Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASAS UTAMA KOMUNIKASI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sistem Komunikasi Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Retna Mahriani, M.Si

Oleh :

Ahmad Ramadhan (07031382126224)


Mahani Dewita Rahmadanie (07031382126229)
Maisyah Nur Rasyifah (07031382126237)
M. Luthfi Hasbi Chairudin (07031382126253)
Audrey Syifa Putricia (07031382126263)

KELAS A PALEMBANG

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah yang berjudul “Asas Utama
Komunikasi Indonesia” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini dipersiapkan terutama untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Komunikasi
Indonesia yang sedang mempelajari materi tentang asas apa saja yang dijadikan bahan untuk
berkomunikasi di negara Indonesia. Makalah ini disusun dengan baik, semaksimal usaha
penyusun.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah masih banyak kekurangan, untuk itu
penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan
makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Penyusun

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Nilai nilai Dasar Pancasila ...................................................................................... 3
B. Ide dan Asumsi Dasar ............................................................................................. 7
C. Lahirnya Pancasila .................................................................................................. 10
D. Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi ......................................................................... 10
E. Demokrasi Politik dan Ekonomi ............................................................................. 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara demokrasi yang berpegang teguh dan berideologi pada
Pancasila. Semua aspek baik dari segi sosial, budaya, ekonomi, maupun politik mengandung
nilai-nilai pancasila di setiap pengimplementasiannya. Termasuk juga di dalam komunikasi,
pancasila menjadi pedoman dalam berkomunikasi yang baik dan benar. Di setiap komunikasi
yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia harus sesuai dengan nilai pancasila agar tidak terjadi
perpecahan akibat kesalahpahaman. Sebab, ada sebagian orang yang berkomunikasi dengan
mengandung unsur sara atau menjatuhkan satu sama lain yang berakibatkan kesalahpahaman
atau disebut dengan miss-communication.
Pancasila merupakan ideologi (ideology) atau pandangan hidup (way of life) dan filsafat
dasar (filosofische groudslag) bangsa Indonesia. Hal itu merupakan karakteristik yang
membentuk jati diri bangsa Indonesia, yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain
dalam pergaulan internasional. Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, Inggris, dan negara
lainnya yang menganut individualisme dan liberalisme. Indonesia juga berbeda dengan Rusia,
China, Cekoslawakia, dan negara lain yang menganut komunisme dan mengutamakan
kolektivisme yang memenuhi fungi diktator proletariat. Pada hakikatnya ideologi atau
pandangan hidup dan filsafat dasar Pancasila merupakan asas yang kebenarannya telah
diyakini.
Ideologi Pancasila yang mencakup kedaulatan rakyat dan negara kesejahteraan itu sangat
menentukan Sistem Komunikasi Indonesia atau cara manusia Indonesia berkomunikasi baik
sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat, dan warga negara Indonesia. Sistem
Komunikasi Indonesia mencerminkan ideologi nasional bangsa Indonesia yaitu Pancasila,
terutama yang berkaitan dengan kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
yang dikembangkan menjadi kebebasan informasi sebagai salah satu bentuk hak asasi manusia.
Hal itu menentukan hubungan antara negara dengan lembaga- lembaga komunikasi seperti
penerbitan pers atau persuratkabaran, perfilman, dan penyiaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk dari nilai nilai dasar Pancasila
2. Apa saja Ide dan Asumsi Dasar
3. Bagaimana proses Lahirnya Pancasila
4. Bagaimana kondisi kedaulatan rakyat dan demokrasi
5. Bagaimana bentuk demokrasi politik dan ekonomi

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dari nilai nilai dasar Pancasila
2. Untuk mengetahui Ide dan Asumsi Dasar
3. Untuk mengetahui proses Lahirnya Pancasila
4. Untuk mengetahui kondisi kedaulatan rakyat dan demokrasi
5. Untuk mengetahui bentuk demokrasi politik dan ekonomi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai nilai Dasar Pancasila


Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila berakar dari nilai nilai budaya dan tradisi
serta nilai-nilai kontemporer atau modern yang berkembang di dunia. Para perumus Pancasila
berhasil menyerap dan merangkum secara tepat dan tajam nilai-nilai dasar budaya masyarakat
serta nilai-nilai modern dan kontemporer, menjadi keseluruhan nilai ideologis yang utuh dan
terpadu yang diformalkan dalam konstitusi Indonesia. Pandangan hidup bangsa Indonesia itu
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, yang terdiri atas lima rumusan yang disebut
Pancasila, yang memiliki nilai-nilai dasar (basic values) bagi manusia Indonesia dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk dalam berkomunikasi dan mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan. Rumusan itu berbunyi: Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat, berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan ber adab, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pancasila dirumuskan juga sebagai dasar negara Republik Indonesia. Nilai-nilai dasar yang
bersifat terpadu dan integratif tercermin dalam rumusan semua sila (dasar) yang ada. Dalam
sila "Ketuhanan Yang Maha Esa", diyakini bahwa alam semesta itu dengan seluruh isinya
(termasuk manusia) adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, serta merupakan suatu keseluruhan
yang bulat dan utuh. Dalam alinea kedua pembukaan UUD 1945 diakui bahwa atas rahmat
Allah Yang Mahakuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Hal itu
mengandung makna antara lain bahwa kehidupan bangsa Indonesia itu tidak berpusat kepada
manusia (anthropocentrism), melainkan kepada Allah Yang Maha kuasa (theocentrism).
Teosentrisme (theocentrism) merupakan paham yang mencakup kepercayaan bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah Yang Mahakuasa, Maha kasih, Maha Penyayang, Mahabesar, Maha
Esa, dan seterusnya. Tuhan Maha Maha Esa yang menciptakan seluruh jagatraya dan segala
isinya termasuk manusia dan mengaturnya dengan peraturan yang pasti dan benar, sehingga
Allah merupakan sumber dan tujuan segala kebenaran. Dia adalah Yang Mahabenar. Segala
pikiran tentang Yang Mahabenar pada hakikatnya adalah pikiran tentang Tuhan Yang Maha
Esa yang merupakan asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai, dalam arti tata nilai
yang bersumber dari kebenaran Ilahi.
3
Kepercayaan kepada Tuhan YME (tauhid) itu merefleksikan ke manusiaan yang adil dan
beradab. Sebaliknya kemanusiaan yang adil dan beradab itu merupakan manifestasi kecintaan
manusia kepada-Nya sebagai sumber dan tujuan kebenaran serta nilai-nilai (values). Tidak ada
kemanusiaan yang adil dan beradab tanpa ada Ketuhanan YME, karena ketakwaan kepada
Tuhan YME dan upaya mencari rida-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kukuh.
Kemanusian yang didasarkan kepada Nya akan merefleksikan sikap yang adil yaitu
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang wajar. Manusia yang adil adalah manusia
yang selalu menjalin komunikasi dengan Tuhan YME dan komunikasi sesama manusia dengan
membawa kebaikan kebenaran, dan keindahan dalam memajukan kebudayaan dan peradaban.
Nilai-nilai dasar yang tercakup dalam sila "Kemanusiaan yang adil dan beradab" juga
bermakna bahwa adil menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk individu, beradab
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Hal itu dapat dipahami karena secara
eksistensial dan kodrati, manusia adalah makhluk monodualis, yaitu sebagai makhluk individu
dan serentak sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk monodualis memiliki
kebebasan pribadi sebagai hak asasi, dan sekaligus memunyai tanggung jawab sosial sebagai
warga masyarakat. Manusia sebagai individu tidak dapat memenuhi kebutuhan
kemanusiaannya dengan baik, tanpa berada di tengah sesama nya manusia dalam bentuk
hubungan sosial tertentu.
Dalam kehidupan sosial itulah kebebasan asasi manusia diwujudkan, dan sejalan dengan
itu timbul perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya serta antara satu kelompok
dengan kelompok lainnya. Adanya perbedaan itu sebagai esensi kehidupan manusia dalam
masyarakat dan negara me aimbulkan kebhinnekaan atau kemajemukan dan keberagaman yang
memerlukan kerukunan dan kesatuan. Dengan adanya kebhinnekaan tersebut manusia sebagai
makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya
dinyatakan, bukan saja bebas mengembangkan dirinya, tetapi sekaligus mengembangkan hidup
orang lain dan memajukan masyarakat. Hal itu merupakan asas keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian yang menciptakan kerukunan, tolong menolong, kekeluargaan, dan gotong
royong. Dengan demikian kebhinnekaan tetap berkembang sebagai hak asasi manusia, namun
tunggal ika juga diperlukan dalam memelihara kelangsungan kolektivitas atau komunalitas
sebagai manusia yang adil dan beradab.
Hal itu merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat universal, yang mencaku tidak saja
masyarakat dan bangsa Indonesia tetapi juga men jangkau manusia seluruh dunia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan YME Bung Karno menyebut sila itu dengan istilah internasionalime
atau perikemanusian yang biasa juga disebut sebagai humanisme internasional atau rasa
4
kemanusiaan sedunia. Perasaan kemanusiaan sedunia itu hanya dapat tumbuh dan berkembang
karena adanya rasa kebangsaan atau nasionalisme, dan sebaliknya nasionalisme hanya akan
bermakna dalam internasionalisme, sehingga kemudian berkembang konsep negara-bangsa
(nation state).
