BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENYIMPANGAN PADA SILA PERTAMA
Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Artinya Ideologi Pancasila merupakan
dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan.
Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi
Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi
berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Ideologi
Pancasila adalah ideologi beragama.
Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan
permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan
maupun berbeda adat istiadat. Dalam penerapan di kehidupan, kita wajib menghormati dan
saling toleransi kepada pemeluk agama lain. Memaksakan agama yang di anut kepada pemeluk
agama lain merupakan salah satu penyimpangan terhadap sila pertama. Semestinya kita tidak
boleh melakukan hal seperti itu karena dalam bernegara, pancasila sudah mengaturnya dalam sila
pertama.
Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak
ukur nilai moralitas suatu bangsa, terutama bangsa Indonesia. Karena dalam dasar negara
Indonesia dalam sila pertama, itu sangat bertentangan. Sesungguhnya tidak ada agama yang
salah dan mengajarkan permusuhan.
Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai tolak ukur benar salah
dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. kalaupun
penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha
dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.
4
2. Sifat Negara itu jumhuryah (republik) dengan sistem pemerintahan federal.
3. Negara menjamin berlakunya syariat Islam di dalam kalangan kaum muslimin. Negara memberi
keleluasaan kepada pemeluk agama lainnya dalam melakukan ibadahnya.
3.1 KESIMPULAN
Catatan sejarah menunjukkan bahwa perjalanan republik ini diwarnai berbagai peristiwa,
baik pergolakan, perang, maupun pemberontakan. Salah satu bagian sejarah yang memberikan
pengaruh besar pada bangsa dan negara ini adalah peristiwa berdirinya Negara Islam Indonesia
di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Pergerakan yang dipimpin oleh Kartosoewirjo
tersebut, di berbagai sumber sejarah Pemerintah RI, disebut sebagai pemberontakan.
Seiring berjalannya waktu, Pancasila sebagai ideologi Negara Republik Indonesia telah
mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia
kurang memahami inti sari dari butr-butir nilai Pancasila sehingga banyaknya terjadi
penyimpangan dari nilai-nilainya. Seperti halnya yang terjadi pada nilai sila pertama. Pada sila
Ketuhanan Yang Maha Esa terjadi penyimpangan dalam kehidupan beragama di suatu negara
yang memiliki beragam agama didalamnya. Terbukti dengan munculnya gerakan Negara Islam
Indonesia atau yang lebih dikenal dengan NII. NII berusaha merusak ideologi Pancasila yang
sejak zaman kemerdekaan Indonesia telah menjadi dasar negara dan pedoman hidup bagi bangsa
Indonesia.
3.2 SARAN
Sebagai bangsa Indonesia hendaknya kita tidak sekadar hanya hafal lima sila Pancasila.
Namun juga mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, diharapkan tidak
ada lagi penyimpangan dari sila-sila tersebut. Sehingga kesaktian Pancasila negara Indonesia
tidak lagi mengalami pasang surut dan akan menjadikan bangsa Indonesia tidak lagi terpecah
belah dengan adanya gerakan-geraka yang mengancam kemurnian nilai-nilai dari Pancasila.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai Bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita yang terkenal akan
kesakralannya, yang terkenal dengan semboyannya "Bhineka Tunggal Ika". Di mana simbolnya
merupakan lambang keagungan Bangsa Indonesia yang terpancar dalam bentuk Burung Garuda.
Simbol di dadanya merupakan pengamalan hidup yang menjadikan Indonesia benar-benar khas
Ideologi dari Bangsa Indonesia. Itulah lambang Negara kita, pengamalan sekaligus Ideologi kita,
Pancasila.
Di dalam pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut
terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan
dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan
hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya
dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhineka
Tunggal Ika.
Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di
dalam keberagaman budaya dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang
menyatukan budaya satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi
inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila ?
2. Apa saja nilai - nilai yang terkandung dalam sila - sila Pancasila ?
3. Apa saja contoh nyata penyimpangan nilai nilai Pancasila ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat diambil tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
2. Untuk mengetahui nilai nilai yang terkandung dalam sila Pancasila.
3. Untuk mengetahui contoh nyata penyimpangan nilai nilai Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan
manusia akan harkat dan martabatnya. Dalam Dictionary of Sociology an Related Sciences nilai
adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Menurut C Klukhon, nilai bukanlah keinginan melainkan apa yang diinginkan. Sedang
menurut Kamus ilmiah populer nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar, bijaksana, dan apa
yang berguna, sifatnya lebih abstrak dari norma.
