Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

SEJARAH MUHAMMADIYAH SELAMA SE-ABAD LEBIH

Dosen Pengampu
Endang Listyowaty, S.Ag, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 13

Adinda Wulandari Ningtyas 2005015142


Irfan Polistyo Perdana 2005015070
Nugraha Wira Pambudhi 2005015106

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Sejarah Muhammadiyah Selama Se-Abad Lebih”. Adapun
tujuan dari penulisan ini untuk menambah wawasan tentang Sejarah Muhammadiyah
Selasa Se-Abad Lebih bagi para pembaca dan juga penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang Listyowaty selaku
dosen mata kuliah Kemuhammadiyahan yang sudah membimbing dalam penulisan
makalah sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang bersangkutan dan telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan, penulis perlu adanya
perbaikan dan latihan untuk membuat makalah tersebut menjadi benar. Penulis juga
menyadari makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis berharap ilmu yang telah didapatkan dari semua pihak dapat
bermanfaat dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
semua orang.

Jakarta, 28 Desember 2021


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1 Konstelasi Masyarakat Dan Kebudayaan Indonesia Awal Abad Ke-20 .........3
2.2 Sejarah Berdirinya Muhamamdiyah ..................................................................5
2.3 Capaian Selama Se-Abad Berdakwah ...............................................................8
2.4 Dinamika Se-Abad Berdakwah Tentang Arah Kiblat Dan Hisab ..................10
2.5 Faktor-Faktor Keberhasilan Muhammadiyah Di Indonesia ...........................11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................13
1. Kesimpulan ............................................................................................................13
2. Saran ......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ahmad Dahlan adalah seorang yang man of action. Beliau adalah
“made history for his works than his words.” Hal ini berbeda dengan tokoh-
tokoh pembaru lain seperti A. Hasan dan Ahmad Surkati yang cukup produktif
dalam dunia tulis menulis. Yang penting bagi Dahlan tampaknya adalah
bahwa doktrin dan aksi harus menyatu. Bila diukur dengan semangat zaman
waktu itu, KH.A. Dahlan adalah seorang revolusioner. Pada saat orang
membesar-besarkan pentingnya ziarah kubur, Dahlan malah memberikan
fatwa pada tahun 1916 tentang haramnya perbuatan itu. Fatwa ini sangat
menggemparkan masyarakat dan para ulama. Dahlan mendorong penggunaan
akal fikiran dalam memahami dan mengamalkan agama, yang merupakan
respon terhadap kebiasaan umat waktu itu menerima agama secara taklid.
Muhammadiyah memiliki karakteristik yang khas yakni pola
pembaruan yang dilakukan melalui penataan organisasi yang rapi dan
terencana. Pokok-pokok pemikiran Muhammadiyah diaplikasikan dalam
kehidupan amal usaha, baik pada bidang garap keagamaan, pendidikan,
maupun kemasyarakatan. Usaha-usaha Muhammadiyah yang menonjol sejak
awal kehadirannya di bumi Nusantara ini adalah kegiatan-kegiatan dakwah
yang langsung menyentuh kepentingan nyata masyarakat, yang terdiri atas
kegiatan pendidikan, social, ekonomi, dan kesehatan. Jumlah amal usaha
Muhammadiyah dari tahun ke tahun dan telah mengalami peningkatan.
Pertambahan amal usahanya yang secara kuantitatif ini diimbangi oleh usaha-
usaha peningkatan kualitatif agar mampu berkembang secara lebih baik di
masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Konstelasi Masyarakat Dan Kebudayaan Indonesia Awal Abad
Ke-20?
b. Bagaimana Sejarah Berdirinya Muhamamdiyah?
c. Apa Capaian Selama Se-Abad Berdakwah?

1
d. Apa Saja Faktor-Faktor Keberhasilan Muhammadiyah Di Indonesia?

