Anda di halaman 1dari 10

ISLAM PADA MASA ORDE LAMA

Makalah ini Dipresentasikan Pada Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu: Dr. H. Abdul Wahid Hasyim.

Disusun Oleh:
Nama : Nurkholis Nawawi
NPM : 41189901200047
Kelas : Paralel 1

SEKOLAH PASCA SARJANA


MEGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2021
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara religius, sikap religius tersebut telah dimiliki oleh bangsa ini sejak
dahulu. Sebagaimana adanya kepercayaan animisme, kemudian masuknya ajaran Hindu dan
Budha yang disusul dengan datangnya ajaran Islam. Proses datangnya Islam di Indonesia
menjadi bagian dalam babak sejarah dunia Islam. Islamisasi tersebut melalui priodesasi yang
disertai dengan pembagian waktu dan mengikuti pembagian tempat 1. Agama tersebut masuk di
perairan Nusantara secara damai tanpa paksaan dan tidak melalui peperangan.

Pergerakan Islam dan nasionalis senantiasa jalan beriringan dalam pertarungan ideologi
mengawal terwujudnya kemerdekaan dari tangan para kolonial. Sehubungan dengan
pembentukan negara baru, kalangan muslim menuntut pembentukan sebuah negara Islam
sedangkan pada lain pihak kalangan nasionalis dengan tegas melarang setiap penglebihan
terhadap simbol-simbol muslim yang dilekatkan pada pembentukan negara baru tersebut. Setelah
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ditetapkanlah “Ketuhanan Yang Maha Esa”
sebagai sila pertama Pancasila. Meskipun kalangan muslim menawarkan konsep berbeda yang
disisipkan dalam Piagam Jakarta.

Substansi kehadiran sila pertama ini di antara lima sila pada dasar negara merupakan pernyataan
aktif. Dalam artian negara dan masyarakat Indonesia mesti proaktif untuk mewujudkan makna
pernyataan tersebut. Umat Islam memperjuangkan kemerdekaan dari agresi Belanda yang datang
dengan bantuan tentara sekutu untuk kembali menjajah Indonesia. Beberapa tokoh Islam
menempati posisi penting dalam ranah politik, baik dalam cabinet maupun memimpin
perjuangan fisik dan diplomatik2. Aspirasi perjuangan mereka juga tertuang pada pembentukan
beberapa organisasi dan partai Islam, komunitas tersebut mewarnai perkembangan Islam di
Indonesia pasca kemerdekaan.

Keragaman kegiatan Islam semakin mengalami perkembangan sejak dekade 1970-an yang
ditandai dengan munculnya bangunan-bangunan baru Islam; mesjidmesjid yang dibangun
dengan rancangan yang lebih megah, madrasah yang lebih layak, dan pesantren modem yang
mengintegrasikan pengetahuan agama dan umum. Pengajian-pengajian agama yang semakin

1
Sewang, Ahmad M. 2005. Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI sampai Abad XVII Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
2
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Cet. XX; Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 2008
marak, jamaah mesjid semakin ramai. Selain itu, intelektual muda Muslim muncul bersama
dengan ide-ide aspiratif untuk masa depan umat3.

Perkembangan Islam di Indonesia tidak hanya mengalami grafik menukik ke atas namun
terkadang mengalami pergeseran ke bawah. Hal ini terjadi karena adanya gesekan kepentingan
pemerintah yang kebijakannya terkadang memberikan tekanan pada ruang gerak muslim,
khususnya dalam hal yang terkait dengan politik. Hal lain yang mewarnai perkembangan Islam
di Indonesia adalah terbentuknya beberapa partai Islam yang kemudian mencoba memasuki
dunia politik dengan memperkuat benteng kekuatan masing-masing untuk ikut serta dalam
pertarungan perebutan kekuasaan di Indonesia.

