Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

“Memahami Konsep Politik Dalam Beragama”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah Pendidikan Agama

Dosen Pembimbing : Oyon Suryono S.PD.I

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Dewi Aprian Lasmini 24622002


2. Mohamad Danial 24622010
3. Muhamad Hendar Ali 24622011
4. Nazwa Putri Sukmana 24622012
5. Nursaefa Firdaus 24622014
6. Ramita Fatia Sarah 24622018
7. Robby Fikal Khofi 24622021
8. Siti Salbiah 24622023

PROGRAM STUDI AKADEMI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
AKADEMI FARMASI PERSADA KOTA SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Memahami Konsep Masyarakat
Dalam Beragama" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Oyon Suryono S.PD.I selaku guru
Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapa kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kitik dari teman-teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Sukabumi, 19 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB.I PENDAHULUAN

Latar Belakang .............................................................................................................. I.1

Rumusan Masalah ......................................................................................................... I.2

Tujuan ........................................................................................................................... I.3

BAB II. PEMBAHASAN

Pengertian Politik .......................................................................................................... II.1

Pengertian Konsep Agama ........................................................................................... II.2

Peranan Agama Islam Terhadap Politik ...................................................................... II.3

Pandangan Islam Terhadap Politik .............................................................................. II.4

Mengetahui Pentingnya Kontribusi Islam Terhadap Politik Indonesia ..................... II.5

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................................................... III.1

Penutup.......................................................................................................................... III.2

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem politik adalah suatu bagian yang pasti ada di setiap Negara sistem politik sendiri
berfungsi sebagai pengatur dan membuat peraturan untuk dipatuhi oleh seluruh warga
negaranya.Ada beberapa sistem politik yaitu sistem politik komunis, liberal dan demokrasi dari
beberapasistem politik tersebut masih ada juga sistem politik Islam. Setiap Negara pasti memiliki
sistem politiknya masing-masing.Seperti misalnya Negara Indonesia yang menggunakan sistem
politik demokrasi yang berarti sistem tersebut didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yangdemokratisDisini kami akan membahas tentang peranan agama Islam dalam
perkembangan politik di duniasaat ini, dengan mengkaji berbagai informasi berdasarkan Al-
Qur‟an, dan Al Hadits.
.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu politik sudut barat ?
2. Pengertian konsep agama?
3. Bagaimana peran agama dalam politik ?
4. Bagaimana Pandangan islam terhadap politik ?
5. Bagaimana kontribusi islam terhadap politik di indonesia ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian politik
2. Mengetahui apa itu konsep agama
3. Dapat memahami perana agama dalam politik
4. Dapat memahami pandangan islam terhadap politik
5. Mengetahui pentingnya kontribusi islam terhadap politik indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian politik
Dilihat dari sisi etimologi, kata politik berasal dari bahasa Yunani, yakni polis yang
berarti kota yang berstatus negara kota (city state). Dalam negarakota di zaman Yunani, orang
saling berinteraksi guna mencapai kesejahteraan (kebaikan, menurut Aristoteles) dalam
hidupnya. Politik yang berkembang di Yunani kala itu dapat ditafsirkan sebagai suatu proses
interaksi antara individu dengan individu lainnya demi mencapai kebaikan bersama.
Pemikiran mengenai politik pun khususnya di dunia barat banyak dipengaruhi oleh filsuf
Yunani Kuno. Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha
untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Namun demikian, definisi politik
hasil pemikiran para filsuf tersebut belum mampu memberi tekanan terhadap upaya-upaya
praksis dalam mencapai polity yang baik. Meskipun harus diakui, pemikiranpemikiran politik
yang berkembang dewasa ini juga tidak lepas dari pengaruh para filsuf tersebut. Dalam
perkembangannya, para ilmuwan politik menafsirkan politik secara berbeda-beda sehingga
varian definisinya memperkaya pemikiran tentang politik. Gabriel A. Almond mendefinisikan
politik sebagai kegiatan yang berbuhungan dengan kendali pembuatan keputusan publik
dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrumen
yang sifatnya otoritatif dan koersif. Dengan demikian, politik berkaitan erat dengan proses
pembuatan keputusan publik. Penekanan terhadap penggunaan instrumen otoritatif dan
koersif dalam pembuatan keputusan publik berkaitan dengan siapa yang berwenang,
bagaimana cara menggunakan kewenangan tersebut, dan apa tujuan dari suatu keputusan yang
disepakati. Jika ditarik benang merahnya, definisi politik menurut Almond juga tidak lepas
dari interaksi dalam masyarakat politik (polity) untuk menyepakati siapa yang diberi
kewenangan untuk berkuasa dalam pembuatan keputusan publik.
2.2 Pengertian konsep agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan serta peribadatan kepada Tuhan (atau
sejenisnya) serta tata kaidah yang berhubungan dengan adat istiadat, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan, pelaksanaan agama bisa
dipengaruhi oleh adat istiadat daerah setempat. Agama juga merupakan suatu tatanan yang
mengatur hubungan manusia/seseorang dengan Tuhan. Suatu agama pada umumnya tidak
hanya mengatur hubungan seseorang denganTuhan, akan tetapi juga mengatur hubungan
manusia baik dengan dirinya sendiri maupun hubungan dengan orang lain.

KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS


• Sanskerta : A=tidak, GAMA=kacau, kocar-kacir, berantakan
AGAMA=tidak kacau, tidak kocar-kacir, tidak berantakan, atau adanya keteraturan
dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
• Latin: Religio, Religere= mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama
AGAMA adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau
memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
• Arab: Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem
atau tatacara hidup. Jadi Din berarti tatacara hidup
KONSEP AGAMA SECARA TERMINOLOGIS
• AGAMA : aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia)
• AGAMA : ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Unsur-unsur Konsep Agama Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari
beberapa unsur pokok:
1. Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
2. Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai dengan ajaran agama
4. Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami
oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama

Fungsi Agama :
1. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
2. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan, makhlukh hidup, dan serta
hubungan manusia dengan manusia.
3. Merupakan tuntunan tentang prinsip benar atau salah
4. Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
5. Pedoman perasaan keyakinan
6. Pedoman dalam membentuk nilai-nilai kehidupan
7. Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

2.3 Peranan agama islam terhadap politik


Ada sebagian ulama mengatakan politik tidak terlepas dari nilai- nilaiagama,seperti
hal nya pada pemilu tahun 1000 sebagian partai peserta pemiludidominasi partai berbasis
agama seperti masyumi,partai katolik dan lain sebagainya itu menunjukan bahwa partisipasi
partai politik berbasis agama sangatkental pada sistem politik indonesia dari 1 ke 1
.menyelamatkan agama sejatinya adalah dengan menegakkan akidah dansyariah islam dalam
semua aspek kehidupan mereka, baik di ranah pribadimaupun ranah sosial-politik-
kenegaraan.Semua ini tentu tidak bisa diwujudkandalam sistem politk sekular saat ini.
Sebaliknya, keselamatan agama menuntutadanya institusi negara yang menerapkan syariah
islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan.masalah kepemimpinan sesungguhnya
terkait dengan dua faktor-faktor sosok pemimpin dan sistem kepemimpinan yang
digunakannya. Jika panduanuntuk memilih pemimpin ini hanya terkait dengan sosok
pemimpinnya saja, tentuhal demikian telah mengabaikan sama sekali sistemnya yakni sistem
sekular"yang justru gagal menyelamatkan agama dari sekadar sebatas penjaga moral belaka.
Dalam sistem sekular saat ini, peran agama sebagai solusi atas seluruh problem kehidupan
malah disingkirkan jauh-jauh. Jika hal ini tidak dilakukan,siapapun pemimpin yang terpilih,
yakinlah, mereka hanya akan semakinmengokohkan sistem sekular ini. Akibatnya, harapan
untuk menyelamatkan agama sekaligus menjauhkan liberalisme akan menjadi tinggal
harapan, tidak akan pernah mewujud dalam kenyataan.
Melihat sejarah yang dilakukan nabi Muhammad Saw. beliau melaksanakan politik
kenegaraan mengirim dan menerima duta, memutuskan perang dan membuat perjanjian dan
musyawarah. Dalam saah satu bukunya Prof.Ar-rais diterjemahkan kedalam B.indonesia oleh
Prof. T. M. Hasbi Ash-shiddieqy " menyatakan hal sebagai berikut. Orang mengakui bahwa
semua taat aturan yang Rosullulloh tegakan bersama para mukmin di madinah,apabila ditinjau
dari segi kenyataan dan dibandingkan dengan ukuran politik.dalam padaitu tidak ada halangan
untuk menyatakan bahwa aturan itu bercirikan agama. Oleh karena itu, keterlibatan agama
dalam percaturan politik itu merupakan salah satu proses penting yang berjalan cepat dalam
percaturan politik di kalangan masyarakat-masyarakat transisional.

