Disusun Oleh:
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………….... 1
Rumusan Masalah……………………………………………… 1
Tujuan…………………………………………………………......... 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Konstitusi…………………………………………… 2
Tujuan Konstitusi……………………………………………....... 5
Pengertian Rigid………………………………………............. 6
Kasus…………………………………………………………….......... 8
Analisis…………………………………………………………........ 9
Kesimpulan……………………………………………………........ 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pancasila menjadi fondasi inspirasi untuk membentu suatu ragam tatanan sosial-
budaya dan masyarakat Indonesia di masa depan.
2. Pancasila sebagai fondasi referensi kritik sosial-budaya.
Dan Pancaila memiliki peran penting yang penting yaitu sebagai paradigma
pembangunan bangsa, mulai dari pembangunan pendidikan, ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya, ketahanan nasional, hukum, ilmu dan teknologi, hingga kehidupan beragama.
Kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural, mulai
dari segi etnis, bahasa, agama, suku, ras, adat, dan lain sebagainya. Namun, banyak
masyarakat yang tidak menyadari akan keragaman dan kemajemukan Bangsa Indonesia,
sehingga kini marak timbul berbagai konflik di berbagai daerah yang disebabkan oleh SARA,
khususnya pada agama dikarenakan minimnya pemahaman dan pengamalan akan sila
pertama Pancasila oleh masyarakat dan juga minimnya rasa toleransi antar umat beragama.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Paradigma Pembangunan
Kata paradigma (paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian
bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan sebagai
suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir). Menurut Thomas S. Kuhn, paradigma
adalah asumsi-asumsi teoritis (suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode,
tata cara penerapan dalam ilmu tersebut. Sedangkan menurut Drs. Kaelan, MS. Paradigma
berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai
kerangka berfikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang
pembangunanm, reformasi, maupun dalam pendidikan.
Paradigma Pembangunan adalah suatu model, pola yang merupakan sistem berfikir
sebagai upaya mewujudkan perubahan yang direncanakan sesuai dengan cita-cita kehidupan
masyarakat menuju hari esok yang lebih baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Inuk
Inggit Merdekawati, 2008: 26)
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat
manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
Maka dari itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara
totalitas. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai sektor meliputi
sektor ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, ketahanan nasional, hukum, ilmu dan
teknologi, hingga kehidupan beragama.
Sila-sila dalam Pancasila bermuatan nilai-nilai antara lain: nilai-nilai religius (sila 1),
nilai-nilai human (sila 2), nilai-nilai kebangsaan (sila 3), nilai-nilai demokrasi (sila 4), nilai-
nilai keadilan (sila 5). Untuk paradigma pembangunan kehidupan beragama, sangat
berkaitan erat dengan Pancasila, sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. (Dwi
Siswoyo, 2008: 131)
Uraian atau penjelasan dari nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu:
a. Merupakan bentuk keyakinan sebagai hak yang paling asasi yang berpangkal dari
kesadaran manusia sebagai makhluk Tuhan
b. Negara menjamin kebebasan setiap penduduk utnuk beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing
c. Tidak boleh melakukan perbuatan yang anti ketuhanan dan anti kehidupan
beragama
d. Mengembangkan kehidupan toleransi baik intern umat beragama, antara umat
beragama maupun kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.
Adapun butir butir utama yang terkandung dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa, yaitu
HAI KI KEK PPT YA. JO LALI. BAR KUI HIGLIGHT E HAPUS + TULISAN IKI. Gae
kesimpulan e artine ki.
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara
dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam
Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia tidak menganut
paham maupun mengandung sifat sebagai negara sekuler.Sekaligus menunjukkan
bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu negara yang didirikan
atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan
Pancasila atau negara Pancasila.
Maka dari itu, sesuai dengan Pasal 29 UUD 1945 tidak diperbolehkannya ada
sikap atau tindakan anti agama, karena Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa dan tiap tiap warganya memiliki agama dan kepercayaan masing masing
serta beribadah sesuai dengan aturan tiap tiap agama yang dianutnya. Dan hendaknya
diwujudkan kerukunan hidup beragama, rasa toleransi dalam batas-batas yang
diizinkan oleh atau menurut tuntunan agama masing-masing, agar terwujud
ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama.
Untuk senantiasa memelihra dan mewujudkan 3 model kerukunan hidup yang
meliputi :
Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa. Di
dalam memahami sila I Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama
senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-
masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.
“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”.
