organisasi-organisasi social semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi social
keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo (1911),
Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat (1911), Muhammdiyah di Yogyakarta
(1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya
(1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Candung Bukittinggi (1930) dan partai-
partai politik, seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan SDI, Persatuan Muslimin
Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan, dan perluasan dari
organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.

B. Perjuangan Kemerdekaan Umat Islam


1. Masa kolonial Belanda
Pada dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di muka bumi
agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam terwujud. Banyak ideologi atau paham
yang melandasi gerakan ini. Ada yang bersifat fillah dan sabilillah. Fillah adalah gerakan
Islam yang berangkat dengan dakwah yang didasari oleh ilmu. Sedangkan sabilillah adalah
gerakan dengan sifat kearah peperangan. Semua gerakan ini bertujuan sama akan tetapi
gerakan ini harus melihat kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah dan
fisabilillah.
Yang terpenting dalam sebuah gerakan Islam adalah gerakan yang di dalamnya
semua Muslim bersatu hati dan pikirannya yang dilandasi dengan sikapwala wal bara.
Karena sebuah gerakan Islam tanpa barisan yang kuat akan mudah dihancurkan dengan
gerakan musuh Islam yang memiliki barisan yang rapi. Oleh karena itu mari perlu adanya
menyatukan pola pikir yang islami dan langkah dakwah Islam yang sesuai dengan metode
Rasulullah SAW.
Hadirnya Islam merupakan bukti autentik sebuah revolusi yang selama berabad-abad
telah berperan sangat signifikan dalam panggung sejarah umat manusia. Tidak diragukan
lagi, Islam telah menjadi penanda perubahan, bukan hanya dalam bidang teologi, tetapi juga
di bidang sosial dan ekonomi. Sistem teologi Islam – dari sisi normatifnya – telah
membentuk sikap mental muslim yang senantiasa concern terhadap persoalan-persoalan
kemanusiaan dan keadilan, dan inilah modal utama dalam membangun peradaban yang
unggul dan utama.
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik
balas budi yang sebenarnya adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu
mereka dalam pemerintahannya di Indonesia. Politik balas budi memberikan pendidikan dan
pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi sebenarnya tujuannya untuk
mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al Qur’an dan hadits dan akan dijadikannya
boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak
mungkin dipegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda.Yang mendapat pendidikan pun tidak
seluruh masyarakat melainkan hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang
pemimpin-pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari golongan bangsawan.
Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi
formal daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam yang merupakan
organisasi pergerakan nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai
anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908
berdirilah Budi Utomo yang masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa, karena itu Serikat Islam
dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo.
Awal abad ke-20 ditandai lahirnya gerakan-gerakan Islam yang monumental.
Gerakan Islam tersebut telah mengukir tinta emas baik untuk kebangkitan Islam maupun
pergerakan perjuangan kemerdekaan di Indonesia, yang kemudian dikenal dengan organisasi
kemasyarakatan Islam.
Organisasi kemasyarakatan Islam atau sering disebut Ormas Islam sungguh
merupakan pilar penting dan strategis di negeri tercinta ini. Lebih-lebih bagi Ormas Islam
tertua yang telah menyertai perjalanan sejarah bangsa ini. Sebutlah Sarekat Islam,
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama, dan lain-lain yang telah berdiri jauh
sebelum Republik Indonesia lahir. Kiprah gerakan Islam tersebut kendati berbeda orientasi
dan aktivitasnya sangatlah nyata. dan secara monumental telah menorehkan tinta emas dalam
perjalanan umat dan bangsa tercinta ini.
2. Masa pendudukan Jepang
Kemunduran progersif yang dialami partai-partai Islam seakan mendapatkan dayanya
kembali setelah Jepang datang menggantikan posisi Belanda. Jepang berusaha
mengakomodasi dua kekuatan, Islam dan nasionalis “sekuler”, ketimbang pimpinan
tardisional (maksudnya raja dan bangsawan lama). Jepang berpendapat, organisasi-organisasi
Islamlah yang sebenarnya mempunya massa yang patuh dan hanya dengan pendekatan
agama, penduduk Indonesia ini dapat dimobilisasi. Oleh karena itu kalau organisasi-
organisasi non-keagamaan dibubarkan, organisasi-organisasi besar Islam seperti
Muhammadiyah, NU, dan kemudian Persrikatan Ulama (Majalengka), juga Majelis Islam
A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian di lanjutkan dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia
(Masyumi) diperkenankan kembali meneruskan kegiatannya. Permohonan Masyumi juga
diterima pemerintah pendudukan Jepang untuk mendirikan barisan Hizbullah, sebuah wadah
kemiliteran bagi para santri. Bahkan, Tentara Pembela Tanah Air (PETA) juga didominasi
oleh golongan santri.
Bagi golongan nasionalis dibentuk lembaga-lembaga baru, seperti Gerakan Tiga A
(Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia) yang hanya berumur
beberapa bulan sejak Mei 1942 dan Poesat Tenaga Rakjat (Poetra) yang didirikan bulan
Maret 1943. Usaha pembangunan Poetra baru dimulai pada bulan April 1943. sebagai
pemimpin tertingginya adalah Soekarno yang di Bantu oleh Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan K.H Mas Mansur. Mereka dikenal sebagai empat serangkai pemimpin
bangsa. Dari empat serangkai itu, tercermin bahwa tokoh nasionalis secular lebih dominan
dalam gerakan kebangsaan daripada golongan Islam.
Jepang kemudian menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan mengeluarkan
maklumat Gunseikan no.23/29 April 1945, tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Berbeda dengan situasi sebelumnya,
yang kalangan islam mendapat pelayanan lebih besar dari Jepang, keanggotaan BPUPKI
didominasi oleh golongan nasionalis “secular”, yang ketika itu lazim disebut golongan
kebangsaan. Di dalam badan inilah, Soekarno mencetuskan ide Pancasilanya. Meskipun, di
dalam rumusan Pancasila itu terdapat prinsip ketuhanan, tetapi Negara pada dasarnya
dipisahkan dari agama.

