Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PANCASILA DAN AGAMA

DOSEN PENGAMPUH:

Wildayanti, SH. MH

Disusun Oleh:

Kelompok III

Nama Nim

ALFIRA 0204223156

AYU FEBRIANTI 0204223093

BILLY PRASETYO 0204223070

RUDISYAHPUTRA 0204223153

M.DAFA THORIQ 0204223098

RAHMAT RITONGA 0204223149

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2020/2023
KATA PENGANTAR

puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWt. Karena dengan Rahmat serta
taufiknya kami dapat Menyusun makalah ini dengan judul “Pancasila dan Agama” ini untuk
memenuhi Tugas Mata Kuliah pancasila dengan baik. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. di akhirat kelak amin yarabbalalamin.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Widayanti, SH., MH yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk Menyusun makalah ini dan yang senantiasa
membimbing dan memberikan Ilmunya kepada kami, dan terimakasih kepada teman-teman
yang memberikan masukan atas kesempurnaan makalah kami ini. Kami juga menyadari
bahwah dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari dosen pengampuh sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami,
selanjutnya semoga yang sedikit ini bias bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. LatarBelakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A. Hubungan Pancasila dan Agama.............................................................. 2
B. Pancasila dalam menghadapi perbedaan agama dan kebebasan agama .. 6
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
A. Kesimpulan ............................................................................................. 9
B. Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa


Indonesia yang majemuk. Pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara
Indonesia sangat besar. Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan
kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa
daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu
sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga
tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu
yang sakral yang harus kita hafalkan dan mematuh siapa yang diatur di dalamnya.
Ada pula sebagian pihak yang sudah hamper tidak mempedulikan lagi semua aturan-
aturan yang dimiliki oleh Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang
tidak sepihak atau menolak akan adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Mungkin kita masih ingat dengan kasus kudeta Partai Komunis Indonesia
yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan ideology Komunis. Juga
kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan mendirikan
sebuah negara Islam. Atau kasus yang masih hangat di telinga kita masalah
pemberontakan tentara GAM.
Jika kita melihat semua kejadian di atas, kejadian-kejadian itu bersumber
pada perbedaan dan ketidak cocokan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia dengan ideologi yang mereka anut. Dengan kata lain mereka yang
melakukan kudeta atas dasar keyakinan akan prinsip yang mereka anut adalah yang
paling baik, khususnya bagi orang-orang yang berlatar belakang prinsip agama.
B. RumusanMasalah
1. Apa hubungan Pancasila dan agama?
2. Bagaimana Pancasila dalam menghadapi perbedaan agama dan kebebasan agama?

BAB II
PEMBAHASAN
A. HUBUNGAN PANCASILA DAN AGAMA
Pancasila yang di dalam menyater kandung dasar filsafat hubungan negara dan
agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui the founding fathers negara
republic Indonesia konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang pada
Pancasila merupakan khas yang secara atropologis merupakan local genius bangsa
Indonesia1. Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila,maka Pancasila
pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya tuhan milik semua orang dan
berbagai agama. Tuhan menurut termeologi Pancasila adalah tuhan yang
mahaesa,yang tak terbagi yang maknanya sejalan dengan agama islam,Kristen,budha
dan bahkan juga animisme2 (Menurutnotonegoro (dalam kaelan,materialis) yang
menyatakan bahwa “bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai nilai Pancasila,
yang di gali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai nilai adat istiadat kebudayaan
serta nilai nilai religious yang terdapat di kehidupan sehari hari bangsa Indonesia “.
Sejak zaman purba kala hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negara
Indonesia,masyarakat nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama agama
local, (sekitar) 14 abad pengaruh hinduisme dan budisme, sekitar 7 abad pengaruh
islam,dans ekitar 4 abad pengaruh Kristen3.Dalam buku sutasoma karangan empu
tantular di jumpai kalimat yg di kenal bhineka tunggal ika tan hanna dharma mangrua,
artinya walaupun berbeda satu jua adanya,sebab tidak ada agama yang mempunyai
tujuan berbeda4
Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus
besar pendiri bangsa tidak dapat membayangkan ruang public hampaTuhan. Sejak
dekade 1920-an, ketika Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik
bersama, mengatasi komunitas cultural dari ragametnis dan agama, ide kebangsaan
tidak terlepas dari Ketuhanan etnis5. Secara lengkap pentingnya dasar ketuhanan
ketika dirumuskan oleh founding fathers Negara kita dapat dibaca pada pidato Ir.
Soekarno pada 1 Juni 1945 ketika berbicara mengenai dasar negara
(philosophischegrondslag) yang menyatakan, ‘Prinsipketuhanan! BukansajaBangsa
Indonesia Bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya Bertuhan
1
(ayathrohaedidalam Kaelan,2012).
2
(chaidar,1998:36).
3
(Latif,2011:57).
4
(Hartono,1992:5).
5
(Latif, 2011 : 67).
Hendaknya negara Indonesia ialah Negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah
Tuhannya dengan leluasa.

