Oleh :
KELAS A PALEMBANG
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul “Asas Utama
Komunikasi Indonesia” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini dipersiapkan terutama untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunikasi
Indonesia yang sedang mempelajari materi tentang asas apa saja yang dijadikan bahan untuk
berkomunikasi di negara Indonesia. Makalah ini disusun dengan baik, semaksimal usaha
penyusun.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah masih banyak kekurangan, untuk itu
penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara demokrasi yang berpegang teguh dan berideologi pada
Pancasila. Semua aspek baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, maupun politik mengandung
nilai-nilai pancasila di setiap pengimplementasiannya. Termasuk juga di dalam komunikasi,
pancasila menjadi pedoman dalam berkomunikasi yang baik dan benar. Di setiap komunikasi
yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus sesuai dengan nilai pancasila agar tidak terjadi
perpecahan akibat kesalahpahaman. Sebab, ada sebagian orang yang berkomunikasi dengan
mengandung unsur sara atau menjatuhkan satu sama lain yang berakibatkan kesalahpahaman
atau disebut dengan miss-communication.
Pancasila merupakan ideologi (ideology) atau pandangan hidup (way of life) dan filsafat
dasar (filosofische groudslag) bangsa Indonesia. Hal itu merupakan karakteristik yang
membentuk jati diri bangsa Indonesia, yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain
dalam pergaulan internasional. Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, Inggris, dan negara
lainnya yang menganut individualisme dan liberalisme. Indonesia juga berbeda dengan Rusia,
China, Cekoslawakia, dan negara lain yang menganut komunisme dan mengutamakan
kolektivisme yang memenuhi fungi diktator proletariat. Pada hakikatnya ideologi atau
pandangan hidup dan filsafat dasar Pancasila merupakan asas yang kebenarannya telah
diyakini.
Ideologi Pancasila yang mencakup kedaulatan rakyat dan negara kesejahteraan itu sangat
menentukan Sistem Komunikasi Indonesia atau cara manusia Indonesia berkomunikasi baik
sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat, dan warga negara Indonesia. Sistem
Komunikasi Indonesia mencerminkan ideologi nasional bangsa Indonesia yaitu Pancasila,
terutama yang berkaitan dengan kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
yang dikembangkan menjadi kebebasan informasi sebagai salah satu bentuk hak asasi manusia.
Hal itu menentukan hubungan antara negara dengan lembaga- lembaga komunikasi seperti
penerbitan pers atau persuratkabaran, perfilman, dan penyiaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dari nilai nilai dasar Pancasila
2. Apa saja Ide dan Asumsi Dasar
3. Bagaimana proses Lahirnya Pancasila
4. Bagaimana kondisi kedaulatan rakyat dan demokrasi
5. Bagaimana bentuk demokrasi politik dan ekonomi
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari nilai nilai dasar Pancasila
2. Untuk mengetahui Ide dan Asumsi Dasar
3. Untuk mengetahui proses Lahirnya Pancasila
4. Untuk mengetahui kondisi kedaulatan rakyat dan demokrasi
5. Untuk mengetahui bentuk demokrasi politik dan ekonomi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar keadilan sosial itu adalah pedoman dan tujuan kedua-duanya. Sejalan dengan hal
tersebut Soepomo selaku Ketua Panitia Penyusun UUD melaporkan dalam Rapat Besar
BPUPKI tanggal 16 Juli 1945 bahwa dalam pembukaan UUD 1945 terkandung pokok pikiran
yang sesungguhnya mencakup lima dasar (Pancasila) atau filsafat dasar negara Indonesia.
Ternyata laporan Soepomo itu kemudian menjadi bagian penjelasan UUD 1945 yang dikenal
selama ini. Dalam pokok-pokok pikiran tersebut disebutkan bahwa negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Negara juga mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala
paham perseorangan, dan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia
seluruhnya.
