Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP DASAR PKN SD

“hakikat individu warga negara sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa”

Kelompok 2 :

1. Peni Yuliana (22129201)

2. Putri Alifia Yasmin (22129204)

3. Raisyah Permata Sari (22129213)

4. Rahmi Gusni Herman (22129348)

5. Nia Hartati (22129415)

Dosen Pengampu :

Hasmai Bungsu Ladiva, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tema dari makalah ini adalah
“hakikat individu warga negara sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Hasmai Bungsu Ladiva, S.Pd, M.Pd pada mata kuliah Konsep Dasar PKN Sd. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang hakikat individu warga negara
sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Konsep Dasar PKN Sd yang telah memberikan tugas kepada kami
sehingga dapat menambah pengetahuan dan juga wawasan. Kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu,
demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandar Buat, 12 September 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
Hakikat Individu Warga Negara Sebagai Makhluk Tuhan yang Maha Esa.......................................5
B. Dasar hukum warga negara Indonesia sebagai makhluk Tuhan....................................................8
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Individu warga negara merupakan elemen penting dalam suatu masyarakat. Mereka
memiliki peran dan hak-hak yang harus dihormati dan diakui. Hakikat individu warga negara
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa memiliki landasan filosofis dan konsep yang kuat
dalam berbagai sistem pemikiran sosial, hukum, dan agama. Latar belakang ini akan
membahas mengapa pemahaman tentang hakikat individu warga negara sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa sangat relevan dan penting dalam konteks kehidupan sosial dan
politik. Yaitu Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia , Kebebasan Beragama dan
Kepercayaan ,kedudukan sosial yang adil, partipasi politik, Pentingnya Keharmonisan
Sosial , Tanggung Jawab terhadap Lingkungan Hidup.

Dengan memahami hakikat individu warga negara sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa, masyarakat dapat membangun landasan yang lebih kuat untuk menghormati hak-
hak individu, menciptakan masyarakat yang adil, dan memajukan nilai-nilai kemanusiaan.
Makalah ini akan menggali lebih dalam konsep ini dan implikasinya dalam konteks sosial
dan politik yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Individu Warga Negara Sebagai Makhluk Tuhan yang Maha Esa?

2. Bagaimana Dasar hukum warga negara Indonesia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Hakikat Individu Warga Negara Sebagai Makhluk Tuhan
yang Maha Esa

2. Untuk mengetahui bagaimana Dasar hukum warga negara Indonesia sebagai makhluk
Tuhan yang Maha Esa

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Individu Warga Negara Sebagai Makhluk Tuhan yang Maha Esa
Individu berasal dari kata in-dividere artinya tidak dapat dibagi-bagikan
(Gerungan,1981). Namun individu yang dimaksud adalah manusia. Aristoteles berpendapat
bahwa manusia merupakan perjumlahan daripada beberapa kemampuan tertentu yang
masing-masing bekerja tersendiri. Dalam pembahasan Individu sebagai Insan Tuhan YME,
difokuskan kepada bagaimana seorang individu warga negara RI yang memiliki keyakinan
sesuai dengan agama yang dianutnya. Pada dasarnya setiap ajaran agama menuntut umatnya
untuk melakukan pengabdian dalam bentuk ibadah ritual vertikal dan berperilaku baik yang
diaplikasikan dalam kehidupan secara horizontal.

Pendidikan Kewarganegeraan yang menjadikan Pancasila sebagai dasar moral


bangsa, menjadikan sila-sila dalam Pancasila merupakan nilai-nilai dasar dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha
esa” berkonsekuensi bahwa setiap manusia Indonesia harus mengakui adanya Tuhan, harus
beragama, dan hal ini sebagai perwujudan manusia sebagai makhluk religi.sudah pasti,
tak seorang pun akan menolak pemikiran adanya suatu kekuatan yang melingkupi, pencipta,
sekaligus yang memelihara alamini. Dalam keberagaman ini manusia akan merasakan
hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata
cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi
tujuan hidupnya. Setiap ajaran agama juga menuntut untuk berperilaku baik yang
diaplikasikan dalam kehidupan secara horizontal, disamping mengabdi dalam bentuk ibadat
ritual vertikal sesuai dengan keyakinannya.