1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Konstelasi Masyarakat Dan Kebudayaan Indonesia
Awal Abad Ke-20
b. Untuk Mengetahui Sejarah Berdirinya Muhamamdiyah
c. Untuk Mengetahui Capaian Selama Se-Abad Berdakwah
d. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Keberhasilan Muhammadiyah Di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konstelasi Masyarakat Dan Kebudayaan Indonesia Awal Abad Ke-20


Pada masa itu kehidupan sosial yang mulai terdisrupsi, ditambah
kebijakan politik kolonial yang tidak adil kepada kelas pribumi, gesekan
kepentingan antar kelas sosial semakin kuat. Segregasi antar kelas sosial telah
memicu kecemburuan dan sentimen etnis serta keagamaan. Situasi menjadi
ekstrem ketika antar kelas sosial terjadi gesekan kepentingan yang memicu
konflik.
 Pertama, kasus perkelahian di pasar Laweyan antara pedagang muslim
pribumi dengan pedagang China. Inilah kasus yang menjadi latar
belakang berdirinya perkumpulan Rekso Roemekso(16 Oktober
1905) atas inisiasi Haji Samanhoedi. Jika tidak karena publikasi media
massa milik Tirto Adhi Soerjo, maka Rekso Roemekso tidak akan
hadir sebagai organisasi pribumi yang terbesar pada masanya. Di
kemudian hari, perkumpulan ini berubah menjadi Sarekat Dagang
Islamiyah (SDI)—kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI)
(Deliar Noer, 1996: 115).
 Kedua, terbentuknya organisasi milisi Islam Tentara Kandjeng Nabi
Moehammad (TKNM) padaFebruari tahun 1918 di bawah stuktur
Sarekat Islam (SI) adalah contoh situasi ekstrim yang dipicu dari latar
belakang ketidakadilan politik, pemanfaatan sentimen keagamaan umat
Islam, dan penggunaan media massa secara massif. Adalah H.O.S.
Tjokroaminoto inisiator TKNM tokoh yang menjadikan kasus
penistaan agama dalam surat kabar Djawi Hisworo (nomor 4 dan 5/
edisi 9 dan 11 Januari 1918) sebagai isu nasional lewat artikel
bantahan di koran Oetoesan Hindia(edisi 31 Januari 1918). Ia menuduh
pemerintah kolonial tidak mementingkan umat Islam. Di Solo, surat
kabar Medan-Moeslimin (Edisi no. 4/1918) memuat ulang artikel
Abikoesno Tjokrosoejoso di Oetoesan Hindia. Situasi menjadi ekstrem
karena Tjokro telah menjadikan kasus penistaan agama sebagai isu
nasional sehingga umat Islam terpancing kemarahan mereka untuk
merespon dengan tindakan redaktur Djawi Hisworo. TKNM kemudian
menjadi kekuatan politik baru di bawah Sarekat Islam yang ditopang
dengan kekuatan ekonomi yang digali dari iuran atau derma para
anggotanya.
 Ketiga, kelahiran TKNM sebagai gerakan politik identitas baru yang
memanfaatkan sentimen keagamaan umat Islam telah memicu respon
reaktif dari kelompok nasionalis pribumi yang merasa terancam
kepentingan mereka. Surat kabar Neratjaedisi nomor 37, tanggal 23
Februari 1918 menurunkan rilis dari Comite Javaansch Nationalism
(JN) di Weltevreden. JN menganggap tujuan TKNM sebagai
penghalang mewujudkan cita-cita Nasionalisme Jawa. Apalagi ajaran
Islam dianggap merendahkan Ilmu Jawa yang sudah menjadi khazanah
turun-temurun. Mereka menganggap agama Islam sebagai agama
bangsa asing (Arab). Dengan tegas mereka menolak tujuan
pembentukan TKNM.
Selain itu pada awal abad 20 juga terjadi hal-hal berikut dan membuat
suatu pembaharuan :
Kauman dipenuhi penghulu abdi kraton dengan tradisi feodal dan anti-
kritik adalah bagian dari jagad pakeliran yang kompleks bagi
Muhammadiyah. Secara internal, tantangan ini diperumit oleh situasi
keterbelakangan dan kebodohan massif bangsa serta kehidupan
masyarakat agraris berpola ekonomi subsistens.
a. Pertama. mendorong Ahmad Dahlan melakukan pembongkaran
cara beragama menurut kaidah ilmiah. Gerakan perlawanan atas
arus utama kaum penghulu kraton dimulai dengan membenahi arah
kiblat sesuai perhitungan ilmu falak. Perubahan kecil tapi sangat
efektif sebagai terapi kejut dan menimbulkan banyak perdebatan
dan diskusi di kalangan ulama konservatif saat itu. Tersingkir dari
lingkaran elite kauman adalah risiko yang harus ia terima.
b. Kedua. Kebodohan dan keterbalakangan, melahirkan momen
kreatif Dahlan dan Muhammadiyah untuk melakukan gerakan
pembumian alMa`un. ”Pendusta agama adalah orang-orang yang
shalat tetapi lalai menyantuni fakir miskin dan menelantarkan
kaum yatim” (QS. al-Ma`un 107: 1- 4). Fakir miskin adalah
kategori yang merujuk pada kemiskinan sebagai akibat langsung
kebijakan ekonomi yang mendudukkan kaum pribumi sebagai
kelas
c. Ketiga, setelah kaum penjajah sebagai kelas pertama, dan Timur
Asing sebagai kelas kedua. Karenanya mereka harus puas menjadi
kelas pekerja rendahan. Sementara yatim dimaknai sebagai
kelompok tertindas oleh kejahatan kolonial secara politik dan
kultural.

