NIM : PO5303201211328
KLS : 1C
1. Download Uudengan peraturan yang terkait pratek keperawatan dan di pelajari lebih
lanjut.
⮚ Peraturan- menteri- kesehatan- nomor- 1796- Tahun- 2011- tentang- Registrasi-
tenaga- kesehatan.
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki STR.
(2) Untuk memperoleh STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tenaga kesehatan
harus memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi.
(3) Ijazah dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompetensi.
Pasal 3
(1) Ijazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikeluarkan oleh perguruan
tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikeluarkan oleh
MTKI.
Pasal 4
(1) Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5
(lima) tahun. (2) Untuk pertama kali sertifikat kompetensi diberikan selama jangka
waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang
bersangkutan.
(2) Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR.
Pasal 5
(1) Sertifikat kompetensi yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui
partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan, serta
kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan bidang tugasnya atau profesinya.
(2) Partisipasi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
sepanjang telah memenuhi persyaratan perolehan Satuan Kredit Profesi.
(3) Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 5 (lima) tahun
harus mencapai minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi.
(4) Jumlah Satuan Kredit Profesi dari setiap kegiatan pelatihan, temu ilmiah dan kegiatan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap kegiatan ditentukan oleh
Organisasi ProfESI.
(5) Organisasi Profesi dalam menentukan jumlah Satuan Kredit Profesi berdasarkan:
a. materi dalam kegiatan tersebut;
b. penyaji materi/narasumber;
c. tingkat kegiatan lokal/nasional/internasional;
d. jumlah jam/hari kegiatan; dan
e. peran kepesertaan (peserta/moderator/penyaji)
Pasal 6
(1) Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan yang
telah terakreditasi dari badan yang berwenang, bersamaan dengan pelaksanaan ujian
akhir
(2) Perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan akan dilakukannya uji kompetensi
kepada MTKI melalui MTKP sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sebelum dilakukan
uji kompetensi.
(3) MTKI setelah menerima laporan dari perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menyiapkan soal uji kompetensi, dan pengawas.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kompetensi bagi peserta didik pada perguruan tinggi
bidang kesehatan diatur oleh Menteri danMenteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan nasional.
Pasal 8
(1) Setelah uji kompetensi dilakukan, perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan
kepada MTKI melalui MTKP tentang peserta didik yang dinyatakan lulus.
(2) .MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempersiapkan sertifikat kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan MTKI kepada peserta didik pada waktu pengambilan
sumpah.
(4) Format Sertifikat Kompetensi sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir.
Pasal 9
(1) . MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalamPasal 8 ayat (1),
selain mempersiapkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (2) juga mempersiapkan STR.
(2) STR diberikan MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus bersamaan dengan
pemberian sertifikat kompetensi.
(3) STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku secara nasional.
(4) Masa berlaku STR sepanjang masa berlakunya sertifikat kompetensi.
(5) Format STR sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir
.
Pasal 10
(1) .MTKI harus membuat pembukuan terhadap setiap STR Yang dikeluarkan.
(2) .Pembukuan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Menteri melalui Kepala Badan.
Pasal 11
Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing atau Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia
Lulusan Luar Negeri untuk dapat melakukan pekerjaan/praktik di Indonesia harus memenuhi
ketentuan mengenai sertifikat kompetensi dan STR.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan dibentuk MTKI.
Pasal 15
Pasal 16
MTKI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Bagian Kedua Tugas, Fungsi
dan Wewenang.
Pasal 17
MTKI mempunyai tugas membantu Menteri dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
penatalaksanaan sertifikasi dan registrasi tenaga kesehatan yang menjalankan praktik atau
pekerjaannya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan.
Pasal 18
MTKI dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, mempunyai fungsi:
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, MTKI mempunyai
wewenang:
Pasal 20
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi dan wewenang MTKI diatur dengan Pedoman
yang dikeluarkan oleh MTKI. Bagian Ketiga Susunan Organisasi dan Keanggotaan
Pasal 23
Pimpinan MTKI terdiri atas seorang ketua dan 3 (tiga) orang ketua divisi yang merangkap
anggota dilaksanakan secara kolektif.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Masa bakti keanggotaan MTKI adalah 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk k 1
(satu) kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 27
Untuk dapat diangkat sebagai anggota MTKI, yang bersangkutan harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
Pasal 28
Pasal 29
(1) Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya MTKI dibantu oleh Sekretariat
yang dipimpin oleh seorang Sekretaris.
(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan anggota MTKI.
(4) Dalam menjalankan tugasnya, sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua MTKI.
(5) Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris dibantu oleh unit kerja pada Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian
Kesehatan yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi di bidang umum dan bidang
sertifikasi dan registrasi.
Pasal 30
(1) Ketentuan fungsi dan tugas sekretariat MTKI ditetapkan oleh Ketua. MTKI.
(2) Pegawai pada sekretariat MTKI tunduk pada peraturan perundangundangan mengenai
kepegawaian.
Pasal 31
(1) MTKI dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh MTKP yang berkedudukan di
Ibukota Provinsi
(2) MTKP dibentuk dan diangkat oleh MTKI dengan pertimbangan Kepala
Badan.Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, organisasi, dan keanggotaan
BAB IV PENDANAAN
Pasal 32
Pendanaan kegiatan MTKI dan MTKP dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi,
dan/atau peran serta masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 33
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, MTKI, MTKP dan organisasi profesi melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan praktik/pekerjaan yang dilakukan
tenaga kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan;
b. melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34
(1) Tenaga kesehatan yang telah memiliki surat izin/STR dan/atau surat izin
kerja/surat izin praktik berdasarkan peraturan perundangundangan yang ada
dinyatakan telah memiliki STR sampai dengan masa berlakunya berakhir.
(2) Tenaga kesehatan yang memiliki surat izin/STR dan/atau surat izin kerja/surat izin
praktik yang masa berlakunya berakhir paling lama 5 (lima) tahun setelah
berlakunya Peraturan Menteri ini, kepadanya dapat diberikan perpanjangan STR.
(3) Tenaga kesehatan yang pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini belum diatur
ketentuan mengenai STR dan/atau surat izin kerja/surat izin praktiknya,
kepadanya diberikan STR berdasarkan Peraturan Menteri ini.
(4) Tenaga Kesehatan yang belum memiliki surat izin/STR dan/atau surat izin
kerja/surat izin praktik yang telah lulus ujian program pendidikan sebelum Tahun
2012, kepadanya diberikan STR berdasarkan Peraturan Menteri ini.
(5) Permohonan STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini dapat dilakukan secara
kolektif melalui organisasi profesi, institusi pendidikan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan dimana tenaga kesehatan melakukan pekerjaan/praktikny
Pasal 35
Masa berlaku STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diberikan selama 5 (lima) tahun
berdasarkan tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Pasal 36
(1) Keanggotaan MTKI yang untuk pertama kali diangkat dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 221/Menkes/SK/II/2011 tanggal 1 Februari 2011 tetap menjadi
anggota MTKI berdasarkan Peraturan Menteri ini dengan masa bakti diubah menjadi
5 (lima) tahun sehingga berakhir pada Tahun 2016.
(2) Keanggotaan MTKP yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan tetap menjadi anggota
MTKP berdasarkan Peraturan Menteri ini dengan masa bakti 5 (lima) tahun sejak
ditetapkannya.
(3) MTKP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap melaksanakan tugas uji kompetensi
apabila perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) belum dapat melaksanakan uji kompetensi tersebut.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Pasal 38
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka: 1. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan; dan 2.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1134/Menkes/SK/VIII/2010 tentang
Keanggotaan, Organisasi dan Tata Kerja Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 39
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
Nomor 5063mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita NegaraPeraturan Menteri ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara.
Nakes dalam UU 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan disahkan oleh Presiden
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014. UU 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, dan Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang
Tenaga Kesehatan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067 oleh
Menkumham Amir Syamsudin di Jakarta dan mulai diberlakukan pada
Pada saat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan mulai berlaku:
b. Pasal 4 ayat (2), Pasal 17, Pasal 20 ayat (4), dan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4431) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Pasal 94 huruf a); dan
b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan,
adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat;
c. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta
pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan;
d .bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan
masyarakat, untuk memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, dan
untuk memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan
masyarakat penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga
kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan;
e bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-
DASAR HUKUM
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang Undang tentang Tenaga Kesehatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa
Pembukaan UUD 1945 mencantumkan cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan
tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Salah satu wujud memajukan kesejahteraan umum adalah Pembangunan
Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan
tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang
memadai, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya.
Upaya pemenuhan kebutuhan Tenaga Kesehatan sampai saat ini belum memadai, baik dari
segi jenis, kualifikasi, jumlah, maupun pendayagunaannya. Tantangan pengembangan Tenaga
Kesehatan yang dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah:
1. pengembangan dan pemberdayaan Tenaga Kesehatan belum dapat memenuhi
kebutuhan Tenaga Kesehatan untuk pembangunan kesehatan;
5. kualitas hasil pendidikan dan pelatihan Tenaga Kesehatan pada umumnya masih
belum memadai;
10. sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan Tenaga Kesehatan masih
terbatas;
11. sistem informasi Tenaga Kesehatan belum sepenuhnya dapat menyediakan data dan
informasi yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu; dan
12. dukungan sumber daya pembiayaan dan sumber daya lain belum cukup.
Dalam rangka memberikan pelindungan hukum dan kepastian hukum kepada Tenaga
Kesehatan, baik yang melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat maupun yang
tidak langsung, dan kepada masyarakat penerima pelayanan itu sendiri, diperlukan adanya
landasan hukum yang kuat yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan serta sosial ekonomi dan budaya.
Apa itu Perawat?. Perawat menurut UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
Pelayanan Keperawatan dalam UU 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. Praktik
Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam bentuk
Asuhan Keperawatan. Keperawatan sekarang memiliki Undang-undang tersendiri.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober
2014 dan UU Keperawatan mulai diberlakukan setelah diundangkan oleh
Menkumham Amir Syamsudin di Jakarta dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307 dan Penjelasan Atas UU 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612
pada tanggal 17 Oktober 2019.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia yang diakui secara konstitusional dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hak warga
negara dan tanggung jawab negara. Hak asasi bidang kesehatan ini harus diwujudkan
melalui pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
individu, keluarga, dan masyarakat dengan menanamkan kebiasaan hidup sehat.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan untuk memberikan
kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk meningkatkan, mengarahkan, dan
menata berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik
Keperawatan yang bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang ini memuat pengaturan
mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, izin praktik, dan registrasi
ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi perawat dan klien, kelembagaan yang
terkait dengan perawat (seperti organisasi profesi, kolegium, dan konsil), pengembangan,
pembinaan, dan pengawasan bagi perawat, serta sanksi administratif.
a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah satu tujuan nasional
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 perlu diselenggarakan pembangunan kesehatan;
b. bahwa penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
2.Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
8.Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik Keperawatan
yang diperoleh lulusan pendidikan profesi..
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya
serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga Negara
Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang menggunakan
jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara nasional
dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi Perawat
untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu dan
meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independen.
19. Wahana Pendidikan Keperaw perawatan yang selanjutnya disebut wahana pendidikan
adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan sebagai tempat
penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
Pasal 2
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
Pasal 3
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan
BAB II
JENIS PERAWAT
Pasal 4
b. Perawat vokasi.
2. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. ners; dan
b. ners spesialis.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai jeni s Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
PENDIDIKAN TINGGI KEPERAWATAN
Pasal 5
a. pendidikan vokasi;
c. pendidikan profesi
Pasal 6
2. Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a paling rendah adalah
program Diploma Tiga Keperawatan.
pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
2. Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas,
institut, sekolah tinggi, politeknik, atau akademi.
3. kademi.
5. Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan melalui:
A kepemilikan; atau
B kerja sama.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
1. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh pejabat
yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
2. Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 14
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit dosen pada
Wahana Pendidikan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 15
1. Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dapat berasal
dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai negeri.
1. Mahasiswa Keperawatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus
mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
2. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan
tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi Perawat, lembaga pelatihan, atau
lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
3. Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
4. Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh
Organisasi Profesi Perawat dan Konsil Keperawatan dan ditetapkan oleh Menteri.
7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dengan
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
BAB IV
REGISTRASI, IZIN PRAKTIK, DAN REGISTRASI ULANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Perawat, Menteri dan Konsil Keperawatan bertugas
melakukan pembinaan dan pengawasan mutu Perawat sesuai dengan kewenangan masing-
masing.
Bagian Kedua
Registrasi
Pasal 18
2. STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah
memenuhi persyaratan.
4.STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun.
5.Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:memiliki
STR lama;
Legislasi keperawatan adalah suatu proses untuk menetapkan serangkaian ketentuan yang
harus ditaati dan diikuti oleh setiap perawat yang akan memberikan pelayanan kepada orang
lain. Pelayanan keperawatan professional hanya dapat diberikan oleh tenaga keperawatan
profesional yang telah memiliki ijin dan kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan
yang dibutuhkan oleh sistem pasien. Pengaturan pemberian ijin dan kewenangan diatur dalam
suatu sistem regulasi keperawatan. Legislasi keperawatan mencerminkan suatu hukum yang
diberlakukan dalam bentuk undang-undang praktik keperawatan.
Berkat perjuangan yang gigih para perawat, pemerintah Republik Indonesia telah
mengesahkan Undang-undang no 38 tahun 2014 tentang Keperawatan yang disahkan pada
tanggal 17 Oktober 2014. Undang-undang Keperawatan terdiri dari 13 bab, 66 pasal yang
berisi jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi, ijin praktik, registrasi ulang,
praktik keperawatan, hak dan kewajiban, organisasi profesi perawat, kolegium keperawatan,
konsil keperawatan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan, sanksi administrasi,
ketentuan peralihan, ketentuan penutup.
Kredensial adalah suatu proses determinasi dan memelihara kompetensi praktik keperawatan.
Proses kredensial adalah salah satu cara memelihara standar praktik profesi keperawatan dan
bertanggung jawab atas persiapan pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi lisensi,
registrasi, sertifikasi, dan akreditasi.
Lisensi/ijin praktik keperawatan berupa penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi
perawat. STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk mendapatkan STR setiap perawat wajib mengikuti ujian kompetensi yang
diselenggarakan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Jika mereka lulus uji
kompetensi maka sambil menunggu STR akan diterbitkan Sertifikat Kompetensi (Serkom).
Perawat yang belum mempunyai STR tidak dapat bekerja di area keperawatan. Perawat yang
sudah memiliki STR yang akan melakukan praktik mandiri di luar institusi tempat bekerja
yang utama dapat mengajukan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) di Dinas Kesehatan
setempat.
Untuk mendapatkan ijin praktik keperawatan tentunya sudah diatur dalam Sistem Regulasi
Keperawatan. Sistem regulasi merupakan suatu mekanisme pengaturan yang harus ditempuh
oleh setiap tenaga keperawatan yang berkeinginan untuk memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien.
3. Registrasi
Apakah Anda sudah tercatat di Dinas Kesehatan sebagai perawat? Pencatatan ini disebut
registrasi, dan registrasi ini ada aturannya yang akan diuraikan berikut ini. Dalam sistem
legislasi keperawatan khususnya yang tertuang dalam keputusan menteri kesehatan,
Registrasi keperawatan dimaksudkan sebagai pencatatan resmi terhadap perawat yang telah
mempunyai kualifikasi dan diakui secara hukum untuk melakukan tindakan keperawatan.
Registrasi keperawatan ada dua yaitu registrasi awal adalah dilakukan setelah yang
bersangkutan selesai/lulus pendidikan keperawatan, mengikuti uji kompetensi, dan
dinyatakan lulus uji kompetensi. Setelah perawat teregistrasi akan memperoleh STR yang
dapat diperbaharui kembali setelah lima tahun (5 Tahun) yaitu melalui registrasi ulang.
Registrasi ulang dilakukan dengan menggunakan 25 kredit yang diperoleh dari berbagai
kegiatan ilmiah. Keseluruhan proses pencapaian/penilaian kredit tersebut merupakan kegiatan
sertifikasi
Registrasi keperawatan merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang
yang ingin melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan
atau kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi adalah kepemilikan kemampuan tertentu atau
beberapa kemampuan untuk memenuhi persyaratan ketika menjalankan suatu peran.
Kompetensi ini tidak dapat diterapkan apabila belum diva1idasi dan diverifikasi oleh badan
yang berwenang. Organisasi pelayanan kesehatan biasanya menggunakan beberapa sumber
untuk menetapkan suatu kompetensi yaitu melalui lisensi dari badan keperawatan wilayah,
sertifikasi nasional, dan telaah kinerja
4.Akreditasi
Akreditasi adalah suatu proses oleh pemerintah bersama-sama organisasi profesi menilai dan
menjamin akreditasi status suatu institusi dan/atau program atau pelayanan yang menemukan
struktur, proses, dan kriteria hasi
Status akreditasi ini ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh meliputi perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, sarana dan fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuan
pendidikan.
D. Memberi informasi kepada masyarakat tentang tujuan dan nilai akreditasi dan
Sesuai dengan tujuan akreditasi di atas, maka setiap institusi pendidikan selalu mengevaluasi
sendiri apakah tujuan pendidikan sudah tercapai ? karena institusi tersebut bertanggungjawab
tidak hanya pada mahasiswa/peserta didik, tetapi juga pada masyarakat.