Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SARIKAT ISLAM DALAM PEGERAKAN NASIONAL INDONESIA (1912-1927)


(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia III)

Dosen Pengampu:

Drs. Kayan Swastika, M.Si.


Jefri Rieski Triyanto, M.Pd.

Disusun Oleh:

Fani Maulana Ilham 210210302046


Vika Dwi Lestari 210210302049
Vera Eka Handayani 210210302072
Dimas Ageng Laksono 210210302083

KELAS B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan dibuatnya tugas ini kami memanjatkan Puji Syukur atas Kehaidra-Nya, yang telah
melimpahkan rahmar-Nya kepada kami semua. Sehingga kami dapat menyeleasikan
makalah Bidang Studi Sejaran Indonesia III yang berjudul “Sarikat Islam Dalam Pegerakan
Nasional Indonesia”.
Dalam porses pembuatan makalah Sejarah Indonesia III berjudul “Sarikat Islam Dalam
Pergerakan Nasional Indonesia” kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Untuk itu, kepada pihak yang turut berpartisipasi dalam
menyumbangkan pikiran sehingga membantu tim dalam menyelesaikan makalah dengan
tenggat waktu yang tepat, kami ucapkan banyak terima kasih atas dukungannya.
Kami selaku penyusun megharapkan semoga makalah ini yang berjudul “Sarikat Islam
Dalam Pegerakan Nasional Indonesial” ini dapat bermanfaat bagi pada pembaca khususnya
dalam menyampaikan materi sehingga memberikan informasi pengetahuan yang lebih,
serta memberikan indpirasi teradapa para pembaca serta masyarakat luas. Selain itu, kamu
juga berharap kepada para pembaca makalah ini untuk memberikan kritik dan sarannya
sebagai solusi jalan kuluar dalam memperbaiki makalah ini untuk menjadi lebih baik.

Jember, 15 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumussan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.1 Lahirnya Sarekat Islam.......................................................................................................3
2.2 Sarekat Islam Sebagai Organisasi Massa Di Indonesia.......................................................5
2.3 Masuknya Pengaruh Komunis Di Dalam Sarekat Islam...................................................11
2.4 Timbulnya Perpecahan Dalam Sarekat Islam...................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penjajahan dalam melancarkan aksinya memiliki dua sisi, yang pertama dalaj
kesengsaraan bagi pihak yang terjajah, dan yang kedua adalah kemakmuran pada pihak
yang menjajah. Kedua belah pihak tersebut akan saling menghadap untuk melawan dan
mendominasi. Dari piihk yang pertama menginginkan kebebasan diri ditandai dengan
munculnya golongan orang yang memprakasai usaha untuk melenyapkan penjaja,
sedangkan pihak yang kedua berusaha untuk mempertahankan kekuasaan koloninya
sebagai sumber aset dan devisa. Pemerintah Hindia Belanda mulai memasuki kawasan
Indonesia pada abad ke 17 Masehi sampai dengan abad 19 Masehi, bukan hanya itu
saja disaat yang bersamaan perlakuan diskirmanatif dari bangsa India, Cina, dan Arab
juga terjadi pada masa ini. Kepentingan politik yang bersifat “Rasionalisme”
menjadikan pemerintahn membeda-bedakan golongan menjadi beberapa tingkat dan
penduduk asli pribumi ditempatkan pada tingkatan terbawah dalam jenjang status
sosial.
Pemerintahan Kolonial Belanda semakin melebarkan kekuasaan mencakup banyak
wilayah hingga keranah politik, sosial, ekonomi, dan sosial budaya. Dalam bidang
politik saja, pemerintah Hindia Belanda ikut campur dalam urusan intern Indonesia
seperti iku menentukan kebijakan-kebijakan serta turan politik rakyat.dalam bidang
ekonomi pemerintah Belanda juga ikut campur dengan mambuat suatu kebijakan
tersendiri “Memberik kebebasan berdagang bagi orang-orang Cina”. Kadudukan
ekonomi yang seperti ini dalam struktur ekonomi dengan Cina sebagai mitra
dagangnya memiliki tujuan untuk pihak perantara antara Belanda dengan Pribumi
dengan fasilitas yang istimewa, sehingga hal ini menjadikan golongan Cina berhasil
menguasai seluruh ekonomi rakyat pribumi seperti memonopoli bahan dasar batik.
Posisi Cina dalam keadaan seperti ini membuat golongan Cina menjadi congkak luar
biasa. Kecongkakan ini semakin menjadi stelah adanya kejadian revolusi Cina, melihat
keadaan seperti ini akhirnya rakyat pribumi mengadakan perlawanan dan berniat
melenyapkan penjajahan dari Indonesia. Perlawanan-perlawanan ini memiliki sifat
aspradis dan berakhir dengan kegagalan akibat kuasa dominan pemerintah Belanda
yang sangay kuat.
Belajar dari kegagaln yang sudah pernah dialami, dari sinilah muncul kesadaran
diantara para golongan pejuang Indonesia, mereka memiliki asumsi bahwa hanya
dengan fisik saja kebebasan tidak akan bisa mungkin tercapai. Maka dari sinilah
muncul organisasi persatuan untuk melawan penjajah baik cari segi politik, ekonomi
dan juga segi sosial budaya. Salah satu dari sekian banyaknya organisasi yangada
adalah Sarekat Islam (SI) yang awal mulanya memilik nama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Sarekat Islam sendiri didirikan pada tahun 1922 di Solo dan diprakasai oleh