C. Organisasi Politik dan Organisasi Sosial Islam Dalam Suasana Indonesia Merdeka
1.  Masa Revolusi dan Demokrasi Liberal
Moh. Hatta dalam sidang PPKI setelah kemerdekaan berhasil dengan mudah
menyakinkan anggota bahwa hanya suatu konstitusi “sekular” yang mempunyai peluang
untuk diterima oleh mayoritas rakyat Indonesia. Tujuh kata dalam anak kalimat yang
tercantum dalam sila Pertama Pancasila dengan segala konsekuensinya dihapuskan dari
konstitusi.
Keputusan tentang penghapusan tujuh kata-kata dari Piagam Jakarta itu sama sekali
tidak mengakhiri konflik ideologi yang telah berlangsung lama pada masa sebelum
kemerdekaan. Para nasonialis Islam harus menerima kenyataan itu, Karena mereka
menyadari bahwa masa revolusi bukanlah saat yang tepat untuk mendesak terlaksananya cita-
cita Islami mereka.
Dalam masa-masa revolusi, konflik ideologi tidak begitu jelas, tetapi dapat dirasakan
dan disaksikan melalui pergantian-pergantian kabinet yang silih berganti. Dan dari tiga
kekuatan ideologi itu, munculah tiga alternative dasar Negara : Islam, Pancasila, dan Sosial
Ekonomi. Tetapi, dalam perjalanan sidang-sidang Konstituante itu, perdebatan ideologis
mengenai dasar Negara terkristal menjadi Islam dan Pancasila.
Usaha partai-partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi negara di dalam
konstituante mengalami jalan buntu. Demikian juga dengan Pancasila, yang oleh umat Islam
waktu itu, dipandang sebagai milik kaum “anti-Muslim”, setidak-tidaknya di dalam
konstituante. Memang, kesempatan untuk menyelesaikan tugas konstituante masih terluang,
namun pekerjaannya diakhiri dengan Dekrit Presiden 1959, konstituante dinyatakan bubar
dan UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali.
2. Masa Demokrasi Terpimpin
Di masa Demokrasi Terpimpin ini, Soekarno kembali menyuarakan ide lamanya
Nasakom, suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis, “sekular”, Islam, dan komunis.
Akan tetapi, idenya itu dilaksanakan dengan caranya sendiri. Pancasila pun ditafsirkan sesuai
dengan pemikirannya. Masa ini, karena lebih didominasi oleh PKI, memendam ketegangan
antara Islam dan komunisme. Masa Demokrasi Terpimpin itu berakhir dengan gagalnya
Gerakan 30 September PKI Tahun 1965. Umat Islam bersama ABRI dan golongan lainnya
bekerjasama menumpas gerakan itu.

