Anda di halaman 1dari 19

PERANAN DAN KEDUDUKAN AGAMA-AGAMA

BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD NKRI 1945

Oleh :

Kelompok 10

Ni Kade Dwi Agustini (2207531059)

I Gusti Ayu Agung Amanda Krisna Putri (2207531062)

Disampaikan kepada :

Bapak I Gede Sutrisna Adhi, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan paper yang
berjudul “Peranan dan Kedudukan Agama-Agama Berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI
1945” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak I Gede Sutrisna Adhi, S.H., M.H. selaku pengampu pada mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Disamping itu, paper ini juga disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan
pembacanya mengenai kedudukan agama berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa, tugas
negara terhadap agama di Indonesia, interaksi antara Pancasila dan agama-agama di Indonesia,
serta nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam praktek kehidupan bernegara di Indonesia.

Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, banyak kendala yang kami hadapi
dalam penyusunan paper ini, akan tetapi berkat bantuan-NYA serta bantuan dari berbagai
pihak, paper ini dapat kami selesaikan walaupun tidak luput dari berbagai kekurangan. Kami
menyadari, bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penulisan, bahasa,
maupun penyusunannya. Dengan itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembacanya guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi
dimasa mendatang. semoga paper ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan.

Jimbaran, 18 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Agama-Agama Berdasarkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ............ 3
2.2 Tugas Negara Terhadap Agama-Agama di Indonesia ............................................... 5
2.3 Interaksi antara Pancasila dan Agama-Agama di Indonesia .................................... 6
2.4 Nilai-Nilai Yang Harus Dikembangkan Dalam Praktek Kehidupan Bernegara di
Indonesia ............................................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Agama dalam negara kita adalah sudah jelas. Dalam negara yang berdasarkan
Pancasila, kita menghargai fungsi dan peran agama. Agama menerapkan bagian yang
penting dalam kehidupan bangsa kita yang dikenal sebagai bangsa yang religius. Agama
memiliki kedudukan dan peranan yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.
pengakuan akan agama tercermin dari penetapan prinsip sila pertama Pancasila, yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Secara garis besar, Pancasila telah hadir dalam hubungan antara agama dan negara dan
senantiasa menghadirkan kenyamanan terhadap berbangsa dan bernegara yang dapat
dipahami pada sila pertama. Oleh karenanya, hubungan agama dan negara yang ada di
Indonesia telah diperjelas dalam beberapa pasal-pasal UUD, yaitu : Pasal 28E UUD bahwa
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya” serta pasal 29 Ayat
(1) UUD bahwa “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” dan pasal 29 Ayat (2)
UUD bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
itu”. Berdasarkan pada pasal 29 UUD 1945 beserta tafsirnya tersebut, maka pemeritah
wajib untuk mengatur kehidupan beragama di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kedudukan agama–agama berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
b. Apa tugas negara terhadap agama–agama yang ada di Indonesia?
c. Bagaimana interaksi antara Pancasila dan agama–agama yang ada di Indonesia?
d. Nilai – nilai apa saja yang harus kita terapkan dan kembangkan dalam praktek
kehidupan bernegara di negara Indonesia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk :
a. Untuk mengetahui kedudukan agama–agama berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa.
b. Untuk mengetahui tugas negara terhadap agama–agama yang ada di Indonesia.
c. Untuk mengetahui interaksi antara Pancasila dan agama–agama yang ada di
Indonesia.
d. Untuk mengetahui nilai – nilai apa saja yang harus kita terapkan dan kembangkan
dalam praktek kehidupan bernegara di negara Indonesia.

i
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Agama-Agama Berdasarkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila merupakan dasar negara dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk.
Pancasila juga merupakan jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila berpengaruh besar terhadap bangsa dan neraga
Indonesia karena bangsa Indonesia memiliki keragaman suku, agama, bahasa daerah,
pulau, kebiasaan budaya, adat istiadat, serta warna kulit yang jauh berbeda antara satu
dengan lainnya namun semua perbedaan tersebut harus dipersatukan. Pancasila sebagai
dasar negara adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi, dan apabila ada oknum yang
ingin mengganti ideologi pancasila dengan ideologi lainnya maka akan timbul
permasalahan yang akan memecah belah eksistensi negara kesatuan. Hal tersebut akan
menyebabkan Indonesia menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku.
Untuk menghindari masalah tersebut, maka Indonesia harus menerapkan hukum-hukum
agama (hukum adat) dalam sistem hukum negara. Pancasila yang telah diperjuangkan oleh
para pahlawan bangsa harus diperjuangkan untuk mengikat agama dan suku agar tetap
mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki oleh setiap suku dan agama.