Kebangsaan Indonesia itu tercakup dalam sila "Persatuan Indonesia", sekaligus untuk
mewadahi adanya perbedaan-perbedaan dalam me refleksikan kebebasan individual untuk
menyatakan pikiran dan kebebasan berserikat serta memeluk agama sebagai hak asasi manusia
yang ditampung dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila Persatuan Indonesia juga
merupakan nilai dasar untuk mewadahi masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk (plural
societies), dari segi ras, suku, agama, dan aliran politik. Masyarakat Indonesia yang majemuk
terdiri atas 397 suku bangsa yang menggunakan sekitar 215 bahasa dan beberapa agama seperti
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu, yang mendiami wilayah nusantara yang
terdiri dari 13.667 pulau dari Sabang sampai Merauke yang luasnya mencapai 1.904 569
kilometer persegi.
Segala macam dan ragam perbedaan itu diikat dalam bentuk persatuan Indonesia sebagai
bangsa yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
(berbeda-beda tetapi tetap satu). Dalam keadaan Indonesia yang bersatu itu, kehendak rakyat
diartikulasi melalui cara musyawarah untuk mencapai permufakatan. Permusyawaratan
dilakukan dalam sistem perwakilan sebagai ciri negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal
itu dipandang mengandung konsep demokrasi yaitu demokrasi musyawarah-mufakat
(deliberatif) yang secara esensial berbeda dengan demokrasi liberal di Amerika Serikat dan
negara-negara di Eropa Barat.
Nilai dasar tersebut tercakup dalam sila "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusayawaratan/perwakilan, yang juga bermakna bahwa yang terbaik
bagi bangsa dan negara Indonesia adalah kesepakatan bersama. Hal itu menujukkan bahwa
Negara Indonesia adalah negara untuk semua orang dan semua golongan sebagai syarat
terciptanya persatuan nasional dan sumber kekuatan bagi negara-bangsa. Nilai dasar yang
sangat penting dalam permusyawaratan itu ialah dialog, karena dalam dialog itu terjadi
komunikasi yang setara, horizontal, dan manusiawi berdasarkan kekuatan penalaran dan
argumentasi yang rasional. Dalam permusyawaratan tersebut, terdapat juga saling penghargaan
dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat yang merefleksikan sikap toleransi serta
berusaha saling memberi dan menerima secara ikhlas untuk mencapai mufakat. Hal itu
merupakan juga manisfestasi dari nilai dasar Persatuan Indonesia dan nilai dasar Kemanusiaan
yang adil dan beradab sebagai refleksi kepercayaan kepada Tuhan YME.
5
Semuanya itu ditujukan untuk mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai dasar dalam sila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" mencakup keadilan
dalam bidang sosial dan terutama keadilan dalam bidang ekonomi agar setiap orang tidak
mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya dengan menuruti hawa nafsunya. Keadilan
dalam bidang ekonomi merupakan pembagian kekayaan atau rezeki agar setiap orang dapat
bagian yang wajar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembagian ekonomi secara adil
dalam suatu masyarakat merupakan wujud pengamalan kemanusiaan yang adil dan beradab
yang bersumber dari Tuhan YME, karena tanpa keadilan dapat terjadi kehancuran dalam
masyarakat dan sekaligus akan meniadakan kemanusiaan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga bermakna bahwa kekayaan dan
kemiskinan tidak boleh terjadi dalam kualitas dan propors yang tidak wajar, agar tidak terjadi
kezaliman orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin dalam masyarakat. Kezaliman itu
akan tumbuh subur, jika terjadi ketidakadilan sosial dalam masyarakat, terutama jika distribusi
kekayaaan itu tidak terbagi secara wajar dalam arti terdapat ketimpangan atau kesenjangan
yang sangat menyolok. Secara substansial sila "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo nesia
itu dipahami sebagai kesejahteraan sosial, yaitu suatu prinsip bahwa tidak boleh ada
kemiskinan dalam Indonesia merdeka. Pada 1 Juni 1945. Soekarno menyatakan bahwa dalam
Indonesia merdeka tidak boleh kaum kapitalnya merajalela, tetapi semua rakyatnya harus
sejahtera.
Pemerintah diberi amanat oleh rakyat untuk memujukan kesejahteraɛn umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. "Keadilan sosial inilah protes kita yang maha hebat kepada dasar individualisme", kata
Soekarno (15 Juli 1945). Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu merupakan nilai
dasar yang memancar dari Ketuhanan kemanus aan yang adil dan beradab, serta persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permuswaratan/perwakilan. Hal itu sekaligus menjadi pedoman dan tujuan bagi negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Konsep kedaulatan rakyat itu mengandung
makna demokrasi politik sekaligus demokrasi ekonomi.
Hal itu berkaitan pula dengan karakteristik Indonesia sebagai negara kesejahteraan.
Perpaduan berbagai nilai universal dan nilai kultural Indonesia dalam Pancasila itu, pada
dasarnya merupakan suatu cara berpikir yang sinkritis, sintetis, integratif, dan sublimatif
(memadukan, utuh, meningkatkan). Cara berpikir seperti itu selalu melihat manusia seutuhnya
dan memandang rakyat seluruhnya. Hal itu terlihat, misalnya, dalam rumusan mengenai
hakikat pembanguan nasional Indonesia, yaitu manusia seutuhnya dan bagi seluruh rakyat
6
Indonesia. Nilai-nilai dasar yang bersifat terpadu dan integratif itu tercermin dalam rumusan
semua sila yang ada dalam Pancasila dan harus menjadi sumber nilai-nilai bagi bangsa
Indonesia termasuk dalam berkomunikasi, mengeluarkan pikiran der gan lisan dan ulisan yang
menyangkut kepentingan bangsa secara keseluruhan.