2.2 Sejarah Berdirinya Muhamamdiyah


Muhammadiyah merupakan suatu gerakan islami yang telah dibuat oleh
Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah
bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah. Gerakan islami ini lahir di
suatu daerah yang bernama Kauman Provinsi Yogyakarta. Tempat yang
bernama Kauman tersebut adalah tempat yang banyak berisi perkumpulan
para ahli agama, tetapi menurut beliau islamnya tidak bercampur aduk dengan
budaya Jawa.
Jadi untuk faktor pendorong berdirinya gerakan islam yang bernama
Muhammadiyah dikarenakan beberapa kegelisahan dan rasa pribatin kepada
religiulitas sosial dan moral. Rasa gelisah ini disebabkan karena adanya
kebodohan, kemiskinan dan umat yang keterbelakangan. Didaerah tersebut
juga masih banyak yang melakukan perbuatan yang mekanistik, tidak melihat
dan memilah apakah perilaku tersebut positif dengan melakukan perbuatan
tahayul, bid’ah dan khurafat.
A. Faktor Internal KH. Ahmad Dahlan
Faktor subjektif yang kuat bisa disimpulkan sebagai faktor utama dan
suatu penentu dari berdirinya Muhammadiyah. Hal ini dikarenakan adanya
pendalaman dan kajian beliau terhadap Al Quran yang kritis.
“Dan hendaklah ada di anrara kamu segolongan uma yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’rif dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran Ayat
104)
Dari ayat tersebut beliau mendapatkan suatu inspirasi sehingga hatinya
tergerak dalam membangun suatu perkumpulan, organisasi atau suatu
persyarikatan yang teratur dan rapih. Beliau ingin menjalankan suatu
perkumpulan itu untuk bertugas dalam melaksanakan misi dakwah islam
amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat.
B. Faktor Eksternal
a. Ketidakmurnian dan ketidak selarasan amalan islam dengan Al Quran
dan Sunnah
Didaerah tersebut masih banyak terdapat suatu praktek ritual
yang tercampur aduk dengan islam. Misalnya adalah sesajen yang
ditunjukkan kepada arwah dan roh halus. Beliau merasa hal tersebut
tidaklah benar dan bertentangan dengan prinsip-prinsip islam yang ada
di tangah masyarakat. Karena Allah itu sangatlah dekat sekali dengan
hambanya dan tidak memerlukan suatu perantara dalam meminta atau
memohon sesuatu.
b. Tidak terdapat lembaga pendidikan islam yang memadai
Pada masa itu pendidikan islam adalah pesantren, disana hanya
mengajarkan agama dengan artian sempit. Mata pelajaran tersebut
yaitu terbatas pada bidang: fiqh agama, 6 yang meliputi mata pelajaran
bahasa Arab, terjemah, tafsir, hadis, tasawuf/akhlak, aqaid, ilmu
mantiq, dan ilmu falaq. Sedangkan mata pelajaran yang bersangkut
paut dengan urusan keduniaan (muamalah duniawiyah), yang sering
disebut ilmu pengetahuan umum seperti sejarah, ilmu bumi, fisika,
kimia, biologi, matematika, ekonomi, dan sosiologi sama sekali tidak
diperkenalkan.
Melihat situasi semacam ini, KH.Ahmad Dahlan berikhtiar
untuk bisa menyempurnakan pendidikan yang ada dengan
mengintegrasikan dengan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Sehingga
dengan pendidikan yang padu tersebut akan lahir generasi muslim
yang ”bertakwa kepada Allah”sekaligus ”cerdas lagi terampil”, yang
dalam terminologi al-Qur’an disebut sebagai ”ulul albab”.
c. Kelemahan Kepemimpinan Islam
Menurut Ahmad Dahalm ada 3 jenis kelemahan kepemiminan :
a) Terbatasnya pengetahuan
b) Lebih banyak berbicara dari pada berbuat
c) Lebih banyak mementingkan kelompok dari pada kepentingan
umum. Dalam perspektif ini kelahiran Muhammadiyah didorong