Selain itu, dijelaskan bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Demikian juga disebutkan bahwa negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kelima dasar
filsafat tersebut bersumber dari ide dan asumsi dasar yang telah timbul di kalangan pemimpin
pergerakan kemerdekaan pada masa lalu, sejalan dengan cita-cita negara hukum yang harus
7
berakar dalam pergaulan hidup masyarakat Indonesia. Semangat kebangsaan yang tumbuh
sebagai reaksi terhadap kolɔnialisme, imperialisme, liberalisme, dan kapitalisme serta
demokrasi Barat, yang bersumber dari individualisme memperkuat pula keinginan mencari
sendi-sendi bagi negara nasional yang akan dibangun berdasar nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat sendiri, yang bercorak kolektivisme (Hatta,2004: 27).
Pada hakikatnya kolektivisme itu merupakan paham yang sangat berbeda dan bahkan dapat
disebut bertolak belakang dengan individualisme yang berkembang di Amerika dan Eropa
Barat. Kolektivisme mengajarkan bahwa yang sentral dalam hubungan sosial adalah
kolektivitas, orang banyak atau masyarakat, sehingga segala kegaiatan scsial harus
mengutamakan kepentingan bersama sebagai warga masyarakat. Sebaliknya individualisme
mengajarkan bahwa individu sangat penting dalam hubungan sosial, sehingga segala interaksi
dalam masyarakat harus dilakukan demi kepentingan dan keuntungan individu. Para pemimpin
pergerakan nasional sangat menolak individulisme karena individualisme melahirkan
liberalisrne dan kapitalisme, yang kemudian melahirkan imprerialisme dan kolonialisme atau
penjajahan. Sedang penjajahan di atas dunia itu harus dinapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan, karena kemerdekaan itu merupakan hak segala bangsa.
Meskipun demikian para pemimpin pergerakan nasional juga tidak dapat menerapkan
kolektivisme secara penuh karena kolektivisme merupakan sumber filsafat dasar
otoritaritarian, terutama yang diterapkan di negara komunis. Ternyata para pendiri Republik
Indonesia tertarik juga pada konsep demokrasi yang mengajarkan kesetaraan dalam politik
(political equality), meskipun menolak model demokrasi Barat yang bersumber dari
individualisime dan liberalisme. Selain itu sejumlah besar pernimpin pergerakan nasional, juga
tergoda dan bersimpati pada gagasan sosialisme yang mengajarkan keadilan sosial, meskipun
juga menolak model sosialisme yang diterapkan di negara komunis. Berdasarkan hal tersebut
para pemimpin pergerakan nasional menilai bahwa dalam Indonesia merdeka, demokrasi harus
terkait menjadi satu dengan kolektivisme dan sosialisme atau keadilan sosial.
Filsafat dasar atau ideologi demokrasi Indonesia seyogianya dibangun atas filsafat sosial
kolektivisme dan filsafat ekonomi keadilan sosial atau sosialisme, dengan nama kedaulatan
rakyat (popular sovereignty) yang diintegrasikan dengan ide atau konsep Ketuhanan YME,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Kebangsaan atau Persatuan Indonesia. Dengan
demikian, selain mengandung nilai-nilai relegius, Pancasila juga mencakup kolektivisme dan
individualisme, dengan pemahaman bahwa manusia Indonesia itu adalah makhluk yang
8
bertuhan dan makhluk monodualis. Dalam tradisi dan budaya yang mayoritas suku Jawa dan
beragama Islam. Individu tidaklah dipandang sebagai unsur yang mutlak otonom dalam
kehidupan masyarakat. Sebaliknya kolektivitas masyarakat juga tidak meniadakan otonomi
individu.
Baik tradisi Jawa maupun ajaran Islam, terwujud dalam Pancasila yang tidak bersifat
individualistik seperti dalam liberalisme dan tidak pula bersifat kolektivistik seperti dalam
komunisme. Dapat dikatakan bahwa gagasan yang terkandung dalam Pancasila bersifat
gabungan atau integrasi antara berbagai pemikiran, ide dan asumsi dasar yang telah
berkembang sebelumnya. Prinsip tersebut didukung juga oleh budaya komunikasi yang secara
historis dan kultural menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya
adalah dari suku Jawa dan 90% memeluk agama Islam, sudah tentu merefleksikan karakteristik
sistem komunikasi dan konsep dalam kehidupan masyarakat dan menegara. Hal itu dengan
sendirinya melahirkan budaya komunikasi yang khas dan unik sebagai jati diri sebuah bangsa.
Salah satu prinsip yang sangat diutamakan dalam budaya komunikasi Indonesia sejak lama
ialah prinsip seimbang, serasi, dan selaras. Selain itu, filsafat Pancasila juga berbeda dari
filsafat liberal maupun filsafat otoritarian dan filsafat komunis yang menekankan keunggulan
akal pikiran manusia. Filsafat Pancasila menegaskan bahwa akal pikiran itu mempunyai
kemampuan yang terbatas dan masih harus dibimbing oleh wahyu. Oleh karena itu, manusia
tidak hanya akan bergantung pada dirinya, tetapi juga harus bergantung pada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, manusia bukan hanya makhluk rasional, tetapi juga adalah
makhluk religius, yang berbudi dan berakhlak mulia, serta tidak hanya Inengejar kepentingan
material, tetapi juga kepentingan mental spritual. ltulah sebabnya, manusia tidak hanya perlu
melakukan hubungan dengan sesama manusia, melainkan juga harus melakukan kontak secara
terus-menerus dengan Tuhan, Maha Pencipta seluruh alam dan isinya.
Asas kehidupan manusia yang seutuhnya adalah asas keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan. Adanya konsep manusia yang demikian itu, jelas menunjukkan perbedaan yang
mendasar dengan konsep manusia menurut paham liberal yang menekankan individu dan
kebebasan atau konsep manusia menurut paham komunis yang atheis serta lebih
mengutamakan kolektivitas dan tanggung jawab sosial. Perbedaan itu pada gilirannya
melahirkan pula perbedaan dalam sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem
komunikasi. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang merupakan pegangan
pimpinan dan pemerintahan negara, pada hakikatnya tidak boleh menyimpang dari jalan lurus,
9
untuk mencapai kebahagian rakyat dan keselamatan masyarakat, perdamaian dunia serta
persaudaraan bangsa-bangsa. Jika menyimpang dari jalan lurus atau kesasar dalam perjalanan
karena kealpaan atau karena hawa nafsu, akan selalu ada desakan gaib yang membimbing
kembali ke jalan yang benar (Hatta, 2004).
C. Lahirnya pancasila
Pancasila merupakan dasar negara republik Indonesia atau sering disebut dengan filsafat
politik (political filosofische) Indonesia. Pancasila juga merupakan ideologi nasional dan
pandangan hidup nasional (national weltanschauung) bangsa Indonesia. Pancasila juga sering
disebut sebagai pandangan hidup bangsa (way of life of nation), kepribadian bangsa
(personality of nation), dan jati diri bangsa (innerself of nation) serta dasar pemersatu bangsa
(basic of unifier of nation). Pancasila di rumuskan dari bahasa sansakerta yang memiliki makna
5 dasar. Pancasila dikenalkan dalam pidato resmi Ir. Soekarno pada 1 juni 1945 di rapat besar
BPUPKI. Rumusan pancasila merupakan hasil konsesus dan pertimbang segenap masukan dari
berbagai rangkain sidang BPUPKI dan PPKI yang menimbang nilai-nilai bangsa dan menelaah
corak bangsa. Seperti corak yang religius dan gotong royong dan kemudian dikembangkan
dengan nilai-nilai kerakyataan dan kedaultan. Lalu dalam perumusannya dimasukan juga cita-
cita bangsa dengan gagasan vital dalam pengaplikasiannya. Semunya tidak lepas dari asam
garam perjuangan dalam memperjuangkan kemerdekaan sehingga terbentuklah semua point 5
dasar tersebut.
Filsafat dasar kerakyatan yang di terapkan di Indonesia bisa kita lihat pada uud 1945 pasal
1 yang berbunyi “Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Hal tersebut
menjadi landasan sistem komunikasi Indonesia. Karena kalimat itu menggambrakan
bagaimana bentuk sistem sosial yang ada di Indonesia. Dengan demikian kalimat tersebut
memberikan nilai karakteristik dan identitas pada sistem komunikasi di Indonesia. Makna
republik di Indonesia melambangkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut
sistem demokrasi yang mana demokrasi tersebut berbentuk perwakilan yang di wakilkan oleh
para wakil rakyat.
Konsep demokrasi di Indonesia memiliki gagasan dasar yaitu Kedaulatan rakyat. Konsep
kedaulatan rakyat itu timbul dikalangan pemimpin pergerakan kemerdekaan pada masa lalu,
sejalan dengan cita-cita negara hukum yang harus berakar dalanı pergaulan hidup masyarakat
Indonesia. Semangat kebangsaan yang tumbuh sebagai reaksi terhadap kolonialisme,
10
imprialisme, liberalisme, dan kapitalisme serta demokrasi Barat, yang bersumber dari
individualisme memperkuat pula keinginan mencari sendi-sendi bagi negara nasional yang
akan dibangun berdasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sendiri, yang bercorak
kolektivisme. Dalam sejarah dunia demokrasi banyak di terapkan. Namun penerapan
demokrasi yang ada banyak terjadi simpang siur penafsiran arti akan demokrasi itu sendiri.
Kekacauan pemahaman tentang demokrasi yang terjadi dalam sejarah, tentu disebabkan
karena kondisi kultural, sosial, ekonomi, dan politik setiap negara-bangsa. Proses sejarah
demokrasi beribu-ribu tahun. Jadi arti sebenarnya dari demokrasi adalah rakyat yang
memerintah atau pemerintahan oleh rakyat. Namun hingga kini pertanyaan tentang siapakah
rakyat itu, belum pernah terjawab secara memuaskan. Berdasarkan beberapa hal tersebut
pemimpin pergerakan Indonesia menimbang model demokrasi yang baik untuk negara kita.
Dan tidak lupa konsep tersebut mengandung nilai nilai luhur bangsa apa adanya maka konsep
demokrasi dengan nilai Kedaulatan rakyat lahir berdasar pertimbangan yang ada dan
mengindahkan konsep manusia dan rakyat yang utama. Filsafat tersebut merupakan salah satu
dorongan rumusan pancasila yang membuat corak dan sistem komunikasi di Indonesia.
Istilah kedaulatan rakyat sebagaimana dijelaskan di atas tidak persis sama dengan
demokrasi yang berlaku di Barat yang hanya bermakna kedaulatan politik. Konsep kedaulatan
rakyat yang dikembangkan oleh para pendiri republik terutama oleh Hatta (2004), adalah
demokrasi politik dan sekaligus demokrasi ekonomi. Bahkan menurut Soekarno demokrasi
Indonesia adalah demokrasi sosial yang merupakan demokrasi gabungan antara demokrasi
politik dan demokrasi ekonomi. Gagasan itu muncul dan berkembang dalam suasana
perjuangan kemerdekaan yang antiimperialisme dan antikolonialisme serta anti
individualisme,antiliberalisme, dan antikapitalisme, namun bersimpati kepada konsep
demokrasi yang mengajarkan kesetaraan dalam politik (political cquity), kebebasan berserikat,
dan kehehasan pengeluarkan pikiran. Kritik dan kecaman terhadap paham-paham tersebut
sangat menonjol dalam upaya mengusir penjajahan, imperialis, dan kolonialis (ibid: 28-29).
Hal tersebut dapat dipahami karena istilah rakyat (ra'yat) yang berasal dari Bahasa Arab,
raiyyatun atau ra'aaya yang berkembang menjadi ar raiyyatun berarti "ternak yang merumput"
atau "gembalaan" yang harus diurus, dilindungi dan diberi makan oleh "pengembalanya".
Istilah rakyat yang dipakai oleh tokoh-tokoh Indonesia sejak masa perjuangan hingga kini
dapat diartikan sebagai warga yang harus diurus, dilindungi, dan diberi sandang pangan dan
11
papan secara adil oleh negara. Dalam hal itu rakyat bersifat massal (tidak elitis) sehingga
berbeda dengan istilah denos (Yunani) yang bersifat elitis. Jika kata rakyat digandengkan
dengan kata kedaulatan menjadi kedaulatan rakyat, maka rakyat lah yang memegang
kedaulatan dalam suatu negara. Dalam hal itu kedaulatan diartikan sebagai konsep kekuasaan
tertinggi yang merupakan jiwa dari lembaga politik yang bernama negara. Kemudian
pengertian itu dapat berarti bahwa negara yang memilıkı kekuasaan tertinggi harus mengurus,
melindungi, dan memberikan sandang, pangan dan papan kepada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan.
Pandangan tersebut sangat unik dan menarik, sehingga istilah kedaulatan rakyat yang
dibakukan dalam konstitusi itu, selain berarti demokrasi politik juga berarti demokrasi
ekonomi. Itulah sebabnya Indonesia didesain sebagai "negara pengurus" (istilah Hatta) yang
dikenal sebagai "negara kesejahteraan" (wefvaartstaat atau welfare state) yang berbeda dengan
"negara jaga malam" (nachtwachterstaat atau nightwatmach state) dalam sistem demokrasi
liberal dan "negara kekuasaan" (machtsstaat atau authority state) dalam sistem komunis atau
"diktator proletariat". Hal itu sejalan dengan pemikiran sosialisne yang berkembang sejak awal
abad ke-20. Sosialisme tersebut menurut Hatta (2004: 29) merupakan salah satu sumber dari
tiga sumber lahirnya gagasan tentang kedaulatan rakyat yang biasa juga disebut demokrasi
sosial, karena membela perikemanusiaan sebagai tujuannya. Sumber lainnya ialah ajaran Islam
yang menutut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaran antara manusia
sebagai makhluk Tuhan, sesuai dengan sifat Allah yang Pengasih dan Penyayang. Selain itu
kedaulatan rakyat bersumber juga dari pengetahuan bahwa masyarakat Indonesia berwatak
kolektivisme.
Jelas, bahwa konsep kedaulatan rakyat adalah khas dan asli Indonesia, sebagai temuan para
local genius, yang mampu memadukan nilai-nilai asli Indonesia, dan nilai-nilai Islam dengan
nilai-nilai barat, atau nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru. Itulah sebabnya dalam
keseluruhan naskah Undang-Undang Dasar 1945 (asli) sama sekali tidak terdapat kata
demokrasi. Yang ada adalah kata kerakyatan dan kata kedaulatan rakyat. Lahirnya konsep
kerakyatan atau kedaulatan rakyat itu dapat dipahami jika kita mengkaji para aktor politik dan
para pemikir yang menjadi pendiri republik. Mereka terdiri dari cerdik pandai, ulama,
cendekiawan atau intelektual yang nasionalis hasil pendidikan Eropa, Timur Tengah, dan
Hindia Belanda yang sangat paham dengan kondisi politik, kultural, dan sosiologi bangsa yang
diperjuangkannya. Meskipun Bung Karno, tidak pernah menempuh pendidikan formal di
Eropa atau Timur Tengah, literatur yang dibacanya adalah hasil pemikir Barat yang
12
demokratis, sosialis, atau komunis; karya-karya pemikir Islam yang berasal dari Timur Tengah
yang Islami; dan karya-karya yang berasal dari kebudayaan Jawa yang sinkretis dan
mengutamakan kekeluargaan Serta keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan.