~ Nilai yang mendarah daging yaitu nilai yang sudah menjadi kepribadian bawah sadar
atau yang mendorong timbulnya tindakan tanpa berpikir panjang lagi. Contohnya : orang yang
taat beragama maka akan menderita saat ia melanggar larangan dari norma agama tersebut.
~ Nilai dominan yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai yang lain.
Beberapa pertimbangan dominan atau tidaknya nilai tersebut bisa dilihat dari :
Pancasila di rumuskan bukan semata tanpa arti. Dalam setiap sila dalam Pancasila
mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai inilah yang jika diterapkan secara konsisten dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi pendorong untuk kemajuan bangsa.
Nilai nilai yang terkandung dalam Sila Pancasila yaitu sebagai berikut :
Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara kongkrit keadilan social ini
mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis , yaitu
sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk social. Hal ini menyangkut realisasi keadilan
dalam kaitannya dengan Negara Indonesia sendiri (dalam lingkup nasional) maupun dalam
hubungan Negara Indonesia dengan Negara lain (lingkup internasional).
Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan
segitiga) yaitu:
1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya. Negara wajib
memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-bagikan terhadap warganya apa
yang telah menjadi haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara terhadap Negara. Jadi
dalam pengertian keadilan legal ini negaralah yang wajib memenuhi keadilan terhadap
negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang lainnya, atau
dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.
Selain itu secara kejiwaan cita-cita keadilan tersebut juga meliputi seluruh unsur
manusia, jadi juga bersifat monopluralis. Sudah menjadi bawaan hakikatnya hakikat mutlak
manusia untuk memenuhi kepentingan hidupnya baik yang ketubuhan maupun yang kejiwaan,
baik dari dirinya sendiri-sendiri maupun dari orang lain, semua itu dalam realisasi hubungan
kemanusiaan selengkapnya yaitu hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia
dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Bom Bali I
Bom Bali 2002 atau bisa disebut Bom Bali I adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman
yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Okteber 2012. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's
Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta,Bali. Sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat
Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan. Rangkaian pengeboman
ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul oleh pengeboman dalam skala yang
jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209
orang luka-luka atau cedera, kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang
berkunjung ke lokasi yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai
peristiwa terorismeterparah dalam sejarah Indonesia.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun
1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan
Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini
dipanggil dengan nama Irian Jaya.
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan sejarah dengan bagian Indonesia
yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak
tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda
menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang
merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu
penjajah kepada yang lain.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
dan Perwakilan.
Saya tidak tahu apakah Polisi dan Jaksa kita kekurangan pekerjaan sehingga kasus
pengambilan 3 biji kakao senilai Rp 2.100 harus dibawa ke pengadilan. Begitu pula dengan
kasus pencurian satu buah semangka, di mana kedua tersangka disiksa dan ditahan polisi selama
2 bulan dan terancam hukuman 5 tahun penjara. Sebaliknya untuk kasus hilangnya uang rakyat
senilai rp 6,7 trilyun di Bank Century, polisi dan jaksa nyaris tidak ada geraknya kecuali pak
Susno Duadji yang ke Singapura menemui Anggoro salah satu penerima talangan Bank Century.
Ini juga membuktikan bagaimana Indonesia yang kaya alamnya ini tidak memberi manfaat apa-
apa bagi rakyatnya. Pihak asing bebas mengambil minyak, gas, emas, perak, tembaga senilai
ribuan trilyun/tahun dari Indonesia. Tapi rakyat Indonesia mayoritas hidup miskin. Baru
mengambil 3 biji kakao saja langsung dipenjara. Itulah gambaran hukum yang terjadi di
Indonesia. Tidak adanya keadilan hukuman antara rakyat miskin dengan orang yang berkuasa.
Hal in menunjukkan bahwa hukum di Indonesia dapat dengan mudahnya diperjual belikan bagi
mereka yang mempunyai uang. Memang sungguh ironis ini terjadi dinegara kita, yang
notabennya adalah negara hukum, tetapi hukum yang berjalan sangatlah amburadul. Seharusnya
pemerintah lebih tegas kepada mafia hukum, yang telah banyak mencuri hak-hak rakyat kecil.
