PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya pemikiran modern dalam islam?
2. Siapa sajakah tokoh tokoh pemikiran modern dalam islam?
3. Apa faktor yang menyebabkan timbulnya pemikiran modern dalam islam?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya pemikiran modern dalam islam.
2. Untuk mengetahui tokoh tokoh pemikiran modern dalam islam.
3. Untuk mengetahui faktor penyebabkan timbulnya pemikiran modern
dalam islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang,1996), hlm: 67
2
http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2011/08/perkembangan-pemikiran-moderen-dalam.html?m=1
2
Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu
pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik
dalam bidang agama, nono agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi
dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat
(Eropa) pada abad selanjutnya.
3
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm: 49
4
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm: 55
3
2. Jamaluddin Al Afghani (jiwa Rainesans Umat)
Dia adalah seorang pahlawan dan seorang putra terbaik islam. Sepak
terjangnya dalam menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan
revolusionernya yang membangkitkan dunia islam, menjadikan dirinya
paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu inggris. Akan tetapi
komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadapnasib umat islam
membuatnya tak kenal lelah apalagi menyerah.
3. Muhammad Abduh
Beliau lahir di desa Mahalat Nashr, propinsi Gharbiyah, Mesir. Nama
lengkapnnya ialah Muhammad Abduh bin Hassan Khairullah. Beliau tidak
hanya dikenal sebagai pembangkit revolusioner melalui pemikirannya
akan tetapi juga sebgai pencetus “Islam Kiri” dan “Islam Kanan” melalui
murid-muridnya. Gerakan revolusionernya membuat takut pemerintahan
kolonial. Munculnya gerakan perlawanan umat islam terhadap eropa juga
salah satu hasil pemikiran beliau.
1. Faktor Eksternal
a. Imperialisme Barat
5
http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2011/08/perkembangan-pemikiran-moderen-dalam.html?m=1
6
Ibid
4
Imperialisme dan kolonialisme Barat terjadi akibat disintegrasi atau
perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam yang terjadi jauh sebelum
kehancuran peradaban Islam pada pertengahan abad ke-13 M., yaitu ketika
munculnya dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari pemerintahan
pusat pada masa kekhalifahan bani Abbasiyah.
5
Sementara itu, dunia Islam yang pada waktu itu sedang berada dalam
kemundurannya, karena interaksi dengan modernisme di Barat, mulai
menyadari pentingnya kemajuan dan mengilhami mereka untuk
memikirkan bagaimana kembali memajukan Islam sebagaimana yang telah
mereka capai di masa sebelumnya sehingga lahirlah para pemikir Islam.
2. Faktor Internal
a. Kemunduran Pemikiran Islam
6
Pada masa sebelum abad ke-19 M., umat Islam banyak yang tidak
mengenal agamanya dengan baik sehingga banyak unsur di luar Islam
dianggap sebagai agama. Maka tercampurlah agama Islam dengan unsur-
unsur asing yang terwujud dalam bid’ah, khurafat dan takhayul.8
8
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang,1996), hlm: 98
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2008. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arfan, Aip Aly: Lahirnya Pemikiran Moderen Dalam Islam (di ambil dari
http://aip-aly-arfan.blogspot.com/2011/08/perkembangan-pemikiran-
moderen-dalam.html?m=1 pada september 2014)
Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang luar biasa saat ini, sesungguhnya,
dapat diklasifikasikan dalam 5 model kecenderungan.
a. Fundamentalis.
Yaitu, model pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin Islam sebagai satu-
satunya alternatif bagi kebangkitan Islam dan manusia. Mereka biasanya dikenal
sangat commited pada aspek religius budaya Islam. Bagi mereka, Islam telah
mencakup segala aspek kehidupan sehingga tidak memerlukan segala teori dan
metode dari luar, apalagi Barat. Garapan utamanya adalah menghidupkan kembali
Islam sebagai agama, budaya sekaligus peradaban, dengan menyerukan untuk
kembali pada sumber asli (al-Qur’an dan Sunnah) dan mempraktekkan ajaran Islam
sebagaimana yang dilakukan Rasul dan Khulafa’ al-Rasyidin. Tradisi dan Sunnah
Rasul harus dihidupkan kembali dalam kehidupan modern sebagai bentuk
kebangkitan Islam.
b, Tradisionalis ( salaf ).