Secara kebudayaanya kini dengan tiada “egoism agama”. Dan hendaknya


Negara Indonesia satu Negara yang ber-Tuhan” 6. Pernyataan ini mengandung dua
arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia yang
menurut Ir. Soekarno, “mendapat tempat yang sebaik-baiknya”. Kedua, posisi
Negara terhadap agama, Ir. Soekarno menegaskan bahwa “negara kita akan
berTuhan”. Bahkan dalam bagian akhir pidatonya ,Ir. Soekarno mengatakan,
“Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Indonesia
berasaskan Ketuhanan Yang MahaEsa.

Hal ini relavan dengan ayat (1) dan (2) pasal 29 UUD 19457. Jelaslah ada
hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila dengan ajaran
tauhid dalam teolohi Islam. Dalam Bahasa formal yang telah disepakati Bersama
sebagai perjanjian bangsa sama maknanya dengan kalimat “tiada tuhan selain tuhan
yang mahaEsa”. Dimana pengertian arti kata tuhan adalah sesuatu yang kita taati
perintahnya dan kehendaknya. Prinsip dasar penganbdian adalah tidak boleh punya
dua tuhan hanya satu tuhannya,yaitu Tuhan yang MahaEsa.

Dalam Hubungan antara agama Islam dan Pncasila, keduanya dapat berjalan
saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak
boleh dipertengtangkan. Hubungan Negara degan Agama menurut NKRI yang
mendasarkan Pancasila adalah sebagai berikut8. Negara adalah berdasar atas
ketuhanan yang MahaEsa.

a. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang berketuhana yang MahaEsa.


b. Tidak adat empat bagi atheism dan sekularisme karena hakikatnya
manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
c. Tidak adat empat bagi pertentangan Agama, golongan agama, antar dan
inter pemeluk agama sertaantarpemeluk agama.
6
(Zoelva, 2012).
7
( Ali, 2009: 118).
8
( Kaelan, 2012: 215-216):
d. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karna ketakwaann yaitu bukan
hasil paksaan siapa pun juga.
e. Memberikan toleransi kepada orang lain dalam menjalankan agama dalam
Negara.
f. Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan Negara harus
sesuai dengan nilai-nilai ketuhan yang Maha Esa terutama norma-norma
hokum positif maupun norma moral baik moral agama maupun moral para
penyelenggara Negara.
g. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “…berkat rahmat Allah yang
Maha Esa”.

Berdasarkan kesimpulan kongres Pancasila9 dijelaskan bahwa bangsa


Indonesia adalah bangsa yang religious, religiusitas bangsa Indonesia ini, secara
fisolofis merupakan nilai fundamental yang meneguhkan eksistensi Negara Indonesia
sebagai Negara yang berketuhanan Yang MahaEsa. Ketuhan yang maha esa
merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan
kesatuan bangsa dalam rangka menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin
hubungan selaras dan harmonisantara agama dan negara, maka negara sesuai dengan
dasar Pancasila wajib memberiakan perlindungan kepada agama-agama di Indonesia.

Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah


kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari
setiap pemeluk agama di antaramereka.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam
suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan.
Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang
netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia.
Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara. Namun saat ini yang
menjadi permasalahan adalah bunyi dan butir pada sila pertama. Sedangkan sejauh
ini tidak ada pihak manapun yang secara terang-terangan menentang bunyi dan butir
pada sila kedua hingga ke lima. Namun ada ormas-ormas yang terang-terangan
menolak is idari Pancasila tersebut.

9
(Wahyudi (ed.), 2009: 58),
Akibat maraknya parpol dan ormas Islam yang tidak mengakui keberadaan
Pancasila dengan menjual namaSyariat islam dapat mengakibatkan disintegras
ibangsa. Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang cinta atas keutuhan NKRI
maka banyak dari mereka yang mengatas namakan diri mereka Islam Pancasilais,
atau Islam Nasionalis.
Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep
negara yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara
utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula
negara sekulerapalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidaktunduk pada salah
satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi
sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila
mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada
agamanya.Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila
adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung
Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun
kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya.
Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas
agama lainnya. Tak adalagi asumsi mayoritas–minoritas. Bahkan pemeluk agama
dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama
dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip
Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
Ideologi Pancasila merupakandasar negara yang mengakui dan
mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga
negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap
agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideology berbasis
agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideology beragama. Ideologi
Pancasila adalah ideology beragama. Sesama umat beragama seharusnya kita saling
tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap
umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.
Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar
agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.
Hendaknya kita tidak menggunakan standard sebuah agama tertentu untuk
dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada
agama yang salah dan mengajarkan permusuhan. Agama yang diakui di Indonesia ada
5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu. Sebuahkesalahan fatal bila
menjadikan salah satu agama sebagai standard tolak ukur benar salah dan moralitas
bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama. Kalau pun
penggunaan dasar agama haruslah mengakomodirstandar dari Islam, Kristen,
Katolik, Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama
mayoritas ataupun minoritas.
B. Pancasila dalam menghadapi perbedaan agama dan kebebasan
agama
Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran umat islam. Anggota dewan pengarah
badan pembinaan ideologi pancasila (BPIP) said aqil siradj menegaskan nilai- nilai
yang terdapat dalam pancasila tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dalam
hubungannya dengan negara,islam mmiliki 3 pandangan utama
- Adanya pandangan untuk mendirikan sebuah negara yang khusus islam, sperti
iran, arab saudi, dan pakistan dewasa.
- Pandangan bahwa islam adalah agama resmi negara,namun negaranya sendiri
bukan negara islam,seperti malaysia.
- Antara negara dan agama tidak dikaitkan secara kontusional,namun hak
melaksakan syariah di benarkan oleh negara, seperti indonesia.
Ketiga pandangan tersebut adalah akibat logis dari pertumbuhan sejarah,dan satu
sama lain tidak tepat untuk saling menyalahkan. Namun, ada ukuran objektif yang
dapat digunakan untuk menilai kegunaan masing - masing. Demikian pula setiap
bentuk hubungan antara islam dengan negara harus didudukan dalam perspektif
kesejarahan yang tepat.
Diantara sesama pemeluk agama masih belum terjalin rasa saling mempercayai,