Masing-masing agama memiliki kewajiban ibadat yang ritual yang bersifat vertikal
yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan sebagai pencipta misalnya:

- umat islam melaksanakan ibadat ritualnya di Masjid

- umat katolik dan protestan beribadat di Gereja

- umat Hindu beribadat di Kelenteng dan

5
- umat Budha beribadat di Pura.

Ketika umat Hindu melaksanakan kewajiban ibadatnya di Kelenteng, tentu umat


beragama yang lainnya harus bersikap toleran dan menghormatinya. Jika sikap ini dimiliki
oleh setiap umat beragama, tentu kehidupan rukun antar umat beragama akan terjalin.

• Agama Islam mengajar bahwa belum sempurna iman seseorang, kalau kasih sayang
kepada orang belum sama dengan kasih sayang kepada dirinya. Bahkan agama Islam
mengajarkan salah satu ciri orang yang beriman adalah orang itu mencintai
negaranya.
• Agama Kristen Katholik mengajarkan bahwa tujuan Tuhan menciptakan manusia
untuk kebahagiaan manusia, dosa menhancurkan kebahagiaan manusia, dan Yesus
Kristus pembebas manusia dari dosa.
• Dalam agama Budha dikenal dengan ajaran Catur Paramita yaitu empat sifat luhur di
dalam hati nurani manusia yaitu, Metta atau Maitri, Karuna, Mudita, dan Upekha.
Kelangsungan kegiatan keagamaan dijamin oleh perundang-undangan seperti pada
Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
serta pada perundang-undangan yang lainnya.
• Dalam agama Hindu dikenal dengan ajaran yang tersirat dalam Sloka Moksartham
jagad hitaca iti dharma artinya tujuan agama ialah tercapainya kesejahteraan dunia
dan kebahagiaan spiritual. Dalam agama Hindu terdapat 4 tujuan hidup yaitu :
dharma, artha, kama, dan moksa. Sedangkan dalam agama Budha dikenal dengan
ajaran Catur Paramita yaitu : Metta, Karuna, Mudita, dan Upekha.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan
sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.

1. Kodrat manusia: Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau
bakat- bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya,
kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya,
kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.

2. Harkat manusia: Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

6
3. Martabat manusia: Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia
adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding
makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggidan
lebih terhormat dibandingikan dengan makhluk lainnya

4. HAM: Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan
atau kemerdekaan.

5. Kewajiban manusia: Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh
manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai
konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-hak asasi.
Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi
dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita merupakan masyarakat yang


religius, han ini terdapat pada UUD 1945 alinea kedua “…atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Selain itu sila pertama pancasila yang tercantum pada alinea keempat pembukaan UUD 1945
adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mengakui
sebagai insan Tuhan yang menjamin kebebasan warga negara untuk melaksanakan kewajiban
sesuai kewajiban dan kepercayaan karena masyarakat bangsa kita terdiri dari unsur-unsur
masyarakat yang memeluk agama. Penjelasan pengkuan ini dijelaskan pada UUD 1945 pasal
29 :

1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Bahasan tentang individu sebagai insan Tuhan yang Maha Esa, implikasinya adalah
menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Setiap agama menuntut umatnya untuk
melakukan ibadat ritual dan berbuat kebajikan antar manusia dengan melaksanakan perintah

7
dan menghindari larangan agamanya dalam kehidupan didunia ini. Dalam konteks Indonesia
sebagai bangsa yang terdiri dan pengaunut agama yang beragam maka individu yang
mengakui sebagai insan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai umat yang beragama dan warga
negara perlu memiliki esensi nilai dan moral dan terkandung dalam kehidupan antar umat
beragama yaitu takwa, toleran, rukun, kerjasama, dan saling menghormati.

B. Dasar hukum warga negara Indonesia sebagai makhluk Tuhan


Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita merupakan masyarakat yang
religius, hal ini terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea kedua “atas berkat rahmat
AllahYang Maha Kuasa..”. Selain itu sila pertama pancasila yang tercantum pada alinea
keempat pembukaan UUD 1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan
bahwa bangsa indonesia merupakan bangsa yang mengakui sebagai insan Tuhan yang
menjamin kebebasan warga negara untuk melaksanakan kewajiban sesuai agama dan
kepercayaannya.