Kita dapat megetahui dengan jelas dalam sila pertama pancasila bahwa kebebasan
beragama dilindungi oleh beberapa peraturan serta termasuk dalam HAM. Hal tersebut
berguna untuk mengurangi dampak buruk yang bisa saja terjadi jika kita tidak dapat
menghormati satu sama lain. Contohnya arorgasi sebuah oknum yang merasa jauh lebih
baik dari yang lainnya. Yang dimana hal ini akan menyebabkan berbagai macam konflik,
seperti “truth claims” (kepercayaan hanya ada satu Tuhan) hingga perang antar daerah
yang terjadi. Hal ini tentunya dapat teratasi apabila masyarakat jauh lebih memahami serta
dapat melakukan pengimplementasian nilai-nilai pancasila terutama sila pertama terkait
keberagaman agama serta kebebasan untuk pemeluknya. Sila pertama pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, diambil dari bahasa sansekerta yang memiliki makna bahwa
bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan
ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya, mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi,
dan seimbang antarsesama warga Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk
ciptaan Tuhan lainnya. Bunyi dari sila pertama pancasila menekankan makna bahwa

3
pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan agama, tidak hanya Islam saja namun
termasuk juga Hindu, Kristen, Katolik, Budha, dan Konghucu sebagai agama resmi
negara. Disamping itu, sila pertama Pancasila juga mengandung nilai bahwa negara juga
wajib menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa deskriminasi untuk beribadah
menurut agama dan kepercayaannya. Perwujudan kewajiban negara diwujudkan dengan
menciptakan suasana yang baik, memajukan toleransi, dan kerukunan agama serta
menjalankan tugas untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai tanggungjawab yang
suci.

Nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa dinyatakan :

1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
2) Masyarakat Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
4) Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan agama ataupun kepercayaan yang dianut kepada orang lain.

Beragam agama dan suku di Indonesia menjadikan negeri ini memiliki satu kekhususan
bagi bangsa ini sendiri. Dengan adanya beragam agama dan suku di Indonesia, diharapkan
bagi para pemeluk-pemeluknya untuk saling meghargai dan menghormati antar sesama
dan dibutuhkan suatu perantara yang dapat menyatukan berbagai umat beragama di
seluruh Inodnesia. Semua pemeluk agama di Indonesia harus menyadari bahwa mereka
tinggal di suatu negara yang penduduknya beragam. Oleh karena itu, pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi bangsa diharapkan bisa mempersatukan seluruh bangsa
Indonesia.

i
2.2 Tugas Negara Terhadap Agama-Agama di Indonesia
Hubungan antara agama dan negara telah diperdebatkan sejak lama bahkan hal ini
dianggap menjadi pemicu pertama kalinya konflik intelektual dalam kaitannya beraggama
dan bernegara. Dalam perkembanagan peradaban manusia, agama senantiasa memiliki
hubungan dengan negara. Sejarah hubungan agama dan neraga di Indonesia selalu
mengalami perdebtan yang tak pernah usai semenjak agama ini didirikan. Hubungan
antara agama dengan pancasila dan negara seringkali menjadi rumit karena agama sering
digunakan untuk urusan yang bertentangan dengan pemerintahan atau pemerintahan sering
dijadikan kekuatan untuk menekan agama.