oleh kesadaran yang dalam tentang tanggung jawab sosial yang
pada masa itu sangat terabaikan. Dengan kata lain, doktrin sosial
Islam tidak digumulkan dengan realitas kehidupan umat.
d) Meningkatnya gerakan misi agama lain ke masyarakat Indonesia
Belanda memiliki 3 panji yaitu Gold, Glory dan Gospel. Pada
Gospel ini adalah motif menyebarluaskan ajaran Kristen kepada
anak negeri jajahan. Dalam mewujudkan ketiga motif tersebut,
Pemerintah Hindia Belanda menggarap penduduk bumi putra lewat
dua langkah besar, yaitu: program asosiasi dan Kristenisasi.
Kristenisasi, yaitu program yang ditujukan untuk mengubah
agama penduduk, yang Islam maupun yang bukan menjadi Kristen.
Pada abad ke 19, banyak orang Belanda baik di negerinya sendiri
maupun di Hindia Belanda sangat berharap untuk menghilangkan
pengaruh Islam dengan proses Kristenisasi secara cepat atas
sebagain besar orang Indonesia.
e) Pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia islam
Gerakan ini adalah salah satu mata rantai yang panjang dari
gerakan pembaharuan dalam Islam yang dimulai sejak tokoh
pertamanya, yaitu Syaikh Ibn Taimiyah, Ibnul Qayyim al-Jauziyah,
Muhammad bin Abdul Wahhab, Sayyid Jamaluddin al-fghani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan sebagainya. Lewat telaah
KH. A. Dahlan terhadap berbagai karya para tokoh pembaharu di
atas serta kitab-kitab lainya yang seluruhnya menghembuskan
angin segar untuk memurnikan ajaran Islam dari berbagai ajaran
sesat dengan kembali pada al-Qur’an dan as-Sunnah, mendapat
inspirasi yang kuat untuk membangun sebuah gerakan Islam yang
berwibawa, teratur, tertib, dan penuh disiplin guna dijadikan
wahana untuk melaksanakan dakwah Islam amar makruf nahi
maunkar di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
f) Tekanan dunia barat bangsa Belanda ke Indonesia
Adanya pendidikan model barat dengan ciri sifat
intelektualisme, individualism, elitis, diskriminatik dan tidak
melihat dasar moral keagamaan. Maka akan lahir suatu generasi
Indonesia yang terkena paham rasionalisme dan individualism
dalam cara berpikirnya.
C. Lambang Muhammadiyah
a. Bentuk lambang. Bentuk lambang Muhammadiyah adalah matahari
yang memancar- kan dua belas sinar ke semua penjuru, dengan sinar
yang bersih putih bercahaya. Ditengah-tengahnya terdapat tulisan arab
berbunyi Muhammadiyah, dan pada lingkaran bagian atas dan bagian
bawah terdapat tulisan dua kalimah syahadat. Seluruh gambar matahari
dengan atributnya berwarna putih dan terletak di atas warna dasar hijau
daun.
b. Filosofi lambang. Matahari merupakan salah satu benda langit ciptaan
Allah. Dalam sistem tata surya matahari menepati posisi sentral
(holiosentris) yaitu menjadi titik pusat dari semua planet-planet lain.
Matahari merupakan benda langit yang darinya sendiri memiliki
kekuatan memancarkan sinar panas yang sangat berguna bagi
kehidupan biologis semua makhluk hidup yang ada di bumi. Dan tanpa
sinar matahari, bumi akan membeku dan gelap gulita, sehingga semua
makhluk hidup tidak mungkin dapat meneruskan kehidupanya.
Kalau matahari menjadi penyebab lahiriyah berlangsungnya
kehidupan secara biologis bagi seluruh makhluk hidup yang ada di
bumi, maka Muhammadiyah akan menjadi penyebab lahiriyah
berlangsungnya kehidupan secara spiritual, rohaniah bagi semua orang
yang mau menerima pancaran sinarnya yang berupa ajaran Islam
sebagaimana termuat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