Barangkali penting untuk dikemukakan di sini tentang hakikat dua lembaga islam
yang disebutkan di atas Syariah, yang mengalami perkembangan selama berabad-abad, berdiri
tegassebagai inti pemerintahan islam tradisional, tetapi sekarang dengan cepat sedang digeser
kedudukannya oleh hukum sekuler. Sesuatu yang mencerminkan kebangkitan gagasan-
gagasan dan nilai-nilai Islam adalah munculnya partai politik dan semua partai berdiri dalam
kondisi yang tidak menentu dan tidak stabil.
Islam merupakan agama Allah Swt. sekaligus agama yang terakhir yangdisampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat jibril dengan tujuan untuk mengubah akhlak
manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Nabi Muhammad Saw. Dalam
menyebarkan agama islam di kalangan umatnya tidak menggunakan cara yang sembarang.
Tapi dengan menggunakan startegi-strategi yang disesuaikan dengan masyarakat di Zaman
itu. Startegi-strategi dakwah tersebut tanpa disadari berupa sesuatu yang bersifat politik.

Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang mencakup
siasat dalam pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain. Dengan menilik ke pengertian
politik tersebut startegi-startegi dakwah yang digunakan Rasulullah Saw adalah politik islam

2.4 Pandangan islam terhadap politik


Islam sebagai agama samawi yang komponen dasarnya 'aqidah dan syari'ah, punya
korelasi erat dengan politik dalam arti yang luas. Sebagai sumber motivasi masyarakat, Islam
berperan penting menumbuhkan sikap dan perilaku sosial politik. <>Implementasinya
kemudian diatur dalam syari'at, sebagai katalog-lengkap dari perintah dan larangan Allah,
pembimbing manusia dan pengatur lalu lintas aspek-aspek kehidupan manusia yang
kompleks.

Islam dan politik mempunyai titik singgung erat, bila keduanya dipahami sebagai
sarana menata kebutuhan hidup rnanusia secara menyeluruh. Islam tidak hanya dijadikan
kedok untuk mencapai kepercayaan dan pengaruh dari masyarakat semata. Politik juga tidak
hanya dipahami sekadar sebagai sarana menduduki posisi dan otoritas formal dalam struktur
kekuasaan.

Politik yang hanya dipahami sebagai perjuangan mencapai kekuasaan atau


pemerintahan, hanya akan mengaburkan maknanya secara luas dan menutup kontribusi Islam
terhadap politik secara umum. Sering dilupakan bahwa Islam dapat menjadi sumber inspirasi
kultural dan politik. Pemahaman terhadap term politik secara luas, akan memperjelas
korelasinya dengan Islam.

Syari'ah Islam mencakup juga tatanan mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kehidupan berbangsa, misalnya tergambar dalam tatanan syari'at tentang berkomunitas
(mu’asyarah) antar sesama manusia. Sedangkan mengenai kehidupan bernegara, banyak
disinggung dalam ajaran fiqih siyasah dan sejarah Khilafah al-Rasyidah, misalnya dalam kitab
al-Ahkam al-Sulthaniyah karya al-Mawardi atau Abi Ya’la al-Hanbali.

Pada zaman Rasulullah dan Khulafa' al-Rasyidin dapat dipastikan, beliau-beliau itu di
samping pimpinan agama sekaligus juga pimpinan negara. Konsep imamah yang mempunyai
fungsi ganda—memelihara agama sekaligus mengatur dunia—dengan sasaran pencapaian
kemaslahatan umum, menunjukkan betapa eratnya interaksi antara Islam dan politik. Tentu
saja dalam hal ini politik dimengerti secara mendasar, meliputi serangkaian hubungan aktif
antar masyarakat sipil dan dengan lembaga kekuasann.