Satgas pemberantasan mafia hukum seharusnya segera melakukan langkah-langkah penting.
Salah satu yang perlu dilakukan adalah memberikan efek jera kepada para pejabat yang ketahuan
memberikan fasilitas lebih dan mudah kepada mereka yang terlibat dalam kejahatan. Selain itu,
kepada para pelaku kejahatan yang terbukti mencoba atau melakukan transaksi atas nama uang,
harus diberikan hukuman tambahan. Memberikan efek jera demikian akan membuat mereka
tidak ingin berpikir melakukan hal demikian lagi.
Kehidupan masyarakat papua dengan masyarakat jakarta tentulah sangat berbeda, yang
penduduknya juga merupakan penduduk Indonesia juga, tetapi kehidupan mereka sangat jauh
berbeda. Masih banyak masyarakat papua yang memakai koteka, pembangunan di derah tersebut
juga tidak merata. Kita bandingkan saja dengan kehidupan masyarakat di Jakarta, banyak orang-
orang memakai pakaian yang berganti-ganti model, banyak bangunan menjulang tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Lima sendi utama penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum
pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Di dalam Pancasila terkandung nilai nilai disetiap silanya yaitu (1) Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai
dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. (2) Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab,dalam sila ini sangat menjunjung tinggi tinggi nilai kemanusiaan, melakukan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. (3) Persatuan
Indonesia, inti sila yang ketiga ini adalah hakikat dan sifat Negara dengan hakikat dan sifat-sifat
satu. (4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
dan Perwakilan, yang berarti manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama untuk melakukan apapun. (5)
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ini merupakan sila yang terakhir dari
Pancasila. Dalam sila ini mengandung nilai Dalam rangka ini dikembangkan perbuatan luhur
yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu
dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
serta menghormati hak-hak orang lain.
Contoh penyimpangan nyata terhadap nilai nilai Pancasila dari sila pertama sampai sila
kelima seperti: Bom Bali I, Hutang ciptakan ketidakadilan bagi rakyat miskin, Organisasi Papua
Merdeka (OPM), Hukuman antara koruptor dengan pencuri kakao dan semangka serta kehidupan
antara warga Jakarta dengan Papua.
3.2 Saran
Masyarakat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya
diharapkan mampu meresapi dan melaksanakan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai luhur pancasila bukanlah kesalahan satu
puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut
bertanggung jawab. Sehingga sangat diperlukan peranan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait
untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, sehingga penyimpangan-
penyimpangan terhadap nilai Pancasila menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Tamburaka,Rustam.1995.Pendidikan Pancasila.Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya.
Buku Kewarganegaraan.2005. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara.Jakarta:Yudhistira.
Ita,D.2011.Prilaku Yang Bertentangan Dengan Nilai Nilai
Pancasila.http://rumahsehatkiita.wordpress.com/2011/12/09/prilaku-yang-bertentangan-dengan-
nilai-nilai-pancasila/(diakses pada 3 Okteber 2013)
http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/30/pancasila-penjelasan-sila-sila (diakses pada 3
Oktober 2013).
www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-pancasila-sebagai-dasar.html /(diakses pada 3
Okteber 2013).
http://sithi.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam.html /(diakses pada 3
Okteber 2013).
KASUS :
MAKALAH PANCASILA DAN PENYIMPANGANNYA
Nilai agama yang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disisi lain Negara adalah suatu lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatan
yang anggota-anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuan
untuk melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka Negara berkewajiban
untuk merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan perdamaian untuk seluruh
warganya.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena
Negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia-manusi adapun
keberadaan nilai-nilai yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki
hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat
langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu
keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan.
Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan
yang mahaesa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai
dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang
telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus
direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara.
3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Lima sendi utama penyusun
Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum
pada paragraf ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Di dalam Pancasila terkandung nilai nilai disetiap silanya yaitu (1) Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai
dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. (2) Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, sila ini sangat menjunjung tinggi tinggi nilai kemanusiaan, melakukan
kegiatan-kegiatan dalam kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. (3)
Persatuan Indonesia, inti sila yang ketiga ini adalah hakikat dan sifat Negara dengan hakikat dan
sifat-sifat satu. (4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan, yang berarti manusia Indonesia sebagai warga negara dan
warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama untuk
melakukan apapun. (5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ini merupakan sila
yang terakhir dari Pancasila. Dalam sila ini mengandung nilai Dalam rangka ini dikembangkan
perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan
kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Contoh penyimpangan nyata terhadap nilai nilai Pancasila dari sila pertama sampai sila
kelima seperti: Bom Bali I, dimana peristiwa ini menjadi salah satu catatan kelam bangsa
Indonesia.
3.2 Saran
Masyarakat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya
diharapkan mampu meresapi dan melaksanakan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan
sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai luhur pancasila bukanlah kesalahan satu
puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut
bertanggung jawab. Sehingga sangat diperlukan peranan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait
untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada masyarakat, sehingga penyimpangan-
penyimpangan terhadap nilai Pancasila menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan.2008.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta:Paradigma.
Tamburaka,Rustam.1995.Pendidikan Pancasila.Jakarta:PT Dunia Pustaka Jaya.
Buku Kewarganegaraan.2005. Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara.Jakarta:Yudhistira.
Ita,D.2011.Prilaku Yang Bertentangan Dengan Nilai Nilai
Pancasila.http://rumahsehatkiita.wordpress.com/2011/12/09/prilaku-yang-bertentangan-dengan-
nilai-nilai-pancasila/(diakses pada 3 Okteber 2013)
http://kuliahade.wordpress.com/2010/07/30/pancasila-penjelasan-sila-sila (diakses pada 3
Oktober 2013).
www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-pancasila-sebagai-dasar.html /(diakses pada 3
Okteber 2013).
http://sithi.blogspot.com/2011/04/nilai-nilai-yang-terkandung-dalam.html /(diakses pada 3
Okteber 2013).
NAMA KELOMPOK
Nur Afifah Hamid
Nur Rahmah
Khaerun Nisa
Dina Kamelina
Lilis Kurnianti
Asmirah reski nur oktaviani
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi sekarang.
Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 63 tahun yang lalu disambut dengan lahirnya sebuah
konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila memang
merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan
kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas tadi telah
diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia, terkecuali bagi mereka
yang tidak Pancasilais. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-
sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12
tahun 1968 adalah satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Dan kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr
Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila
itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang
Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham
positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai
keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari
Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan ditolak oleh
bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan berusaha untuk
berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta akan kemerdekaan.
Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila,
yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya.
Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi
yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda
maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan
guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Makalah ini membahas mengenai landasan filosofis Pancasila dan fungsi utama filsafat Pancasila
bagi bangsa dan negara Indonesia. Serta membahas mengenai bukti bahwa falsafah Pancasila
dijadikan sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Berdasarkan beberapa masalah yang
teridentifikasi tersebut, makalah ini difokuskan pada falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah
negara Indonesia.
BAB II
METODE PENULISAN
Objek penulisan makalah ini adalah mengenai falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia. Dalam makalah ini dibahas mengenai landasan filosofis Pancasila, fungsi utama
filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia, dan bagaimana falsafah Pancasila dijadikan
sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
Makalah ini membahas mengenai falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia.
Falsafah Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma,
nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia. Maka dari itu masyarakat perlu mengetahui bahwa falsafah Pancasila
dijadikan sebagai falsafah negara Indonesia yang terdapat dalam beberapa dokumen historis dan
di dalam perundang-undangan negara Indonesia.
Dalam pembuatan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah kaji pustaka
terhadap bahan-bahan kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
makalah ini yaitu dengan tema wawasan kebangsaan. Sebagai referensi juga diperoleh dari situs
web internet yang membahas mengenai falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia.
BAB III
FILOSOFIS PANCASILA
Secara etimologis istilah filsafat atau dalam bahasa Inggrisnyaphilosophi adalah berasal
dari bahsa Yunani philosophia yang secara lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan kata
philosophia tersebut berakar pada kataphilos (pilia, cinta) dan sophia (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
berarti wisdom atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang
bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula
dipakai oleh Herakleitos.
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan
terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi
terhadap diri secara obyektif
Dalam karya tulisnya Republik Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta
pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan
mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian
yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat
Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.