Negara memberikan jaminan kebebasan beragama esuai dengan bunyi pasal 29 UUD
1945, dimana konsekuensi yang ditimbulkan dari pernyataan tersebut adalah :

1) Negara hanya menjamin kebebasan warga negara untuk memeluk agama dan
beribadah menurut agamanya masing-masing. Hal ini berarti kebebasan untuk
tidak memeluk agama tidak dapat dijamin bahkan bisa dikatakan dilarang jika
disertai dengan upaya mengajak orang lain untuk melakukan hal yang serupa
atau sama, karena secara tidak langsung hal tersebut merusak jaminan negara
kepada warganya untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing.
2) Setiap warga negara harus patuh pada ketentuan peribadahan yang berlaku
pada agamanya masing-masing.
3) Kegiatan keagamaan yang dijalankan oleh institusi agama bersama
pemeluknya harus dapat mempertegas pelaksanaan prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam segara aspeknya serta dapat memperteguh rasa persatuan dan
persaudaraan dikalangan masyarakat Indonesia dan bukan menjadi pemicu
terjadinya konflik.

Negara wajib melakukan pelayanan terhadap agama dan umat beragama yang ada di
Indonesia sebagai bentuk pelaksanaan amanat konstitusi dalam pasal tersebut. Negara
Indonesia terdiri dari 6 agama yaitu Islam, Hindu, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Budha, dan Konghucu serta berbagai suku, ras, dan budaya yang beranekaragam.
Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, meskipun demikian negara
Indonesia tetaplah suatu negara yang menjunjung tinggi nilai toleransi sesuai dengan
semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi
tepa satu jua. Adapun tugas negara terhadap agama-agama di Indonesia yaitu :

5
1) Memperkuat toleransi antar suku beragama.
2) Melindungi setiap agama yang dipeluk rakyatnya.
3) Kebebasan memeluk agama.
4) Bertanggung jawab atas eksistensi (keberadaan) agama, kehidupan dan kerukunan
hidup beragama.

Negara mengakui otonomi agama dan agama-pun mengakui otonomi negara dan
masing-masing hal tersebut tidak mencampuri langsung urusan (otoritas) lainnya. Namun,
antara agama dan negara terdapat keterkaitan fungsional. Hubungan antara agama dan
negara selalu menciptakan konsekuensi hukum yang berlandaskan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa sehingga menyebabkan terjadinya pluralisme hukum dalam menjalani politik
hukum yang harmonis. Negara secara aktif dan dinamis harus menyokong setiap rakyatnya
sehingga dapat menciptakan kerukunan antarumat beragama dan mampu mencapai
hubungan ideal yang diharapkan oleh pendiri negara. Hubungan yang ideal antara negara
dengan agama dalam negara memiliki prinsip yang berdasar pada sila Ketuhanan Yang
Maha Esa berarti negara yang secara aktif dan dinamis menyokong, membimbing,
memelihara, dan mengembangkan agama dan kepercayaan. Hal itu berarti setiap warga
negara bebas memeluk agama dan keyakinannya masing-masing, kekebasan yang
dimaksud aberarti bahwa keputusan beragama dan beribadah diletakkan pada domain
privat atau pada tingkat individu. Dapat dikatakan pula bahwa agama merupakan persoalan
individu dan bukan persoalan negara karena dalam hal ini negara cukup menjamin secara
yuridis dan memfasilitasi agar warga negara dapat menjalankan agama dan beribadah
dengan rasa aman, tentram, dan damai tanpa adanya gangguan dari sekelompok masyarakat
selama pelaksanaan keyakinan tersebut tidak menimbulkan gangguan ketertiban dan
ketentraman masyarakat karena hubungan antara agama dan negara adalah saling
membutuhkan. Agama membutuhkan negara untuk perkembangan agamanya dan negara
membutuhkan agama untuk meningkatkan moral bangsa.

2.3 Interaksi antara Pancasila dan Agama-Agama di Indonesia


Pancasila sebagai ideologi negara menjadikan setiap warga negara dengan ideologi
pancasila yang memiliki hak asasi manusia dimana hal ini membebaskan masyarakat
Indonesia memeluk agama dan menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agama yang
dikehendakinya. Negara harus dapat memberikan toleransi kepada setiap agama dalam

i
menjalankan ibadahnya tanpa terkecuali karena dalam ideologi pancasila agama tidak
dipeluk atas dasar paksaan. Hubungan antara pancasila dan agama sangat erat kaitannya
karena agama membutuhkan pancasila dalam menyelesaikan keterbatasan khususnya
untuk mempertemukan antar agama dan meghindari adanya konflik. Sebaliknya, pancasila
membutuhkan agama untuk mempercaya kedalaman hidup. Pancasila dan agama juga
memegang prinsip ketuhanan, pancasila dengan prinsip mengedepankan ketuhanan
dengan mencantumkan sila pertamanya. Agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk
selalu taat kepada tuhannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang bertuhan,
dimana hal ini bermakna bahwa setiap warga negara mempercayai adanya tuhan. Sehingga
prinsip ketuhanan dicantumkan pada sila pancasila yang merupakan dasar serta ideologi
negara Indonesia.

Dalam praktik kehidupan kenegaraan masa kini, hubungan antara agama dan negara
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni :

1) Integrated (penyatuan antara agama dan negara)


2) Intersectional (persinggungan antara agama dan negara), dan
3) Sekularistik (pemisahan antara agama dan negara)

2.4 Nilai-Nilai Yang Harus Dikembangkan Dalam Praktek Kehidupan Bernegara di


Indonesia
Sebagai warga neraga Indonesia, kita harus dapat menjalankan dan mengimplementasikan
sila-sila dalam pancasila sesuai dengan porsinya sehingga tidak melanggar aturan-aturan
yang berlaku. Nilai-nilai pancasila bersifat universal sehingga harus diinternalisasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat diharapkan mampu mengimplementasikan
nilai-nilai pancasila dalam menjalankan kehidupan bernegara, diantaranya :

a. Berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa


Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan spiritual, moral, dan etik.
Berdasarkan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, maka neraga hukum pancasila melarang
kebebasan untuk tidak beragama, kebebasan anti agama, menghina ajaran agama atau
kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan agama dan mengotori nama Tuhan.
Contoh penerapan sila Ketuhanan yang Maha Esa yaitu :
1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

7
2) Hormat dan menghormati serta bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda, sehingga terbina kerukunan hidup.
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
4) Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.

b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan bahwa manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha
Esa. Berdasarkan nilai tersebut, dikembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,
sikap tenggang rasa dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Berdasarkan
nilai-nilai kemanusiaan, maka Indonesia menentang segala macam bentuk eksploitasi,
penindasan oleh satu bangsa terhadap bangsa lain, oleh satu golongan terhadap
golongan lain, dan oleh manusia terhadap manusia lain, oleh penguasa terhadap
rakyatnya. Kemanusian yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian dan mengajarkan untuk menghormati harkat dan martabat manusia serta
menjamin hak-hak asasi manusia. Nilai ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia
adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat-menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa-bangsa lain. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
pemahaman hukum bahwa setiap warga Indonesia lebih mengutamakan prinsip
manusia yang beradab dalam lingkup nilai keadilan. Kemanusiaan yang beradab
mengandung makna bahwa pembentukan hukum harus menunjukkan karakter dan ciri-
ciri hukum dari manusia yang beradab. Hukum baik yang berupa peraturan perundang-
undangan dan setiap putusan hukum harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Perlakuan terhadap manusia dalam Pancasila berarti menempatkan sekaligus
memperlakukan setiap manusia Indonesia secara adil dan beradab. Nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab membawa implikasi bahwa negara memperlakukan setiap warga
negara atas dasar pengakuan dan harkat martabat manusia dan nilai kemanusiaan yang
mengalir kepada martabatnya.
Contoh penerapan sila kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu :
1) Mengakui persamaan derajat dan martabat, serta hak dan kewajiban di antara
sesama manusia tanpa membedakan suku, ras, agama, dan status sosial.
2) Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

i
3) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
4) Turut serta dalam melakukan kegiatan kemanusiaan.
5) Menghargai pendapat dan pilihan yang berbeda.

c. Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa Indonesia menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Persatuan Indonesia terkait dengan paham kebangsaan untuk
mewujudkan tujuan nasional. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika,
dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam pandangan
Mochtar Kusumaatmadja, nilai kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum
Indonesia harus merupakan hukum nasional yang berlaku bagi seluruh rakyat
Indonesia. Bagi bangsa Indonesia yang majemuk, semangat persatuan yang bersumber
pada Pancasila menentang praktik-praktik yang mengarah pada dominasi dan
diskriminasi sosial, baik karena alasan perbedaan suku, asal-usul maupun agama. Asas
kesatuan dan persatuan selaras dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki
keanekaragaman. Semangat persatuan Indonesia menentang segala bentuk separatisme
dan memberikan tempat pada kemajemukan. Sila Persatuan Indonesia mengandung
pemahaman hukum bahwa setiap peraturan hukum mulai dari undang-undang hingga
putusan pengadilan harus mengacu pada terciptanya sebuah persatuan warga bangsa.
Dalam tataran empiris munculnya nilai baru berupa demokratisasi dalam bernegara
melalui pemilihan langsung harus selaras dengan sila Persatuan Indonesia. Otonomi
daerah yang tampaknya lebih bernuansa negara federal harus tetap dalam bingkai
negara kesatuan. Semangat untuk membelah wilayah melalui otonomi daerah tidak
boleh mengalahkan semangat persatuan dan kesatuan wilayah. Persatuan Indonesia
merupakan implementasi nasionalisme, bukan chauvinisme dan bukan kebangsaan
yang menyendiri. Nasionalisme menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, menuju
persatuan dunia, dan persaudaraan dunia.
Contoh penerapan sila persatuan Indonesia yaitu :
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, serta keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2) Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
3) Bangga menjadi bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.

9
4) Menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
5) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
6) Menggunakan dan mencintai Bahasa Indonesia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan


perwakilan
Nilai persatuan Indonesia bersumber pada asas kedaulatan rakyat, serta menentang
segala bentuk feodalisme, totaliter dan kediktatoran oleh mayoritas maupun minoritas.
Nilai keadulatan rakyat menjadi dasar demokrasi di Indonesia. Nilai ini menunjuk
kepada pembatasan kekuasaan negara dengan partisipasi rakyat dalam pengambilan
keputusan. Nilai-nilai demokratik mengandung tiga prinsip, yaitu pembatasan
kekuasaan negara atas nama hak asasi manusia, serta keterwakilan politik dan
kewarganegaraan. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan menunjukkan manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Setiap warga negara dalam menggunakan
hak-haknya harus menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan
kepentingan negara dan kepentingan masyarakat. Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan mendambakan terwujudnya masyarakat yang
demokratis, maka gerakan massa yang terjadi harus dilakukan dengan cara-cara yang
demokratis. Sebelum mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama
terlebih dahulu diadakan musyawarah. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini
diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan
musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan akan menerima dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggungjawab. Nilai kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
Penyelenggaraan negara yang demokratis merupakan cita-cita dari negara modern.
Contoh penerapan sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yaitu :
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

i
3) Mengutamakan budaya musyawarah dalam mengambil keputusan yang mufakat
4) Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.
5) Menerima serta melaksankan hasil dari musyawarah mufakat sekalipun hal tersebut
bertentangan dengan pendapat sendiri.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia


Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menunjukkan bahwa manusia
Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam masyarakat Indonesia. Keadilan sosial memiliki unsur pemerataan, persamaan
dan kebebasan yang bersifat komunal. Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Nilai
keadilan sosial mengamatkan bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama
dan bahwa semua orang sama di hadapan hukum. Dengan sikap yang demikian maka
tidak ada usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain, untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang
bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap
suka kerja keras dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung nilai-nilai bahwa setiap peraturan hukum,
baik undang-undang maupun putusan pengadilan mencerminkan semangat keadilan.
Keadilan yang dimaksudkan adalah semangat keadilan sosial bukan keadilan yang
berpusat pada semangat individu. Keadilan tersebut haruslah dapat dirasakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia, bukan oleh segelintir golongan tertentu. Nilai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna sebagai dasar
sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara
lahiriah maupun batiniah. Penegakan hukum dan keadilan ini merupakan wujud
kesejahteraan manusia lahir dan batin, serta sosial dan moral. Cita-cita keadilan sosial
ini harus diwujudkan berdasarkan UUD dan hukum perundangan yang berlaku dan
ditegakkan secara melembaga berdasarkan UUD 1945. Dalam pandangan Bagir
Manan, kekuasaan kehakiman di Indonesia memiliki beberapa karakter yang harus
11
dipahami oleh hakim sehingga dapat mewujudkan nilai keadilan sosial. Peradilan
berfungsi menerapkan hukum, menegakkan hukum dan menegakkan keadilan
berdasarkan Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Peradilan dilakukan dengan
sederhana, cepat dan dengan biaya ringan dan melarang segala bentuk campur tangan
dari luar kekuasaan kehakiman. Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang, tidak ada seorangpun dapat dihadapkan di depan pengadilan
selain daripada yang ditentukan baginya oleh undang-undang.
Contoh penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu :
1) Bersikap adil terhadap sesama.
2) Menghormati hak-hak orang lain.
3) Menolong sesama.
4) Menghargai orang lain.
5) Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

