Kelompok: 2
NAMA ANGGOTA:1.) FABIYAN
2.) M. SHEANDY FIRMANSYAH
3.) AZWAR RIVALDI
4.) ELANG S.N.
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR PUSTAKA 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
BAB 2 PEMBAHASAN 6
BAB 3 PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
REFERENSI 17
LAMPIRAN 18
Bab I
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai ideologi bangsa, harus dipertahankan dan dibela karena dasarnya
merupakan harta terbesar yang dimiliki bangsa ini. Ideologi sebagai pandangan hidup
kemajuan dan kestabilan bangsa ini, diperlukan sebuah upaya dari pemerintah untuk
pihak-pihak atau yang bisa dikatakan oknum yang ingin mengubah Pancasila yang sakti
dengan sistem ideologi lain dan tentunya hal seperti ini harus dibasmi dan dicegah demi
Salah satu bentuk pemberontakan yang pernah terjadi untuk mengubah nilai-nilai
Pancasila dengan lainnya adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pihak-pihak yang
dengan sistem ideologi negara Islam atau khilafah. Tentu hal ini akan menjadikan negara
Indonesia bukan lagi sebagai negara yang , melainkan menjadi negara yang hanya
bersifat satu golongan, yaitu Islam. Bentuk seperti ini bertentangan dengan nilai-nilai
kebhinekaan Indonesia yang telah terbentuk dari zaman dahulu. Oleh karena itu, bentuk
pengkhianatan seperti ini harus dibasmi dan ditindak tegas pelaku yang terlibat.
memahami dan dapat mengambil pelajaran dari bentuk pengkhianatan ini agar jangan
terjadi lagi di masa yang akan datang? Itulah pentingnya dari pendidikan sejarah,
terutama sejarah mengenai bangsa kita, Indonesia. Tragedi-tragedi masa lalu yang pernah
terjadi diharapkan dapat diambil pelajarannya oleh generasi yang akan datang, sehingga
bangsa ini tidak akan jatuh pada lubang yang sama kembali. Itulah fungsi dantujuan dari
penulisan makalah ini, yaitu agar masyarakat luas dapat memahami dan mengambil
• Mengetahui pelajaran yang dapat diambil serta langkah berikutnya untuk mencegah
Kualitatif sendiri adalah bentuk pendekatan dalam penulisan yang menekankan pada
bentuk yang bersifat deskriptif, yaitu penjelasan secara rinci melalui analisis dan deskripsi
suatu permasalahan dan kasus. Untuk pengambilan sumber data, dilakukan metode
langsung terstruktur dengan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Bab 2
Pembahasan
Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara
yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya
tertulis bahwa “ Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam”
atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “ Negara Berdasarkan
Islam” dan “ Hukum tertinggi adalah Al Qur’ an dan Hadist” . Proklamasi Negara Islam
Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat
undang-undang berdasarkan syari’ at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain
Al Qur’ an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke beberapa
wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan
Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962, gerakan Darul Islam tersebut menjadi
terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap sebagai gerakan ilegal oleh Negara Indonesia,
pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan meskipun
Pada Tanggal 7 Agustus 1949, di sebuah desa yang terletak di kabupaten Tasikmalaya,
dengan gerakannya yang disebut dengan DI (Darul Islam) dan para tentaranya diberi
julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam Indonesia). Gerakan DI/NII ini dibentuk pada
saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang sedang berhijrah ke
Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok DI/TII ini dengan leluasa
jalan kereta api, serta menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk
Jawa Barat, kelompok DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di
karenakan oleh beberapa faktor, yaitu Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah
Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.Suasana Politik yang tidak konsisten,
serta prilaku beberapa golongan partai politik yang telah mempersulit usaha untuk
meringkus kelompok ini. Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi bekerjasama dengan
rakyat untuk melakukan operasi “ Bratayudha” dan “ Pagar Betis” untuk menumpas
kelompok DI/TII tersebut. Pada Tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi Bratayudha yang
berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh
bahwa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati, dan setelah Sekarmadji
menyatakan bahwa organisasi Negara Islam Indonesia (NII) berdiri berlandaskan kanun
azasi, dan pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan Siliwangi sedang melaksanakan
hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, saat itulah terjadi kontak senjata yang pertama
kali antara pasukan TNI dengan pasukan DI/TII. Selama peperangan pasukan DI/TII ini di
bantu oleh tentara Belanda sehingga peperangan antara DI/TII dan TNI menjadi sangat
sengit. Hadirnya DI/TII ini mengakibatkan penderitaan penduduk Jawa Barat, karena
penduduk tersebut sering menerima terror dari pasukan DI/TII. Selain mengancam para
warga, para pasukan DI/TII juga merampas harta benda milik warga untuk mencukupi
Selain di Jawa Barat, pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak adanya
Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah. Amir Fatah adalah
seorang komandan Laskar Hizbullah yang berdiri pada tahun 1946, menggabungkan diri
dengan pasukan TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di Berebes, Tegal. Amir ini
mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan cara Amir mendapatkan para
pasukan tersebut, yaitu. Dengan cara menggabungkan para laskar untuk masuk ke dalam
anggota TNI. Setelah Amir Fatah mendapatkan pengikut yang banyak, maka pada tangal
23 Agustus 1949 ia memproklamasikan bahwa organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa
pesangrahan, Tegal. Dan setelah proklamasi tersebut di laksanakan, Amir Fatah pun
bergabung dengan organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin oleh Sekarmadji Maridjan
Islam (AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad Mahfud Abdurrahman.
Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sebenarnya, gerakan ini sudah
di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi, pada tahun 1952, organisasi ini bangkit kembali
dan menjadi lebih kuat setelah terjadinya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di
membentuk sebuah pasukan baru yang di beri nama Banteng Raiders dengan
organisasinya yang di sebut Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954 di lakukan
sebuah operasi yang di sebut Operasi Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII
tersebut.
Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan Kesatuan Rakyat yang
Tertindas (KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama Ibnu Hajar.
Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi
DI/TII yang berada di Jawa Barat. Sasaran utama yang di serang oleh kelompok ini adalah
pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut. Setelah pemerintah memberi kesempatan
Ibnu Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi, penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah
topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah peralatan tersebut di rampas olehnya,
maka Ibnu Hajar pun melarikan diri dan kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII.
Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI mengadakan Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di
kirim ke
9
Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan Selatan
tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi hukuman mati
Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok alim ulama yang tergabung dalam sebuah
organisasi bernama PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang di pimpin oleh Tengku
Daud Beureuh dengan kepala adat (Uleebalang). Konflik tersebut mengakibatkan perang
saudara antara kedua kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai
Daerah Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh, dan mengangkat Tengku Daud Beureuh
sebagai pemimpin/gubernur.
pada bulan Agustus 1950. Pemerintahan Republik Indonesia mengadakan sebuah sistem
Indonesia mengalami penurunan status. Salah satu dari semua daerah yang statusnya
turun yaitu Aceh, yang tadinya menjabat sebagai Daerah Istimewa, setelah operasi
penyederhanaan tersebut di mulai, status Aceh pun berubah menjadi daerah keresidenan
yang di kuasai oleh provinsi Sumatera Utara. Kejadiaan ini sangat mengecewakan
seorang Daud Beureuh, dan akhirnya Daud Beureuh membuat sebuah keputusan yang
bulat untuk bergabung dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang di pimpin
Spetember 1953. Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII, mereka melakukan
sebuah operasi untuk menguasai kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka juga
Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII yang di pimpin oleh
Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah dengan cara menggunakan kekuatan
10
Tanggal 17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima Kodami Iskandar
musyawarah tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh dan
Selain pemberontakan DI/TII di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Pemberontakan DI/TII ini juga terjadi di Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh
Kahar Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut baru bisa di
runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965. Untuk menumpas organisasi tersebut di
butuhkan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang sangat sulit. Meski
demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai area tersebut. Selain itu, para
Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi pada saat
itu. Karena seperti yang kita ketahui Indonesia terbentuk dari berbagai suku dengan
tidak mungkin untuk menjadikan salah satu hukum agama di jadikan hukum negara.
