a.) Adanya sifat jumud (stagnan), yang telah membuat umat islam berhenti berpikiran
Selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berpikir maka mereka tidak akan
mungkin mengalami kemajuan. Kemajuan masyarakat hanya akan bisa tercapai melalui
pengkajian ilmu pengetahuan yang terus menerus untuk kemudian diaplikasikan dalam
teknologi terapan dan kehidupan sosial yang nyata demi kemajuan masyarakat. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya pembaharuan dengan memberantas sikap jumud dan
menghidupkan kembali tradisi ijtihad di kalangan umat Islam.
b.) Persatuan di kalangan umat Islam mulai terpecah belah. Karena itu maka lahirlah suatu
gerakan pembaharuan yang berupaya untuk menggugah dan menginspirasi kepada
seluruh umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat.
c.) pasca terjadinya peperangan antara kerajaan Utsmani dengan kerajaan Eropa, di mana
dahulu kerajaan Utsmani selalu memenangkan peperangan namun saat itu mengalami
kekalahan. Hal ini menyebabkan para tokoh kerajaan Utsmani berupaya menyelidiki
rahasia kekuatan militer Eropa.
d.) Pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaissance dalam dunia Barat. Jika
renaissance Barat muncul dengan cara «menyingkirkan» peran agama dari kehidupan
masyarakat, maka pembaharuan Islam sebaliknya, yakni untuk tujuan memperkuat prinsip dan
ajaran Islam itu sendiri demi kemashlahatan dunia secara lebih luas.
C. Arah Pembaharuan
Arah pembaharuan yang terjadi dalam dunia Islam telah berlangsung sejak periode
pertengahan, periode dimana dalam berbagai aspek umat Islam mulai mengalami
kemunduran. Pembaharuan itu mengalami percepatan pada periode modern, ketika umat
Islam mulai bangkit dari berbagai kekalahan dalam kontak mereka dengan barat. Maka
disinilah tugas para pembaharu untuk selalu mengedepankan pembaharuannya dan
memotivasi umat agar bangkit dari keterpurukannya yang sudah begitu lama seperti:
1. Krisis dalam bidang sosial politik
2. Krisis dalam bidang keagamaan
3. Krisis dalam bidang Pendidikan dan ilmu pengetahuan
D. Hasil Pembaharuan
Berawal dari kemunduran yang di alami oleh umat Islam dan Barat, semakin menunjukan
Eksistensinya sebagai pusat peradaban. Akhirnya munculah banyak pemikir-pemikir Islam
yang tersadar bahwa keadaan umat Islam saat itu sangat terbelakang. Maka mereka
melakukan suatu gerakan yang menghasilkan gagasan untuk membangkitkan umat Islam
dari keterpurukan itu. Dan sangat banyak tokoh-tokoh yang memberikan jasa nya pada
masa itu. Berikut tokoh-tokoh tersebut:
1. Muhammad bin Abdul Wahhab
Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab adalah cara memperbaiki
kedudukan umat Islam terhadap pemahaman tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam
masa itu, dan masih tercampur dengan ajaran-ajaran yang terikat sejak abad ke-13.
2. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam dengan
memgintegrasikan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pendidikan baginya bukan
hanya bertujuan mengembangkan aspek kognitif (akal), tetapi juga perlu menyelaraskan
dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).
D. Hasil Pembaharuan
3. Jamaluddin Al-Afghani
Salah satu ide pembaharuan Jamaluddin yang paling populer adalah Pan Islamisme. Yang
dimaksud Pan Islamisme adalah sebuah gerakan untuk menyatukan umat muslim dan
membangun dunia islam di bawah stu pemerintahan untuk melawan kekuatan asing (bangsa
barat).
4. Muhammad Iqbal
Salah satu pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal yang paling menarik adalah tentang
pentingnya arti dinamika dalam hidup. Tujuan akhir setiap manusia adalah hidup, keagungan,
kekuatan, dan kegairahan. Sehingga semua kemampuan manusia harus berada dibawah
tujuan ini. Dan nilai segala sesuatu harus ditentukan sesuai dengan keahlian yang
dihasilkan. Menurut beliau, mutu seni yang tinggi ialah kualitas yang dapat menggunakan
kemajuan
5. Rasyid Ridha
Muhammad Rasyid Ridha telah melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam seperti
tujuan pendidikan Islam, kurikulum pendidikan, sistem pendidikan, pendidik dan peserta
didik, serta mengintegrasikan antara ilmu umum dan ilmu agama.
E. Dampak Pembaharuan
Dampak positif
1. Semakin semaraknya syiar Islam dalam berbagai bidang di berbagai negara.
2. Masyarakat muslim semakin sadar akan berbagai peninggalan kebudayaan Islam yang menjadi
sumbangan besar bagi kebudayaan dunia secara umum.
3. Masyarakat muslim secara khusus dan masyarakat lainnya secara umum semakin mempertimbangkan
syariat Islam sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang ada di dunia yang belum ditemukan
solusinya.
4. Adanya penyegaran kehidupan keislaman secara merata dalam masyarakat muslim yang sebelumnya
hanya terpaku pada aspek ibadah saja.
5. Adanya penyegaran dan banyaknya ijtihad yang dilakukan para ulama modern untuk menjawab berbagai
tantangan zaman.
Dampak negatif
6. Adanya percampuran pemahaman yang keliru yang kemudian diikuti oleh masyarakat muslim.
7. Lebih maraknya orang-orang yang berkedok agama untuk memenuhi ambisi pribadinya.
8. Tersebar luasnya fatwa yang hanya cocok untuk daerah tertentu saja namun diambil dan diikuti tanpa
melihat kondisi khusus yang ada di daerah lainnya.
Kesimpulan
Kelompok 2
Pengertian Pembaharuan Islam
Pembaharuan merupakan terjemahan bahasa Barat “Modernisasi”, atau bahasa Arab al-tajdid
yang mempunyai pengertian “Pikiran, gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern”
dengan jalan itu para pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan umat islam dari suasana
kemunduran kepada kemajuan. Disamping kata tajdid, terdapat istilah lain dalam kosa kata Islam tentang
kebangkitan atau pembaharuan, yaitu ishlah. Kata tajdid biasa diterjemahkan sebagai pembaharuan dan kata
ishlah sebagai perubahan. Kedua kata tersebut secara bersama-sama mencerminkan suatu tradisi yang
berlanjut, yaitu suatu upaya menghidupkan kembali keimanan islam beserta praktik-praktiknya dalam
komunitas kaum muslimin.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pembaharuan dalam islam bukan dalam hal yang
menyangkut dengan dasar atau fundamental ajaran islam; artinya bahwa pembaharuan islam bukanlah
dimaksudkan untuk mengubah, memodifikasi, ataupun merevisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip islam supaya
sesuai dengan selera jaman, melainkan lebih berkaitan dengan penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-
ajaran dasar agar sesuai dengan kebutuhan perkembangan, serta semangat jaman.
Tokoh Pembaharuan Dalam Islam kawasan Timur
1. Muhammad Ibn Abd al-Wahhab 1703-1791 (1115-1206 H)
a) Biografi
Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Abd al-Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin
Buraid bin Muhammad bin Buraid. bin Musyarraf. Ia dilahirkan di kota ‘Uyainah (sebelah utara kota Riyadh) pada tahun
1115 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 1703 Masehi di tengah-tengah keluarga Ulama. Ayah, kakek dan paman-paman
beliau adalah para Ulama,sehingga sejak kecil beliau sudah menghafal al-Quran dan belajar fiqih, tafsir dan hadits dari
ayah beliau.
b) Latar belakang kemunculan tokoh
Muhammad Ibn Abd al-Wahhab memulai dakwahnya di kota Huraimila. Beliau mulai mengajak untuk memurnikan ibadah
hanya kepada Allah swt, dan menjelaskan bahaya syirik serta bahaya beribadah kepada selain Allah. Tetapi sepeninggal
ayahanda, beliau kembali ke ‘Uyainah dan kembali berdakwah di sana. Amir Muhammad bin Su’ud sebagai pemimpin kota
Dir’iyah ketika itu, yang akhirnya mereka berdua sepakat untuk menyebarkan dakwah Muhammad Ibn Abdal-Wahhab, yaitu
untk memurnikan ajaran Islam dari segala bentuk syirik, bid’ah dan khurafat, serta mengembalikan kaum Muslimin kepada
ajaran Islam yang benarsesuai yang dibawa oleh Rasulullah saw dan telah dipraktekkan oleh para sahabat. Kerjasama yang
penuh berkah inilah yang merupakan cikal bakal Kerajaan SaudiArabia yang kita kenal sekarang.
C ) Pemikiran tokoh
Ia berpendapat bahwa yang boleh dan harus disembah hanyalah Allah dan orang yang menyembah selain Allah telah menjadi
musyrik dan boleh dibunuh. Orang islam yang meminta pertolongan kepada syaikh, wali atau kekuatan gaib, telah menjadi
musyrik dan bukan lagi penganut paham tauhid yang murni Menyebut nama nabi, syaikh atau malaikat sebagai perantara dalam
doa adalah syirik. Meminta syafaat selain kepada Allah, bernazar kepada selain Allah adalah syirik. Kedua memperoleh
pengetahuan selain dari Al-quran, Hadist, dan Qias merupakan kekufuran. Ketiga tidak percaya kepada Qada dan Qadar Tuhan
juga merupakan kekufuran. Keempat, menafsirkan Al-quran dengan takwil atau interpretasi bebas adalah kufur .
2. Jamaluddin Al-Afghani 1839-1897 (1254-1324 H)
a) Biografi
Nama asli Jamaludin al-Afghani adalah Sayyid Muhammad bin Safdar al-Husayn. Ia adalah putra dari Sayyid Syafdar yang lahir
pada 1838 dan wafat pada 1897. Jamaluddin al-Afghani masih keturunan Rasulullah SAW, melalui Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Tanah kelahiran Jamaludin al-Afghani adalah Asadabad, Afghanistan, tetapi sebagian peneliti sejarah meyakini bahwa ia lahir di
Iran. Terlepas dari perbedaan asal-usulnya, yang pasti ia memegang peranan penting dalam gerakan politik Islam modern .
Ia dikenal luas di dunia Islam Sunni dan Syiah serta memiliki pengaruh yang besar karena perhatiannya terhadap
kolonialisme bangsa-bangsa Barat dan absolutisme penguasa-penguasa muslim. Ketika remaja, ia mulai belajar filsafat dan
ilmu eksakta menurut sistem pelajaran Eropa modern dari tokoh-tokoh ulama, seperti Syekh Murtadha Anshari, Mulla
Husein al-Hamadi, Sayyid Ahmad Teherani, dan Sayyid Habbubi. Kemudian ketika beranjak 18 tahun, ia mulai bertolak ke
India lalu ke Mekkah dan kembali ke Afghanistan. Jamaluddin memilih bertolak kembali ke India dan Mekkah pada 1869
demi menghindari pengaruh buruk yang mungkin menimpanya. Perjalanannya ke Mekkah untuk kedua kalinya ini menjadi
awal dari keterlibatannya dalam kegiatan politik Islam internasional.
c) Pemikiran tokoh
Ia berjuang melawan imperialisme barat, ingin mengubah keadaan umat islam yang lemah menjadi kuat, agar mereka
dapat menghadapi permusuhan barat dengan persiapan yang teratur dan kuat. Ia mengkritik kekuasaan Astanah Syah
Iran dan Khedive Mesir sebab mereka tidak memberikan kebebasan mengeluarkan pendapat. Ia menyerukan agar
umat islam bersatu dengan non muslim dalam negara islam tanpa diskriminasi, menghentikan pertikaian kelompok
Syi’ah dan Sunni, karena pemerintahan yang absolut dan penjajahan bangsa asing masih hidup subur di Dunia Islam.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut ia membentuk pan Islamisme.
3. Muhammad Abduh 1849-1905 (1266-1323 H)
a) Biografi
Syekh Muhamad Abduh bernama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau dilahirkan di desa
Mahallat Nashr di Kabupaten al-Buhairah, Mesir pada 1850 M/1266 H, berasal dari keluarga yang tidak tergolong
kaya dan bukan pula keturunan bangsawan. Muhammad Abduh hidup dalam lingkungan keluarga petani di
pedesaan. Beliau dikawinkan dalam usia yang sangat muda yaitu pada tahun 1865, saat ia baru berusia 16 tahun.
b) Latar belakang kemunculan tokoh
Tahun 1866 ‘Abduh meninggalkan isteri dan keluarganya menuju Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Harapannya itu tak
terpenuhi. Ia keluar karena proses belajar yang berlangsung menonjolkan ilmu dan hapalan luar kepala tanpa pemahaman,
seperti pengalamannya di Tanta. Inilah juga yang melatarbelakangi ‘Abduh ingin mengadakan pembaruan dalam bidang
pendidikan. Tiga tahun setelah ‘Abduh di Al-Azhar, Jamaluddin al-Afghani datang ke Mesir. Segera saja ‘Abduh bergabung
bersamanya. Di bawah bimbingan al-Afghani, ‘Abduh mulai memperluas studinya sampai meliputi filsafat dan ilmu sosial serta
politik.
c) Pemikiran tokoh
Ide pembaharuannya adalah pertama, mengategorikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-quran dan hadist dalam dua
kategori yaitu ibadah dan muamalah. Mengenai ajaran ibadah, Alquran dan hadist telah menjelaskan secara terperinci, tetapi
mengenai ajaran muamalah hanya menjelaskan dasar dasarnya saja dan berupa prinsip-prinsip umum yang tidak terperinci.
Kedua, perkawinan seharusnya hanya satu atau tidak berpoligami, jika tidak mampu berbuat adil secara lahir. Ketiga,
menentang hal-hal bid’ah dan penyimpangan terhadap akidah, diantaranya ziarah kubur pada aulia (pemimpin) dan
mengganggu orang yang sedang shalat dengan menabuh bedug.
9. K.H. Ahmad Dahlan
a) Biografi Singkat
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad
Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya.Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Berawal dari situ, KH Ahmad Dahlan pun memiliki pemikiran untuk melakukan pembaruan Islam di Indonesia, baik
dalam bidang keagamaan ataupun pendidikan yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, seperti minimnya
pendidikan pada masa itu. Didorong dengan kondisi ini, KH Ahmad Dahlan pun terpanggil untuk melakukan
pembaruan dalam gerakan Islam di Indonesia. Adapun pembaruan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan adalah
mengambil peran dalam mengembangkan pendidikan Islam dengan melakukan pendekatan yang lebih modern.
Gagasan pemikiran tersebut didapatkan ketika dia bermukim di Mekkah selama lima tahun untuk menimba ilmu
agama sejak 1888 hingga 1903
c) Pemikiran-pemikiran Pembaharuan
Dalam bidang keagamaan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan meliputi memperbaiki arah kiblat dan melakukan
pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal masyarakat untuk hidup menurut tuntunan Al-Quran dan Hadis.
Dalam bidang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan dengan menciptakan model sekolah
berbasis integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Dalam bidang politik yaitu menerapkan politik duplikasi dalam
menghadapi misi kristenisasi. dalam bidang sosial masyarakat yaitu dengan melakukan gerakan Al-ma’un dan
PKO Muhammadiyah serta organisasi Aisyiyah
10. K.H. Hasyim asy’ari
a) Biografi Singkat
K.H. Hasyim Asy’ari nama aslinya adalah Muhammad Hasyim, lahir di Demak pada tahun 1876 M. Dilihat dari silsilah, dapat
diketahui bahwa M. Hasyim berasal dari keluarga dan keturunan pesantren yang terkenal. Pendidikan ke berbagai
pesantren ditempuh Muhammad Hasyim mulai beranjak usia lima belas tahun, berpindah dari satu pesantren ke pesantren
lain di Jawa dan Madura.
b) Latar belakang kemunculan tokoh
Muhammad Hasyim mendirikan organisasi yang bernama “Nahdlatul Ulama” (Kebangkitan Ulama) yang didirikan pada
tanggal 31 Januari 1926 M./ 16 Rajab 1344 H. Berdirinya organisasi NU ini dilatarbelakangi berdirinya “Komite Hijaz” yang
mengutus delegasinya ke Mekah untuk mewakili kepentingan-kepentingan tradisional dalam muktamar Alam Islami kedua
tahun 1926 yang diselenggarakan di Saudi Arabia. Komite mengurtus delegasi yakni K.H. Bisri Syamsuri dan K.H. R.
Asnawi untuk pergi ke tanah Hijaz, tapi kemudian gagal dilakukan karena keduanya ketinggalan kapal. Sebagai gantinya
Komite Hijaz mengawatkan melalui telegram empat pesan untuk Raja Ibnu Saud, yaitu :
1) Meminta Raja Ibnu Saud untuk tetap memberlakukan kebebasan bermazhab empat;
2) Memohon tetap diresmikannya tempat-tempat bersejarah yang telah diwakafkan untuk masjid, seperti kelahiran Siti
Fatimah dan Khoizyran;
3) Memohon agar disebarkan ke seluruh dunia setiap tahun sebelum datangnya bulan haji mengenai hal ihwal haji,
seperti ongkos haji dan syeikh haji;
4) Memohon semua hukum yang berlaku di Hijaz ditulis sebagai Undang-Undang, supaya tidak terjadi pelanggaran
hanya karena belum tertulis.
c) Pemikiran-pemikiran Pembaharuan
• Berusaha melestarikan ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal jamaah yang bermazhab, dalam bidang theologi bermazhab
kepada Abu Hasan Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi, dan bidang fiqh (hukum) bermazhab kepada 4 mazhab, yaitu Abu
Hanifah, Anas bin Malik, Muhammad Idris As Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal.
• Melestarikan budaya dan adat istiadat yang memiliki kemanfaatan serta yang tidak bertentangan dengan aqidah islamiyah.
• Ijtihad telah tertutup, dengan alasan persyaratan untuk menjadi seorang mujtahid harus memilki persyaratan yang cukup berat
LATAR BELAKANG
BERDIRINYA
MUHAMMADIYAH
kelompok 3
Penyebab didirikannya Muhammadiyah
Faktor subyektif sangat kuat, dan dapat dikatakan Ada beberapa factor objektif yang melatarbelakangi berdirinya
sebagai factor utama dan factor penentu yang Muhammadiyah yaitu factor internal dan eksternal.
mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil -Faktor objektif yang bersifat internal antara lain yaitu
pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap Al-Quran. Ia ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Quran
sangat teliti, dipertanyakan jika ada sebab-sebab yang dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagaian besar
menjadikan sesuatu ayat diturunkan, dipertanyakan umat islam.
apakah yang mesti harus dilakukan. -Faktor objektif yang bersifat ekternal yaitu semakin meningkatnya
Gerakan kristenisasi di tengah-tengah masyakarta Indonesia.
Belanda mengibarkan panji-panji 3G yaitu glory, gold dan gospel.
Ketiga motif ini menyebarluaskan ajaran Kristiani kepada anak-
anak negeri jajahan atau mengubah agama penduduk yang islam
menjadi Kristen.
Riwayat hidup pendiri Muhammadiyah
Lahir Muhammad Darwis
1 Agustus 1868
Kauman, Yogyakarta, Kesultanan
Yogyakarta
Muhammadiyah kuat sebagai gerakan Islam karena memiliki nilai-nilai dasar yang menjadi landasan,
bingkai, cara pandang, dan orientasi dalam mencapai tujuannya. Nilai-nilai gerakan tersebut bersumber
dari ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah al-Maqbulah yang didukung oleh ijtihad sebagai manhajnya.
Hasil pendalaman KH merupakan faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor
utama dan penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah. Pendekatan Ahmad Dahlan terhadap
Al-Quran meliputi membaca, berdiskusi, meneliti, dan mempelajari isinya.
KH. Ahmad Dahlan ketika melihat surat Ali Imran ayat 104
Maksud dan Tujuan berdirinya Muhammadiyah
Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri sampai sekarang ini telah mengalami beberapa kali
perubahan, perubahan susunan bahasa dan istilah.
Pertama : Ketika berdirinya dirumuskan sebagai berikut
a) Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi-putra, di dalam
residensi Yogyakarta.
b) Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Kelima: Pada waktu Muktamar Muhammadiyah yang ke 34 berlangsung pada tahun 1959 di Yogyakarta rumusan
maksud dan tujuan Muhammadiyah hasil rumusan Muktamar Muhammadiyah ke 31 disempurnakan. Terhadap 'dua
kata' yang terdapat dalam rumusan yang terdahulu, yaitu kata 'dapat mewujudkan' diubah menjadi 'terwujud.
Dengan perubahan tersebut akhirnya rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah yang kelima adalah sebagai
berikut: "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya".
Keenam : Muktamar Muhammadiyah yang ke 41 diselenggarakan di Kota Surakarta pada tahun 1985.
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah berubah menjadi "Menegak kan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah subhanahu wa taála".
Ketujuh : Berlangsungnya Muktamar Muhammadiyah ke 44 di Jakarta pada tanggal 7 sampai dengan 11 Juli 2000.
Berubahnya asas yang di masukan kedalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi : "Muhammadiyah adalah Gerakan
Islam, Dakwah Amar Makruf Nahi Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan as-Sunnah"
FALSAFAH HIDUP
DAN
AJARAN K.H. AHMAD DAHLAN
Kelompok 4
Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan tentang Islam
K. H. Ahmad Dahlan memiliki wawasan dan semangat juang yang tinggi
disebabkan oleh pengembaraan intelektual dan atmosfir spiritual yang kental dapat
mengakomodir dari segala bentuk penyimpangan sehinggah ide-idenya yang di
sebabkan kebodohan masyarakat pada waktu itu. Selanjutnya, pemikiran dalam misi K.
H. Ahrmd Dahlan, menjadikan Islam sebagai way of life untuk itu suatu keharusan
memurnikan dari sinkritime. Pada kenyataannya beliau memiliki karakteristik
perpaduan yang canggih sesuai dengan sasaran dan tujuannva yang ingin dicapai dalam
rangka merespons kebutuhan zaman. Terkait pemahaman dan pengalarnan Islam K. H.
Ahmad Dahlan adalah rasional fungsional dalam arti menelaah sumber utama ajaran
Islam dengan kebebasan ajaran akal pikiran dan kejernihan akal murni, sekaligus
membiarkan al-Quran berbicara tentang dirinya sendiri dalam aril tafsir ayat dengan
ayat. Fungsional, dalam pengertian kelanjutan dan tuntunan hasil pemahaman tersebut
adalah aksi sosial yaitu perbaikan masyarakat.
K.H. Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah bahkan hari-hari
terakhir kehidupan beliau bukanlah pekerjaan mudah. Langkanya informasi, karena tidak
adanya bahan-bahan tertulis dari K. H. Ahmad Dahlan sendiri untuk dijadikan rujukan
menjadikan pekerjaan di atas agak lebih sulit lagi (Salam, 1968). Tetapi kita tahu lewat
instrumen sejarah bahwa meskipun jangkauan program-program sangat terbatas pada
awalnya Muhammadiyah segera berkembang pesat dan menjangkau wilayah-wilayah yang
berada di luar daerah tempat kelahirannya sendiri di Yogyakarta dan karena jumlah cabang-
cabangnya meningkat maka kegiatan kegiatan dan tanggungjawabnya juga meningkat.
Dengan demikian K. H. Ahmad Dahlan ingin membangun kader-kader Muslim sebagai
bagian inti program-program pembaharuannya. Kader-kader masa depan ini diharapkan
menjadi ujung tombak gerakan Muhammadiyah yang bertugas membantu beliau dalam
mengembangkan misi dan visi masa depan umat.
Cara Ahmad Dahlan dalam melaksanakan dakwah
Ada 4 Dakwah Yang di lakukan oleh K.H.A dahlam Diantaranya :
1. Dakwah bil lisan[ Melalui perkataan] dilakukan Muhammadiyah antara lain melalui ceramah- ceramah,
khutbah, diskusi, seminar dan nasihat-nasihat. Kedua dakwah bil-hal, yaitu metode dakwah melalui perbuatan
langsung.
2. Dakwah bil-hal menurut Afnan, Muhammadiyah mempelopori adanya kepanitiaan pengelolaan zakat, infaq,
shodaqah termasuk qurban untuk diperuntukan kepada para anak yatim, fakir miskin di Yogyakarta diawal
berdirinya Muhammadiyah. Metode ini sekaigus implementasi dakwah Muhammadiyah dalam menjalankan
perintah al-qur’an dalam surat al-ma’un. Melalui surat al-maun, Muhammadiyah tidak hanya memaknainya
tetapi mempraktikkan menjadi dakwah bil-hal yaitu menyantuni anak yatim, fakir miskin higga berdirinya
penolong kesengsaraan omom (sekarang, PKU) dan pelayanan sosial berupa panti asuhan. Praktik dakwah ini
begitu kuat dan mengakar karena dicontohkan langsung oleh Kiai Dahlan bersama muridnya diawal dakwah
Muhammadiyah hadir menyantuni dan memberi makan fakir miskin dan gelandangan serta mendidik anak
yatim di sekitaran Kauman, Yogyakarta.
3. Dakwah bi-tadwin adalah metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Para tokoh awal
Muhammadiyah hingga ini menggunakan metode tulisan untuk menyampaikan penjelasan mengenai seruan
yang hendak dismapaikan seluas-luasnya kepada warga, anggota, pimpinan Muhamadiyah dan masyarakat.
Keberadaan tradisi tulisan atau dokumentasi sampai saat ini masih bermanfaat kata Afnan, misalnya
hadirnya Majalah Suara Muhammadiyah mensyiarkan mengenai puasa ada dokumentasinya di Perpustaan
Leiden, Belanda dan buku-buku Kepanduan yang menjadi cikal bakal dokumentasi latihan Hizbul Wathan
pada tahun 1914.
4. Dakwah bil-hikmah yaitu menyampaikan seruan secara arif dan bijaksana. Jadi kalau ingin mengingatkan
Muhammadiyah cenderung menyampaikan dengan arif dan bijaksana. Bahkan, mengingatkan dengan cara
ini telah menjadi tradisi di Muhammadiyah bagaimana menggunakan surat keroganisasiannya sebagai
sebuah saran, krititik dan mengingatkan. Kadang kala muhammadiyah tidak menyampaikan kerja nyatanya
di media masa atau media sosial tetapi dengan surat menyurat sudah menjadi tradisi Muhammadiyah sejak
dulu.
Falfasah hidup dan perjuangan Ahmad Dahlan
7 Falsafah K.H.Ahmad Dahlan yaitu :
1. Kita, manusia ini, hidup di duniahanya sekali untuk bertaruh: sesudah mati, akan mendapat kebahagiankah
atau kesengsaraan?
2. Kebanyakan di antara manusia berwatak angku dan takabur, mereka mengambil keputusan sendiri-sendiri.
3. Manusia itu, kalau mengerjakan sesuatu apapun, sekali, dua kali, berulang kali, maka kemudian akan menjadi
biasa. Kalau sudah menjadi kesenangan yang di cintai, maka kebiasaan yang dicintai itu sukar untuk diubah.
Sudah menjadi tabiat, bahwa kebanyakan manusia membela adat kebiasaan yang telah diterima, baik itu dari
sudut keyakinan atau iktikad, perasaan kehendak maupun amal perbuatan. Kalau ada yang akan merubah, mereka
akan sanggup membela dengan mengorbankan jiwa raga. Demikian itu karena anggapannya bahwa apa yang
dimiliki adalah benar.
4. Manusia perlu digolongkan menjadi satu dalam kebenaran, harus bersama-sama menggunakan akal
pikirannya untuk untuk memikirkan, bagaimana sebenarnya hakikat dan tujuan manusia hidup di dunia
harus mengerjakan apa? Dan mencari apa? Dan apa yang dituju? Manusia harus mempergunakan
pikirannya untuk mengoreksi soal iktikad dan kepercayaannya, tujuan hidup dan tingkah lakunya,
mencari kebenaran sejati. Karena kalau hidup di dunia hanya sekali ini sampai sest, akibatnya akan celaka
dan sengsara selama-lamanya.
7. Pelajaran terbagi atas dua bagian: belajar ilmu, pengetahuan atau teori dan belajar
amal, mengerjakan atau mempraktekkan. Semua pelajaran harus dengan cara sedikit
demi sedikit, setingkat demi setingkat. Demikian juga dalam belajar amal, harus
bertingkat. Kalau setingkat saja belum dapat mengerjakan, tidak perlu ditambah.
v
Tafsir Al-Ma’Un menurut Ahmad Dahlan
Dalam sejarahnya pada tahun 1916 KH Ahmad Dahlan menyapaikan kepada Mas Mansur ketika
bertamu ke Kuman itu merupakan kunjungan kedua setelah dua tahun kepulangan dari Universitas al-Azhar Kairo.
Kenangan itu ditulis Mas Mansur diterbitkan pada 1938 dituliskan pada majalah adil. Dia menceritkan salah satu
ayat Al Ma’un yang berarti apakah engkau mendustakan agama. ‘’ untuk mengetahui sifat-sifat orang yang demikian
ini marilalah mencoba mengumpulkan ayat-ayat yang bersangkutan dengan itu. Apabila sudah dapat,apakah kita
merasa pandai menetapkan sifat-sifat mereka’’. Kata Kiai Dahlan. ‘’Sering dalam menyelidiki hal ini kita menemui
beberapa sifat yang bermacam-macam yang dapat menjadi perselisihan diantara kita.
Kiai Dahlan senang sekali mengupas keterangan-keterangan tafsir. Pendirian dari KH Dahlan yaitu setisp hal yang
berkaitan dengan ibadah dikembalikan kepada nash agama. Tidak boleh dikurangkan dan tidak boleh dilebihkan.
Adapun selain itu dari soal ibadah berpedoman kepada maslahat dan mudharatnya.
Salah satu kisah Kiai Ahmad Dahlan yang mengajarkan Tafsir Surat Al-Ma'un Berulang-ulang.
Kiai Ahmad Dahlan menjelaskan kepada muridnya bahwa bukan itu yang dimaksud dengan mengamalkan,
tapi apa yang sudah dipahami dari ayat ini untuk bisa dipraktekkan dan dikerjakan dalam wujud nyata. Oleh
karena itu, Kiai Ahmad Dahlan masih mengulang Surat Al-Ma’un sampai santri-santrinya melakukan aksi
terhadap ayat ini.
Dalam pengajian itu, KH Ahmad Dahlan menugaskan para santrinya untuk melaksanakan yang telah ia
jelaskan. Dalam setiap ceramah dan pengajiannya, KH Ahmad Dahlan terus-menerus menyerukan agar setiap
orang yang mampu bersedia memenuhi hak-hak dan berlaku adil kepada orang-orang miskin dan fakir
miskin, anak yatim, orang telantar dan orang menderita.
Gerakan penyeruan pemenuhan hak-hak fakir miskin dan orang-orang terlantar tersebut kemudian
melahirkan gerakan mengelola zakat dan zakat fitrah untuk dibagikan kepada kaum fakir miskin, orang
telantar di jalanan karena berbagai sebab. Dari sini pula lahir rumah miskin, panti asuhan yatim-piatu, rumah
orang telantar, dan rumah sakit.
Tokoh Muhammadiyah
dan Pemikirannya
Kelompok 5
2. K.H. Hisyam
Lahir di Yogyakarta, pada tanggal 18 Nopember 1882dan wafat pada tanggal
20 Mei 1945, belajar di sebuah pesantren dan para Kyai di sekitar
Yogyakarta. Beliau merupakan seorang guru. Pada masa K.H. Ahmad
Dahlan, beliau ditunjuk sebagai Ketua Bagian Pendidikan. Pada tahun 1921
ketika akan dilantik sebagai ketua Bagian Pendidikan oleh K.H. Ahmad
Dahlan diminta untuk menyampaikan strategi (programnya), beliau
menyatakan akan selalu berusaha meningkatkan sekolah dan jumlah guru
Muhammadiyah untuk dikirim ke cabang-cabang dan ranting-ranting
Muhammadiyah, serta meningkatkan kualitas para guru Muhammadiyah.
Beliau menjadi ketua PP Muhammadiyah tahun 1923 pada saat usia 41
tahun. Putra-putra beliau antara lain yaitu K.H. Djazari Hisyam (pernah
menjadi Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah), H. Hadjam Hisyam
Muhammad (Mukam) Hisyam, dan Djalis Hisyam.
2. K.H. Hisyam
Selama tiga tahun Muhammadiyah berada di bawah pimpinannya telah mendapat kemajuan
yang lebih pesat, terutama pada segi ketertiban organisasi dan administrasi dan sudah tentu
terutama pula dalam perkembangan sekolah Muhammadiyah. Beliau juga akan berusaha
meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan guru-guru Muhammadiyah dan bercita-cita akan
membangun Universitas Muhammadiyah. Dilihat dari kacamata pemikiran, ide, dan gagasan
beliau itu untuk ukuran pada waktu itu adalah sebuah gagasan yang besar karena untuk
membangun peradaban yang maju strateginya adalah dengan peningkatan pendidikan. Beliau
pada waktu itu sudah mempunyai gagasan yaitu :
a) Memperbanyak sekolah
b) Meningkatkan jumlah guru
c) Meningkatkan kualitas guru
d) Membangun Universitas
3. K.H. Mas Mansur
Lahir pada tanggal 25 Juni 1836 dan wafat pada tanggal
25 April 1946 di Kampung Sawahan Surabaya. Beliau
adalah putra K.H.Marzuki dari Pesantren Sidoresmo,
Surabaya. Beliau mulai belajar kepada ayah nya pada
usia 12 tahun saat pergi Haji kemudian belajar di
Makkah, lalu meneruskan ke Al Azhar Mesir sekitar 5
tahun. Selama berada di Mesir sempat ke Tripolidan
sempat melihat pesantren Syanggit yang dipimpin oleh
Sidi Abdullah. Tahun 1915 kembali ke tanah air dan
aktif terlibat dalam pendirian madrasah Nahdhatul
Wathan, Taswirul Afkar, dan Mufidah.
3. K.H. Mas Mansur
Tahun 1926 menjadi Ketua Muktamar Al Alam Al Islam Far'ul Hindhis Syirqiyah dan juga pernah menjadi
ketua Haji Organisasi Hindia. Pada tahun itu bersama HOS Cokroaminoto berangkat ke Makkah menghadiri
Muktamar Alam Islami sedunia. Salah satu strategi beliau untuk membesarkan Muhammadiyah adalah
penguatan kualitas keimanandan keislaman keihsanan warga Muhammadiyah. Strategi beliau itu dikenal
dengan Langkah Dua Belas, isinya :
a) Memperdalam masuknya iman
b) Memperluas faham agama
c) Memperbuahkan budi pekerti / akhlak
d) Menuntut amalan intiqad
e) Menguatkan persatuan
f) Menegakkan keadilan (Surat An-Nisaayat 135)
g) Meletakkan kebijaksanaan
h) Menguatkan Tanwir
i) Mengadakan Musyawarah
j) Memusyawarahkan Putusan
k) Mengawasi Gerakan ke dalam
l) Menghubungkan Gerakan Luar
4. Ki Bagus Hadikusumo
Lahir Di Yogyakarta pada tanggal 24 Nopember 1890 dan wafat
pada tanggal 3 September 1954 pada saat usia 64 tahun. Beliau
adalah putra ketiga dari Lurah Hasyim. Yang tertua
K.H.Sudjayang merupakan pelopor perbaikan Haji Indonesia.
Yang Kedua K.H.Fakhruddin, mubalig, merupakan seorang
politisi sekaligus wartawan yang cakap. Beliau pernah menjadi
Wakil Ketua HB Muhammadiyah pada masa K.H.Ibrahim.
Keempat K.H.Zaini (ahli kristologi) dan Kelima Ibu Munjiyah.
Beliau pendidikannya setamat dari sekolah rakyat (SD), Ki Bagus
Hadikusumo mengaji dengan para ulama di kampung Kaumandan
dam juga belajar di pesantren di Wonokromo Yogyakarta serta di
Pekalongan. Beliau pernah menjadi Ketua Majelis Tablig, Ketua
Majelis Tarjih, dan Wakil Ketua PB Muhammadiyah. Pada
kongres darurat pada tahun 1944 di Yogyakarta beliau ditetapkan
sebagai Ketua HB Muhammadiyah.
4. Ki Bagus Hadikusumo
Ki Bagus Hadikusumo memiliki peran penting dalam dalam penyusunan Mukadimah UUD 1945. Beliau
sangat besar perannya dalam memasukkan pandangan ketuhanan, kemanusiaan dan keberadaban dan keadilan
sosial dalam UUD 1945. Menurut Ki Bagus, etika yang dimiliki seorang pemimpin adalah:
a) Istiqamah
b) Tawakal
c) Mawas Diri
d) Adil dan Jujur
e) Tawadhu'
f) Menepati Janji
g) Sabar dan Halim
h) Hidup Sederhana
Berikut Karya-karyanya:
a) Islam sebagai Dasar negara
b) Katresnan Jati
c) Pustaka hadi
d) Pustaka Islam
e) Pustaka Ihsan
f) Pustaka Iman
Pengertian pedoman islam
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan
norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi
pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan
sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Asaz dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al-
Quran dan Sunnah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari
pemikiran -pemikiran formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah, serta hasil-hasil Keputusan Majelis Tarjih.
Tujuan pedoman
hidup islami
Tuntutan ini didasarkan atas perkembangan situasi dan kondisi
antara lain:
3. Kehidupan Berorganisasi
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan amanat umat yang didirikan dan dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk
kepentingan menjunjung tinggi dan menegakkan Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenarbenarnya, karena itu menjadi tanggungjawab seluruh warga dan lebih-lebih pimpinan Muhammadiyah di
berbagai tingkatan dan bagian untuk benar-benar menjadikan organisasi (Persyarikatan) ini sebagai gerakan da’wah
Islam yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah
berkewajiban memelihara, melangsungkan, dan menyempurnakan gerak dan langkah Persyarikatan dengan penuh
komitmen yang istiqamah, kepribadian yang mulia (shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah), wawasan pemikiran dan
visi yang luas, keahlian yang tinggi, dan amaliah yang unggul sehingga Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang
benar-benar menjadi rahmatan lil `alamin.
MUQADIMAH DAN
AD
MUHAMMADIYAH
Teks dan substansi isi Muqaddimah
بسم هللا الرحمن الرحيم الحمد هلل رب العالمين الرحمن الرحيم مالك يوم الدين اياك نعبد وإياك نستعين إهد ناالصراط
)المستقيم صراط الذ ين أنعمت عليهم غيرالمغضوب عليهم وال الضآ لين (الفا تحه
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang
mengasuh semua alam. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Yang memegang
pengadilan pada hari kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah dan hanya
kepada Engkau hamba mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan
yang lapang, jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai
dan tidak sesat”. (Qur’an Surah Al-Fatihah)
Latar belakang munculnya AD Muhammadiyah
a) Belum terdapat kepastian rumusan dasar perjuangan dan cita-cita Muhammadiyah.
KHA. Dahlan membangun persyarikatan muhammadiyah didasarkan pada teori terlebih dahulu lalu dirumuskan secara rinci, sistematik dan ilmiyah.
Oleh KHA. Dahlan ditemukan dalam Al-Qur’an segera beliau wujudkan dalam amalan yang konkret. KHA. Dahlan selalu berprinsip bahwa “Agama
islam adalah agama amal” (Surat Maryam:76, Ar-Rum:15).
b) Terjadi penurunan kerohanian keluarga Muhammadiyah karena terpengaruh oleh penyakit WAHN (rasa takut mati dan cinta pada dunia secara
berlebihan).
Perkembangan dan perubahan zaman dapat dinyatakan hampir seluruhnya mengarah pada kehidupan duniawi, dan sedikit sekali yang mengarah
kepada peningkatan kebahagian rohani. Dan sebagian masyarakat telah benar-benar mengalami pergeseran tata nilai dari semula sangat menjunjung
tinggi nilai-nilai rohani bergeser ke menonjolnya nilai-nilai keduniawi dan nilai material yang di prioritaskan. Tanda-tanda diatas mulai terlihat pula
dalam tata kehidupanmuhammadiyah.
5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara yang sah
6) Amar makruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik
7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran islam
8) Kerjasama dengan golongan agama islam manapun dalam usaha meyiarkan dan mengamalkan agama islam.
9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain, sebagai pemelihara dan membangun negara
10) Bersifat Adil serta korektif ke dalam dan ke luara dengan bijaksana
FUNGSI DAN ARAH KEPRIBADIAN
MUHAMMADIYAH
Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah untuk menjadi landasan, pedoman dan pegangan para pemimpin,
aktifis dan anggota Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi, gerakan dan amal usaha agar tidak
terombangambing oleh pengaruh luar dan tetap istiqomah kepada cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah serta
terpengaruh oleh paham-paham agama lain, ideologi-ideologi lain, aliran-aliran agama lain, isme-isme, gerakan-
gerakan politik, gaya hidup, kebudayaan daperadaban non muslim serta cara berpikir non muslim (seperti cara