Dalam teori politik sekuler, agama tidak dipandang sebagai kekuatan. Agama hanya
dilihat sebagai sesuatu yang berkaitan dengan persoalan individual. Padahal secara
fungsional, ternyata kekuatan agama dan politik saling mempengaruhi. Memang dalam arti
sempit ada diferensiasi, misalnya seperti diisyaratkan oleh interpretasi sahabat Ibnu Mas'ud
terhadap ungkapan uli al-amr sebagai umara’ (pemimpin formal pemerintahan), yang
dibedakan dengan ulama sebagai pemimpin agama.

Pengertian politik (al-siyasah) dalam fiqih Islam menurut ulama Hanbali, adalah
sikap, perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada kemaslahatan,
sekaligus menjauhkan dari kemafsadahan, rneskipun belum pernah ditentukan oleh Rasulullah
SAW. Ulama Hanafiyah memberikan pengertian lain, yaitu mendorong kemaslahatan
makhluk dengan rnemberikan petunjuk dan jalan yang menyelamatkan mereka di dunia dan
akhirat. Bagi para Nabi terhadap kaumnya, menurut pendapat ini, tugas itu meliputi
keselamatan batin dan lahir. Bagi para ulama pewaris Nabi, tugas itu hanya meliputi urusan
lahiriyah saja.

Sedangkan menurut ulama Syafi'iyah mengatakan, politik harus sesuai dengan syari'at
Islam, yaitu setiap upaya, sikap dan kebijakan untuk mencapai tujuan umum prinsip syari'at.
Tujuan itu ialah: (1) Memelihara, mengembangkan dan mengamalkan agama Islam. (2)
Memelihara rasio dan mengembangkan cakrawalanya untuk kepentingan ummat. (3)
Memelihara jiwa raga dari bahaya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang primer,
sekunder mau pun suplementer. (4) Memelihara harta kekayaan dengan pengembangan usaha
komoditasnya dan menggunakannya tanpa melampaui batas maksimal dan mengurangi batas
minimal. (5) Memelihara keturunan dengan memenuhi kebutuhan fisik mau pun rohani.

Dari pengertian itu, Islam memahami politik bukan hanya soal yang berurusan
dengan pemerintahan saja, terbatas pada politik struktural formal belaka, namun menyangkut
juga kulturisasi politik secara luas. Politik bukan berarti perjuangan menduduki posisi
eksekutif, legislatif mau pun yudikatif. Lebih dari itu, ia meliputi serangkaian kegiatan yang
menyangkut kemaslahatan umat dalam kehidupan jasmani mau pun rohani, dalam hubungan
kemasyarakatan secara umum dan hubungan masyarakat sipil dengan lembaga kekuasaan.

Bangunan politik semacam ini, harus didasarkan pada kaidah fiqih yang berbunyi,
tasharruf al-imam manuthun bi al-mashlahah (kebijakan pemimpin harus berorientasi pada
kemaslahatan rakyat atau masyarakat). Ini berarti, bahwa kedudukan kelompok masyarakat
sipil dan lembaga kekuasaan tidak mungkin berdiri sendiri.

Dalam ajaran Islam, pemenuhan keadilan dan kesejahteraan merupakan keharusan


bagi suatu pemerintahan -tak perlu berlabel Islam- yang didukung oleh masyarakat.
Rasulullah sendiri sebenarnya memberikan syarat, bahwa kekuasaan rnemang bukan tujuan
dari politik kaum muslimin. Rasulullah sendiri mencanangkan usaha perbaikan budaya politik
atau pelurusan pengelolaan kekuasaan dan menghimbau kaum muslimin terutama ulama dan
para elite politiknya untuk menjadi moralis politik.

Hal ini memerlukan kesadaran tinggi dari kalangan politisi Islam, untuk dapat
menumbuhkan semangat baru yang relevan dengan perkembangan kontemporer dalam corak
dan format yang tidak berlawanan dengan moralitas Islam. Cara-cara tradisional dengan
mengeksploitasi emosi massa pada simbol-simbol Islam, harus ditinggalkan. Yang lebih
penting justru adalah mengorganisir kader politik muslim yang lebih lentur dan punya
cakrawala luas, serta punya kejelian menganalisis masalah sosial dan politik, agar pada
gilirannya kelompok politisi Muslim tidak selalu berada di pinggiran.