11
Berdasarkan Kasus diatas yaitu Gerakan DI/TII di Indonesia, kami melakukan wawancara
“ Tindakan mereka salah, karena orang-orang berusaha untuk merdeka/bebas dan yang
berjuang itu beragam dan yang ingin merdeka bukan hanya satu agama, tetapi semua
agama yang ikut berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Indonesia harus menjaga
persatuan, dan bila hal seperti ini terulang kembali maka harus diberantas. Ideologi
2. Lukman. B. (Satpam)
“ Tindakan ini kurang sesuai, karena Ideologi Pancasila tidak boleh diubah menjadi
Ideologi Khilafah dan Indonesia tidak semua rakyatnya beragama Islam ada juga umat
“ Tidak setuju, karena Indonesia negara yang majemuk bukan hanya terdiri dari satu
agama atau satu ras saja. Jadi, kalua Pancasila diubah dan bentuk negara Indonesia pun
“ Tidak setuju, karena Indonesia lebih baik hidup dalam keberagaman yang dimana hal
itu sejak dahulu menjadi ciri khas bangsa Indonesia dengan dasar Pancasila yaitu sila
12
Berdasarkan data sampel yang telah diperoleh dari proses pengambilan yang dilakukan
melalui berbagai bentuk, baik dari sumber internet dan juga dari wawancara langsung
yang telah dilakukan ke beberapa narasumber. Hasil data menunjukkan bahwa bentuk
dari gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh DI/TII untuk membangun Negara Islam
Indonesia ini dinilai tidak dapat diterima dikarenakan sejumlah alasan. Bentuk alasan
tersebut mengatakan bahwa Indonesia merupakan Negara yang beragam, baik berupa
ragam suku, ras, bangsa, dan agama, sehingga apabila seandainya memang terbentuk
Negara Islam Indonesia, maka dinilai seolah-olah negara kesatuan ini dimiliki oleh satu
golongan saja. Hal ini akan menimbulkan permasalahan sosial lebih lanjut, salah satunya
Selain itu, negara Islam bukan merupakan tujuan dari para Para pendiri
bangsa kita sepakat bahwa dasar negara kita yaitu Pancasila, dengan sila pertama, yang
berbunyi “ Ketuhanan yang Maha Esa” dan juga slogan Indonesia, yang berbunyi
“ Bhinneka Tunggal Ika” , sehingga apabila ada sejumlah oknum yang memaksakan diri
untuk membentuk suatu negara yang berpaham dan berasaskan nilai-nilai selain dari
Pancasila, maka akan terjadi sebuah kegagalan hidup berbangsa dan bernegara dan
ketidakstabilan politik, sosial, dan ekonomi. Bentuk permasalahan ini akan berdampak
sebagian kelompok masyarakat tidak bisa menerima perubahan yang begitu dinamis,
BAB 3
Penutup
13
3.1 Kesimpulan
Gerakan DI/TII ialah suatu Gerakan ilegal yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan tujuan untuk mengubah bentuk negara Republik Indonesia menjadi Negara Islam
Indonesia dan mengubah dasar negara dari Pancasila menjadi Hukum Islam yang
tertuang dalam Al-Quran dan Hadist. Dengan berbagai upaya yang dilakukan Gerakan ini
mulai dari merusak dan membakar rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, serta
menyiksa dan merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah tersebut.
Namun, akhirnya pada 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo selaku Pemimpin
dari Gerakan ini dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Setelah dijatuhi
hukuman mati dan S.M. Kartosoewirjo meninggal, Gerakan ini dapat dimusnahkan.
Berdasarkan hasil data pengambilan sampel kepada narasumber secara acak,
Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia. Semua ini menunjukkan bahwa
masih ada kesadaran masyarakat luas, terutama generasi muda saat ini untuk tetap
3.2 Saran
Ketika gerakan ini sedang berlangsung di Indonesia telah terjadi berbagai hal yang
berakibat menyedihkan. Hal ini tidak hanya menimpa para pengikutnya tetapi juga
menimpa rakyat kecil dan anak-anak yang sedang memerlukan pendidikan.Untuk itu
upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulani dan mencegah gerakan
ini adalah:
14
2. Pemerintah harus bisa mengambil sikap yang tegas dan bijak untuk
1. Masyarakat harus waspada terhadap isu – isu atau informasi yang belum tentu pasti
kebenarannya.
2. Berhati-hati dalam bergaul dan menerima berbagai bentuk pemahaman baru yang
REFERENSI
Sumber Internet
http://www.nafiun.com/2014/03/pemberontakan-ditii-di-indonesia.html
http://digilib.unila.ac.id/18678/2/0613033024-kesimpulan.pdf
15
LAMPIRAN
1.)Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo,
16