i
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam Pancasila umumnya sila ketuhanan yang maha esa sudah dijelaskan
mengenai kebebasan memeluk agama yang dimana hal ini pula sudah diatur dan ditetapkan
pada HAM. Disamping itu, sila pertama Pancasila juga mengandung nilai bahwa negara
juga wajib menjamin kemerdekaan setiap warga negara tanpa deskriminasi untuk
beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Perwujudan kewajiban negara diwujudkan
dengan menciptakan suasana yang baik, memajukan toleransi, dan kerukunan agama serta
menjalankan tugas untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai tanggung jawab
yang suci. Negara memberikan jaminan kebebasan beragama dalam konstitusi pasal 29
UUD 1945. Adapun tugas negara terhadap agama-agama di Indonesia yaitu :

1) Memperkuat toleransi antar suku beragama

2) Melindungi setiap agama yang dipeluk rakyatnya

3) Kebebasan memeluk agama

4) Bertanggung jawab atas eksistensi (keberadaan) agama, kehidupan dan kerukunan


hidup beragama.

Negara harus dapat memberikan toleransi kepada setiap agama dalam menjalankan
ibadahnya tanpa terkecuali karena dalam ideologi pancasila agama tidak dipeluk atas dasar
paksaan. Pancasila dan agama juga memegang prinsip ketuhanan, pancasila dengan prinsip
mengedepankan ketuhanan dengan mencantumkan sila pertamanya. Agama mengajarkan
kepada pemeluknya untuk selalu taat kepada tuhannya. Indonesia merupakan salah satu
negara yang bertuhan, dimana hal ini bermakna bahwa setiap warga negara mempercayai
adanya tuhan. Sehingga prinsip ketuhanan dicantumkan pada sila pancasila yang
merupakan dasar serta ideologi negara Indonesia. Serta tetap menerapkan dan
mengembangkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari.

13
3.2 SARAN
Pancasila sebagai ideologi negara yang mempunyai 5 elemen dasar yang menjadi
sebuah landasan untuk kita menjalani dan mewujudkan negara yang sejahtera. Dimana kita
sebagai warga negara Indonesia yang bertumpah darah satu, tumpah darah indonesia sudah
sepatutnya mengamalkan nilai nilai yang terkandung dalam sila sila Pancasila. Tidak
peduli sedikit apapun usaha baik kita dalam melaksankan amalan Pancasila karna sujatinya
orang baik yang mengamalkan Pancasila adalah seorang pahlawan di kemudian hari.

i
DAFTAR PUSTAKA

Ethnosideologia. (2016, November 21). Kedudukan Pancasila Terhadap Agama. Diakses


pada 18 November 2022. Dari
https://ethnosideologia.blogspot.com/2016/11/kedudukan-pancasila-terhadap-
agama.html
Mahasiswa, S. (2020, Desember 12). Peranan, Kedudukan dan Implementasi Nilai-Nilai
Pancasila. Diakses pada 18 November 2022. Dari https://binus.ac.id/character-
building/2020/12/peranan-kedudukan-dan-implementasi-nilai-nilai-pancasila/
Ruslan, H. (2020, Juni 17). Harmonisasi Agama dan Pancasila. Diakses pada 18 November
2022. Dari https://republika.co.id/berita/qc1s68469/harmonisasi-agama-dan-pancasila

Nasional.sindonews.com. (2022, Maret 02). Contoh Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam


Kehidupan Sehari-Hari. Diakses pada 18 November 2022. Dari :
https://nasional.sindonews.com/newsread/701061/15/contoh-penerapan-nilai-nilai-
pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari-1646208185

15

Anda mungkin juga menyukai