Anda di halaman 1dari 4

KONSEP KETUHANAN DALAM SILA PERTAMA PANCASILA

LAPORAN HASIL DISKUSI OLEH KELOMPOK 2 :

MUSLIMATUL HUSNA D1B019003

FIANIKA ULFA UTAMI D1B019007

ATIKA LEDIA ANGGRAINI D1B019008

BELIA LADY IVONE D1B019017

WINDA LESTARI D1B019018

RISA ANGGRIYANI D1B019027

AQUILA NIKEN RACHMAWATI D1B019035

HARIS FARHAN D1B019037

M EDHO MARYOZAN D1B019042

NORA SALFITRI D1B019051

FITRI VIONADILA D1B019052

YOSI PATRIA PUTRI D1B019058

MUHAMAD FAISAL D1B019060

PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia, tidak ada yang
mampu menandinginya. Indonesia terdiri atas berbagai ras dan suku bangsa dapat
dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering sekali pancasila disebut ideologi yang sakti.
Siapapun yang coba menggulingkannya, akan berhadapan langsung dengan sekuruh
komponen kekuatan bangsa dan negara Indonesia. Sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
pancasila nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu. Nilai-nilai
tersebut meliputi nilai budaya, adat istiadat dan religiusitas yang diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, pancasila diibaratkan
sebagai pondasi, jadi semakin kuat pondasi tersebut maka semakin kuat suatu negara.
Pancasila jyga mencerminkan lepribadian masyarakat Indonesia karena didalamnya
mengandung bulir-bulir yang jika diimplementasikan akan mencerminkan kepribadian
bangsa Indonesia.

Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Kata ketuhanan berasal dari kata dasar “Tuhan”. Arti dari tuhan itu sendiri dimaknai
sebagai Dzat Maha Kuasa, pemilik, pencipta dan pemelihara alam semesta. Sementara itu,
makna dari gabungan kata “Yang Maha Esa” berarti tuhan yang dimaksud adalah tuhan yang
maha tunggal, yang tidak memiliki sekutu baik pada dzat, sifat maupun perbuatanya. Dzat
tuhan adalah tunggal, sifatnya sempurna, perbuatannya tidak bisa disamai oleh makhluknya.
Kepada dzat tuhan seperti itulah masyarakat Indonesia berkeyakinan. Artinya, masyarakat
Indonesia yakin adanya tuhan yang maha tunggal yang menciptakan dirinya, alamnya dan
seluruh alam semesta yang ada. Atas keyakinan itulah, negara Indonesia berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sebagai implementasinya, negara memberi jaminan sesuai
dengan keyakinan dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Didalam masyarakat Indonesia tidak boleh adanya paham yang meniadakan tuhan
(atheisme) atau meniadakan agama (agnostisme). Sebaliknya, masyarakat Indonesia harus
memegang teguh prinsip monotheisme dengan toleransi beribadat antar pemeluk agama dan
kepercayaan. Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa harus menjadi sumber pokok
nilai kehidupan Bangsa Indonesia serta menjiwai perwujudan kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia yang melembaga menjadi Negara Indonesia yang bersifat
kerakyatan dan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam perwakilan agar terwujud
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan sejarah, terdapat cerita bahwa konsep ketuhanan yang dikemukakan oleh
Soekarno terinspirasi dari pergaulannya dengan para ulama. Soekarno sejak muda dekat
dengan Sarekat Islam dan para ulama didalamnya. Hingga ketika ia dibuang ke Ende, Flores
pun Soekarno tetap rajin berkorespondensi dengan ulama, salah satunya pendiri Persatuan
Islam (Persis) Ahmad Hassan. Ketika berada di Padang, Sumatera Barat pada Februari 1942
hingga Juli 1942, Soekarno juga banyak bergaul dengan ulama besar disana. Ia pernah
berkunjung ke Perguruan Darul Funun el Abbasiyah (DFA) di Puncakbakuang, Padang
Japang, yang didirikan oleh Syekh Abbas Abdullan Padang Japang.
Syekh Abbas bukan sekedar ulama, tetapi juga Panglima Jihad Sumatera Tengah.
Selain mendirikan sekolah madrasah, Syekh Abbas memiliki pasukan jihad sebagai basis
perjuangan melawan Belanda. Suatu hari, sekitar pukul satu siang, Soekarno sempat datang
mengunjungi Syekh Abbas. Meski saat itu masa-masa transisi dari era Belanda ke Jepang,
Soekarno ingin membicarakan perihal dasar negara. Ketika Soekarno bertanya perihal apa
yang terbaik jika kelak bangsa Indonesia ini merdeka, ulama yang kala itu berusia 59 tahun
itu menjawab, “Negara yang akan didirikan kelak haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.” Bagi Syekh Abbas jika hal itu diabaikan, maka revolusi tidak akan membawa
hasil yang diharapkan. Kunjungan Soekarno itu menjadi ingatan kolektif masyarakat Padang
Japang. Barangkali pertemuan singkat menjadi salah satu inspiradi bagi Soekarno tiga tahun
kemudian ketika berpidato didepan majelis sidang BPUPKI.