PEMBAHASAN
Bentuk negara Indonesia berbentuk negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan berbentuk
Republik yang sistem pemerintahannya bersifat presidential. Kepala negara dan
pemerintahannya disebut Presiden. Luas wilayah Negara Republik Indonesia 1. 904.570 km2,
ibu kotanya terletak di Jakarta. Kemajemukan masyarakat Indonesia melahirkan beberapa etnis;
Jawa, Sunda, Madura, Melayu, dan lainnya. Beberapa bahasa yang digunakan adalah Bahasa
Indonesia, Inggris, Belanda, Sunda, Arab, Cina, dan dialek lokal.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah, hasil buminya pun sangat
beragam; minyak tanah, emas, intan permata, gas bumi, batubara, nikel, dan Iain-lain. Sektor
perekonomiannya berupa hasil pertanian dan perkebunan, sumber daya laut dan sumber daya
hutan. Menghasilkan bahan baku berupa padi, kopi, cengkeh, coklat, teh, kelapa, kelapa sawit,
kacang, ikan, rumput laut, karet, kayu jati dan Iain-lain. 4 Berdasarkan data statistik 2008 jumlah
penduduk Indonesia mencapai 237. 512. 360 jiwa, jumlah penduduk Muslim 87%, penduduk
beragama Protestan 6%, Katolik 3%, penduduk beragama Hindu 2%, penduduk beragama Budha
1%5 dan penduduk yang menganut agama lain sebanyak 1%. Realitas keragaman agama di
Nusantara terlihat sangat jelas, berdasarkan sensus yang dilakukan oleh BPS 2003, sekitar 177
juta penduduk Indonesia beragama Islam, dan sekitar 23 juta penganut 4 agama resmi lain,

3
Ibid. hal 267
4
Steinberg, David Joel. 2008. “Republic of Indonesia”, Microsoft Encarta 2009 [DVD], Redmond, WA: Microsoft
Corporation.
5
Ibid.
sedangkan selebihnya sekitar setengah juta orang adalah penganut agama lokal yang tidak diakui
keabsahannya oleh Negara.6

Perkembangan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan; Masa Orde Lama


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) merupakan perwakilan daerah seluruh
kepulauan Indonesia. Dalam sidang PPKI, M. Hatta berhasil meyakinkan bahwa tujuh kata
dalam anak kalimat yang tercantum dalam sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang maha Esa
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan segala
konsekuensinya dihapuskan dari konstitusi. Namun hal yang sedikit melegahkan hati para
nasionalis Islam adalah keputusan tentang diadakannya Kementerian Agama yang akan
menangani masalah keagamaan.7

Meskipun Departemen Agama dibentuk, namun hal tersebut tidak meredakan konflik ideologi
pada masa setelahnya. Setelah dikeluarkannya maklumat tentang diperkenankannya mendirikan
partai partai politik, tiga kekuatan yang sebelumnya bertikai muncul kembali, yaitu; Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) 7 November 1945 lahir sebagai wadah aspirasi umat
Islam, Partai Sosialis yang mengkristalkan falsafah hidup Marxis berdiri 17 Desember 1945, dan
Partai Nasional Indonesia yang mewadahi cara hidup nasionalis “sekuler” muncul pada 29
Januari 1946.

Partai-partai yang berdiri pada saat itu dapat dikategorikan dalam tiga aliran utama ideologi yang
ada tersebut. Sejak tahun 1950 sampai 1955 PNI dan Masyumi terlibat perselisihan mengenai
peran Islam dan peran komunis. Tetapi kalangan muslim sendiri saling berseberangan. Misalnya
pada tahun 1952 Nahdatul Ulama (NU) menarik diri dari Masyumi dan menjadi partai politik
yang mandiri. Terjadi pula perselisihan antara kaum tua dan kaum muda dan antara
Muhammadiyah dan NU mengenai Orientasi keagamaan. Pergolakan yang tidak terselesaikan
antara beberapa partai politik yang mengantarkan sebuah pemilihan nasional (pemilu) tahun
1955 yang terbukti sebagai sebuah peristiwa yang menentukan dalam sejarah Indonesia.

6
(lihat http://wwiv.depag.go.id)
7
Boland, B.J. 1985. Pergumulan Islam di Indonesia. Jakarta: Grafiti Preaa, 1985), h. 110; bandingkan dengan Badri
Yatim, op tit, h. 266.
Pemilihan umum tahun 1955 tersebut mengkonsolidasikan bentuk baru ideologi Indonesia dan
organisasi sosial, bahkan mengembangkan sebuah kelanjutan dari masa lalu yang nyata
Indonesia. Sejak masa itu sampai sekarang, beberapa partai muslim telah berjuang untuk
menyadari bahwa meskipun Indonesia secara mayoritas dalam adalah sebuah masyarakat
muslim, namun partai muslim merupakan sebuah minoritas politik.

Perdebatan mengenai hasil perundangan terakhir Piagam Jakarta terus berlanjut hingga periode
pasca kemerdekaan dan menjadi argumen bagi gerakangerakan separatis, sepetti Darul Islam 8 di
Jawa Barat dari 1948 hingga 1962 dan juga di Sulawesi Selatan dan Aceh. Dalam Majelis
Konstituante, sejak berakhirnya pemilu 1955 yang dilaksanakan berdasarkan UUDS 1950,
kalangan islamis melahirkan tantangan lain bagi negara model Pancasila ini. Karena tidak ada
satu pihak pun yang memenuhi 2/3 suara yang dibutuhkan untuk pengesahan, Soekarno akhirnya
membubarkan Majelis Konstituante dengan mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Mi 1959.9

Perkembangan Islam pada masa orde lama, (masa berlakunya UUD 1945, Konstitusi RIS 1949
dan UUDS 1950) berada pada tingkat pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan sebuah
dasar dalam bernegara. Sehingga pergolakan ideologi antara golongan muslim dan golongan
nasionalis saling tarik ulur untuk memperjuangkan berlakunya rumusan ideologi masing-masing.
Sedangkan pada masa demokrasi terpimpin (1959 - 1966) golongan Islam mendapat tekanan
melalui dominasi peranan golongan komunis yang membonceng kepada pemerintah.

Tahun 1950-an gerakan aliran kepercayaan mengalami kebangkitan yang cukup signifikan. Pada
tahun 1951 Kementrian Agama RI membuat daftar aliran kepercayaan baru. Pada tahun tersebut
terdapat 73 kelompok.10

Tahun 1956 Departemen Agama di Yogyakarta, Jawa tengah mengumumkan bahwa ada 63 sekte
agama di Pulau Jawa, dari 63 kelompok tersebut 35 terdapat di Jawa Tengah, 22 di jawa Barat
dan 6 di Jawa Timur.11 Jumlah ini mengalami terus peningkatan bahkan menurut Departemen

8
Amal, Taufik Adnan dan Samsu Rizal Pangabean. 2004. Politik Syariat Islam: Dari Indonesia hingga Nigeria. Cet. I;
Jakarta: Pustaka Alvabet.
9
Mudzar, Mohammad Atho. 2003. Islam and Islamic Law in Indonesia: A SocioHistorical Approach. Jakarta:
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
10
Subagya, Rahmat 1989 Kepercayaan Kebatinan Kerohanian Kejiwaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. (Subagya
1989:9).
11
Kroef, J. M. van der 1961 “New Religious Sects in Java.” Far Eastern Survey 30 hal:18.
Agama Kantor Wilayah Jawa Timur sampai tahun 1959 di wilayah tersebut jumlahnya sudah
mencapai angka 100.12 Kelompok aliran kepercayaan ini jumlahnya terus mengalami
peningkatan hingga pada tahun 1965 mencapai jumlah yang tidak kurang dari 300 kelompok.13

Pada tahun 1952 Departemen Agama yang didominasi oleh orang-orang Islam mengajukan satu
definisi minimum tentang agama yaitu: “ada nabi, ada kitab suci, dan pengakuan internasional”. 14
Definisi ini tentunya hanya menguntungkan bagi agama Islam dan Kristen dan secara implisit
tidak mengakui aliran kepercayaan sebagai agama.

Tujuan utama dari definisi ini adalah untuk menekan perkembangan aliran kepercayaan.
Perkembangan aliran kepercayaan ini dianggap membahayakan bagi Islam dan perjuangan
politik kubu Islam. Mengapa? Karena aliran pengikut kepercayaan bisa dikatakan sebagai basis
pendukung utama Partai Komunis Indonesia. Ideologi Partai Komunis Indonesia tentunya sangat
bersebrangan dengan ideologi Islam.15

Definisi tersebut di atas mendapat oposisi dari Hindu Bali sehingga ditarik mundur. Namun
bukan berarti kelompok Islam mundur, mereka tetap berusaha mencari cara bagaimana supaya
tetap bisa mengontrol perkembangan aliran kepercayaan. Untuk tetap bisa mengawasi aliran-
aliran kepercayaan tersebut maka pada bulan Oktober tahun 1954 Departemen Agama
membentuk Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM). Fungsi badan ini adalah
sebagai pengawas gerakan-gerakan spiritual yang tidak sepaham dengan Islam.16 Afandi
menganggap PAKEM sebagai cara negara melindungi agama, 17 sedangkan Mulder menganggap
PAKEM sebagai: “In hands of the Ministry of Religion, Pakem became the watchdog against
utterly anti-Islamic spiritual movements”. Usaha untuk menekan aliran kepercayaan ini
dimunculkan lagi pada tahun 1961. Departemen Agama kembali mengajukan definisi agama.
Menurut Departemen Agama, agama harus mempunyai kitab suci, nabi, kekuasaan mutlak

12
Ibid. (1989:9)
13
Ibid. (1961:18).
14
Ibid. (1989:116)
15
Tholkhah, Imam 2001 Anatomi Konflik Politik di Indonesia: Belajar Dari Ketegangan Politik Varian di
Madukoro. Jakarta: Rajawali Pers.
16
Ibid. (1989:117).
17
Afandi, Fachrizal 2009 “PAKEM: Salah Satu Upaya Negara dalam Melindungi Agama.”
Tuhan Yang Maha Esa dan suatu sistem hukum bagi para penganutnya. 18 Sangat jelas bahwa
usulan definisi ini merupakan langkah strategis dari orang-orang Islam untuk menekan
perkembangan aliran kepercayaan.

Tahun 1957-an PKI berhasil membangun kembali kader-kadernya dan pada tahun 1959 PKI
mengawali kampanye pertama tanah pertaniannya.19 Kampanye petani ini kian meningkat setelah
1959 sehingga membawa PKI dalam konflik yang terus berkembang dengan umat Islam dan
militer. Satu rancangan UU penyewaan tanah dan pembagian hasil diloloskan DPR di akhir 1959
dan pada tahun 1960 UU Pertanahan disetujui. 20 Gerakan land reform ini oleh kalangan santri
dilihat sebagai ancaman terhadap agama dan cara hidup mereka. 21 Mengapa? Karena gerakan
land reform ini adalah Gerakan memperjuangkan pembebasan tanah bagi orang-orang yang tidak
punya tanah. Padahal para penguasa tanah di desa biasanya adalah para pejabat, haji dan
pemimpin agama,14 sehingga sejak program land reform dikampanyekan terjadi ketegangan
berbau religio komunal antara santri dengan pendukung komunis (sebagian besar adalah
abangan).15 Ketegangan dan perselisihan berbagai kepentingan ini diakhiri dengan revolusi PKI
pada tanggal 30 September 1965. Revolusi ini mengalami kegagalan karena PKI tidak bisa
mencapai tujuannya dan setelah peristiwa tersebut ideologi komunis dilarang hidup di Indonesia.

PENUTUP
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Proses
masuknya Islam di Indonesia berjalan damai tanpa paksaan, dibawa oleh muballig yang
kebetulan berprofesi pedagang. Kegiatan berdagang tersebut merupakan penopang dalam proses
islamisasi. Secara umum Islam masuk di Indonesia pada tahun pertama hijriyah bertepatan
dengan tahun ke-7 dan ke-8 Masehi. Daerah yang pertama tempat tersebarnya agama Islam
adalah Pesisir Sumatera Utara. Perkembangan Islam di Indonesia pasca kemerdekaan terlihat
pada masa orde lama dalam (masa berlakunya UUD 1945, Konstitusi RTS 1949 dan UUDS
1950) berada pada tingkat pengaktualisasian ajaran agama untuk dijadikan sebuah dasar dalam

18
Mulder, Niels 1984 Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan Kulturil. Jakarta:
PT Gramedia hal:6.
19
Anderson, Benedict R. O’G 2000 Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-budaya Politik di Indonesia. Revianto Budi Santoso,
trans. Yogyakarta: Mata Bangsa. (Asli: Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia, Ithaca, New
York, 1990). hal:235-236.
20
Hefner, Robert W. 1985 Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam. Princeton: Princeton University Press.
2001:101.
21
Ibid. (2000:236; Feillard 1999:71).
bernegara. Sedangkan pada masa Orde Baru, Perkembangan Islam salah satunya dilakukan
dengan pembaruan pemikiran ajaran Islam. Pada masa Reformasi Reformasi, perkembangan
Islam diwarnai dengan semakin maraknya isu penerapan syariat Islam.