1
H. Samanhudi yang

2
memiliki gerka fokus dalam bidang sosial ekonomi golongan rakyat, dan juga dalam
persatuan bidang poliyik.
Sarekay Islam memiliki tujuan untuk memajukan perdagangan, memberikan
pertolongan kepada anggota kewirausahawan, baik secara jasmani mapun rohani,
memajukan kehidupan sesuai dengan ajara Islam, dan berjuang untuk menutut
pendirian pemerintah secara mandiri. Sarekat Islam sangat dikenal oleh masyarakat
pada saat itu. Anggota Sarekat Islam sangatlah beragam dan banyan tersebarluas
dipelosok Indonesia. Sehingga Sarekat Islam disamakan juag dengan organisasi Massa
Rakayt yang pertama di Indonesia. Pergerakan Sarekat Islam memiliki tujuan lebih
mementingkan rakyat dari pada kepentingan golongan ataupun pribadi. Sarekat Islam
dimasa pergerakannya selalu mengadakan penentangan terhadap pemehaman
imperialisme, dan menentang kerang Kapitalisme dalam bentuk dan kebijakan apapun,
oleh sebab itu Sarekat Islam berusaha menahan timbulnya kapitalisme dan
inmperialisme didalam organisasi dan Indonesia sendiri. Untuk mempermudah tujuan
kemerdekaan Sarekat Islam bekerja sama juga dengan partai-partai politik lainnya.
Dengan kondisi yang seperti ini Sarekat Islam turut dalam usrusan politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang sangat besar dalam pergerakan Nasional Indonesia.
1.2 Rumussan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalh
dibagi antara lain:
A Bagaimana lahirnya Sarekat Islam?
B Bagaimana Sarekat Islam sebagai organisasi massa di Indonesia?
C Bagaimana Masuknya pengaruh Komunis dalam Sarekat Islam?
D Bagaimana timbulnya pepercahan dalam Sarekat Islam?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Uraian diatas, maka dapat ditentukan tujuan dari penulisan makalah ini
untuk memenuhi rumusan masalah diatas antara lain.
A Mengertahui Lahirnya Sarekat Islam.
B Mengetahui jalanya Sarekat Islam sebagai organisasi massa di Indonesia.
C Mengetahui masuknya pengaruh Komunis didalam organisasi Sarekat Islam.
D Mengetahui timbulnya perpecahan dalam Sarekat Islam.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lahirnya Sarekat Islam.


Sarekat Islam merupakan organisasi semula bernama Rekso Roemekso yang didirikan
oleh H. Samanhudi. Dalam perkembangannya, Rekso Roemekso mendapat status hukum,
sehingga dari sebuah organisasi ronda sederhana berubah menjadi organisasi dagang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada nantinya juga Sarekat Dagang Islam berubah
menjadi Sarekat Islam (SI), dan organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang
perdagangan saja namun juga bidang lainnya. (Rahmana, S., 2018 : 53)
Keberadaan pemerintah kolonial Belanda yang berusaha untuk mengeksploitasi Sumber
Daya Alam (SDA) telah menyebabkan keresahan yang mendalam bagi bangsa Indonesia.
Adanya ketimpangan ras yang sangat menyinggung rasa dan harga diri pribumi serta
adanya batasan dalam memakai bahasa tinggi terhadap atasan, pribumi tidak diperbolehkan
memakai pakaian barat atau modern dan harus duduk di lantai ini menimbulkan pergolakan
dari mayarakat pribumi. Adanya diskriminasi atau ketidak adilan inilah yang menyadarkan
masyarakat dan memicu bangkitnya pergerakan nasional. Pergerakan nasional merupakan
suatu usaha yang dilakukan rakyat dalam melepaskan diri dari penjajah. Pergerakan
nasional itu salah satunya adalah Sarekat Islam. Pendirian dari Sarekat Islam ini memiliki
pertimbangan komersil ekonomis menggunakan azas nasionalisme yang merupakan Haluan
politik dari Sarekat Islam.
Kondisi perdagangan yang berkembang pada awal abad 20 terutama dalam bidang
sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia menunjukkan gambaran yang menyedihkan.
Sarekat Islan dibentuk dan dididrikan atas pertimbangan komersil ekonomis dnegan asas
nasionalis yang pada saat itu situasi ekonomi rakyat yang mengalami kemerosotan pada
awal abad 20. Hal ini dikarenakan hampir seluruh kaum Cina telah menguasai ekonomi di
masyarakat Jawa. Dalam perdagangan Hindia Belanda perdagangan dalam skala besar
selalu ditangani oleh pemerintah Belanda, adapun perdagangan yang berskala menengah
dikelola oleh perdagangan Cina. Golongan Cina mendapat kepercayaan dari pemerintah
Belanda untuk “Menangani” segala kebutuhan Pemerintah Hindia Belanda, oleh kerana
itu perlu adanya identifikasi golongan Cina yang telah mampu merangsang kegiatan
tersembunyi pada awal 20 itu. Orang Cina adalah kelompok pedagang kelas menengah,
sedangkan pedangang Jawa adalah pedagang kelas kecil namun masuk dalam kelompok
pedangan besar yang tersebar diseluruh pelosok pulau Jawa. Orang Cina merupakan
pedagang Imigran, oleh sebab itu meskipun mereka jauh dari tanah kelahiran, namun
mereka tidak pernah melepaskan hubungan dari kebudayaan tanah kelahirannya. Kejadian
yang terjadi di Tiongkok memicu reaksi golongan Cina di Indonesia. Mereka akhirnya
mendirikan perkumpulan serumpun nasionalis Cina di Belanda pada tahun 1990 yang
memiliki tujuan untuk menyatukan orang
Cina yang masih menjaga kebuadayaannya.