3.1.2 Pengertian Pancasila
Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu untuk mencapai Nirwana
diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu
Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian
keesokan harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya
dimana didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi
walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang
dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini didaarkan interprestasi
(penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara.
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai alat2 Perlengkapan
Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan
UUD 45 dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum
rumusan Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai
dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia
Pancasila Berbentuk:
1. Hirarkis (berjenjang);
2. Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut:
1. Prikebangsaan;
2. Prikemanusiaan;
3. Priketuhanan;
4. Prikerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di depan sidang
BPUPKI, sebagai berikut:
1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3. Mufakat/Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ketuhanan yang berkebudayaan;
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu:
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau Satusila
yang intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 rumusannya
sebagai berikut:
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan benar secara
Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat
dengan adanya ketetapan MPRS NO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968
yang menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang
sah dan benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di BPUPKI
dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat barat
merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme.
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno Ketuhanan adalah asli
berasal dari Indonesia, Keadilan Soasial terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan Persatuan.
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang disponsori
Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya
Indonesia, sehingga menghasilkan Pancasila truly Indonesia. Semua sila dalam Pancasila
adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf
Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah truly Indonesia
antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin
Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto
Poespowardojo, dan Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Kalau dibedakan anatara filsafat yang religius dan non religius, maka filsafat Pancasila tergolong
filsafat yang religius. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran
mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran
religius) dan sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan
berpikirnya.
Dan kalau dibedakan filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis, filsafast Pancasila
digolongkandalam arti praktis. Ini berarti bahwa filsafat Pancasila di dalam mengadakan
pemikiran yang sedalam-dalamnya, tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan,
tidak sekedar untukmemenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak habis-habisnya, tetapi
juga dan terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari (pandangan hidup, filsafat hidup, way of the life,
Weltanschaung dan sebgainya); agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik
di dunia maupun di akhirat.
Untuk lebih meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat, sebaiknya kita kutip ceramah
Mr.Moh Yamin pada Seminar Pancasila di Yogyakarta tahun 1959 yang berjudul Tinjauan
Pancasila Terhadap Revolusi Fungsional, yang isinya anatara lain sebagai berikut:
Tinjauan Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Marilah kita
peringatkan secara ringkas bahwa ajaran Pancasila itu dapat kita tinjau menurut ahli filsafat
ulung, yaitu Friedrich Hegel (1770-1831) bapak dari filsafat Evolusi Kebendaan seperti diajarkan
oleh Karl Marx (1818-1883) dan menurut tinjauan Evolusi Kehewanan menurut Darwin
Haeckel, serta juga bersangkut paut dengan filsafat kerohanian seperti diajarkan oleh Immanuel
Kant (1724-1804).
Menurut Hegel hakikat filsafatnya ialah suatu sintese pikiran yang lahir dari antitese pikiran.
Dari pertentangan pikiran lahirlah paduan pendapat yang harmonis. Dan ini adalah tepat. Begitu
pula denga ajaran Pancasila suatu sintese negara yang lahir dari antitese.
Saya tidak mau menyulap. Ingatlah kalimat pertama dan Mukadimah UUD Republik Indonesia
1945 yang disadurkan tadi dengan bunyi: Bahwa sesungguhanya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa. Oleh sebab itu penjajahan harus dihapusakan karena bertentangan dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat pertama ini adalah sintese yaitu antara penjajahan dan perikemanusiaan dan
perikeadilan. Pada saat sintese sudah hilang, maka lahirlah kemerdekaan. Dan kemerdekaan itu
kita susun menurut ajaran falsafah Pancasila yang disebutkan dengan terang dalam Mukadimah
Konstitusi R.I. 1950 itu yang berbunyi: Maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami itu,
dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk Republik Kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila. Di
sini disebut sila yang lima untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan dan perdamaian dunia
dan kemerdekaan. Kalimat ini jelas kalimat antitese. Sintese kemerdekaan dengan ajaran
Pancasila dan tujuan kejayaan bangsa yang bernama kebahagiaan dan kesejajteraan rakyat.
Tidakah ini dengan jelas dan nyata suatu sintese pikiran atas dasar antitese pendapat?
Jadi sejajar denga tujuan pikiran Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran Pancasila itu adalah
suatu sistem filosofi, sesuai dengan dialektis Neo-Hegelian.