B. Ide dan Asumsi Dasar


Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila merupakan kebenaran hakiki yang
kodrati dan bersifat universal, meskipun dirakit dari sejarah dan budaya Indonesia. Asumsi
dasar itu tampaknya memberikan keyakinan yang semakin menguat, karena makin surutnya
individualisme dan runtuhnya komunisme di dunia. Dengan ringkas Muhammad Hatta
(2004:19-20) menyatakan bahwa dasar ketuhanan yang maha esa menjadi dasar yang
memimpin cita-cita kenegaraan Indonesia untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi
rakyat dan masyarakat. Dasar perikemanusiaan adalah kelanjutan dengan perbuatan daripada
dasar yang memimpin itu dalam praktik hidup dasar persatuan Indonesia menegaskan sifat
negara Indonesia sebagai negara nasional yang satu dan tidak terbagi-bagi berdasarkan ideologi
sendiri. Dasar kerakyatan menciptakan pemerintahan yang adil mencerminkan kemauan
rakyat, yang dilakukan dengan rasa tanggung jawab agar terlaksana keadilan sosial.

Dasar keadilan sosial itu adalah pedoman dan tujuan kedua-duanya. Sejalan dengan hal
tersebut Soepomo selaku Ketua Panitia Penyusun UUD melaporkan dalam Rapat Besar
BPUPKI tanggal 16 Juli 1945 bahwa dalam pembukaan UUD 1945 terkandung pokok pikiran
yang sesungguhnya mencakup lima dasar (Pancasila) atau filsafat dasar negara Indonesia.
Ternyata laporan Soepomo itu kemudian menjadi bagian penjelasan UUD 1945 yang dikenal
selama ini. Dalam pokok-pokok pikiran tersebut disebutkan bahwa negara melindungi segenap
bangsa Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Negara juga mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala
paham perseorangan, dan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia
seluruhnya.

Selain itu, dijelaskan bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dan negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Demikian juga disebutkan bahwa negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Kelima dasar
filsafat tersebut bersumber dari ide dan asumsi dasar yang telah timbul di kalangan pemimpin
pergerakan kemerdekaan pada masa lalu, sejalan dengan cita-cita negara hukum yang harus

7
berakar dalam pergaulan hidup masyarakat Indonesia. Semangat kebangsaan yang tumbuh
sebagai reaksi terhadap kolɔnialisme, imperialisme, liberalisme, dan kapitalisme serta
demokrasi Barat, yang bersumber dari individualisme memperkuat pula keinginan mencari
sendi-sendi bagi negara nasional yang akan dibangun berdasar nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat sendiri, yang bercorak kolektivisme (Hatta,2004: 27).

Pada hakikatnya kolektivisme itu merupakan paham yang sangat berbeda dan bahkan dapat
disebut bertolak belakang dengan individualisme yang berkembang di Amerika dan Eropa
Barat. Kolektivisme mengajarkan bahwa yang sentral dalam hubungan sosial adalah
kolektivitas, orang banyak atau masyarakat, sehingga segala kegaiatan scsial harus
mengutamakan kepentingan bersama sebagai warga masyarakat. Sebaliknya individualisme
mengajarkan bahwa individu sangat penting dalam hubungan sosial, sehingga segala interaksi
dalam masyarakat harus dilakukan demi kepentingan dan keuntungan individu. Para pemimpin
pergerakan nasional sangat menolak individulisme karena individualisme melahirkan
liberalisrne dan kapitalisme, yang kemudian melahirkan imprerialisme dan kolonialisme atau
penjajahan. Sedang penjajahan di atas dunia itu harus dinapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan, karena kemerdekaan itu merupakan hak segala bangsa.

Meskipun demikian para pemimpin pergerakan nasional juga tidak dapat menerapkan
kolektivisme secara penuh karena kolektivisme merupakan sumber filsafat dasar
otoritaritarian, terutama yang diterapkan di negara komunis. Ternyata para pendiri Republik
Indonesia tertarik juga pada konsep demokrasi yang mengajarkan kesetaraan dalam politik
(political equality), meskipun menolak model demokrasi Barat yang bersumber dari
individualisime dan liberalisme. Selain itu sejumlah besar pernimpin pergerakan nasional, juga
tergoda dan bersimpati pada gagasan sosialisme yang mengajarkan keadilan sosial, meskipun
juga menolak model sosialisme yang diterapkan di negara komunis. Berdasarkan hal tersebut
para pemimpin pergerakan nasional menilai bahwa dalam Indonesia merdeka, demokrasi harus
terkait menjadi satu dengan kolektivisme dan sosialisme atau keadilan sosial.