Gagasan vital, paradigma, dan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain itu.
Kemudian diolah dan diramu secara sangat kreatif dan penuh semangat ijtihad, menjadi satu
konsep vang khas Indonesia sesuai dengan realitas dan semangat zamannya. Dalam UUD 1945
yang berwatak kekeluargaan jelas pula bahwa oleh Amerika Serikat, karena Indonesia menolak
individualisme Indonesia tidak menganut trias politica sebagaimana yang dianut oleh Amerika
Serikat, karena indonesia menolak individualisme. Namun, Indonesia juga menolak paham
otoriter atau komunisme yang menganut diktator proletariat (dictator van het proletariat) yang
kemudian di beberapa negara seasas menamakan diri sebagai demokrasi rakyat (demokrasi
populaire). Indonesia lebih menyukai kolektivitas yang dipadukan dengan individualitas,
sehingga kedaulatannya dikembangkan adalah kedaulatan rakyat dan bukan kedaulatan
individu Itulah sebabnya dalam seluruh naskah UUD 1945, kata demokrasi tidak ditemukan,
karena demokrasi lebih dipahami oleh para penyusun UUD sebagai kedaulatan individu saja
dan hanya berlaku dalam bidang politik.
Sebagaimana telah disajikan di muka para pendiri republik (penyusun UUD 1945)
menggunakan istilah kedaulatan rakyat untuk memberi makna bahwa Indonesia didirikan di
atas kolektivitas dan individualitas yang scimbang, serasi dan harmonis. Konsep rakyat dengan
jelas menunjukkan suatu kolektivitas yang tidak bisa dibagi-bagi. Rakyat adalah pemegang
kedaulatan yang dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR), yang
selanjutnya memilih kepala negara atau presiden dan wakil presiden. Presiden adalah
mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekaligus juga sebagai kepala
pemerintahan.
13
memahami budaya komunikasi Indonesia. Perlu juga disadari bahwa konsep keseimbangan
antara kolektivitas dan individualitas yang dipahami oleh para pendiri republik tersebut ,
ternyata mengalami pergeseran keseimbangan dari waktu ke waktu.
Ada dinamika yang membuat individualitas lebih menonjol dari kolektivitas seperti pada
masa Demokrasi Parlementer (1950-1959). Kemudian timbul reaksi yang menggerakkan
"pendulum politik ke arau sebaliknya, yaitu menguatnya kolektivitas den melemahnya
individualitas seperti pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) dan individualitas sedikit
menguat sehingga dapat diperoleh Dalam masa Demokrası Pancasila (1966-1998) kolektivitas
sedikit melemah dan individualitas sedikit menguat sehingga dapat diperoleh keseimbangan
relatif yang dinamis Sesuai dengan situasi nasional dan internasional. Akhirnya keseimbangan
itu berubah lagi pada masa reformasi dewasa ini, dengan semakin melemahnya kolektivitas
dan semakin menguatnya individualitas, sehingga terjadi liberalisasi dalam berbagai aspek
kehidupan politik dan ekonomi. Demokratisasi politik sangat menonjol dan sebaliknya
demokratisasi ekonomi semakin mundur dan keadilan sosial semakin menjauh.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, merupakan asas utama Sistem Komunikasi Indonesia yang mencakup
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar
itu berkaitan erat dengan Sistem Komunikasi Indonesia. Kerakyatan atau kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial juga berkmana demokrasi politik dan demokrasi ekonomi secara terpadu.
Indonesia disebut juga sebagai "negara kesejahteraan" atau "negara pengurus" yang berbebeda
dengan "negara jaga malam" dan " dan "negara kekuasaan sehingga negara memiliki kewajiban
yang besar dalam memajukan kesejahteraan umum.
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
16