bukan hanya antara para pemeluk agama yang berbeda, melainkan juga antara
pemeluk agama yang sama. Antara para pemeluk berbagai agama belum tercapai
kespakatan akan hakikat pemahaman yang harus di lakukan. Yang di maksudkan
disini adalah pemahaman atas keyakinan orang lain.kaum muslimin masih
menganggap konsep tauhid islam adalah satu- satunya penafsir,yang dapat di terima
atas ketuhan yang maha esa. Konsep tauhid ini menekankan ketunggalan tuhan dalam
esensi maupun manifestasinya.
Pandangan seperti ini jelas sekali merupakan penerapan konsep islam atas
pemahaman para penganut agama kristen,katolik,hindu,budha.
Kesalah pahaman antara umat beragama dengan pemerintah juga mewarnai
kehidupan beragama kita. Keinginan pemerintah untuk mengatur hubungan antara
para pemeluk agamayang saling berbeda sering dirasakan sebagai pengekangan oleh
umat beragama. Dengan demikian,sikap itu melanggar prinsip kebebasan
menjalankan ibadah dan ajaran agama,yang di jamin oleh UUD 1945.
Sebaliknya,kegigihan pimpinan ummat beragama untuk menjaga kemurnian ajaran
agama mereka, sering kali di tanggapi secaranegatif oleh kalangan pemerintah. Dalam
beberapa kasus,kegigihan seperti itu babhkan di tanggapi sebagai ekstremisme, yang
dapat membahayakan keselamatan negara. Sebagai limbah “permasalahan”, anggapan
seperti itu lalu menimbulkan kesenjangan dilingkungan agama yang sama, yaitu
antara kaum moderat dengan kaum garis keras yang di fonis sebagai kaum fanatik.
Pertikaian sengit itu telah berlangsung di kalangan ummat islam, termasuk di
lingkungan gerakan islam yang besar-besar.
Pancasila tidak boleh diidentikan secara menyeluruh, karna fungsi masing
masing sudah berbeda. Pancasila berfungsi sebagai landasan hidup berbangsa dan
bernegara. Agama merupakan landasan keimanan warga masyarakat dan menjadi
unsur motifatif, yang memberikan warna fritual kepada keinginan mereka. Agama
menempatkan seluruh kegiatan masyarakat pada tingkat yang tidak sekadar bersifat
insidental bekala. Agama adalah faktor utama yang memberikan perspktif dinamis
bagi kehidupan dalam pengertian yang paling dasar bertanggungan jawab manusia
kepada sang maha pencipta.
Dalam acuan paling dasar, pancasila berfungsi menegakkan hidup kita sebagai
kolektifitas yang disebut bangsa. Sedangkan agama memberikan kepada kolektifitas
tersebut tujuan kemasyarakatan.
Tanpa tujuan kemasyarkatan yang jelas dan nyata, bangsa kita hanya akan berputar
putar pada siklus pertentangan antara cita pemikiran dan kecendrungan naluri alamiah
bekala.
Agama justru menyatukan kedua unsur mutlak kehidupan itu dalam sebuah
kerangka etis yang paripurna. Kerangka etis seperti itulah yang harusnya melandasi
moral pancasila sebagai aturan permainan paling dasar bagi bangsa dan negara.
Jelaslah dengan demikian, anatara agama dan pancasila terdapat hubungan simbiotik,
yang satu tak dapat hidup di indonesia tanpa yang lain.
Baik agama maupun pancasila harus berfungsi mengembangkan wawasan
hidup seperti itu, kalau di inginkan hidup kita menjadi hidup bangsa yang benar benar
mrdeka an berdaulat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia sangat besar. Kondisi ini dapat
terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas. Sehingga tidak heran bagi
sebagian rakyat Indonesia. Pancasila yang di dalam menyater kandung dasar filsafa
thubungan negara dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia. Sejak zaman
purba kala hingga pintugerbang (kemerdekaan) negara Indonesia,masyarakat
nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama agama local.
Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa.
Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar belakang
agama, akan terjadi ketidak nyamanan bagi rakyat yang memeluk agama di luar
agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.
Dengan mempertahan kan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika
melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara yang aman
dan sejahtera pasti akan terwujud.
B. Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama,
diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang
keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi
setiap orang yang berada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

- Nazmudin. (2004). Memahami Pancasila Dan Kewarganegaraan Di Era Reformasi.


Jakarta: TAMAN PUSTAKA.
- Soeprapto, S. (2004). Pancasila Menjawab Globaliisasi. Jakarta: TAMAN PUSTAKA.

- Wahid, A. (1999). Mengurai Hubungan Agama Dan Negara. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai