Disusun oleh:
Kelas: Manajemen F
2022
I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
II
III
BAB I
PENDAHULUAN
4
lembaga agama dan negara. Jadi, pemaknaan agama sipil merupakan
alternatif untuk mengantisipasi konflik yang muncul karena
«truthclaim» dari salah satuagama atau dominasi kekuasaan negara
dalam mengatur kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
5
BAB II
ISI
2.1 Pembahasan
Civil religion secara harviah berarti agama sipil (rakyat), akan
tetapi jika dilihat secara apa adanya seakan-akan merupakan agama
tersendiri. Oleh karenanya lebih tepat jika diartikan “Keberagaman
Sipil “. Negara Indonesia sendiri bukanlah Negara agama (teokrasi),
juga bukan Negara yang secular tetapi Indonesia tepat berada di
tengah-tengah yaitu Negara Pancasila dengan segenap nilai-nilainya.
Agaknya dari sinilah terma civil religion dapat ditarik ke wilayah
negara Indonesia, sebab kata "Tuhan" dalam sila pertama tersebut
tidak menunjukkan dan tidak berafeliasi pada agama tertentu apakah
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha juga Kong Hu Cu sebagai
agama resmi (official religions) yang diakui secara de jure oleh
Pemerintah Indonesia. Kondisi faktual inilah yang dapat dijadikan
modal untuk menawarkan Pancasila sebagai kontrak sosial bagi
pengembangan civil religion terhadap komunitas masyarakat
beragama di Indonesia.
6
temu bagi umat beragama. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pancasila, bagaimanapun juga, merupakan Tuhan yang integratif,
netral, dan diterima setiap kelompok agama. Akan tetapi, Tuhan yang
diakui itu bukanlah Tuhan yang lebih mengutamakan pelaksanaan
hukum daripada Tuhan yang mencintai. Karena, Tuhan yang dihayati
bangsa Indonesia adalah Tuhan yang diajarkan agamanya masing-
masing. Itulah oleh berbagai kalangan bahwa Pancasila dapat disebut
sebagai civil religion. Disebut agama karena menginginkan sumber
otoritas yang bebas dari rezim yang berkuasa (Negara) dan disebut
sipil karena dia ingin bebas dari pengaruh agama tertentu.
7
pasti dapat dikatakan civil religion tidak akan dapat dikembangkan.
Keanekaragaman bangsa Indonesia merupakan kenyataan yang harus
diterima secara positif dan kreatif oleh semua umat beragama. Jika
kekayaan tersebut dapat berjalan secara sinergi maka Negara ini akan
disegani Negara lain karena pembangunan akan berjalan secara
maksimal tanpa harus diinterupsi oleh konflik antar penganut agama.
Oleh karenanya, kerukunan merupakan salah satu modal dalam
pembangunan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian tentang “civil religion di Indonesia’
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa konsep civil religion
menginginkan tampilnya agama sipil pada aras nilai moral atau etika
sosial untuk mewujudkan makna general di dalam rumah kehidupan
guna merajut keberagamaan dalam berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia
bukanlah agama, tidak bertentangan dengan agama dan tidak dapat
menggantikan kedudukan agama. Kendatipun begitu, penelitian ini
ber kesimpulan bahwa Pancasila “dapat” menjadi “civil religion di
Indonesia”, setidaknya sudah berkembang seiring dengan kehendak
rakyat yang mengarah, dan menempatkan Pancasila sebagai sandaran
transendental (agama sipil). Pancasila dengan lima silanya adalah
gambaran riil tentang civil religion. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
merupakan gambaran tentang prinsip utama di dalam civil religion.
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, demikian pula Sila Keadilan
Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari
konsep persaudaraan yang didasarkan atas keadilan dan kemanusiaan.
Yang diperlukan adalah implementasi nilai-nilai Pancasila secara
nyata bukan hanya berada pada tataran intellectual discourse sehingga
berbagai macam tindakan diskriminasi baik yang dilakukan oleh
penguasa Negara (rezim) atau kelompok mayoritas terhadap
kelompok minoritas penganut agama dan kepercayaan termasuk
penganut agama-agama lokal harus diakhiri, bahkan lebih jauh lagi,
apalagi pada era reformasi ini, eksistensi agama-agama tersebut
hendaknya diberikan ruang untuk mengekspresikan keyakinannya.
9
3.2 Saran
Pancasila sebagai agama sipil membangkitkan kesadaran
keberagamaan baru bahwa rakyat Indonesia harus bisa hidup bersama
(living together), berdampingan, penuh kedamaian, berprinsip
ukhuwah Waṭaniyyah (persaudaraan sebangsa). Dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika menjadikan semangat nasionalisme demi
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10
Daftar Pustaka
Bellah, Robert N. dan Philip E. Hammond. 2003. Varieties of Civil
Religion: Beragam Bentuk Agama Sipil dalam Beragam Bentuk
Kekuasaan Politik, Kultural, Ekonomi, & Sosial. terj. I. Khoiri.
Yogyakarta: IRCiSoD.
11