OLEH:
RAIHANA GHAFIRA 2205112048
AMALIA WULAN SHAFARINDAH 2205112100
Pertama, pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai
penyebab kemunduran Islam. Kedua, menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan
ilmu pengetahuan barat. Gerakan yang pertama dipelopori oleh Muhammad Abdul
Wahhab (w. 1792 M) di Saudi Arabia, Syah Waliyullah (w. 1762 M) di India, dan
Said Muhammad Sanusi di Afrika Utara. Gerakan pembaharuan itu dengan cepat
kemudian masuk ke ranah politik. Gagasan pembaharuan politik dalam Islam yang
pertama dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afghani (w. 1897 M) dengan gagasan Pan-
Islamisme. Gerakan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal semangat umat Islam
untuk lepas dan merdeka dari penjajahan barat.
B. Rumasan masalah
Dalam materi ini terdapat beberapa perumusan masalah untuk mendalami modrenisasi
dalam islam:
1. Apa yang dimaksud dengan modernisasi islam?
2. Bagaimana tanggapan umat islam mengenai modernisasi?
3. Apa saja yang mendorong mordernisasi islam?
4. Apa tujuan modernisasi islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian modernisasi islam
Modernisasi Islam adalah sebuah pergerakan yang mencoba merukunkan agama
Islam dengan nilai-nilai modern dari Barat seperti nasionalisme, demokrasi, hak-hak
sipil, rasionalitas, kesetaraan, dan perjuangan sosial.[1] Gerakan ini dapat berupa
peninjauan secara kritis terhadap konsep-konsep lama dan metode-metode fiqih, serta
penggunaan pendekatan tafsir yang baru.
Modernisasi juga dikenal lebih identik dengan yang namanya liberalis. Maka dari itu,
muncul beberapa perbedaan pemikiran dan tindakan dikalangan masyarakat Islam.
Ada 3 sikap yang diambil oleh masyarakat Islam dalam menyikapi modernisasi,
yakni;
menerima tanpa ada sikap dan pikiran kritis, mengutuk bangsa barat atas
seluruh budayanya,
mengambil budaya barat yang positif
membuang serta menghindari budaya yang menurut mereka negatif.
Islam merupakan agama yang sangat menghargai segala perbedaan, entah itu
perbedaan cara pandang, cara bertindak maupun cara berpikir manusia. Oleh karena
itu, pandangan, pemikiran serta sikap manusia terhadap modernisasi sangatlah
dihargai dalam Islam, asalkan harus tetap sesuai dengan nilai-nilai dalam syari'at
Islam. Jadi, Islam tidak melarang masyarakat untuk tidak mengikuti perkembangan
zaman yang semakin modern. Malahan Islam sangat menganjurkan, akan tetapi tetap
dalam naungan nilai-nilai syari'at Islam serta tidak menyalahi norma-norma Islam itu
sendiri.
3. Hasil adanya kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya
kontak ini mereka sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan
Barat. Terutama pasca terjadinya peperangan antara kerajaan Utsmani dengan
kerajaan Eropa, di mana pada masa-masa sebelumnya kerajaan Utsmani selalu
menang dalam peperangan namun saat itu mengalami kekalahan. Hal ini membuat
tokoh-tokoh kerajaan Utsmani berupaya menyelidiki rahasia kekuatan militer
Eropa. Ternyata rahasianya adalah “sistem militer modern” yang dimiliki Eropa,
sehingga pembaharuan dalam dunia Islam pun salah satunya dipusatkan pada
bidang militer.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ajaran Islam yang bersifat universal (rahmatan lil’alamin) mengajarkan umatnya
berpikir, berperilaku, dan berinteraksi yang didasari sikap tawazun (seimbang) dalam
dimensi duniawi dan ukhrawi. Islam juga meletakkan dasar ajaran untuk
mengimplementasikan sikap moderasi beragama, termasuk di dalamnya menghargai
perebedaan agama, menghormati keyakinan dan cara beribadah umat yang berbeda
agama, bersikap toleransi, dan berlaku adil terhadap semua umat beragama.
Meskipun demikian sikap moderasi beragama dalam Islam tidak berarti bahwa umat
Islam yang dianggap moderat dilarang berpegang teguh dan bertindak istiqamah
dalam batasan-batasan yang justru wajib dipertahankan sebagai pemeliharaan
identitas keimanannya kepada Allah. Karena itu, menuduh umat Islam yang
komitmen terhadap agamanya sebagai “kelompok radikal” adalah kegagalan total
dalam memahami makna moderasi beragama. Pengakuan segelintir umat Islam
mengedepankan jargon “moderasi beragama” sementara sikap pribadinya
merendahkan ajaran Islam, justru itulah sikap “kemunafikan” yang dibungkus atas
nama moderasi.