4
Pada awalnya kegiatan jual beli dari pedagang Cina sangat terbatas, mereka tidak
diberikan izin dan dilarang berdagang didalam desa-desa tanpa izin dari pemerintah
Belanda. Hal ini menyebabkan orang Cina sangat dibutuhkan dalam perdagangan hasil
Industri Belanda didaerah pedalaman. Dari hal ini makhirnya Belanda memberikan izin
kembali bebas berdagang bagi pedagang Cina menanamkan modalnya didalam desa.
Migrasi orang Cina bertambah banyak dengan cara mereka ikut tanam modal didalam
industri-industri lokal. Kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh Belanda sangat
dimanfaatkan dan digunakan sebaik-baiknya oleh para pedagang Cina, sehingga membuat
orang Cina memiliki sikap Demonstratif yang menyebabkan mereka dengan mudah
menguasai perekonomian Indonesia.
Dampak dari adanya perluasan perdagangan orang Cina ini dirasakan juga oleh
masyarakat lokal terutama pedagang batik di Indonesia. Terkhusus dikota Solo (Surakarta),
mereka merasakan ketimpangan ekonomi dari pihak orang Cina. Hal ini sangat dirasakan
oleh orang pribumi yang mempunyai perusahaan batik, karena bahan batik yang dibuat
batik harus dibeli melalui pedagang Cina dan bahan-bahan batik di peroleh dari pedagang
Belanda dan Eropa. Dari pihak Belanda barang tersebut kemudian diberikan kepada rakyat
melalui bangsa Timur Asing yakni kaum Cina dan Arab. Namun yang paling dominan
adalah pedagang Cina. Aktivitas dagang Cina berhasil mempengaruhi harga dan pemasaran
pada tahap akhir distribusi barang. Pedagang Cina banyak menguasai jalur penyaluran
dagang bahan-bahan dari perdagangan eropa. Pedagangan Cina juga memiliki perusahaan
batik sendiri, karena inilah posisi dagang Cina dapat membeli bahan-bahan mentah
langsung dari pihak pertama dengan harga yang murah.
Berbeda dengan penguasa dari Indonesia yang harus memikirkan pemasaran dan hasil
produksinya, banyak para penguasaha batik harus membeli bahan dari pedagang Timur
Asing khususnya Cina dengan harga yang sangat mahal. Hal ini menyebabkan harga
produk batik yang dibuat oleh pengusaha lokal jauh lebih mahal daripada harga btik yang
dijual oleh produk Cina. Sehingga para pedagang Cina dapat mempengaruhi dan menekan
harga batik milik perusahaan lokal pribumi. Dari dampak ini juga banyak usahawan batik
lokal yang terpaksa tutup, dan ada pula perusahaan batik lokal yang jatuh ketangan orang-
orang Cina untuk dikelola. Di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Semarang
tidak ada lagi batik yang dibuat dengan cara ditulis atau batik halus, melainkan sudah
berpindah menjadi batik cap atau batik kasar. Melihat adanya perubahan dan tidak
menguntungkan seperti ini maka H. Samanhudi yang merupakan pengusaha sekaligus
pedagang batik dari Solo, menyadari ancaman perdagangan dan besarnya pengaruh Cina
dibidang perekonomian dengan ditambah besarnya peluang-peluang yang disediakan
pemerintah Belanda kepada pedagang Cina berupa keringanan-keringanan yang menjamin
mutu produksi dibanding dengan penguasahawan lokal. Hal ini dirasa sangat tidak adil dan
dinilai merugikan serta menghambat kemajuan perekonomian pribumi pada umumnya yang
pada saat itu masih berdagang batik.

5
Keprihatinan H. Samanhudi ini membuatnya berusaha untuk memperbaiki neraca
perdagangan dengan mendirikan sebuah persatuan dengan nama Sarekat Daganng Islam
(SDI). Tujuan dari didirikannya sarekat Dagang Islam ini sendiri yaitu untuk menggalang
kerja sama antar pedagang Islam dalam meningkatkan perdagangan dan berupaya bersaing
dengan pedagang Cina. Keberadaan Sarekat Dagang Islam ini di kembangkan di Jakarta
tahun 1909 oleh R.M. Tirtoadisuryo dan di bawa ke Bogor pada 1911. H. Samanhudi dan
R.M Tirtoadisuryo bekerja sama melalui surat kabar, namun tidak berlangsung lama sebab
terjadi adanya pertikaian yang menyebabkan aktivitas Sarekat dagang Islam menurun.
Adanya pertikaian ini disebabkan karena penyalahgunaan dana dan tidak sesuai antara
harga dengan yang ada di surat kabar yang terllalu mahal. Pertikaian inilah yang membuat
hubungan dari H. Samanhudi dengan R.M. Tirtoadisuryo menjadi renggang yang berakibat
pada kinerja organisasi hingga akhirnya benar benar putus hubungan kerja sama. Untuk
melanjutkan usahanya dengan organisasi yang dibentuk, agar diberi pengakuan oleh pihak
Belanda maka H. Samanhudi mencari orang yang dapat mengelola organisai tersebut. Di
pilihlah H.O.S. Tjokroaminoto untuk mengelola penyusunan organisasi dan meminta
persetujuan kepadanya serta kemudian ia melakukan pembuatan akta hukum organisasi
baru pada tanggal 10 September 1912 yang di kenal dengan Sarekat Islam.
Perubahan dari Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI) ini di
maksudkan agar keanggotaan dari organisasi ini tidak terfokus dalam dunia perdagangan
saja, akan tetapi diperluas meliputi semua kegiatan yang ada di masyarakat. Adanya
pengakuan dari Hindia Belanda menjadikan peluang pada organisasi Sarekat Islam dalam
mengembangkan organisainya yang bergerak dalam bidang perekonomian, politik, da juga
sosial budaya yang berlandaskan ajaran agama Islam. Sarekat Islam ini juga selalu
berorientasi kepada kepentingan bangsa, negara, dan agama.

2.2 Sarekat Islam Sebagai Organisasi Massa Di Indonesia


Sarekat Islam berdiri dimaksudkan membela kepentingan para pedagang Indonesia dari
ancaman pedagang Cina. Namun kenyataannya menyatakan bahwa kegiatannya lebih luas
dari maksud semula. Ia seolah-olah merupakan pertanda bagi rakyat untuk memulai suatu
gerakan melawan semua ketidakadilan yang menimpa rakyat Indonesia, baik yang
datangnya dari pemerintah Belanda, saudagar-saudagar Cina, maupun dari kalangan bangsa
sendiri yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda (Yasmis, 2009: 26)
Tujuan didirikannya organisasi ini antara lain yaitu (Marihandono, dkk. 2015: 5):
 Memajukan perdagangan kaum bumi putera
 Menolong anggota-anggotanya yang mendapat kesusahan
 Memajukan pendidikan, demi meningkatkan kualitas perilaku penduduk bumi putera
 Mengedepankan keadilan menurut ajaran agama Islam

6
Dengan meninjau tujuan Sarekat Islam yang tercantum dalam anggaran dasarnya, tidak
terlihat adanya kegiatan politik, akan tetapi kegiatan organisasi jelas terlihat
memperjuangkan hak-hak yang sesungguhnya di bidang politik. Tidak bisa dipungkiri
bahwa Sarekat Islam adalah organisasi yang memperjuangkan keadilan dengan semangat
pantang menyerah dan juga mendesak adanya penindasan dan pemerasan oleh pemerintah
Belanda. Menghadapi situasi yang mengandung unsur-unsur revolusioner, pemerintah
Belanda mulai waspada dan mengawasi langkah dari Sarekat Islam sendiri (Yasmis, 2009:
26-27). Munculnya organisasi seperti Sarekat Islam sangat ditunggu oleh masyarakat,
karena situasi di dalam masyarakat sendiri pada saat itu mengharapkan sekali kehadiran
suatu organisasi massa yang tidak bersifat elite untuk menyalurkan aspirasi rakyat
Indonesia.
Berikut Kongres- kongres yang dilaksanakan oleh Sarekat Islam:
1. Kongres Pertama SI
Menurut Marihandono, dkk. (2015: 6-12) pengurus SI ini berencana untuk
mengadakan kongres di Surabaya pada 26 Januari 1913. Persiapan penyambutan,
sidang, ataupun tempat menginap untuk para tamu sudah disiapkan. Pada 25 Januari
di stasiun kereta api ditempatkan satu korps musik yang bertugas menyambut
kedatangan para tamu. Tampak mobil dan kereta kuda yang diparkir di halaman
stasiun kereta api, yang jumlahnya mencapai kurang lebih 400-500 buah. Pada saat
Haji Samanhoedi, pendiri Sarekat Islam, tiba, beliau disambut oleh sorakan para
pendukung dan pengagumnya. Beliau menerima kalungan bunga kemudian dibawa
dengan mobil yang telah disiapkan menuju ke sekretariat panitia pelaksana kongres
di Gedung Harian Oetoesan Hindia tempat di mana kongres akan diselenggarakan.
Di hari minggu pagi, 26 Januari sudah hadir hampir 10.000 orang bumi putra
yang berkumpul di halaman gedung harian Oetoesan Hindia. Sementara di dalam
ruangan telah tersedia hanya 3.000 kursi untuk para undangan. Di tengah taman
terdapat tenda yang diisi dengan peralatan musik yang ikut memeriahkan kongres
tersebut. Tampak hadir dalam rapat itu perwakilan dari daerah-daerah, patih
Surabaya, Asisten Wedana, polisi, guru dan para pejabat bumi putra lainnya.
Tepat pada pukul 08.30 rapat dibuka oleh wakil ketua pengurus SI Oemar Said
Tjokroaminoto, yang juga menjabat sebagai redaktur kepala Oetoesan Hindia.
Setelah membuka rapat tersebut, ia meminta kepada Haji Samanhoedi, pendiri SI,
untuk berdiri agar semua orang yang hadir melihatnya.
Tjokroaminoto menyampaikan pidatonya dengan menggunakan bahasa Jawa
halus tentang tujuan didirikannya SI. Pendirian organisasi ini adalah untuk
menciptakan kesejahteraan dan kepentingan rakyat. Oleh karena itu, ia memohon
agar semua hadirin memperhatikan apa yang disampaikannya. Pagi itu oleh Wakil
Ketua SI dilaporkan cabang-cabang SI yang sudah didirikan di daerah, yang hampir
semuanya mengirimkan wakilnya dalam kongres itu. Sementara itu, ia juga

7
menjelaskan beberapa cabang di daerah yang tidak mengirimkan wakilnya karena
berbagai alasan.
Dilaporkan pula cabang-cabang yang hadir dan jumlah anggota yang sudah
bergabung:
- Semarang (1.027 anggota)
- Kudus (2.033 anggota)
- Malang (457 anggota)
- Sepanjang (258 anggota)
- Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Jombang (1.060 anggota)
- Parakan (3.769 anggota)
- Solo (64.000 anggota)
- Bangil (156 anggota)
- Sidoarjo (217 anggota)
- Surabaya (6.000 anggota)
Bila dihitung secara kasar, jumlah anggota keseluruhan SI telah mencapai
80.000 orang
Tjokroaminoto juga melaporkan bahwa ia telah terima telegram dari Wakil
Ketua Indische Partij Tjipto Mangoenkoesoemo yang mengucapkan selamat atas
diselenggarakannya kongres kali ini. Sehubungan dengan telegram yang
diterimanya, ia menyatakan dengan tegas bahwa organisasi SI bukan merupakan
partai politik. SI bukanlah partai yang menghendaki revolusi seperti yang telah
disangka oleh banyak orang. Oleh karena itu, ditegaskannya bahwa tidak perlu
orang merasa takut untuk bergabung dengan organisasi ini karena tujuannya adalah
baik, dan tidak ada alasan sama sekali untuk menindasnya karena telah bergabung
dengan organisasi ini. Ia kemudian mengaitkan dengan pasal 55 Peraturan
Pemerintah Hindia Belanda yang berbunyi: “Perlindungan atas penduduk bumi
putra terhadap kesewenang-wenangan dari siapa pun juga merupakan kewajiban
dari Yang Mulia Gubernur Jenderal untuk melindunginya”. Selanjutnya dikatakan
bahwa apabila organisasi ini memenuhi kewajiban di bawah kendali Belanda, maka
organisasi ini bisa meminta pertolongan atau bantuan kepada Gubernur Jenderal
apabila ada pihak-pihak lain yang menindas anggota organisasi ini. Hal ini
disampaikan oleh Wakil Ketua Umum SI, karena ada beberapa pejabat bumi putra
yang sering menyerang anggotanya karena pemahaman mereka salah tentang
keberadaan organisasi ini. Ia selanjutnya menegaskan bahwa organisasi ini tidak
akan menyebabkan kerusuhan, tidak akan berkelahi baik dengan sesama anggota
ataupun dengan anggota organisasi lain.
Selanjutnya, Tjokroaminoto melanjutkan pidatonya dengan menjelaskan pasal-
pasal dalam anggaran dasar SI demi memberikan pemahaman kepada semua
anggota yang hadir pada kongres tersebut.