Yaitu, model pemikiran yang berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang telah
mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah diselesaikan secara tuntas oleh
para ulama terdahulu. Tugas kita sekarang hanyalah menyatakan kembali atau
merujukkan dengannya. Perbedaan kelompok ini dengan fundamentalis terletak
pada penerimaannya pada tradisi. Fundamentalis membatasi tradisi yang diterima
hanya sampai pada khulafa’ al-rasyidin , sedang tradisionalis melebarkan sampai
pada salaf al-shalih , sehingga mereka bisa menerima kitab-kitab klasik sebagai
bahan rujukannya. Hasan Hanafi pernah mengkritik model pemikiran ini. Yaitu,
bahwa tradisionalis akan menggiring pada ekslusifisme, subjektivisme dan
diterminisme.
9
c, Reformis.
Yaitu, model pemikiran yang berusaha merekonstruksi ulang warisan budaya Islam
dengan cara memberi tafsiran baru. Menurut mereka, Islam telah mempunyai
tradisi yang bagus dan mapan. Akan tetapi, tradisi ini tidak dapat langsung
diaplikasikan melainkan harus harus dibangun kembali secara baru dengan kerangka
berpikir modern dan prasyarat rasional, sehingga bisa survive dan diterima dalam
kehidupan modern. Karena itu, mereka berbeda dengan tradisionalis yang menjaga
dan menerima tradisi seperti apa adanya.
d, Postradisionalis.
Yaitu, model pemikiran yang berusaha mendekonstruksi warisa Islam berdasarkan
standar modern. Model ini sesungguhnya sama dengan reformis yang menerima
tradisi dengan interpertasi baru. Perbedaannya, postadisionalis mempersyaratkan
dekonstruktif atas tradisi, bukan sekedar rekonstruktif, sehingga yang absolut
menjadi relatif dan yang ahistoris menjadi historis.
e, Moderinis.
Yaitu, model pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional-ilmiah dan menolak
kecenderungan mistik. Menurutnya, tradisi masa lalu sudah tidak relevan, sehingga
harus ditinggalkan. Karakter utama gerakannya adalah keharusan berpikir kritis
dalam soal keagamaan dan kemasyarakatan. Mereka ini biasanya banyak
dipengaruhi cara pandang marxisme. Meski demikian, mereka bukan sekuler.
Sebaliknya, mereka bahkan mengkritik sekuler selain salaf. Menurutnya, kaum
sekuler telah bersalah karena berlaku eklektif terhadap Barat, sedang kaum salaf
bersalah menempatkan tradisi klasik pada posisi sakral dan shalih likulli zaman wa
makan . Sebab, kenyataannya, tradisi sekarang berbeda dengan masa lalu.
Modernis menjadikan orang lain (Barat) sebagai model, sedang salaf menjadikan
masa lalu sebagai model. Keduanya sama-sama ahistoris dan tidak kreatif, sehingga
tidak akan mampu membangun peradaban Islam ke depan.
Itulah kecenderungan atau model pemikiran yang tampil dalam buku ini, yang
terdiri atas 19 orang tokoh pemikir Islam kontemporer, dari Timur Tengah, Asia,
Afrika dan Amerika. Hanya saja, buku ini tidak disusun berdasarkan kecenderungan
pemikiran sang tokoh melainkan diurutkan sesuai dengan abjad nama sang pemikir.
Selain itu, beberapa tokoh terkenal, seperti Arkoun dan Soroush, misalnya,
ternyata tidak masuk, meski diakui karena “kesalahan teknis”. Pemikir Indonesia
sendiri juga dengan sengaja tidak dimasukkan. Itulah mungkin “kelemahan” buku
ini. Untungnya ada “Kata Pengantar” yang menjelaskan persoalan tersebut
Kesimpulan
Peran aktif Islam dalam dunia Islam Modern dan Kontemporer sangat luar biasa ini
terbukti dengan usaha Islam untuk menginginkan kemerdekaan dari penjajahan
Belanda atupun Jepang. Islam juga masuk pada fase Politik dengan keinginan untuk
memberikan yang terbaik memberikan Pemerintahan bagi masyarakat Indonesia
10