Filsafat dasar atau ideologi demokrasi Indonesia seyogianya dibangun atas filsafat sosial
kolektivisme dan filsafat ekonomi keadilan sosial atau sosialisme, dengan nama kedaulatan
rakyat (popular sovereignty) yang diintegrasikan dengan ide atau konsep Ketuhanan YME,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Kebangsaan atau Persatuan Indonesia. Dengan
demikian, selain mengandung nilai-nilai relegius, Pancasila juga mencakup kolektivisme dan
individualisme, dengan pemahaman bahwa manusia Indonesia itu adalah makhluk yang

8
bertuhan dan makhluk monodualis. Dalam tradisi dan budaya yang mayoritas suku Jawa dan
beragama Islam. Individu tidaklah dipandang sebagai unsur yang mutlak otonom dalam
kehidupan masyarakat. Sebaliknya kolektivitas masyarakat juga tidak meniadakan otonomi
individu.

Baik tradisi Jawa maupun ajaran Islam, terwujud dalam Pancasila yang tidak bersifat
individualistik seperti dalam liberalisme dan tidak pula bersifat kolektivistik seperti dalam
komunisme. Dapat dikatakan bahwa gagasan yang terkandung dalam Pancasila bersifat
gabungan atau integrasi antara berbagai pemikiran, ide dan asumsi dasar yang telah
berkembang sebelumnya. Prinsip tersebut didukung juga oleh budaya komunikasi yang secara
historis dan kultural menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya
adalah dari suku Jawa dan 90% memeluk agama Islam, sudah tentu merefleksikan karakteristik
sistem komunikasi dan konsep dalam kehidupan masyarakat dan menegara. Hal itu dengan
sendirinya melahirkan budaya komunikasi yang khas dan unik sebagai jati diri sebuah bangsa.

Salah satu prinsip yang sangat diutamakan dalam budaya komunikasi Indonesia sejak lama
ialah prinsip seimbang, serasi, dan selaras. Selain itu, filsafat Pancasila juga berbeda dari
filsafat liberal maupun filsafat otoritarian dan filsafat komunis yang menekankan keunggulan
akal pikiran manusia. Filsafat Pancasila menegaskan bahwa akal pikiran itu mempunyai
kemampuan yang terbatas dan masih harus dibimbing oleh wahyu. Oleh karena itu, manusia
tidak hanya akan bergantung pada dirinya, tetapi juga harus bergantung pada Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, manusia bukan hanya makhluk rasional, tetapi juga adalah
makhluk religius, yang berbudi dan berakhlak mulia, serta tidak hanya Inengejar kepentingan
material, tetapi juga kepentingan mental spritual. ltulah sebabnya, manusia tidak hanya perlu
melakukan hubungan dengan sesama manusia, melainkan juga harus melakukan kontak secara
terus-menerus dengan Tuhan, Maha Pencipta seluruh alam dan isinya.

Asas kehidupan manusia yang seutuhnya adalah asas keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan. Adanya konsep manusia yang demikian itu, jelas menunjukkan perbedaan yang
mendasar dengan konsep manusia menurut paham liberal yang menekankan individu dan
kebebasan atau konsep manusia menurut paham komunis yang atheis serta lebih
mengutamakan kolektivitas dan tanggung jawab sosial. Perbedaan itu pada gilirannya
melahirkan pula perbedaan dalam sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem
komunikasi. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang merupakan pegangan
pimpinan dan pemerintahan negara, pada hakikatnya tidak boleh menyimpang dari jalan lurus,

9
untuk mencapai kebahagian rakyat dan keselamatan masyarakat, perdamaian dunia serta
persaudaraan bangsa-bangsa. Jika menyimpang dari jalan lurus atau kesasar dalam perjalanan
karena kealpaan atau karena hawa nafsu, akan selalu ada desakan gaib yang membimbing
kembali ke jalan yang benar (Hatta, 2004).

C. Lahirnya pancasila

Pancasila merupakan dasar negara republik Indonesia atau sering disebut dengan filsafat
politik (political filosofische) Indonesia. Pancasila juga merupakan ideologi nasional dan
pandangan hidup nasional (national weltanschauung) bangsa Indonesia. Pancasila juga sering
disebut sebagai pandangan hidup bangsa (way of life of nation), kepribadian bangsa
(personality of nation), dan jati diri bangsa (innerself of nation) serta dasar pemersatu bangsa
(basic of unifier of nation). Pancasila di rumuskan dari bahasa sansakerta yang memiliki makna
5 dasar. Pancasila dikenalkan dalam pidato resmi Ir. Soekarno pada 1 juni 1945 di rapat besar
BPUPKI. Rumusan pancasila merupakan hasil konsesus dan pertimbang segenap masukan dari
berbagai rangkain sidang BPUPKI dan PPKI yang menimbang nilai-nilai bangsa dan menelaah
corak bangsa. Seperti corak yang religius dan gotong royong dan kemudian dikembangkan
dengan nilai-nilai kerakyataan dan kedaultan. Lalu dalam perumusannya dimasukan juga cita-
cita bangsa dengan gagasan vital dalam pengaplikasiannya. Semunya tidak lepas dari asam
garam perjuangan dalam memperjuangkan kemerdekaan sehingga terbentuklah semua point 5
dasar tersebut.

D. Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Filsafat dasar kerakyatan yang di terapkan di Indonesia bisa kita lihat pada uud 1945 pasal
1 yang berbunyi “Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik”. Hal tersebut
menjadi landasan sistem komunikasi Indonesia. Karena kalimat itu menggambrakan
bagaimana bentuk sistem sosial yang ada di Indonesia. Dengan demikian kalimat tersebut
memberikan nilai karakteristik dan identitas pada sistem komunikasi di Indonesia. Makna
republik di Indonesia melambangkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut
sistem demokrasi yang mana demokrasi tersebut berbentuk perwakilan yang di wakilkan oleh
para wakil rakyat.

Konsep demokrasi di Indonesia memiliki gagasan dasar yaitu Kedaulatan rakyat. Konsep
kedaulatan rakyat itu timbul dikalangan pemimpin pergerakan kemerdekaan pada masa lalu,
sejalan dengan cita-cita negara hukum yang harus berakar dalanı pergaulan hidup masyarakat
Indonesia. Semangat kebangsaan yang tumbuh sebagai reaksi terhadap kolonialisme,

10
imprialisme, liberalisme, dan kapitalisme serta demokrasi Barat, yang bersumber dari
individualisme memperkuat pula keinginan mencari sendi-sendi bagi negara nasional yang
akan dibangun berdasar nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sendiri, yang bercorak
kolektivisme. Dalam sejarah dunia demokrasi banyak di terapkan. Namun penerapan
demokrasi yang ada banyak terjadi simpang siur penafsiran arti akan demokrasi itu sendiri.

Kekacauan pemahaman tentang demokrasi yang terjadi dalam sejarah, tentu disebabkan
karena kondisi kultural, sosial, ekonomi, dan politik setiap negara-bangsa. Proses sejarah
demokrasi beribu-ribu tahun. Jadi arti sebenarnya dari demokrasi adalah rakyat yang
memerintah atau pemerintahan oleh rakyat. Namun hingga kini pertanyaan tentang siapakah
rakyat itu, belum pernah terjawab secara memuaskan. Berdasarkan beberapa hal tersebut
pemimpin pergerakan Indonesia menimbang model demokrasi yang baik untuk negara kita.
Dan tidak lupa konsep tersebut mengandung nilai nilai luhur bangsa apa adanya maka konsep
demokrasi dengan nilai Kedaulatan rakyat lahir berdasar pertimbangan yang ada dan
mengindahkan konsep manusia dan rakyat yang utama. Filsafat tersebut merupakan salah satu
dorongan rumusan pancasila yang membuat corak dan sistem komunikasi di Indonesia.

E. Demokrasi Politik dan Ekonomi

Istilah kedaulatan rakyat sebagaimana dijelaskan di atas tidak persis sama dengan
demokrasi yang berlaku di Barat yang hanya bermakna kedaulatan politik. Konsep kedaulatan
rakyat yang dikembangkan oleh para pendiri republik terutama oleh Hatta (2004), adalah
demokrasi politik dan sekaligus demokrasi ekonomi. Bahkan menurut Soekarno demokrasi
Indonesia adalah demokrasi sosial yang merupakan demokrasi gabungan antara demokrasi
politik dan demokrasi ekonomi. Gagasan itu muncul dan berkembang dalam suasana
perjuangan kemerdekaan yang antiimperialisme dan antikolonialisme serta anti
individualisme,antiliberalisme, dan antikapitalisme, namun bersimpati kepada konsep
demokrasi yang mengajarkan kesetaraan dalam politik (political cquity), kebebasan berserikat,
dan kehehasan pengeluarkan pikiran. Kritik dan kecaman terhadap paham-paham tersebut
sangat menonjol dalam upaya mengusir penjajahan, imperialis, dan kolonialis (ibid: 28-29).

Hal tersebut dapat dipahami karena istilah rakyat (ra'yat) yang berasal dari Bahasa Arab,
raiyyatun atau ra'aaya yang berkembang menjadi ar raiyyatun berarti "ternak yang merumput"
atau "gembalaan" yang harus diurus, dilindungi dan diberi makan oleh "pengembalanya".
Istilah rakyat yang dipakai oleh tokoh-tokoh Indonesia sejak masa perjuangan hingga kini
dapat diartikan sebagai warga yang harus diurus, dilindungi, dan diberi sandang pangan dan

11
papan secara adil oleh negara. Dalam hal itu rakyat bersifat massal (tidak elitis) sehingga
berbeda dengan istilah denos (Yunani) yang bersifat elitis. Jika kata rakyat digandengkan
dengan kata kedaulatan menjadi kedaulatan rakyat, maka rakyat lah yang memegang
kedaulatan dalam suatu negara. Dalam hal itu kedaulatan diartikan sebagai konsep kekuasaan
tertinggi yang merupakan jiwa dari lembaga politik yang bernama negara. Kemudian
pengertian itu dapat berarti bahwa negara yang memilıkı kekuasaan tertinggi harus mengurus,
melindungi, dan memberikan sandang, pangan dan papan kepada rakyat sebagai pemegang
kedaulatan.

Pandangan tersebut sangat unik dan menarik, sehingga istilah kedaulatan rakyat yang
dibakukan dalam konstitusi itu, selain berarti demokrasi politik juga berarti demokrasi
ekonomi. Itulah sebabnya Indonesia didesain sebagai "negara pengurus" (istilah Hatta) yang
dikenal sebagai "negara kesejahteraan" (wefvaartstaat atau welfare state) yang berbeda dengan
"negara jaga malam" (nachtwachterstaat atau nightwatmach state) dalam sistem demokrasi
liberal dan "negara kekuasaan" (machtsstaat atau authority state) dalam sistem komunis atau
"diktator proletariat". Hal itu sejalan dengan pemikiran sosialisne yang berkembang sejak awal
abad ke-20. Sosialisme tersebut menurut Hatta (2004: 29) merupakan salah satu sumber dari
tiga sumber lahirnya gagasan tentang kedaulatan rakyat yang biasa juga disebut demokrasi
sosial, karena membela perikemanusiaan sebagai tujuannya. Sumber lainnya ialah ajaran Islam
yang menutut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaran antara manusia
sebagai makhluk Tuhan, sesuai dengan sifat Allah yang Pengasih dan Penyayang. Selain itu
kedaulatan rakyat bersumber juga dari pengetahuan bahwa masyarakat Indonesia berwatak
kolektivisme.

Jelas, bahwa konsep kedaulatan rakyat adalah khas dan asli Indonesia, sebagai temuan para
local genius, yang mampu memadukan nilai-nilai asli Indonesia, dan nilai-nilai Islam dengan
nilai-nilai barat, atau nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru. Itulah sebabnya dalam
keseluruhan naskah Undang-Undang Dasar 1945 (asli) sama sekali tidak terdapat kata
demokrasi. Yang ada adalah kata kerakyatan dan kata kedaulatan rakyat. Lahirnya konsep
kerakyatan atau kedaulatan rakyat itu dapat dipahami jika kita mengkaji para aktor politik dan
para pemikir yang menjadi pendiri republik. Mereka terdiri dari cerdik pandai, ulama,
cendekiawan atau intelektual yang nasionalis hasil pendidikan Eropa, Timur Tengah, dan
Hindia Belanda yang sangat paham dengan kondisi politik, kultural, dan sosiologi bangsa yang
diperjuangkannya. Meskipun Bung Karno, tidak pernah menempuh pendidikan formal di
Eropa atau Timur Tengah, literatur yang dibacanya adalah hasil pemikir Barat yang

12
demokratis, sosialis, atau komunis; karya-karya pemikir Islam yang berasal dari Timur Tengah
yang Islami; dan karya-karya yang berasal dari kebudayaan Jawa yang sinkretis dan
mengutamakan kekeluargaan Serta keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan.

Gagasan vital, paradigma, dan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain itu.
Kemudian diolah dan diramu secara sangat kreatif dan penuh semangat ijtihad, menjadi satu
konsep vang khas Indonesia sesuai dengan realitas dan semangat zamannya. Dalam UUD 1945
yang berwatak kekeluargaan jelas pula bahwa oleh Amerika Serikat, karena Indonesia menolak
individualisme Indonesia tidak menganut trias politica sebagaimana yang dianut oleh Amerika
Serikat, karena indonesia menolak individualisme. Namun, Indonesia juga menolak paham
otoriter atau komunisme yang menganut diktator proletariat (dictator van het proletariat) yang
kemudian di beberapa negara seasas menamakan diri sebagai demokrasi rakyat (demokrasi
populaire). Indonesia lebih menyukai kolektivitas yang dipadukan dengan individualitas,
sehingga kedaulatannya dikembangkan adalah kedaulatan rakyat dan bukan kedaulatan
individu Itulah sebabnya dalam seluruh naskah UUD 1945, kata demokrasi tidak ditemukan,
karena demokrasi lebih dipahami oleh para penyusun UUD sebagai kedaulatan individu saja
dan hanya berlaku dalam bidang politik.

Sebagaimana telah disajikan di muka para pendiri republik (penyusun UUD 1945)
menggunakan istilah kedaulatan rakyat untuk memberi makna bahwa Indonesia didirikan di
atas kolektivitas dan individualitas yang scimbang, serasi dan harmonis. Konsep rakyat dengan
jelas menunjukkan suatu kolektivitas yang tidak bisa dibagi-bagi. Rakyat adalah pemegang
kedaulatan yang dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR), yang
selanjutnya memilih kepala negara atau presiden dan wakil presiden. Presiden adalah
mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekaligus juga sebagai kepala
pemerintahan.

Indonesia menganut sistem perwakilan yang pengambilan keputusannya dilakukan dengan


cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Jika mufakat tidak tercapai maka keputusan
terakhir dapat dilakukan melalui pemungutan suara. Telah diungkapkan di muka tentang
beberapa latar belakang budaya, pemikiran, dan gagasan vital tentang aspek kedaulatan rakyat
yang telah dimuat dalam UUD 1945 Republik Indonesia, yang intinya menolak, baik
individualisme, dan liberalisme maupun komunisme. Gagasan vital yang terkandung dalam
UUD 1945, seperti hakikat negara, hubungan antara manusia dan kekuasaan, hakikat
masyarakat dan negara, sangat penting dikaji dan diaktualisasikan secara terus menerus dalam

13
memahami budaya komunikasi Indonesia. Perlu juga disadari bahwa konsep keseimbangan
antara kolektivitas dan individualitas yang dipahami oleh para pendiri republik tersebut ,
ternyata mengalami pergeseran keseimbangan dari waktu ke waktu.

Ada dinamika yang membuat individualitas lebih menonjol dari kolektivitas seperti pada
masa Demokrasi Parlementer (1950-1959). Kemudian timbul reaksi yang menggerakkan
"pendulum politik ke arau sebaliknya, yaitu menguatnya kolektivitas den melemahnya
individualitas seperti pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965) dan individualitas sedikit
menguat sehingga dapat diperoleh Dalam masa Demokrası Pancasila (1966-1998) kolektivitas
sedikit melemah dan individualitas sedikit menguat sehingga dapat diperoleh keseimbangan
relatif yang dinamis Sesuai dengan situasi nasional dan internasional. Akhirnya keseimbangan
itu berubah lagi pada masa reformasi dewasa ini, dengan semakin melemahnya kolektivitas
dan semakin menguatnya individualitas, sehingga terjadi liberalisasi dalam berbagai aspek
kehidupan politik dan ekonomi. Demokratisasi politik sangat menonjol dan sebaliknya
demokratisasi ekonomi semakin mundur dan keadilan sosial semakin menjauh.

Tak dapat disangkal bahwa semakin menguatnya individualitas dan melemahnya


kolektivitas, telah menimbulkan kekhawatiran akan ketahanan nasional dalam berbagai aspek,
terutama dalam menghadapi globalisasi. Kemiskinan di Indonesia yang bersifat struktural
sangat kompleks dan kronis memerlukan penanggulangan yang tepat, terutama mencegah
menguatnya individualisme atau privatisme dan kapitalisme. Berdasarkan hal tersebut, sangat
perlu dilakukan revitalisasi kedaulatan rakyat sebagai landasan normatif sistem komunikasi
Indonesia dalam arti perlunya menciptakan keseimbangan antara kolektivitas dan
individualitas serta keseimbangan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Hal itu
dimaksudkan agar Indonesia tetap konsisten terhadap cita-cita kemerdekaan, yaitu Indonesia
yang berdaulat, adil, dan makmur. Demikian juga aktualisasi kedaulatan rakyat itu harus
dilakukan secara terus menerus agar bangsa Indonesia dan komunikasi Indonesia tidak tertera:
oleh pragmatisme dan juga tidak kehilangan rujukannya kepada Pancasila dan UUD 1945.
Perlu diingat bahwa pada masa revolusi Indonesia, kaum republiken di Makassar pada tanggal
24 November 1946 mendirikan Partai Kedaulatan Rakyat (PKR). Demikian juga di Yogyakarta
berdiri harian Kedaulatan rakyat yang terbit sejak awal revolusi hingga saat ini. Hal itu semakin
meneguhkan keyakinan perlunya revitalisasi kedaulatan rakyat dalam arti pengembangan
demokrasi politik sekaligus demokrasi ekonomi, yang sangat berkaitan dengan pentingnya
reaktualisasi negara kesejahteraan (istilah Yamin), dan negara pengurus (istilah Hatta)

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, merupakan asas utama Sistem Komunikasi Indonesia yang mencakup
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima dasar
itu berkaitan erat dengan Sistem Komunikasi Indonesia. Kerakyatan atau kedaulatan rakyat dan
keadilan sosial juga berkmana demokrasi politik dan demokrasi ekonomi secara terpadu.
Indonesia disebut juga sebagai "negara kesejahteraan" atau "negara pengurus" yang berbebeda
dengan "negara jaga malam" dan " dan "negara kekuasaan sehingga negara memiliki kewajiban
yang besar dalam memajukan kesejahteraan umum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

16

Anda mungkin juga menyukai