8
Setelah menjelaskan secara panjang lebar tentang anggaran dasar organisasi,
Wakil Ketua SI juga meminta persetujuan anggota tentang rencana dibukanya tiga
cabang utama organisasi ini, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, yang
berkedudukan di Solo, Surabaya, dan Batavia. Sementara itu Komite Pusat SI akan
dipilih dari cabang-cabang ini, yang berkedudukan di kota Solo.

2. Kongres SI di Solo
Menurut Marihandono, dkk. (2015: 15-21) salah satu hasil keputusan kongres
yang telah diselenggarakan di Surabaya pada 26 Januari antara lain akan
diselenggarakannya Kongres SI di Solo pada 22 Maret 1913. Kesibukan di kota
Solo pada hari itu semakin malam semakin tampak mulai padat. Terlebih kongres
diselenggarakan pada hari sabtu. Ratusan orang yang berasal dari pegawai kereta
api negara (SS) mulai bergabung dengan anggota lainnya, disusul peserta lainnya
yang datang menggunakan kereta dari Mojokerto, Jombang dan Madiun.
Kongres ini dilaksanakan di Taman Sriwedari dimana taman tersebut adalah
tanah milik Sunan. Dengan tersebarnya kabar bahwa kereta api Soerabaja Express
dipenuhi oleh para peserta kongres, pengurus pusat SI mengirimkan semua andong
yang beroperasi di kota Solo diperintahkan untuk pergi ke Stasiun Solo Balapan
untuk menjemput para tamu. Dengan kedatangan kereta api itu, residen telah
mengirim pesan kepada Ketua Umum SI cabang Surabaya, Tjokroaminoto agar
segera menghadap Residen pada hari Sabtu pukul 17.00.
Pada kesempatan kali ini, ia membahas masalah organisasi, terutama ketaatan
para anggota terhadap aturan organisasi. Kemudian disusul oleh Said Oesman yang
membicarakan tentang tujuan keagamaan organisasi.
Selanjutnya, Tjokroaminoto mengajak para tamu untuk mulai membahas apa
yang telah diputuskan dalam rapat pengurus yang telah diselenggarakan satu hari
sebelumnya. Ia menyadari sepenuhnya bahwa organisasi ini merupakan organisasi
yang baru dan apabila sering tejadi kesalahan dalam berorganisasi, masih bisa
diberikan toleransi dan masih bisa diperbaiki. Ia juga memuji perkembangan SI di
Surabaya, yang dianggap sebagai suatu kemajuan yang baik. Di kota tersebut sudah
dibuka 17 buah toko bumi putera yang menghabiskan modal sebesar antara 5 dan 10
ribu gulden. Oleh karena itu, ia, atas nama organisasi meminta untuk menghindari
kerusuhan dan perlawanan yang telah terjadi di beberapa cabang di daerah.
Acara selanjutnya diisi oleh redaktur kepala Volkslectuur Mas Ardiwinata.
Pidatonya dapat dirangkum menjadi dua, yakni mempertanyakan mengapa SI
menolak orang yang tidak baik masuk dalam organisasi ini. Ia menegaskan bahwa
Nabi telah mengajarkan kepada umatnya bahwa orang yang tidak baik harus ditarik,
dan SI harus bisa menjadikannya orang baik. Kedua disampaikan bahwa pengurus
pusat organisasi SI kebanyakan adalah generasi muda. Mas Adiwinata

9
mengkhawatirkannya karena generasi muda tidak cukup kuat dalam memahami
ajaran Islam dan masih sulit untuk mematuhi ajaran ini. Generasi muda lebih sukar
disadarkan bila dibandingkan dengan orang tua. Pidato Mas Adiwinata mengusik
Tjokroaminoto yang ingin memberikan klarifikasi atas dua pertanyaan tersebut:
 Orang yang tidak baik tidak ditolak menjadi anggota. Mereka diberi waktu
selama enam bulan untuk memperbaiki dirinya. Setelah itu, mereka dapat
mendaftarkan kembali menjadi anggota
 Mengenai dipatuhi atau tidak ajaran agama bagi pengurus yang masih muda,
mereka masih memiliki banyak penasehat yang tanpa diminta akan selalu
mengingatkan dan membimbing mereka

3. Kongres SI di Surabaya
Menurut Marihandono, dkk (2015: 43-44) Kongres SI di Surabaya, koran de
Locomotief mengabarkan bahwa sehari sebelum dilaksanakannya kongres, pengurus
SI telah mengadakan pertemuan pengurus di rumah Haji Thayeb yang dihadiri
wakil dari seluruh cabang di Hindia Belanda. Pada pertemuan tersebut juga dihadiri
oleh Asisten Residen Surabaya Voet dan beberapa pejabat Eropa lainnya. Rapat di
rumah Haji Thayeb tersebut dibuka oleh Tjokroaminoto pada pukul 10 pagi. Ia
melaporkan bahwa anggota organisasi itu telah mencapai 500 ribu anggota yang
tersebar di 92 cabang.
Esok harinya kongres yang diselenggarakan di Taman Kota dihadiri oleh
beberapa pejabat tinggi seperti Komisaris Kepala, Asisten Residen, Bupati, dan
beberapa orang Eropa dan orang Tionghoa. Kongres dibuka oleh Tjokroaminoto
dengan mengucapkan selamat datang kepada para wakil dari seluruh cabang dan
tamu-tamu terhormat. Seperti biasa, pengurus pusat organisasi ini menguraikan
tujuan SI. Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Nyonya Walbrink yang
menyambut baik pendirian sebuah HIS swasta yang diperuntukkan bagi penduduk
yang dibantu oleh orang-orang Eropa. Pidatonya memperoleh tepuk tangan yang
meriah dari peserta kongres. Selanjutnya disambung dengan sambutan Tuan van
Beugen yang menguraikan tentang tujuan kerja organisasi ini yang menekankan
pada pelayanan pendidikan, kesehatan dan perdagangan yang lebih baik.
Wakil dari Bandung mengkritik kebiasaan yang buruk penduduk bumi putera
yang menyukai minuman beralkohol. Melalui kongres ini dimohon bantuan para
tokoh agama untuk mengajak penduduk untuk meninggalkan kebiasaan penduduk
ini. Wakil orang Tionghoa berharap agar kerjasama antara orang Tionghoa dan
bumi putera dapat terjalin dengan baik. Peranakan orang Tionghoa juga memiliki
keluarga bumi putera, mereka diturunkan dari ayah Tionghoa, dan ibu bumi putera
dan tidak selalu saling bertikai namun harus selalu berjalan seiring. Pidato yang
berisi permohonan ini ditanggapi oleh Mas Dwidjo Sewojo dan Tjokroaminoto.
Dwidjo