Prinsip ketuhanan ini makin menguat ketika suatu malam menjelang tanggal 1 Juni
1945, Soekarno berbincang-bincang bersama Muhammad Yamin, K.H Masjkur, Wahid
Hasyim, Kahar Mudzakir di tempat Yamin. Berikut kira-kira transkrip percakapan mereka
yang tercatat dalam Arsip Nasional.

Soekarno: “Ada apa?”

K.H. Masjkur: “Kita ini ingin dasar Islam, tetapi kalau dasar Islam, negara ini pecah.
Bagaimana kira-kira umat Islam bisa bela tanah air, tapi tidak pecah.”

Soekarno: “Coba kita tanya Yamin dulu, bagaimana Yamin dulu, tanah Jawa, tanah Indonesia
ini.”

Yamin: “Zaman dulu, orang Jawa punya kebiasaan. Apa kebiasaannya? Pergi di pinggir
sungai, di pohon besar, semedi, menyekar, untuk minta sama Tuhan, minta keselamatan,
minta apa gitu.”

Soekarno: “Nah ini mencari Tuhan namanya. Jadi orang Indonesia dulu sudah mencari
Tuhan. Cuma tidak tahu di mana Tuhan dan siapa Tuhan itu. Pergi di pohon besar, pergi di
kayu besar, pergi di batu-batu nyekar, itu mencari Tuhan. Kalau begitu, negara kita dari dulu
sudah ketuhanan. Sudah ketuhanan zaman Jawa itu, zaman Jawa itu zaman Ketuhanan.
Ketuhanan. Bagaimana Islam? Ketuhanan. Kalau bangsa Indonesia bangsa Ketuhanan. Tulis.
Tulis Ketuhanan. Lalu bagaimana selanjutnya bangsa Indonesia?”

Perbincangan pun berlanjut membicarakan persatuan, kemanusiaan hingga keadilan


sosial. Dari percakapan itu terlihat bahwa nilai ketuhanan yang sedari awal diajukan adalah
ketuhanan yang berasal dan menyatukan semua golongan. Nilai ketuhanan dalam lintasan
sejarah Nusantara memang berkembang sejalan dengan nasionalisme yang juga semakin
tumbuh. Meski terjadi perdebatan terkait 7 kata --dengan menjalankan syariat Islam bagi para
pemeluknya-- yang diusulkan untuk dilekatkan pada prinsip Ketuhanan, namun akhirnya
terpilihlah redaksional “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama. Konsensus itu,
tentu saja, lahir demi menjaga persatuan bangsa.
Dengan sila ketuhanan ini, sekaligus dengan penjabarannya ditegaskan bahwa
Indonesia sebagai Negara Pancasila adalah sebuah negara religius. Tidak diperbolehkan
adanya sikap anti ketuhanan dan anti keagamaan. Semua orang berhak memilih agama yang
diyakininya sebagai pandangan hidup. Sikap yang menggusur nilai-nilai ketuhanan dan nilai-
nilai keagamaan akan dikenai hukuman yang sangat berat. Dalam pengertian tersebut, maka
negara Indonesia harus melindungi setiap warganya untuk melakukan aktifitas-aktifitas
keagamaan. Selama pelaksanaan ajaran keagamaan tidak menggangu masyarakat pada
umumnya, maka negara tidak boleh melakukan pelarangan dalam bentuk apapun. Namun,
dengan beragamnya agama di Indonesia, maka setiap pemeluk agama harus mempunyai sikap
toleransi terhadap pemeluk agama lainnya. Nilai ini akan berguna dalam rangka menjaga
keamanan beribadah setiap warga.

Prinsip Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan
saja Bangsa Indonesia bertuhan tetapi masing-masing hendaknya bertuhan. Bertuhan disini
yang dimaksudkan ialah menurut agama yang dianutnya masing-masing. Orang Kristen
menyembah tuhan sesuai dengan ajaran agama Kristen, umat Islam bertuhan menurut ajaran
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan
ibadatnya menurut ajaran Buddha sesuai dengan kitab yang ada padanya. Segenap rakyat
bertuhan secara berkebudayaan yakni dengan Nada “Egoisme Agama” (Fanatisme, tidak ada
tolersansi). Disinilah dalam pengakuan negara Indonesia merdeka yang berazaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa (paham monotheisme) segenap agama yang ada di Indonesia
sekarang ini, akan mendapat tempat sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai