Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH INDONESIA

TENTANG DARUL ISLAM/TENTARA


ISLAM INDONESIA

Kelompok: 2
NAMA ANGGOTA:1.) FABIYAN
2.) M. SHEANDY FIRMANSYAH
3.) AZWAR RIVALDI
4.) ELANG S.N.
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih


banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
2
HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR PUSTAKA 3

BAB 1 PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Tujuan Penulisan 5

1.3 Metode Penulisan 5

BAB 2 PEMBAHASAN 6

2.1 Uraian Kasus 6

2.2 Tanggapan Masyarakat/Publik 12

2.3 Hasil Analisis 13

BAB 3 PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 14

3.2 Saran 14

REFERENSI 17

LAMPIRAN 18
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai ideologi bangsa, harus dipertahankan dan dibela karena dasarnya

merupakan harta terbesar yang dimiliki bangsa ini. Ideologi sebagai pandangan hidup

bangsa menjadi sebuah pegangan untuk melaksanakan sistem dan program

ketatanegaraan dan pemerintahan. Mengingat betapa pentingnya Pancasila bagi

kemajuan dan kestabilan bangsa ini, diperlukan sebuah upaya dari pemerintah untuk

mempertahankan nilai-nilainya dari zaman ke zaman.Namun, kenyataanya, masih banyak

pihak-pihak atau yang bisa dikatakan oknum yang ingin mengubah Pancasila yang sakti

dengan sistem ideologi lain dan tentunya hal seperti ini harus dibasmi dan dicegah demi

masa yang akan datang.

Salah satu bentuk pemberontakan yang pernah terjadi untuk mengubah nilai-nilai

Pancasila dengan lainnya adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pihak-pihak yang

terlibat dengan pemberontakan tersebut pada dasarnya berniat merubah Pancasila

dengan sistem ideologi negara Islam atau khilafah. Tentu hal ini akan menjadikan negara

Indonesia bukan lagi sebagai negara yang , melainkan menjadi negara yang hanya
bersifat satu golongan, yaitu Islam. Bentuk seperti ini bertentangan dengan nilai-nilai

kebhinekaan Indonesia yang telah terbentuk dari zaman dahulu. Oleh karena itu, bentuk

pengkhianatan seperti ini harus dibasmi dan ditindak tegas pelaku yang terlibat.

Namun bagaimana dengan tanggapan masyarakat? Apakah masyarakat sudah dapat

memahami dan dapat mengambil pelajaran dari bentuk pengkhianatan ini agar jangan

terjadi lagi di masa yang akan datang? Itulah pentingnya dari pendidikan sejarah,

terutama sejarah mengenai bangsa kita, Indonesia. Tragedi-tragedi masa lalu yang pernah

terjadi diharapkan dapat diambil pelajarannya oleh generasi yang akan datang, sehingga

bangsa ini tidak akan jatuh pada lubang yang sama kembali. Itulah fungsi dantujuan dari

penulisan makalah ini, yaitu agar masyarakat luas dapat memahami dan mengambil

pelajaran dari hal-hal yang pernah terjadi di masa lalu.

1.2 Tujuan Penulisan

• Mengetahui sejarah tragedi pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia yang

pernah terjadi di wilayah Indonesia;

• Mengetahui dampak yang dihasilkan akibat tragedi tersebut;

• Mengetahui pemahaman masyarakat mengenai tragedi tersebut;

• Mengetahui pelajaran yang dapat diambil serta langkah berikutnya untuk mencegah

bentuk pengkhianatan untuk masa yang akan datang.

1.3 Metode Penulisan


Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah kualitatif.

Kualitatif sendiri adalah bentuk pendekatan dalam penulisan yang menekankan pada

bentuk yang bersifat deskriptif, yaitu penjelasan secara rinci melalui analisis dan deskripsi

suatu permasalahan dan kasus. Untuk pengambilan sumber data, dilakukan metode

secara tinjauan pustaka menggunakan referensi-referensi daring dan wawancara

langsung terstruktur dengan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.

Bab 2

Pembahasan

2.1 Uraian Kasus

A. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII

Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara

yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya

tertulis bahwa “ Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam”

atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “ Negara Berdasarkan

Islam” dan “ Hukum tertinggi adalah Al Qur’ an dan Hadist” . Proklamasi Negara Islam

Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat

undang-undang berdasarkan syari’ at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain

Al Qur’ an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa

wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan

Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara Nasional

Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut menjadi

terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara Indonesia,

pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan meskipun

dengan secara diam-diam di Jawa Barat, Indonesia.

Pada Tanggal 7 Agustus 1949, di sebuah desa yang terletak di kabupaten Tasikmalaya,

Jawa Barat. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam

Indonesia telah berdiri di Negara Indonesia,

dengan gerakannya yang disebut dengan DI (Darul Islam) dan para tentaranya diberi

julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam Indonesia). Gerakan DI/NII ini dibentuk pada

saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang sedang berhijrah ke

Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka melaksanakan perundingan Renville.

Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa

melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar

jalan kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk

di daerah tersebut. Namun, setelah pasukan Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke

Jawa Barat, kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.

B. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII

Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di
karenakan oleh beberapa faktor, yaitu Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah

pegunungan yang sangat mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.Pasukan

Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.

Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik

perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.Suasana Politik yang tidak konsisten,

serta prilaku beberapa golongan partai politik yang telah mempersulit usaha untuk

pemulihan keamanan.Selanjutnya, untuk menghadapi

pasukan DI/TII, pemerintah mengerahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk

meringkus kelompok ini. Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi bekerjasama dengan

rakyat untuk melakukan operasi “ Bratayudha” dan “ Pagar Betis” untuk menumpas

kelompok DI/TII tersebut. Pada Tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo

dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha yang

berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh

pasukan TNI, Mahkamah Angkatan Darat menyatakan

bahwa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati, dan setelah Sekarmadji

meninggal, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat dimusnahkan.

C. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo secara resmi

menyatakan bahwa organisasi Negara Islam Indonesia (NII) berdiri berlandaskan kanun

azasi, dan pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan Siliwangi sedang melaksanakan

hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, saat itulah terjadi kontak senjata yang pertama
kali antara pasukan TNI dengan pasukan DI/TII. Selama peperangan pasukan DI/TII ini di

bantu oleh tentara Belanda sehingga peperangan antara DI/TII dan TNI menjadi sangat

sengit. Hadirnya DI/TII ini mengakibatkan penderitaan penduduk Jawa Barat, karena

penduduk tersebut sering menerima terror dari pasukan DI/TII. Selain mengancam para

warga, para pasukan DI/TII juga merampas harta benda milik warga untuk mencukupi

kebutuhan hidup mereka.

D. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak adanya

Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah. Amir Fatah adalah

seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada tahun 1946, menggabungkan diri

dengan pasukan TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di Berebes, Tegal. Amir ini

mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan cara Amir mendapatkan para

pasukan tersebut, yaitu. Dengan cara menggabungkan para laskar untuk masuk ke dalam

anggota TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan pengikut yang banyak, maka pada tangal

23 Agustus 1949 ia memproklamasikan bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa

pesangrahan, Tegal. Dan setelah proklamasi tersebut di laksanakan, Amir Fatah pun

menyatakan bahwa gerakan DI yang di pimpinnya

bergabung dengan organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin oleh Sekarmadji Maridjan

Kartosoewirjo.Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat

Islam (AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud Abdurrahman.
Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)

dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sebenarnya, gerakan ini sudah

di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada tahun 1952, organisasi ini bangkit kembali

dan menjadi lebih kuat setelah terjadinya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di

Magelang dan Kudus. Upaya untuk menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah

membentuk sebuah pasukan baru yang di beri nama Banteng Raiders dengan

organisasinya yang di sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954 di lakukan

sebuah operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII

tersebut.

E. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat yang

Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama Ibnu Hajar.

Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi

DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh kelompok ini adalah

pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah pemerintah memberi kesempatan

untuk menghentikan pemberontakan secara baik-baik, akhirnya seorang mantan letnan

Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi, penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah

topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah peralatan tersebut di rampas olehnya,

maka Ibnu Hajar pun melarikan diri dan kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII.

Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di

kirim ke

9
Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan

tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi hukuman mati

pada tanggal 22 Maret 1965.

F. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan, di Aceh (Serambi

Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang tergabung dalam sebuah

organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang di pimpin oleh Tengku

Daud Beureuh dengan kepala adat (Uleebalang). Konflik tersebut mengakibatkan perang

saudara antara kedua kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai

Februari 1946. Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah RI memberikan status

Daerah Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan mengangkat Tengku Daud Beureuh

sebagai pemimpin/gubernur.

Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) yang terbentuk

pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia mengadakan sebuah sistem

penyederhanaan administrasi pemerintahaan yang mengakibatkan beberapa daerah di

Indonesia mengalami penurunan status. Salah satu dari semua daerah yang statusnya

turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat sebagai Daerah Istimewa, setelah operasi

penyederhanaan tersebut di mulai, status Aceh pun berubah menjadi daerah keresidenan

yang di kuasai oleh provinsi Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat mengecewakan

seorang Daud Beureuh, dan akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah keputusan yang

bulat untuk bergabung dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang di pimpin

oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20

Spetember 1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII, mereka melakukan

sebuah operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka juga

melakukan propaganda untuk memperkeruh citra pemerintahan Republik Indonesia.

Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang di pimpin oleh
Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara menggunakan kekuatan

senjata dan operasi militer dari TNI.

10

Setelah pemerintahan RI melakukan operasi tersebut, maka kelompok DI/TII tersebut

mulai terkikis dari kota-kota yang di tempatinya. Tentara Nasional Indonesia-pun

memberikan pencerahan kepada penduduk setempat untuk menghindari kesalah

pahaman dan mengembalikan kepercayaan kepada pemerintahan Republik Indonesia.

Tanggal 17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima Kodami Iskandar

Muda, kolonel M.Jasin mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, yang

musyawarah tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh dan

musyawarah yang di lakukan tersebut berhasil memulihkan kemanana di Aceh.

G. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan

Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh

Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut baru bisa di

runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas organisasi tersebut di

butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang sangat sulit. Meski

demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai area tersebut. Selain itu, para

pemberontak memanfaatkan rasa kesukuan yang berkembang di kalangan masyarakat

untuk melawan pemerintah dalam menumpas organisasi DI/TII tersebut. Setelah

pemerintahan Republik Indonesia mengadakan operasi penumpasan DI/TII bersama


anggota Tentara Republik Indonesia. Barulah seorang Kahar Muzakar tertangkap dan di

tembak oleh pasukan TNI pada tanggal 3 Februari 1965.

Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada saat

itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku dengan

beragam kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi beberapa kepercayaan sehingga

tidak mungkin untuk menjadikan salah satu hukum agama di jadikan hukum negara.

11

2.2 Tanggapan Masyarakat Luas/Publik

Berdasarkan Kasus diatas yaitu Gerakan DI/TII di Indonesia, kami melakukan wawancara

secara langsung ke beberapa Narasumber untuk mengetahui pendapat/tanggapan

mereka tentang kasus tersebut.Menurut :

1. Frans Simatupang, (Jurusan IESP, Angkatan 2017)

“ Tindakan mereka salah, karena orang-orang berusaha untuk merdeka/bebas dan yang

berjuang itu beragam dan yang ingin merdeka bukan hanya satu agama, tetapi semua

agama yang ikut berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Indonesia harus menjaga

persatuan, dan bila hal seperti ini terulang kembali maka harus diberantas. Ideologi

Indonesia harus Pancasila.”

2. Lukman. B. (Satpam)

“ Tindakan ini kurang sesuai, karena Ideologi Pancasila tidak boleh diubah menjadi

Ideologi Khilafah dan Indonesia tidak semua rakyatnya beragama Islam ada juga umat

beragama yang lain yang juga ingin merdeka.”

3. Arif (Jurusan Manajemen, Angkatan 2016)


“ Saya tidak setuju dengan Gerakan ini, karena Indonesia itu beragam suku,ras, dan

agama, oleh karena itu di buatlah Bhineka Tunggal Ika.”

4. Dwi (Jurusan Akuntansi, Angkatan 2018)

“ Tidak setuju, karena Indonesia negara yang majemuk bukan hanya terdiri dari satu

agama atau satu ras saja. Jadi, kalua Pancasila diubah dan bentuk negara Indonesia pun

diubah, lalu dengan agama dan ras yang lain bagaimana?”

5. Dimas (Jurusan DIII Keuangan, Angkatan 2019)

“ Tidak setuju, karena Indonesia lebih baik hidup dalam keberagaman yang dimana hal

itu sejak dahulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia dengan dasar Pancasila yaitu sila

pertama yang berbunyi “ Ketuhanan yang Maha Esa.”

12

2.3 Hasil Analisis

Berdasarkan data sampel yang telah diperoleh dari proses pengambilan yang dilakukan

melalui berbagai bentuk, baik dari sumber internet dan juga dari wawancara langsung

yang telah dilakukan ke beberapa narasumber. Hasil data menunjukkan bahwa bentuk

dari gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII untuk membangun Negara Islam

Indonesia ini dinilai tidak dapat diterima dikarenakan sejumlah alasan. Bentuk alasan

tersebut mengatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang beragam, baik berupa

ragam suku, ras, bangsa, dan agama, sehingga apabila seandainya memang terbentuk

Negara Islam Indonesia, maka dinilai seolah-olah negara kesatuan ini dimiliki oleh satu

golongan saja. Hal ini akan menimbulkan permasalahan sosial lebih lanjut, salah satunya

konflik antar agama, konflik antarkepentingan bernegara dan berbangsa.

Selain itu, negara Islam bukan merupakan tujuan dari para Para pendiri

bangsa kita sepakat bahwa dasar negara kita yaitu Pancasila, dengan sila pertama, yang
berbunyi “ Ketuhanan yang Maha Esa” dan juga slogan Indonesia, yang berbunyi

“ Bhinneka Tunggal Ika” , sehingga apabila ada sejumlah oknum yang memaksakan diri

untuk membentuk suatu negara yang berpaham dan berasaskan nilai-nilai selain dari

Pancasila, maka akan terjadi sebuah kegagalan hidup berbangsa dan bernegara dan

ketidakstabilan politik, sosial, dan ekonomi. Bentuk permasalahan ini akan berdampak

besar pada masyarakat luas, terutama yang mengalami , yaitu di mana,

sebagian kelompok masyarakat tidak bisa menerima perubahan yang begitu dinamis,

sehingga menyebabkan kegegeran kebudayaan dan sosial.

BAB 3

Penutup
13

3.1 Kesimpulan

Gerakan DI/TII ialah suatu Gerakan ilegal yang dilakukan oleh sekelompok orang

dengan tujuan untuk mengubah bentuk negara Republik Indonesia menjadi Negara Islam

Indonesia dan mengubah dasar negara dari Pancasila menjadi Hukum Islam yang

tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Dengan berbagai upaya yang dilakukan Gerakan ini

mulai dari merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, serta

menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah tersebut.

Namun, akhirnya pada 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo selaku Pemimpin

dari Gerakan ini dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi

Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah dijatuhi

hukuman mati dan S.M. Kartosoewirjo meninggal, Gerakan ini dapat dimusnahkan.
Berdasarkan hasil data pengambilan sampel kepada narasumber secara acak,

menunjukkan bahwa seratus persen menolak pengubahan bentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia. Semua ini menunjukkan bahwa

masih ada kesadaran masyarakat luas, terutama generasi muda saat ini untuk tetap

melestarikan nilai-nilai murni dari Pancasila itu sendiri.

3.2 Saran

Ketika gerakan ini sedang berlangsung di Indonesia telah terjadi berbagai hal yang

berakibat menyedihkan. Hal ini tidak hanya menimpa para pengikutnya tetapi juga

menimpa rakyat kecil dan anak-anak yang sedang memerlukan pendidikan.Untuk itu

upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulani dan mencegah gerakan

ini adalah:

1. Pemerintah harus memberikan perlindungan kepada warga negara dan masyarakat

Indonesia dari ancaman pemberontak.

14

2. Pemerintah harus bisa mengambil sikap yang tegas dan bijak untuk

mengakomodasikan semua kepentingan rakyat. Karena gerakan-gerakan seperti ini

muncul akibat dari ketidakpuasan terhadap pemerintah.

• Upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, ialah:

1. Masyarakat harus waspada terhadap isu – isu atau informasi yang belum tentu pasti

kebenarannya.
2. Berhati-hati dalam bergaul dan menerima berbagai bentuk pemahaman baru yang

mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bangsa ini.

• Upaya yang harus dilakukan oleh sesama mahasiswa, antara lain:

1. Mewaspadai masuknya paham-paham illegal yang bersifat intoleran dan radikal ke

dalam kehidupan berkampus.

2. Mahasiswa diharuskan kritis dan selektif terhadap suatu pemahaman/keyakinan yang

masih baru muncul, sehingga tidak menerimanya dengan mentah-mentah.

REFERENSI

Sumber Internet

http://www.nafiun.com/2014/03/pemberontakan-ditii-di-indonesia.html

http://digilib.unila.ac.id/18678/2/0613033024-kesimpulan.pdf

15

LAMPIRAN
1.)Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo,

Pemimpin Gerakan DI/TII.

2.) Bendera NII yang dicanangkan DI/TII.

16

Anda mungkin juga menyukai