Peran ini sangat bergantung pada keluasan pandangan para elite Islam sendiri,
kedalaman memahami Islam secara utuh, sekaligus keluasan cakrawala orang di luar kekuatan
politik Islam dalam melihat potensi dan kekuatan moral Islam dalam mengarahkan proses
kehidupan bangsa untuk mencapai keadilan dan kemakmuran yang dicita-citakan. Memang
upaya ini tidak begitu mudah dan mulus, karena masih cukup banyak kendala di kalangan
kaum muslimin sendiri.

Wawasan politik kaum awam yang masih bercorak paternalistik di satu pihak, serta
kepentingan melihat politik sebagai pemenuhan kebutuhan sesaat di pihak lain, merupakan
kendala yang tidak kecil. Soal politik bukan sekadar soal menyalurkan aspirasi untuk
menegakkan kepemimpinan negara (imamah) semata, tapi soal menata kehidupan secara lebih
maslahat bagi umat. Karena itu, yang penting bukanlah penguasaan kekuasaan struktur politik
formal dengan mengabaikan proses kulturisasi politik dengan warna yang lebih Islami. Bila
ini yang terjadi, maka kenyataan sekulerlah yang akan terwujud, dan hanya akan menjauhkan
umat dari tujuan utamanya, sa’adatud darain.