Kesimpulan

Sejak masa awal kemerdekaan sampai masa munculnya pemberontakan PKI pada tahun 1965
banyak diliputi ketegangan antara kelompok Islam dengan kelompok nasionalis. Perjumpaan
antara kedua kekuatan tersebut terjadi misalnya dalam perumusan dasar negara RI yang akan
dibentuk. Kelompok Islam menghendaki Syariat Islam sedang kelompok yang lain menghendaki
dasar negara yang bebas dari primordialisme agama yaitu Pancasila.

Debat tentang dasar negara tersebut kemudian diakhiri dengan satu modus vivendi dengan
merumuskan gentlemen’s agreement tentang Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 yang
kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta. Namun sehari setelah Indonesia merdeka atas
keberatan dari kelompok nasionalis dan Kristen dari Indonesia Timur maka ketujuh kalimat
dalam Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 tersebut dihapus. Pada saat inilah bibit
ketegangan antara Islam dengan Kristen mulai muncul. Setelah Pemilu 1955 debat tentang dasar
negara mencuat kembali, karena tidak terdapat kompromi tentang dasar negara maka Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD 1945.

Tahun 1950-an terjadi kebangkitan gerakan aliran kepercayaan, penganut gerakan ini menjadi
basis utama bagi penggalangan masa Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI merupakan lawan
utama bagi orang-orang Islam maupun politik Islam. Ketika PKI gagal mengadakan revolusi
pada tahun 1965 maka banyak orang-orang Islam yang membantu Angkatan Darat dalam
menumpas para pengikut PKI. Karena sakit hati maka banyak para pengikut PKI yang abangan –
ketika pemerintah mengharuskan rakyat Indonesia memeluk agama yang disyahkan oleh
pemerintah- yang memilih memeluk agama Kristen. Sehingga terjadi konversi ke Kristen secara
masif. Kejadian ini menimbulkan kecemasan dan keterancaman dari kalangan Islam sehingga
konflik fisik dan konflik lewat media tidak dapat dihindarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Fachrizal 2009 “PAKEM: Salah Satu Upaya Negara dalam Melindungi Agama.”
Amal, Taufik Adnan dan Samsu Rizal Pangabean. 2004. Politik Syariat Islam: Dari Indonesia
hingga Nigeria. Cet. I; Jakarta: Pustaka Alvabet.
Anderson, Benedict R. O’G 2000 Kuasa-Kata: Jelajah Budaya-budaya Politik di Indonesia.
Revianto Budi Santoso, trans. Yogyakarta: Mata Bangsa. (Asli: Language and Power: Exploring
Political Cultures in Indonesia, Ithaca, New York, 1990).
Azra, Azyumardi. 1991. Persfektif Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1991.
Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Utama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVIIdan XVIII. Bandung: Mizan.
Boland, B.J. 1985. Pergumulan Islam di Indonesia. Jakarta: Grafiti Preaa.
Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Cet. I; Jakarta: Kencana.
Hasjmy, A. 1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung: Al-Ma'arif.
Kroef, J. M. van der 1961 “New Religious Sects in Java.” Far Eastern Survey 30
Mahendra, Yusril Ihza. 1999 Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam;
Perbandingan Partai Masyumi (Indonesia) dan Partai Jama'at alIslami (Pakistan). Cet. I; Jakarta:
Paramadina.
Mudzar, Mohammad Atho. 2003. Islam and Islamic Law in Indonesia: A SocioHistorical
Approach. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Mulder, Niels 1984 Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa: Kelangsungan dan Perubahan
Kulturil. Jakarta: PT Gramedia
Sewang, Ahmad M. 2005. Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI sampai Abad XVII Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Steinberg, David Joel. 2008. “Republic of Indonesia”, Microsoft Encarta 2009 [DVD],
Redmond, WA: Microsoft Corporation.
Subagya, Rahmat 1989 Kepercayaan Kebatinan Kerohanian Kejiwaan dan Agama. Yogyakarta:
Kanisius.
Tholkhah, Imam 2001 Anatomi Konflik Politik di Indonesia: Belajar Dari Ketegangan Politik
Varian di Madukoro. Jakarta: Rajawali Pers.
www.depag.go.id
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Cet. XX; Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada,
2008.

Anda mungkin juga menyukai