3. Masa Orde Baru


Setelah Orde Lama hancur, kepemimpinan Indonesia berada di tangan Orde Baru.
Tumbangnya Orde Lama memberikan harapan-harapan baru kepada kaum Muslimin.
Namun, kekecewaan pun muncul dalam diri umat Islam. Mereka merasa, meskipun komunis
telah tumbang, kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan. Rehabilitasi Masyumi,
partai Islam berpengaruh yang dibubarkan Soekarno, tidak diperkenankan. Bahkan, tokoh-
tokohnya juga tidak diizinkan aktif dalam Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) yang
didirikan kemudian.
Orde Baru memang sejak semula mencanangkan pembaruan sistem politik. Pada
tanggal 26 November 1966, ditetapkan RUU kepartaian, RUU pemilu, dan RUU Susunan
MPR, DPR, dan DPRD. Yang kedua dan ketiga ditetapkan 22 November 1969. Pada 9 Maret
1970, fraksi-fraksi parpol di DPR dikelompokkan. Pada tanggal 5 Februari 1973, Parpol
difusikan ke dalam PPP dan PDI . Pada 14 Agustus 1975 RUU kepartaian dipisahkan.
Penataan kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas tunggal, Pancasila, untuk
semua Parpol, tidak ada lagi ideologi Islam, jadi tidak ada lagi partai Islam.