2.5 Mengetahui pentingnya kontribusi islam terhadap politik indonesia


Kontribusi umat Islam dalam perpolitikan nasional tidak bisa dipandang sebelah
mata. Di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa ini, Islam selalu punya pengaruh
yang besar. Sejak bangsa ini belum bernama Indonesia, yaitu era berdirinya kerajaan-
kerajaan hingga saat ini,pengaruh perpolitikan bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat
Islam.Salah satu penyebabnya adalah karena umat Islam menjadi penduduk mayoritas
bangsa ini.Selain itu, dalam ajaran Islam sangat dianjurkan agar penganutnya senantiasa
memberikankontribusi sebesar-besarnya bagi orang banyak, bangsa, bahkan dunia.
Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting bagi umat Islam agar bisa memberikan
kontribusi bagi bangsa ini.Sekarang mari kita amati kontribusi umat Islam dalam perpolitikan
nasional di setiap era/ masabangsa ini:
1.Era Kerajaan-Kerajaan Islam Berjaya
Pengaruh Islam terhadap perpolitikan nasional punya akar sejarah yang cukup
panjang. Jauh sebelum penjajah kolonial bercokol di tanah air, sudah berdiri beberapa
kerajaan Islam besar. Kejayaan kerajaan Islam di tanah air berlangsung antara abad ke-13
hingga abad ke-16 Masehi.
2. Era Kolonial dan Kemerdekaan (Orde Lama)
Peranan Islam dan umatnya tidak dapat dilepaskan terhadap pembangunan politik di
Indonesia baik pada masa kolonial maupun masa kemerdekaan. Pada masa kolonial Islam
harus berperang menghadapi ideologi kolonialisme sedangkan pada masa kemerdekaan
Islam harus berhadapan dengan ideologi tertentu macam komunisme dengan segala
intriknya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa sejarah secara tegas menyatakan kalau pemimpin-
pemimpin Islam punya andil besar terhadap perumusan NKRI. Baik itu mulai dari
penanaman nilai-nilai nasionalisme hingga perumusan Undang-Undang Dasar Negara.
Para pemimpin Islam terutama dari Serikat Islam pernah mengusulkan agar Indonesia berdiri
di atas Daulah Islamiyah yang tertuang di dalam Piagam Jakarta. Namun, format tersebut
hanya bertahan selama 57 hari karena adanya protes dari kaum umat beragama lainnya.
Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 1945, Indonesia menetapkan Pancasila sebagai filosofis
negara
3. Era Orde Baru
Pemerintahan masa orde baru menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas di
dalam negara. Ideologi politik lainnya dipasung dan tidak boleh ditampilkan, termasuk
ideologi politik Islam. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi depolitisasi politik di dalam
perpolitikan Islam.
Politik Islam terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama di sebut kaum
skripturalis yang hidup dalam suasana depolitisasi dan konflik dengan pemerintah.
Kelompok kedua adalah kaum subtansialis yang mendukung pemerintahan dan
menginginkan agar Islam tidak terjun ke dunia politik.
4. Era Reformasi
Bulan Mei 1997 merupakan awal dari era reformasi. Saat itu rakyat Indonesia
bersatu untuk menumbangkan rezim tirani Soeharto. Perjuangan reformasi tidak lepas dari
peran para pemimpin Islam pada saat itu. Beberapa pemimpin Islam yang turut mendukung
reformasi adalah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketua Nahdatul Ulama.
Muncul juga nama Nurcholis Majid (Cak Nur), cendikiawan yang lahir dari kalangan
santri. Juga muncul Amin Rais dari kalangan Muhamadiyah. Bertahun-tahun reformasi
bergulir, kiprah umat Islam dalam panggung politik pun semakin diperhitungkan.
Umat Islam mulai kembali memunculkan dirinya tanpa malu dan takut lagi
menggunakan label Islam. Perpolitikan Islam selama reformasi juga berhasil menjadikan
Pancasila bukan lagi sebagai satu-satunya asas. Partai-partai politik juga boleh menggunakan
asas Islam.
Kemudian bermunculanlah berbagai partai politik dengan asas dan label Islam. Partai-partai
politik yang berasaskan Islam, antara lain PKB, PKU, PNU, PBR, PKS, PKNU, dan lain-
lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam merupakan agama yang kaya dengan pemikiran politik. Penjabaran pemikiran
politik Islam terentang mulai masalah etika politik, filsafat politik, agama, hukum, hingga tata
negara. Tapi keragaman khazanah pemikiran politik Islam itu bisa dikatakan bermuara pada
pemikiran tentang dikotomi hubungan agama dan negara. Tentang hal ini minimal ada dua
arus besar pendapat para ahli (ulama, cendekiawan, pemikir) tentang hubungan agama dan
negara, sebagian orang menggagas dan menginginkan adanya pemisahan antara agama
(Islam) dan politik (negara) sementara sebagian yang lain berpendapat dan menghendaki
penyatuan Islam dan politik. Inilah problematika yang nampaknya sulit disatukan dikalangan
umat Islam. Berbeda dengan agama Kristen sejak revolusi Prancis agama ini relatif telah
selesai membahas hubungan gereja dan negara–bahwa gereja harus terpisah dari negara—
Islam masih berkutat pada persoalan yang satu ini, sejak zaman Nabi hingga zaman kini,
termasuk kaum Muslimin di Indonesia.

3.2 Penutup
Dengan ucapan syukur, alhamdulilahi rabbil ‘alamin yang tiada batasnya, atas
rahmat yang telah Allah SWT. Berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari akan banyaknya keterbatasan, sehingga uraian makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak yang membaca sangat penulis harapkan demi proses menuju kesempurnaan
yang lebih lanjut makalah ini.
Tak lupa pula shalawat serta salam yang tak pernah henti-hentinya penulis haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang karena jasanya telah membawa kita
menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Kepada para pembaca, penulis ucapkan terima
kasih karena telah meluangkan waktunya untuk membaca hasil karya penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga bagi para pembaca sehingga dapat
mengambil pelajaran yang positif dari makalah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan
kita ridhonya
DARTAR PUSAKA

Gabriel A. Almond dalam Basri Seta. Pengantar Ilmu Politik. Jogjakarta: Indie Book Corner.
Hlm 3. 55
Andrew Heywood dalam Budiardjo Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Hlm 16.
KH MA Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, 2004 (Yogyakarta: LKiS).
https://www.coursehero.com/file/67764298/Kontribusi-Umat-Islam-dalam-Perpolitikan-
Nasionaldocx/ 19-11-2022 20:46 WIB
[20.13, 19/11/2022] +62 857-2369-3989: KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN
TERMINOLOGIS
[20.14, 19/11/2022] +62 857-2369-3989: KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN
TERMINOLOGIS
http://id.m.wikipedia.org/ 24-11-2022, 11.15 wib.

Anda mungkin juga menyukai