1
mendapatkan dukungan dari para peserta kongres ketika ia menginginkan agar
orang Tionghoa menunjukkan bukti kerukunan itu melalui tindakan dan tidak hanya
sekadar slogan saja. Hal itu dikuatkan oleh ungkapan Tjokroaminoto yang
menghendaki kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat. Pembicara terakhir
adalah Raden Achmad yang melontarkan harapan bahwa di masa mendatang
kerjasama antara penduduk akan terjadi seperti tercermin dalam kongres ini, di
mana para wakil organisasi dari semua cabang berkumpul bersama untuk
membicarakan tujuan itu. Pada acara Kongres di Surabaya, semua hadirin sepakat
nama SI Pusat (Centraal Comite Sarekat Islam) yang menjadi cikal bakal SI Pusat
diubah namanya menjadi Centraal Sarekat Islam (CSI) atau disebut sebagai SI
Pusat.
Ada pun susunan Pengurus Besar CSI adalah sebagai berikut:
 Ketua: Tjokroaminoto
 Anggota: Abdoel Moeis
 W. Windoamiseno
 Hadji Agoes Salim
 Sosrokardono
 Soerjopranoto
 Alimin Prawirodirdjo.

4. Kongres nasional I
Kongres Nasional yang I yang akan diselenggarakan di Bandung, menurut
rencana kongres akan diselenggarakan pada 17-24 Juni 1916 (Marihandono, dkk.
2015: 45). Kongres Sarekat Islam Nasional dipimpin oleh H. O. S. Tjokroaminoto.
Kata nasional dimaksudkan bahwa Sarekat Islam menuju ke arah persatuan yang
teguh dari semua golongan bangsa Indonesia. Dalam kongres ini mulailah
menyusun konsep mengenai parlemen baik di tingkat pusat maupun ditingkat
daerah. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa Sarekat Islam mulai melangkah ke
bidang politik. Pendukung Kongres Sarekat Islam Nasional terdiri dari berbagai
lapisan masyarakat. Perkembangan Sarekat Islam yang semakin luas menjadi
panutan dalam semangat para anggota dan mendapat ruang di hati semua rakyat dan
menjadikan Sarekat Islam sebagai organisasi massa pertama di Indonesia (Yasmis.
2009: 27-28).

5. Kongres Nasional SI II di Batavia


Pada 20-27 Oktober 1917 dilangsungkan Kongres SI Nasional yang kedua.
Kongres ini diselenggarakan di kota Batavia. Kongres ini dipersiapkan untuk
membicarakan rencana SI yang akan dibawa pada sidang parlemen Belanda
(Volksraad). Dalam kongres ini pembicaraan tentang pemerintahan dan badan-
badan yang ada menjadi topik yang akan dibahas dalam Kongres ini. Kongres
1
menyetujui

1
pula masuknya SI dalam Kominte Nasional yang bertujuan untuk menyusund aftar
nama calon anggota Volksraad untuk dipilih oleh majelis daerah atau yang akan
diangkat oleh pemerintah. Semaoen, ketua SI Semarang, tidak menyetujui
masuknya SI dalam Volksraad. Dan hingga kongres ditutup, permasalahan ini tidak
terselesaikan, sehingga terjadi perselisihan antara Tjokroaminoto-Abdoel Moes
melawan Semaoen, dan lainnya (Marihandono, dkk. 2015: 63-65).

2.3 Masuknya Pengaruh Komunis Di Dalam Sarekat Islam.


Setelah terjadinya revolusi Rusia,muncullah ISDV (Indische Social Democratische
Vereenihing) yang didirakan oleh Hendrio JoshepusnMaria Sheevliet pada tahun 1914
yang merupakan cikal bakal berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merupakan
kelanjutan dari sayap kiri dari Sarekat Islam.ISDV digunakan para aktivis Belanda untuk
menentang kekuasaan kapitalis pemerintahan kolonial dengan cara memperkenalkan ide
ide Marxis kepada masyarakat Indonesia terutama kepada golongan kaum buruh,
kemudian pada tahun 1915 dengan cara mempengaruhi rakyat agar menjadi pengikutnya
tetapi tidak mendapat sambutan baik karena ISDV tidak terlalu dekat dengan
rakyat.Sheevliet kemudian bertemu dengan Samaoen dan mengajak masuk kedalam
ISDV.
Sejak bertemu dengan Sheevliet,Semaoen berhenti dari profesinya sebagai juru tulis
Staatsspoor pada tahun 1916 dan pindah ke Semarang menjadi propagandis VSTP
(Vereenihing Voor Spoor-en Tramwegpersoneel).Semaoen juga tercatat pernah menjadi
sekertaris Sarekat Islam cabang Surabaya pada tahun 1914.Pada tahun kepindahannya ke
Semarang Semaoen juga diangkat menjadi propagandis SI cabang Semarang dan
setahun kemudian tepatnya pada tahun 1917 Semaoen terpilih menjadi SI cabang
Semarang.Semaoen sendiri memiliki pengaruh dan dampak besar bagi SI cabang
Semanrang, salah satunya ia berhasil meningkatkan jumlah SI yang semula 1.700
anggota menjadi 20.000 anggota dalam waktu kurang lebih satu tahun.
Pada kongres Sarekat Islam yang kedua pada tahun 1917 di jakarta Sarekat Islam
menegaskan tujuannya yakni akan menuju kemerdekaan.Namun perumusan tersebut
belum dipertegas dan diperjelas sehingga menimbulkan kekhawatiran yang akan
membawa dampak terhadap Sarekat Islam.Dalam kongres 2 juga sempat disinggung
masalah Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat) yang sedang dalam
pembentukan.Semaoen tidak setuju bahwa Sarekat Islam mengirimkan wakilnya
Volksraad.Semaoen mulai melancarkan kritikan-kritikan tajam kepada pemenrintah,
akan tetapi Sarekat Islam masih tetap menjalin hubungan dengan pemerintah Belanda
meskipun harus diakui bahwa sudah masuk pengaruh aliran revolusioner sosialitas
dalam Sarekat Islam.