4. Kebangkitan Islam di Masa Orde Baru


Sejak dekade 1970-an, banyak bermunculan intelektual muda Muslim, melontarkan
ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan mereka adalah intelektual Muslim
berpendidikan “umum” dan merupakan buah dari kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi
mahasiswa Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM).
Disamping itu pula, Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi umat
Islam juga banyak dalam membentuk dan mendorong kebangkitan Islam tersebut. Empat
belas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) induk dengan sekian banyak cabangnya sangat
berjasa menyiapkan guru-guru agama, pendakwah dan mubaligh dalam kuantitas besar.
Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Dengan asas tunggal, memang wadah politik umat Islam hilang. Islam nampaknya
menarik diri dari dunia politik. Namun, dengan pembaharuan politik bangsa ini, umat Islam
terlepas dari ikatan yang sempit menuju dunia yang lebih luas. Perjuangan kultural adalah
lahan yang sangat luas dibandingkan dengan dunia politik saja, aspek ini merupakan pusat
perhatian umat Islam di masa lalu.
Pada waktu proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, Piagam Jakarta sama sekali tidak
digunakan. Soekarno-Hatta justru membuat teks proklamasi yang lebih singkat, karena ditulis
secara tergesa-gesa. Perlu diketahui, menjelang kemerdekaan, setelah Jepang tidak dapat
menghindari kekalahan dari tentara sekutu, BPUPKI ditingkat menjadi Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Berbeda dengan BPUPKI yang khusus untuk pulau Jawa,
PPKI merupakan perwakilan dareah seluruh kepualan di Indonesia. Perubahana itu
menyebabkan banyak anggota BPUPKI yang tidak muncul lagi, termasuk beberapa orang
anggota Panitia Sembilan. Persentase Nasionalis Islam pun merosot tajam.
Islam mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara indonesia
mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu
mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua pertama,
Partai Masyumi dan Partai NU. Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai
seorang politikus yang ingin menanamkan nilai-nilai islam.
Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Dalam
tesis Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. Rise of the Ideology, the
Movement for its Creation and the Theory of the Masjumi, beliau mengemukakan bahwa ada
perbedaan besar antara NU dan Masyumi. Kaum modernis di dalam Masyumi pada
umumnya mereka hendak membangun suatu masyarakat muslim dan mengharapkan suatu
negara islam.Sedangkan kelompok yang diwakili NU lebih memperjuangkan suatu Negara
sebagai langkah pertama dan melalui negara ini mereka hendak mewujudkan suatu
masyarakat islam .
Setelah jatuhnya orde lama dan berganti orde baru, peran politik islam dalam negara
Indonesia cenderung mengalami kemunduran. Selama kekuasaan orde baru hanya ada tiga
partai yang diakui dan boleh ikut dalam pemilu. Dan partai yang berasas islam pada waktu itu
adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Adanya usaha represif yang dilakukan oleh rezim orde baru, yang berkuasa selama
32 tahun, rupanya menimbulkan kekecewaan pada banyak pihak. Puncak dari kemarahan
tersebut adalah demonstrasi mahasiswa,demonstrasi tersebut membuat semakin memudarnya
legitimasi politik rezim orde baru, sehingga pada anggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto
mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
Babak baru dalam dunia perpolitikan di Indonesia dimulai. Pada pemilu yang
dilangsungkan tahun 1999, organisasi islam banyak mendirikan partai politik yang
berasaskan islam dan atau berbasis umat islam. Diantaranya: PPP, PAN, PKB, dll.
Pada masa itu simbol-simbol agama sangat mewarnai kancah perpolitikan indonesia.
Hasil dari pemilu tersebut membawa Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI ke-4. Sejak
pemilu tahun 1999 sampai dengan sekarang, umat islam mulai kebingungan akan pilihan
yang harus ia pegang. Sebab, semuanya mengaku bernafas islam dan mementingkan hak
rakyat. Dalam tubuh partai politik-pun banyak mengalami perebutan kepemimpinan dan atau
pecah menjadi beberapa partai. Perubahan setting politik pasca-Orde Baru tanpa diduga
memberi ruang bagi berkembangnya wacana penegakkan syariat islam di indonesia. Seperti
yang telah dilakukan oleh Aceh, dan beberapa daerah yang menginginkan penggunaan syariat
islam.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 M dengan berimannya orang perorang.
Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui selat Malaka
yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah
di Asia Barat sejak abad ke-7.Kerajaan- kerajaan Islam yang ada di Indonesia adalah :
1. Sumatera : Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Malaka, dan kerajaan Aceh.
2. Jawa : Kerajaan Demak, kerajaan Pajang, kerajaan Mataram, kerajaan Banten, dan
kerajaan Cirebon.
3. Kalimantan : Kerajaan Banjar dan kerajaan Kutai.
4. Sulawesi : Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan Bone, kerajaan Wajo, kerajaan Soppeng,
dan kerajaan Luwu.
Pada zaman modern kebangkitan Islam semakin berkembang di Indonesia
membentuk organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI),
Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti), dan partai-partai politik, seperti Sarekat Islam (SI), Persatuan Muslimin Indonesia
(Permi), dan Partai Islam Indonesia (PII). Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan
organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar baru, menandakan tumbuhnya benih-
benih nasionalisme dalam pengertian modern.
Peradaban-peradaban Islam sebelum kemerdekaan adalah birokrasi keagamaan, ulama dan
ilmu-ilmu pengetahuan, dan arsitek bangunan. Sedangkan peradaban Islam setelah
kemerdekaan adalah Departemen Agama, Pendidikan, hukum Islam, haji, dan Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/+perkembangan+agama-
agama+saat+ini&oq=makalah+perkembangan+agama-agama+saat+ini&gs_l=psy-ab.3

Anda mungkin juga menyukai