2.3 Capaian Selama Se-Abad Berdakwah


Pencapaian yang sudah di raih oleh Muhammadiyah sangatlah banyak mulai
dari bidang pendidikannya,
 Perkembangan secara vertical. Yaitu perkembangan dan perluasan
gerakan Muhammadiyah ke seluruh penjuru tanah air, berupa
berdirinya wilayah-wilayah di tiap-tiap propinsi, daerah-daerah di tiap-
tiap kabupaten/kotamadya, cabangcabang dan ranting-ranting serta
jumlah anggota yang bertebaran di mana-mana.
 Perkembangan secara horizontal. Yaitu perkembangan danperluasan
amal usaha Muhammadiyah, yang meliputi berbagai bidang kehidupan.
Hal ini dengan pertimbangan karena bertambah luas serta banyaknya
hal-hal yang harus diusahakan oleh Muhammadiyah, sesuai dengan
maksud dan tujuannya. Maka dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja
yang berkedudukan sebagai badan pembantu pimpinan persyarikatan.
Kesatuankesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-
badan.
Macam-Macam Amal Usaha Muhammadiyah :
a. Bidang Agama. Pada tahun 1927 membentuk Majelis Tarjih untuk
menghimpun ulama-ulamam dalam mengadakan pembahasan dan
fatwa serta tuntunan mengenai hukum bagi warga persyarikatan
dan masyarakat muslim.
b. Bidang pendidikan. Pendidikan sangatlah penting, KH. Dahlan
menginginkan bahwa cita-cita pendidikan Islam adalah untuk
membentuk manusia Muslim yang baik budi, alim dalam agama,
luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan serta
bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Saat ini
Muhammadiyah telah mempunyai TPQ Muhammadiyah sebanyak
sebanyak 4.623, jumlah data SD/MI 2.604, jumlah SMP/MTs
1.772, jumlah SMA/MA/SMK 1.143, jumlah Perguruan Tinggi
Muhammadiyah 176, dan jumlah pesantren Muhammadiyah
sebanyak 340..
c. Bidang Kemasyarakatan. Pada tahun 1923 mendirikan
Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO). Jumlah Rumah Sakit
Umum dan Bersalin Muhammadiyah atau Aisyiyah yang terdata
sejumlah 400. Selain, sejumlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak,
Balai Kesehatan Masyarakat, Balai Pengobatan, dan Apotek yang
tersebar di seluruh Tanah Air. 765 bank perkreditan rakyat syariah,
635 panti asuhan, 457 rumah sakit dan klinik. Berbagai amal usaha
jumlahnya akan berus bertambah.
2.4 Dinamika Se-Abad Berdakwah Tentang Arah Kiblat Dan Hisab
A. Arah Kiblat
KH Ahmad Dahlan menjadi orang pertama di Indonesia, setalah Syekh
Arsyad al-Banjari yang berupaya meluruskan arah kiblat langgar, musalla
dan masjid di Indonesia yang kala itu tidak mengarah persis ke Ka’bah
Baitullah. KH Ahmad Dahlan menjadi orang pertama di Indonesia, setalah
Syekh Arsyad al-Banjari yang berupaya meluruskan arah kiblat langgar,
musalla dan masjid di Indonesia yang kala itu tidak mengarah persis ke
Ka’bah Baitullah di Makkah Mukarramah.di Makkah Mukarramah.
Dalil yang Ahmad Dahlan gunakan adalah :
“Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (Nabi
Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit berdoa dan menunggu-nunggu
Turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah),
Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-
orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan” (QS. Al Baqarah Ayat 144)
Cara menentukan kiblat yaitu dengan cara melakukan penghitungan
menggunakan rumus dan cara lainnya seperti menentukan titik utara sejati
dan titik selatan sejati, baik dengan menggunakan kompas atau sinar
matahari. Bila penentuan titik utara dengan kompas, variasi magnit sangat
perlu diperhatikan. Untuk wilayah Indonesia dari barat sampai timur

sebesar -1° sampai dengan +5°. Misalkan untuk Yogyakarta sebesar +0°

45’, maka titik utara sejati berada di sebelah timur utara magnit (kompas)

sebesar 0° 45’.

B. Hisab
Hisab adalah suatu metode perhitungan waktu. ilmu hisab lebih luas
dari ilmu falak. Namun, hisab kerap diidentikkan dengan falak, sebab
aktivitasnya adalah melakukan perhitungan gerakan benda langit. Dari
perhitungan tersebut didapatkan posisi benda langit, ketinggian,
kerendahan, terjadinya waktu malam dan siang, awal waktu shalat,
bilangan bulan dan tahun, awal bulan Qamariyah, hingga gerhana.
Penetapan waktu dan arah tersebut dilakukan dengan perhitungan terhadap
posisi-posisi geometris matahari, bulan, dan bumi.
Muhammadiyah meyakini hisab hakiki dengan acuan ijtimak atau
konjungsi (bulan dan matahari berada di satu garis edar), sebagai batas
kulminasi awal dan akhir bulan Qomariyah dengan menggunakan tiga
kriteria wujudul hilal untuk penetapan awal bulan. Kriteria yang dimaksud
berupa: telah terjadi ijtimak bulan-matahari, ijtimak terjadi sebelum
terbenam matahari, dan bulan di atas ufuk atau belum terbenam pada saat
matahari terbenam.
Metode hisab Muhammadiyah, adalah serangkaian proses perhitungan
untuk menentukan arah suatu tempat dari tempat lain, atau menentukan
posisi geometris benda langit untuk kemudian mengetahui waktu saat di
mana benda langit menempati posisi tersebut, atau mengetahui apakah
suatu siklus waktu sudah mulai atau belum. Objek metode hisab
Muhammadiyah antara lain: arah kiblat, waktu salat, awal bulan Qamariah,
serta gerhana matahari dan bulan.
Alasan Muhammadiyah menggunakan metode hisah :
1. Mengambil dari sumber Surat Yunus Ayat 5
"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-
orang yang mengetahui."
2. Menggunakan hisab adalah pasti karena berdasarkan astronomi, yang
menjadikannya bisa digunakan dalam perencanaan waktu di masa
depan.