1
Kegiatan di ISDV membuat Semaoen menjadi radikal dan selalu bertentangan
dengan CSI (Central Sarekat Islam).Salah satu contohnya pada saat Semaoen mengikuti
kongres nasional SI yang kedua di Jakarta pada tahun 1917, dalam kongres itu Semaoen
sebagai ketua SI cabang Semarang menolak bergabung dengan Indie Weerbaar atau
milisi Hindia- Belanda.Semaoen beraanggapan milisi ini hanya menjadi tameng bagi
Belanda dari ancaman pasca Perang Dunia 1 dan kemungkinan Perang Dunia 2, selain
itu Semaoen juga menentang masuknya SI dalam Volksarnd(Dewan Rakyat Hindia-
Belanda).Tetapi semua pendapat Semaoen itu tidak menndapat respon dari
kongres.Setelah kongres ketiga yang diadakan di Surabaya pada tahun 1918 September
Semaoen mendapat banyak dukungan dari anggota SI lainnya terutama dari SI cabang
Semarang.
Pengaruh Semaoen makin lama semakin membesar dalam tubuh Sarekat Islam,
pada kongres Sarekat Islam 3 tahun 1918 ditegaskan bahwa “pertentangan yang besar
tidak hanya mengenai pertentangan antara kaum penjajah kontra kaum dijajah saja,
akan tetapi juga ditegaskan bahwa di Hindia Belanda pertentangan yang besar juga
terdapat antara kapitalis kontra kaum buruh”.Sebagai akibat daripada adanya
penegasan ini, Sarekat Islam mulai mengorganisasi kaum buruh dan serikat
pekerja.Pembentukan ini diserahkan kepada Sosorkardono yang bertepatan pada kongres
Sarekat Islam ke 4 yang sudah sangat lesu akibat adanya dua peristiwa perlawanan
nasional dari anggota Sarekat Islam pada tahun 1919.
Akibat kritikan kritikan dari Semaoen dalam kongres ke 5 tahun 1921 perpecahan
tidak saja terjadi pada Sarekat Pekerja akan tetapi juga sudah dirasakan dalam
CSI.Perpecahan tersebut dapat diatasi dengan kebijakan kongres, dengan cara kompromi
dari aliran CSI, kemudia mengambil keputusan bahwa aliran keagamaan yang diwakili
Tjokrominoto dan aliran komunis diwakili golongan Semaoen.
Dari pertentangan yang terjadi di dalam kongres nasional tersebut dapat dilihat
bahwa ada indikasi awal mula perpecahan serta masuknya pengaruh dari
Marxisme.Semaoen tidak sendiri, ia bersama Alimin Prawirodirdjo dan Darsono yang
terpengaruh ajakan dari Sheevliet.Hal itu membuat Agus Salim dan Abdul Muis geram
dan mewaspadai Semaoen dan anggotanya.
2.4 Timbulnya Perpecahan Dalam Sarekat Islam.
Terjadi setelah suasana kehidupan politik tahun 1929, kondisi organisasi Sarekat
Islam jauh berbeda dengan kondisi pada awalnya saat berdiri. Pengalaman kehidupan
dalam berpolitik selama kurang lebih sepuluh tahun memberikan padangan yang luas
dan mendasar. Pengaruh pergerakan dan pemberontakan dari laurpun sudah masuk
kedalam organisasi, demikian dengan sikap partai Sarekat Islam dalam bekerja sama
dengan pemerintah kolonial perlu dikaji ulang kembali. Namun setelah kejadian
lepasnya perpecahan didalam organisasi Sarekat Islam dengan keluarnya golongan
pemikir revolusioner sosialis yang diprakasai oleh Samaun yang dimana mengadakan
kerjasama
1
dengan partai Komunis Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena upaya penyelamatan
organisasi Sarekat Islam dari Samaun yang menganut paham Komunis Internasionalis
yang dapat mempengaruhi tujuan, fungsi, dan cita-cita utama organisasi Sarekat Islam
yang berasaskan agama.
Sarekat Islam berusaha memulihkan organisasinya secara mandiri. Haji Agus salim
melancarkan gerakan Panislamisme yang memiliki tujuan untunk mencari dan
menghimpun kembali kekuatan Islam yang ada didalam Indonesia. Dengan melancarkan
pergerakan ini maka Sarekat Islam mempunyai watak Internasionalis. Kongres Al-Islam
pertama diadakan dikota Cirebon yang dipimpin oleh Tjokroaminoto dan Agus Salim.
Dalam kongres ini mengkaji tentang masalah-masalah cabang dan perbedaan-
perbedaanya yang dikenal dengan sebutan Fu’ru dan Chilafijah. Dalam kosnres tersebut
juga membahas bagaimana cara menjalin hubungan kerjasama yang baik antar kaum
muslim.
Pada Kongres Al-Islam yang ke 2 diadakan di Garut ditahun 1922 dipimpun oleh
Agus Salim yang membahas fungsi agama dan ilmu pengetahuan serta mengkaji tentang
hubungan Islam dengan Sosialisme, tidak lupa juga membahas pengecaman tentang
kapitalisme. Dalam kongres ini menyampaikan betapa pentingnya persatuan Islam dalam
fungsi majelis ulama. Agus Salim juga memimpin Kongres Al- Islam Luar Biasa yang
diadakan di Surabaya yang dimana dihadiri oleh anggota Sarekat Islam , Muhammdiyah,
dan golongan Islam lainnya. Agus Salim berusaha menjelaskan uraian kemerdekaan dan
Nasionalisme berdasarkan Islam, untuk memajukan nusa dan bangsa berlandaskan asas
Islami.
Ditahun 1925 diadakan Kongres bersama antara Al- Silam dan Sarekat Islam di
Yogyakarta. Tjokroaminoto menyarankan agar memulai pengaturan kehidupan rakyat
dilapangan ekonomi, sosial, dan kebudayaan didasarkan asas keIslaman. Kemudian
ditahun 1926 diadakan lagi Kongres Al- Islam yang ke empat di Suarabaya. Dalam
Kongres ini membahas untuk bentuk keputusan dalam pembentukan Mukatamar Alam
Islamy Fa’raus Hindis Sjariqah (MAIHS). Hasil keputusan bersama ditahun 1925 yang
diselenggarakan di Yogyakarta menimbulkan pertentangan. Pertentangan terjadi pada
saat pencetusan rencana dan tujuan, bila golongan H. O. S. Tjokroaminoto-Agus salim
menekankan pada asas keagamaan, lain halnya dengan Sukiman-Suryorpronto yang
lebih menekankan pada asas Kebangsaan. Konflik ini menjadi membesar yang
mengakibatkan Dr. Sukiman dan kawan-kawannya mendirikan partai tersendiri yang
diberi nama Partai Islam Indonesia ditahun 1938. Dr. Sukiman mendirikan partai dibantu
oleh beberapa teman diantaranya: Wibowo, Kasman, Singodimejo, Farid MA’ruf, Abdul
Kahar Muzakar, dan K. H Mas Mansyur yang kesemuanya itu keluar dari Partai Sarekat
Islam.
Perpecahan dari Partai sarekat Islam sendiri ditimbulkan karena hubungan asasnya
dengan soal kepemimpinannya. Yang dimana bentuk kepemimpinan Partai sarekat Islam
sangat rawan sebagai bentuk organisasi yang berjalan dibidang politik. Perbedaan