Dalam Pasal 28E UUD 1945 dijelaskan bahwa tiap tiap Warga Negar
Indonesia itu memiliki kebebasan dalam memilih agama yang dianutnya,
melaksanakan ibadah sesuai tuntunan dari agama yang dianutny tanpa adanya
pemaksaan kehendak dari siapapun. Sehingga segala tindak tanduknya didasari oleh
hati nurani serta keiklhasan. Juga, di dalam pasal ini juga membahas mengenai
kebebasan pendidikan, pekerjaan, maupun dimana ia akan tinggal. Karena manusia
memang memiliki free will dalam menentukan tiap tiap keputusan yang ia ambil.
Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di masyarakat
adalah:
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa
dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
pihak lain
3. Minimnya rasa menghargai para pemeluk agama lain, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan masyarakat
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat
beragama dengan pemerintah, dan
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat
(Ajat Sudrajat, 2008:151)
Dalam menghadapi konflik agama yang terjadi di Indonesia dan sesuai prinsip-prinsip
kerukunan hidup beragama di Indonesia, kebijakan umum yang harus dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
Mengingat,
Menimbang
Hasil keputusan rapat pengurus kelompok kegiatan padukuhan Karet
pada Senin 19 Oktober 2015 yang bertempat di Kantor Padukuhan Karet.
Memutuskan
Sanksi
Apabila pendatang baru tidak memenuhi ketentuan di atas maka
dikenakan sanksi:
E. Analisis kasus
Menurut pendapat kelompok kami, kejadian ini merupakan satu bentuk fakta masyarakat
yang dalam pelaksanaan nya tidak mampu untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan
sehari hari. Sekalipun ada faktor faktor realistis dari masyarakat yang mungkin menjadi
acuan terbentuknya aturan tersebut. Namun, tidak dibenarkan apabila aturan tersebut terus di
laksanakan. Dikarenakan akan berefek pada jangka panjang, misalnya
1. Ketika masyarakat di kampung tersebut menjadi homogen dan tidak terbuka pada
pendatang baru. Maka ia akan kesulitan dalam menjalin hubungan atau relasi dengan non
islam dalam hal muamalah.
Maka dari itu, saran dari kelompok kami adalah Masyarakat di kampung tersebut dapat
bermusyawarah untuk merombak aturan yang telah ada sehingga dapat terealisasinya
kehidupan beragama sesuai Pancasila sila pertama. Karena perlu kita ingat bahwa Rasulullah
Salallahu 'alaihi Wassalam pun menerapkan masyarakat yang heterogen untuk memperkokoh
dan membangun kehidupan beragama yang harmonis. Yaitu dengan membuat sebuah
perjanjian antar pemuka agama di Madinah sehingga terbentuknya Piagam Madinah. Maka
dengan adanya Pluralisme dapat membuat masyarakat beserta pemerintah bisa saling bahu
membahu menggerakkan sektor sektor lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan keberbedaan, baik
yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan keyakinan atau agama. Pluralitas
merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa dianulir. Untuk membangun
perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal yang mutlak.
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat
adanya toleransi agama. Tiga kerukunan umat beragama, yaitu (1) kerukunan intern umat
beragam, (2) kerukunan antar umat beragama, dan (3) kerukunan umat beragama dengan
pemerintah.
B. Saran
Menjadikan Pancasila terutama sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai pondasi
dalam paradigma pembangunan kehidupan beragama. Memahami dan mengamalkan butir-
butir Pancasila terutama sila pertama, sehingga pembangunan kehidupan beragama di
Indonesia dapat berjalan dengan lancar.
Daftar Pustaka
http://agusyantono.wordpress.com/2010/09/03/pancasila-sebagai-paradigma-kehidupan-
dalam-masyarakat-berbangsa-dan-bernegara/. Diakses pada tanggal 7 Desember 2019 Pukul.
19.00 WIB
http://nunung-kyeopta.blogspot.com/2012/04/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.html?m=1. Diakses pada tanggal 7 Desember 2019 Pukul. 17.00 WIB
http://ruwaidah.wordpress.com/2010/01/24/pancasila-sebagai-ideologi-dalam-berbagai-
bidang-kehidupan-bermasyarakatberbangsa-dan-bernegara/. Diakses pada tanggal 7 Desember
2019 Pukul. 20.30 WIB
http://verkay11-ricky.blogspot.com/2009/12/arti-dari-sila-pertama-pancasila.html Diakses
pada tanggal 7 Desember 2019 Pukul. 20.00 WIB
https://www.academia.edu/34546010/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_UNTUK_MEMBANGUN_
KEHIDUPAN_BERAGAMA. Diakses pada tanggal 7 Desember 2019 Pukul. 17.30 WIB