Kehidupan beragama di Indonesia secara yuridis mempunyai landasan yang kuatdalam


hukum ketatanegaraan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945, pasal 29
ayat 1 yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
dannegara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masingdan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Negara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung prinsip bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beragama atau bukan negara teokrasi dan bukan pula suatunegara sekularistik. Sedangkan
ayat dua mengandung pengertian :

1) Negara menjamin kemerdekaan, tekandung arti bahwa menjadi kewajiban


pemerintahuntuk memberi kesempatan dan mendorong tumbuhnya kehidupan agama yang
sehat

2) Negara tidak punya kompentensi untuk memaksa agam sebagaimana agama sendiritidak
memaksa setiap manusia untuk memeluknya

3) Kebebasan beragama merupakan hak asasi yang paling mendasar dan karena agamaitu
sendiri bersifat universal (Hamidi, 2001)

Berdasarkan kepada pasal 29 UUD 1945 beserta tafsirnya tersebut, pemerintah merasa
berkewajiban untuk mengatur kehidupan beragama di Indonesia dengan
membentukDepartemen Agama. Campur tangan pemerintah dalam urusan agama ini

8
mendapat tanggapandari sejumlah tokoh diantaranya adalah Hatta dan Daliar Noor. Menurut
Hatta masalah agamadan negara harus dipisahkan. Sedangkan menurut Daliar Noor
berpendapat bahwa intervensinegara/pemerintah dalam masalah agama sebatas lingkup
administrasi (Hamidi, 2001).

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Jazim Hamidi dan M. Husnu Abadi (2001)
yangmenyatakan intervensi negara atau pemerintah terhadap agama terbatas pada
masalahadministrasi belaka meliputi: fasilitas, sarana dan prasarana. Jadi bukan pada materi
agamanya atau dengan kata lain negara tidak mencampiri dan tidak ingin mencampuri urusan
syari’ah dan ibadah agama-agama di Indonesia

Aspek kehidupan masyarakat diatur oleh sebuah peraturan yang diterapkan oleh
petinggi dari masyarakat tersebut baik oleh negara tempat masyarakat tersebut berada
maupunoleh petinggi adatnya. Aspek- aspek yang diatur oleh negara misalnya adalah aspek
kehidupanekonomi sosial dan kebudayaan,misalnya di Indonesia mengatur demikian. Adapun
hal lainyang diatur oleh Negara kita yaitu mengenai kehidupan beragama. Dalam hal ini
diatur didalam konstitusi kita yaitu UUD 1945 pasal 29 yang berbunyi:

1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Selain diatur di dalam konstitusi yang tertuang pada pasal 29 tersebut, pemerintah
jugamengukuhkan pengaturan mengenai pengaturan tentang kehidupan beragama pada
UU1/PNPS/1965 penodaan agama. Pada undang-undang tersebut hanya menjelaskan
bahwasetiap keagamaan yang menyimpang akan ditindak dan digolongkan pada kasus
pidana. Pada pasal 1, “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,
menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang
suatu agama yangdianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
menyerupai kegiatan- kegiatan agama itu melakukan penafsiran tersebut pada pasal diatas
mengandung makna yang ganda dan rancu.

Penafsiran suatu agama yang dianut oleh seseorang memang dapat berbeda beda dan
pasal 29 UUD 45 memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menganut kepercayaan
yangsesuai dengan keyakinannya.Pengaturan kehidupan beragam ada di Indonesia secara
hukum diperkuat oleh KitabUndang-undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum

9
pada pasal 156a, yaitu :Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang
siapa dengan sengajadimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:

1. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadapsuatu


agama yang dianut di Indonesia.

2. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang tidak
bersendikan Tuhan Yang Maha Esa.

Kehidupan beragama di Indonesia diatur secara lebih rinci oleh Departemen


Agama.Lembaga ini pada mulanya hanya mengurus agama Islam saja. Kemudian, sesuai
dengan perkembangan zaman serta tuntutan dari penganut agama lain, bahwa agama islam,
protestan,katolik, hindu dan budha memiliki kedudukan yang sama, yaitu setingkat
Direktoran Jenderal(Dirjen). Setelah mengalami perubahan, Departemen Agama sekarang
mempunyai lima Dirjen:

1. Dirjen bimbingan masyarakat islam dan urusan haji

2. Dirjen kelembagaan islam

3. Dirjen bimbingan masyarakat kristen protestan

4. Dirjen bimbingan masyarakat katolik

5. Dirjen bumbingan masyarakat hindu budha

Pembangunan kehidupan beragama di Indonesia bertujuan agar kehidupan beragamaitu


selalu menuju ke arah yang positif dan menghindari serta mengurangi akses-akses negatif
yang akan muncul dan merusak kesatuan dan ketentraman masyarakat. Kebijaksanaan
pemerintah dalam pembangunan kehidupan beragama, terutama difokuskan pada
penyiaranagama dan hubungan antar umat beragama, karena disinyalir bahwa penyiaran
agama seringmemicu ketegangan hubungan antar umat beragama.

penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan Negara padakehidupan


beragama cukup besar. Negara menjamin kebebasan memeluk agama di dalam konstitusi
tetapi membatasi kepercayaan masyarakat pada uu penodaan agama. Di dalam uuini terdapat
unsur yang memiliki muatan bahwa seseorang dilarang melakukan kegiatan peribadatan yang
menyimpang dari agama yang bersangkutan. Disini terlihat bahwa ada pembatasan

10
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat karena masyarakat dibatasi harus melakukan
peribadatan sesuai dengan agama yang ditentukan.

Misalnya pada agama X mengharuskan melakukan proses ibadah berupa Y ,


tetapiorang tersebut melakukan peribadatan berupa Z maka Negara turut ikut campur dan
bahkan memvonis bersalah pada orang tersebut, bagaimana jika pross Z tersebut memang
yangdipercayai oleh orang tersebut, bukankah ini bertentangan dengan konstitusi
yangmembebaskan masyarakat untuk menganut agama dan kepercayaannya masing-
masing.Disinilah letak dualisme dan pertentangan pengaturan terhadap kehidupan beragama
bagi masyarakat Indonesia, dimana salah satu peraturan membebaskan dan satu yang lain
melarangkepercayaan masyarakat.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat individu warga negara sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa
merupakan landasan filosofis yang mendasari prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi
manusia, dan keadilan dalam sebuah negara. Setiap individu dianggap unik dan
bernilai, dengan hak-haknya yang harus dihormati dan dilindungi. Prinsip ini
memandang bahwa setiap warga negara memiliki potensi untuk berkontribusi pada
masyarakat dan berhak mendapatkan perlakuan yang sama di bawah hukum. Oleh
karena itu, tugas negara adalah untuk memastikan kebebasan, kesetaraan, dan
kesejahteraan bagi semua individu, sejalan dengan keyakinan akan eksistensi Tuhan
yang Maha Esa. Hakikat ini juga mengingatkan kita akan tanggung jawab moral
untuk menjaga dan menghormati hak-hak individu, menciptakan masyarakat yang adil
dan inklusif, serta mewujudkan cita-cita kemanusiaan dalam kerangka kebangsaan.

B. Saran
Demikian dengan isi makalah yang kami sajikan, bila ada kesalahan dalam
penulisan mohon dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami sebagai
pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari bapak dosen dan
teman-teman sekalian.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Shofiyatul. "Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu pengejawantahan


dimensi manusia sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan makhluk
religi." Likhitaprajna 18.1 (2016): 77-86.

Sumantri, Muhammad S., and Pd MSM. "Hakikat Manusia dan Pendidikan." Yogyakarta:
Universitas Terbuka (2015).

Winaputra Udin S dkk. 2010. Materi Dan Pembelajaran PKn SD I. Tanggerang


Selatan:Universitas Terbuka.

Juliardi, Budi.2014. Pendidikan Kewarganegaraan. Depok: Raja Grafindo Persada

https://dwianggraeni92.wordpress.com/2014/06/04/-individu-sebagai-insan-tuhan-yang-
maha-esa-makhluk-sosial-dan-warga-negara/

13

Anda mungkin juga menyukai