Semua sila itu adalah susunan dalam suatu perumahan pikiran filsafat yang harmonis. Pancasila
sebagai hasil penggalian Bung Karno adalah sesuai pula dengan pemandangan tinjauan hidup
Neo-Hegelian.
3.2 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia.
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang
ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafata hidup). Dengan pandangan
hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan
menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki
pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam menghadapi
persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik persoalan-persoalan di dalam
masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalam pergaulan
masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik, ekonomi,
sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju. Dengan berpedoman
pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa
adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dat
memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita
namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar
negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.
Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi
kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah
suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika
kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia
dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat panjang, dengan
memberikan segala pengorbanan dan menahan segala macam penderitaan. Bangsa Indonesia
lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses
sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadian sendiri.
Sebab itu bnagsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang bersamaan lahirnya bangsa
dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila.
Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
berjuang, denga melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh gagasan-
gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa kita dan gagasan besar
bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak
dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3
buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam Mukadimah UUD
Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap tercantum didalamnya, Pancasila yang
lalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan
bersama saat-saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan
bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh bangsa Indonesia karena
sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat. Oleh karena itu, ia juga merupakan dasasr
yang mamapu mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu
haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara
Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai
perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum
secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup
bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-persoalan yang
timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus didasarkan atas
dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut
peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan
dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
(Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang
dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan
dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari
segala sumber huum (sumber huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi,
hakim, ilmu pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang ditempuh oleh masyarakat dan
penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah Indonesia.
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen yang kuat,
dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang
didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia, Pancasila adalah
penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga
sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan bangsa Indonesia
sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya.
Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara
kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia ialah :
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari
garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang ditentukan oleh kehidupan budi
bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa.
Walaupun bangsa Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan
bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian
bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah
tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun
pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri. Bangsa Indonesia
secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari
Pancasila, maka akan tampak dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari
bangsa kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :
a) Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di negara kita.
b) Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi
petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c) Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas
kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri
khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan
bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
d) Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara
kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan
pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e) Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia
menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena
ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang
terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu
membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan mengamalkan
Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan
rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan
perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka yang kita
maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita gunakan, sebab
rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal
18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila
itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan
yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan
diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau
memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian
yang keliru tentang Pancasila.
3.3 Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan dalam
beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah
ini :
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan
perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya
adalah tetap sama sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir.
Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya mengusulkan
falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :
Kebangsaan Indonesia.
Kesejahteraan sosial.
Ketuhanan.
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),
etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita akan
mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus mencantumkan arti
dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan
oleh K. Bertens terhadap arti kata etika yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama
(Poerwadarminta, sejak 1953 mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai :
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan kata etika dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 mengutip
dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia
yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita
surat kabar Dalam dunia bisnis etika merosot terus maka kata etika di sini bila dikaitkan
dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena
maksud dari kata etika dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Jadi arti kata etika
dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut
dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih
mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :
1. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.
Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan
sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika
sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun
pada taraf sosial.
Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk
jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat.
Bila kita membandingkan dengan arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama
dengan kata moral karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat.
Dengan kata lain, kalau arti kata moral sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata
moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya
saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan
bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang
itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita
mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-
nilai dan norma-norma yang tidak baik.
Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan
moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
Pengertian Etiket
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata etiket, yaitu :
1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang
bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam
pergaulan agar hubungan selalu baik.
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika (2000) memberikan 4 (empat) macam
perbedaan etiket dengan etika, yaitu :
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika
saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan
tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar
etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan
itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil
barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. Jangan mencuri merupakan
suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan
kanan atau tangan kiri.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar
kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja
makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak
ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri
selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus
dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap
sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.
Etika bersifat absolut. Jangan mencuri, Jangan membunuh merupakan prinsip-prinsip etika
yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa
juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai manusia berbulu ayam, dari luar
sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik,
sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik kesimpulan
sebagai berikut:
2. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu:
a) Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
3. Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan
negara Indonesia seperti di bawah ini :
4.2 Saran
Warganegara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan tinggal di negara
Indonesia Oleh karena itu sebaiknya warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau
mempercayai, menghormati, menghargai menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa falsafah Pancasila
adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia. Sehingga kekacauan yang sekarang terjadi ini
dapat diatasi dan lebih memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
v Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:Pancoran Tujuh.
v http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm
v http:// www.google.co.id
v http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm
v http:// www.teoma.com
v http:// www.kumpulblogger.com
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah makna pancasila bagi para mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB)
3. Apakah dengan menjadikan Pancasila sebagai pedoman, dapat membangun jiwa sosial
C. Tujuan
Tujuan Penulisan Makalah
a. Untuk mengetahui sejauh mana Pancasila cocok dengan mahasiswa PLB
b. Untuk mengetahui arti penting dari adanya Pancasila bagi para mahasiswa PLB
c. Untuk mengetahui bagaimana seharusnya mahasiswa PLB membangun jiwa social melalui
pengamalan pancasila sebagai ideologi Negara
D. Manfaat
Manfaat Penulisan Makalah
a. menyadarkan mahasiswa khususnya mahasiswa PLB untuk mengetahui peran penting pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
b. memberikan arah pandangan hidup yang jelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. ARTI PENTING KEBERADAAN PANCASILA
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya akan
membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan) yang
memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-
negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-
hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi urgen untuk
diterapkan. Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan Kerajaan yang berbasis
agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila yang diperjuangkan untuk
mengikat agama-agama dan suku-suku yang ada dalam masyarakat itu harus tetap mengakui jati
diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.inilah nantinya yang menjadi bukti dari
penerapan nilai-nilai pancasila sehingga tercapai persatuan dan kesatuan. keberadaan pancasila
sebagai dasar negara tidak lepas dari peran serta para pemuda yang gigih dalam mengamalkan
setiap kandungan isi.
Dalam fenomena dewasa ini banyak sekali terjadi kesalahpahaman dalam cara
pangamalan setiap kandungan isi pancasila, terlebih bagi para penerus bangsa seperti mahasiswa,
banyak kalangan mahasiswa yang justru tidak memahami maksud dan tujuan dari pancasila.
Banyak yang mengetahui pancasila tetapi tidak dapat mengamalkan nilai yang terkandung
didalam pancasila tersebut.
Mahasiswa mempunyai berbagai problematika yang tidak sama dalam proses
pengamalan pancasila. Sebagai mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, pancasila adalah sarana
penting dalam mengembangkan rasa saling tolong menolong antar sesama manusia, karena
mempunyai tugas dan tangung jawab yang besar dalam setiap pekerjaannya.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kepercayaan kepada Tuhan yang selalu memberi
jalan terang dalam setiap langkah yang akan kita lakukan. Penerapan rasa kebanggaan terhadap
agama yang dianut oleh setiap orang akan mendorong untuk saling bekerja sama dan saling
tolong menolong.
Agama mempunyai fungsi yang penting antara lain:
Agama sebagai Sumber Inspirasi.
Bagi bangsa indonesia, agama dapat menjadi sumber inspirasi dalam berbudaya baik yang
berupa fisik maupun non fisik. Adanya rasa tanggung jawab sebagai hamba Tuhan untuk
melaksanakan suatu kebaikan bagi orang lain yang membutuhkan, nilai moralitas yang
terkandung didalam ajaran agama untuk saling berbuat baik dan bermanfaat akan memacu
semangat para mahasiswa untuk melaksanakan perintah kebaikan tersebut. Sebagai mahasiswa
tentu untuk mendapatkan nilai kebaikan akan semakin mudah dilaksanakan. Mahasiswa adalah
masa yang aktif untuk melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Agama sebagai Sumber Moral.
Agama di Indonesia dapat memberikan dorongan batin maupun moral atau akhlak yang
baik bagi mahasiswa. Pembangunan moral akan dapat berjalan dengan baik karena dilakukan
dengan semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan sebagai elemen utama manusia
dalam menjalankan perintah dan larangan yang termuat dalam kitab suci akan dapat memaknai
arti penting dari sebuah kebaikan, karena itu mahasiswa harus senantiasa berbuat kebaikan apa
lagi sebagai seorang mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB). Karena moral atau akhlak yang
baik itu akan dapat berkembang saat usia kita masih muda. Proses yang cepat dan adanya faktor
pendukung mempermudah untuk tetap menjalankan setiap kebaikan dan tindakan yang dapat
meringankan beban orang lain.
Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing
walaupun berbeda tapi tetap dalam rasa kebersamaan
Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BEREDAB
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang
sama haknya dan kewajiban-kewajiban azasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan,
agama, dan keparcayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena
itu dikembangkanlah sikap saling ,mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa serta sikap
tidak menghina terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, melakukan
kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. Manusia adalah
sederajat, maka bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradap, menjalaskan kita akan
pentingnya nilai-nilai keadilan dalam kehidupan kita sebagai seorang mahasiswa Pendidikan
Luar Biasa (PLB), karena dalam kenyataan sehari-hari, kita akan bertemu langsung dengan orang
yan mempunyai kehidupan yang berbeda dengan kita. Rasa keadilan yang diharapkan akan
mampu mempersatukan setiap elemen-elemen masyarakat, tanpa adanya rasa saling menjatuhkan
dengan keadan yang sangat berbeda jauh dengan manusia normal lainnya. Perlu adanya
pengembangan dalam diri seorang mahasiswa PLB rasa saling mengakui persamaan derajat,
persamaan hak, persamaan kewajiban antarmanusia satu dengan yang lainnya. Pengembangan
yang disertai rasa saling mencintai satu sama lain tanpa harus membeda-bedakan, toleransi
terhadap siapapun mereka. Sebagai seorang mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB), sangat
diperlukan sekali karena memiliki nilai-nilai moral yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk
kedepannya.
3. SILA PERSATUAN INDONESIA
Sila Persatuan Indonesia, menempatkan manusia Indonesia pada persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Menempatkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi, berarti manusia
Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa, Sikap rela
berkorban untuk kepentingan negara dan Bangsa, maka dikembangkanlah rasa kebangsaan dan
bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka
Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.
Sila ketiga yang berbunyi persatuan Indonesia mempunyai makna bahwasannya setiap
manusia didunia ini harus saling bersatu, Indonesia sebagai Negara yang mempunyai jumlah
penduduk terbesar di dunia tentu sangat rawan terjadi konflik yang mengatasnamakan suku ras
budaya, warna kulit,agama. Pentingnya sila ketiga ini bagi para mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa (PLB) dapat dilihat dari rasa persatuan antara orang normal dengan orang berkebutuhan
khusus, adanya perbedaan yang sangat jelas terlihat, maka dengan pengamalan sila ke tiga ini
dapat diharapkan adanya rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.
mempersatukan jiwa kebersamaan antar manusia pada umumnya
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, masyarakat Indonesia menyadari hak
dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.
Tidak adanya rasa saling menjatuhkan ataupun rasa saling menghina antarmanusia akan
menyatukan kebersamaan yang terbangun melalui proses penyesuaian. Dalam penjelasan
bagaimana pentingnya sila kelima ini bagi para mahasiswa PLB dapat diartikan adanya
kesamaan antara orang yang mempunyai kebutuhan khusus dengan orang normal pada
umumnya, karena rasa keadilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita saat ini dapat
menghilangkan ketidakadilan dan ketidaksamaan derajat yang justru akan memojokkan salah
satu pihak yang dianggap kurang dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
Keadilan untuk mendapatkan hak dan kewajiban mutlak bagi setiap manusia, manusia
diciptakan dalam bentuk dan wujud yang berbeda, perbedaan ini bukan berarti berbeda pula hak
dan kewajiban yang didapatkan oleh masing-masing individu. Sebagai mahasiswa Pendidikan
Luar Biasa (PLB) kenyataannya dalam pengamalan sila ke lima ini dapat direalisasikan dengan
cara menganggap semua manusia itu sama dihadapan Tuhan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dengan mengamalkan sila-sila pada pancasila maka terwujudlah mahasiswa yang mengerti akan
pentingnya berketuhanan, berkemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan. Maka ini
dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam menjalakan profesi nantinya.
Pendidikan pancasila sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan dan
pembentukan karakter anak, karena mahasiswa PLB adalah mahasiswa calon guru nantinya
maka dapat menerapkan pengamalan pancasila pada anak didiknya.
SARAN
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila, diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya
kita sebagai mahasiswa harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus
mempunyai kemauan yang keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan
nyaman bagi setiap orang yang berada di dalamnya.