1
pendapat, perbedaan kepentingan, dan ambisi pribadi dari masing-masing kelompok
lebih jelas dan dominan daripada organisasi sosial pendidikan dan kemanusiaan sebagai
tujuan awal.

1
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan oleh para penyusun kesimpulan
yang dapat diambil yaitu Sarekat Islam adalah sebuah organisasi yang awalnya bernama
Rekso Roemekso yang diprakarsai oleh H. Samahundi. Dalam perkembangannya
organisasi ini memperoleh status hukum sehingga berubah menjadi organisasi dagang
yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), dan berubah lagi menjadi Sarekat Islam
(SI). Hal tersebut dimaksudkan agar keanggotaan dari organisasi ini tidak berfokus pada
dunia perdagangan saja, akan tetapi mencakup semua kegiatan yang ada didalam
masyarakat. Beberapa tujuan dari Sarekat Islam (SI) itu sendiri antara lain yaitu
memajukan perdagangan kaum bumi putera, menolong anggota-anggotanya yang
mendapat kesusahan, memajukan pendidikan demi meningkatkan kualitas perilaku
penduduk bumi putera, dan mengdepankan keadilan menurut ajaran agama Islam.
Sarekat Islam juga mengadakan beberapa Kongres diantaranya yaitu Kongres Pertama
SI yang diadakan di Surabaya, Kongres SI di Solo, sebelum Kongres SI di Surabaya
menurut koran De Locomotief juga mengadakan kongres, lalu Kongres Nasional I yang
diselenggarakan di Bandung, dan Kongres Nasional SI II yang dilaksanakan di Batavia.
Setelah terjadinya revolusi Rusia, muncullah ISDV (Indische Social Democratische
Vereenihing) yang didirakan oleh Hendrio JoshepusnMaria Sheevliet pada tahun 1914
yang merupakan cikal bakal berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
merupakan kelanjutan dari sayap kiri dari Sarekat Islam, pada tahun 1915 dengan cara
mempengaruhi rakyat agar menjadi pengikutnya tetapi tidak mendapat sambutan baik
karena ISDV tidak terlalu dekat dengan rakyat. Sheevliet kemudian bertemu dengan
Samaoen dan mengajak masuk kedalam ISDV, akibat kritikan kritikan dari Semaoen
dalam kongres ke 5 tahun 1921 perpecahan tidak saja terjadi pada Sarekat Pekerja akan
tetapi juga sudah dirasakan dalam SI.
Sarekat Islam berusaha menyatukan organisasinya secara mandiri. Haji Agus salim
melancarkan gerakan Panislamisme yang memiliki tujuan untunk mencari dan
menghimpun kembali kekuatan Islam yang ada didalam Indonesia. Dengan
melancarkan pergerakan ini maka Sarekat Islam mempunyai watak Internasionalis.
Kongres Al-Islam pertama diadakan dikota Cirebon yang dipimpin oleh Tjokroaminoto
dan Agus Salim. Lalu pada Kongres Al-Islam yang ke 2 diadakan di Garut ditahun
1922 dipimpun oleh Agus Salim, ditahun 1925 diadakan Kongres bersama antara Al-
Silam dan Sarekat Islam di Yogyakarta, kemudian ditahun 1926 diadakan lagi Kongres
Al- Islam yang ke empat di Suarabaya. Perpecahan dari Partai sarekat Islam sendiri
ditimbulkan karena hubungan asasnya dengan soal kepemimpinannya.

1
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan berkaitan dengan metode pengumpulan data dan sumber data yang
digunakan dinilai masih kurang. Maka dari itu, penulis berharap untuk penyusunan
makalah dengan tema yang serupa lebih memperkaya pustaka yang digunakan dan juga
terkait pengumpulan data menggunakan metode yang bervariatif. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi
untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

1
DAFTAR PUSTAKA

Yasmis. 2009 . Sarekat Islam dalam Pergerakan Nasional Indonesia (1912-1927). Jurnal
Sejarah Lontar, Vol 6 (1).
Rahmana, S. 2018. Sarekat Islam: Mediasi Perkecuan di Surakarta Awal Abad Ke-20. JUSPI
: Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol 2 (1).
Marihandono, dkk. 2015. H.O.S. Tjokroaminoto Penyemai Pergerakan Kebangsaan dan
Kemerdekaan. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ahmad Mirza Ghulam,Mahasta Muhmmad Arya.2020.DINAMIKA SAREKAT ISLAM DAN
KOMUNIS (PROSES PENYUSUPAN KOMUNIS DAN PERPECAHAN SAREKAT
ISLAM).Program Studi Pemikir Politik Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya, Volume
20 No 02, Halaman 62-63.

Anda mungkin juga menyukai