2.5 Faktor-Faktor Keberhasilan Muhammadiyah Di Indonesia


Faktor keberhasilan Muhammadiyah di Indonesia sampai sekarang ini
dikarenakan 5 faktor, yaitu :
1. Melakukan inovasi atau berpikir untuk melakukan pembaharuan. Hal ini
yang menjadikan Muhammadiyah dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman dan bisa diterima oleh masyarakat umum.
2. Melakukan pemikiran yang kreatif atau aspek usaha dalam mewujudkan
suatu cita-cita dengan cara mengembangkan pemikiran nya.
3. Alat kelembagaan yang diciptakan untuk mengarah kepada perubahan –
perubahan di berbagai sector , terutama sector pendidikan. Alat
kelembagaan Muhammadiyah dapat dikatakan rapi. Muhammadiyah
sangat memperhatiakan sekali aspek pendidikan, Muhammadiyah pun
menyiapkan para kadernya untuk dapat menghadapi kemajuan – kemajuan
yang nanti akan datang, dari berbagai sistem pendidikan , muhammadiyah
sendiri melakuakn perubahan fundamental dalam tujuan dan
penyelenggaraan pengajaran.
4. Sikap modernitas. Muhammadiyah terkenal dengan sikap modernnya yang
menjadikan Muhammadiyah dapat menarik simpati dan perhatian dari
masyarakat golongan elit juga para intelektual muda.
5. Pengaruh perubahan tuntutan zaman atas amal usaha Muhammadiyah di
bidang pendidikan.
Selain itu ada sumber lain yang menyebutkan ada 5 faktor keberhasilan
muhammadiyah :
a. Kreatif
b. Inovatif
c. Digerakkan atas keterpanggilan jiwa yang tinggi
d. Gerakan muhammadiyah bukan gerakan yang menakutkan, namun
gerakan yang menggembirakan
e. Kekuatan keihlasan para pengurus dan penggiat Muhammadiyah
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah suatu organisasi islamiah yang membuat
inovasi terbaru untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat.
Muhammadiyah dibuat oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18
November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah.
Gerakan islami ini lahir di suatu daerah yang bernama Kauman Provinsi
Yogyakarta. Tempat yang bernama Kauman tersebut adalah tempat yang
banyak berisi perkumpulan para ahli agama, tetapi menurut beliau
islamnya tidak bercampur aduk dengan budaya Jawa. Muhammadiyah
adalah suatu gerakan yang sukses dalam berbagai bidang. Faktor
keberhasilan Muhammadiyah sampai saat ini adalah karena kreatif,
inovatif, digerakkan atas keterpanggilan jiwa yang tinggi, gerakan
muhammadiyah bukan gerakan yang menakutkan, namun gerakan yang
menggembirakan dan kekuatan keihlasan para pengurus dan penggiat
Muhammadiyah.
2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang penulis buat,
maka dapat disarankan bahwa hasil pembahasan-pembahasan dari rumusan
makalah ini dapat dijadikan bahan acuan dalam belajar dan mengajar untuk
berdiskusi atau melatih dan mendukung kemampuan dalam memahami
penyakit malaria.
DAFTAR PUSTAKA

Anis, M. (2019). Muhammadiyah Dalam Penyebaran Islam. Jurnal Mimbar: Media


Intelektual Muslim Dan Bimbingan Rohani, 5(2), 65–80.
https://doi.org/10.47435/mimbar.v1i1.279
Miswanto, A., & Arofi, M. Z. (2002). Islam. Sejarah Islam. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Studi Islam Univesitas Muhammadiyah Magelang.
Nurhayati, Mahsyar, & Burga, M. A.-Q. (2018). Muhammadiyah dalam Perspektif
Sejarah, Organisasi, dan Sistem Nilai. In TrustMedia Publishing (1st ed.). Trust
Media Publishing.
http://www.academia.edu/download/57233027/VERSI_JURNAL.pdf%0Ahttp://
repository.iainpare.ac.id/535/1/Muhammadiyah.pdf
Nurhayati, Mahsyar, & Hardianto. (2019). Muhammadiyah : Konsep Wajah Islam
Indonesia (Y. Kumai (ed.); 1st ed.). Penerbit Suara Muhammadiyah.
http://repository.stainparepare.ac.id/916/1/Muhammadiyah Konsep Wajah Islam
Indonesia 95.pdf
Sakirman. (2012). KH. Dahlan Dan Gerakan Pelurusan Arah Kiblat Di Indonesia.
Jurnal Pemikiran Islam, 17(2), 201–318.
Yusra, N. (2018). Muhammadiyah: Gerakan Pembaharuan Pendidikan Islam.
POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 4(1), 103–125.
https://doi.org/10.24014/potensia.v4i1.5269

Anda mungkin juga menyukai