Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MODEL-MODEL KERUKUNAN

OLEH KELOMPOK 1:

1. Adit Dwi Cahyo Mangngi


2. Agustinus Awengbana
3.Anjeligh Ratuliana Maoe
4.Aprilia Ida Juita
5.Archangela Nelteresia Dekrismar
6.Baseleo Khrisdianto Polilau
7.Dominikus Naiheli
8.Elisabeth Elvis Koban
9.Enjelina Siba Sabon
10.Fandri Nikodemus Kama
11.Filomena Riberu
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANGJURUSAN
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpah
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini dengan judul ‘’ MODEL-MODEL
KERUKUNAN’’dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak dalam
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun makalah ini.

Kupang, 14 November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………...1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian politik……………………………………………………………………….3

2.2 Sistem Politik di Indonesia……………………………………………..…………….3

2.3 Bentuk Ketatanegaraan Indonesia……………………………………………………...5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang
harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,
aliran dan agama. Untuk itusikap toleransi yang baik diperlukandalam
menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat
beragama dapat tetap terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai
kalau masing-masing golongan agama pandai menghormati identitas
golongan lain.
Kerukunan dan toleransi antar umat beragama kiranya akan menjadi
agenda nasional bahkan internasional yang tak kunjung usai, ini bisa
dipahami karena masa depan suatu bangsa sedikit banyak tergantung pada
sejauh mana keharmonisan hubungan antarumat beragama. Kegagalan dalam
merealisasikan agenda ini akan mengantarkan suatu bangsa pada trauma
terpecah belahnya sebagai bangsa. Karenanya, toleransi merupakan
kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi sembari memberikan penjelasan
tentang ajaran-ajaran agama yang menekankan pada toleransi
beragama,sehinggga jiwa toleransi beragama dapat dibina di kalangan
pemeluk masing-masing agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja model-model kerukunan?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan model-model kerukunan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model-model kerukunan
1. Model Indonesia
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Kebebasan agama
adalah merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia,
karena kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama bukan pemberian
Negara maupun pemberian golongan (penjelasan atas Bab II angka 1 pedoman
penghayatan dan pengalaman pancasila: ketetapan MPR No.II/MPR/1978 t
ertanggal 22 Maret 1978. Dalam undang-undang Dasar 1945 Pasal 29 tentang
Agama disebutkan:
a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaanyaitu (UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan
2).
Dengan rumusan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa seperti bab II angka 1
tidak berarti bahwa Negara memaksa agama suatu kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sebab agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keyakinan, hingga tidak dapat dipaksakan dan memang agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap
manusia untuk memeluk dan menganutnya. Dengan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa seuai dengan agama dan kepercayaanya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Didalam kehidupan
masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga selalu dapat dibina kerukunan hidup
diantara umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hebungan pribadi dengan Tuhan yang maha
Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka dikembangkanlah sikap saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaanya dan tidak memaksa suatu agama dan kepercayaannya itu kepada
orang lain (Lampiran Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1978 tanggal 22 Maret
1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila: Eka Prasetya
Pancakarsa point II.1).
2. Model perancis
Perancis adalah negara sekuler (France laïque ) (berdasarkan hukum atau undang-
undangyang memisahkan antara agama dan negara pada tahun 1905). Sekularisme
merupakansebuah prinsip yang sangat melekat di masyarakat Perancis: hal itu
merupakan sebuahsimbol untuk menyatukan berbagai pendapat yang ada, menyatukan
seluruh agama ataukepercayaan yang berbeda-beda. Tidak sama dengan Indonesia
dimana agama tertulis padakartu identitas, Perancis justru melarang pertanyaan yang
berhubungan dengan agama ataumemasukkan unsur agama dalam urusan hukum
negara. Negara dan agama, adalah dua halyang terpisah di Perancis.Dalam sejarahnya,
Perancis awalnya adalah negara Kristen (Katolik dan Protestan), haltersebut
menjelaskan mengapa Anda akan banyak menemukan berbagai gereja, katedral,kapel di
berbagai kota maupun pedesaan di Perancis.Saat ini, hanya sekitar 35% dari populasi
Perancis yang menyebutkan agama ataukepercayaan mereka. Dan pada presentasi
tersebut, hanya ada sedikit saja yangmempraktekkan agama atau kepercayaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Kerukunan antar umat beragama
merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai
macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk itusikap toleransi yang baik diperlukan dalam
menyikapi perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap
terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-masing golongan agama
pandai menghormati identitas golongan lain

Anda mungkin juga menyukai